Anda di halaman 1dari 13

RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

REMIDI UAS

Oleh :

Nuregi Dessy Ardiyanti Romlah (P27820721028)

Reguler A

TINGKAT 3 SEMESTER 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2023/2024

PAGE \* MERGEFORMAT i
BASIC LIFE SUPPORT (BLS)

1. 3 A
a. Amankan diri
b. Amankan lingkungan
c. Amankan pasien

2. Cek respon
A = Alert
V = Verbal
P = Pain
U = Un respon

3. Call for help


Perkenalan nama – tempat korban – jumlah pasien- kode blue-jangan lupa
menyuruh petugas bawah AED

4. Cek nadi karotis (10 detik) dan look listen and fell (pergerakan dada,lihat jalan
napas,adakah hembusan napas)
- Tanpa nadi lakukan RJP (kompresi dada : pemberian ventilasi = 30 : 2)
High quality CPR
a. Kecepatan 100 – 120 x/menit
b. Kedalaman 5-6 cm
c. Recoil sempurna (pergerakan dada)
d. Minimal intrupsi
e. Hindari hiperventilasi
- Kapan RJP dihentikan ?
a. Dari penolong
a. Penolong kelelahan
b. Datangnya bantuan
b. Dari lingkungan
a. DNR ( Do Not Resusutation)
b. Penolakan dari keluarga
c. Dari pasien

PAGE \* MERGEFORMAT i
a. ROSC (tanda-tanda sadar)
b. Ada tanda lebam mayat
5. Posisi recovery (pasien ROSC sudah ada nadi + napas)

Initial Assessment

A B C D E F G H I DALAM KEGAWAT DARURATAN

Tubuh kita dapat bertahan dalam beberapa minggu tanpa makanan dan beberapa
hari tanpa air. Tapi tubuh kita tidak dapat bertahan jika tanpa Oksigen. Dalam
penanganan gawat darurat, kecepatan dan kualitas pertolongan sangat di butuhkan untuk
mencapai keberhasilan dan dalam penyelamatan. Untuk itu di dunia international sudah
menetapkan rumusan dalam menangani Penderita Gawat Darurat, yaitu : ABCDE (Air
Way, Breathing and Ventilation, Circulation, Disability, Exposure). Airway
ditempatkan pada urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat.
Komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring,
epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Kalian juga dapat melihat Materi tentang
Konsep Pelayanan Gawat Darurat yang kalian bisa lihat di sini

I. PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam penanggulangan penderita Gawat Darurat (PPGD) sangat
bergantung dari kecepatan dan kualitas pertolongan yang didapat penderita. Disini
harus selalu diingat bahwa :

1. Kematian oleh karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat daripada kematian
karena kemampuan bernafas
2. Kematian oleh karena ketidakmampuan bernafas akan lebih cepatdaripada
kematian karena kehilangan darah
3. Kematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab intra kranial
Karena itu dalam PPGD apapun penyebabnya urutan pertolongan adalah sebagai
berikut :

A : Air way, with cervical spine control

B : Breathing and Ventilation

PAGE \* MERGEFORMAT i
C : Circulation with haemorrhage control

D : Disability on neurologic status

E : Exposure/Undress with temperature control

II. AIR WAY MANAGEMENT


Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke otak
dan organ vital yang lain merupakan pembunuh tercepat pada pasien. Oleh karena
itu airway yang baik merupakan prioritas pertama pada setiap penderita gawat
darurat.

Kematian-kematian dini karena masalah airway :

1. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway


2. Ketidakmampuan untuk membuka airway
3. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru
4. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang
5. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
6. Aspirasi isi lambung, darah

Pengenalan Masalah

Gangguan airway dapat timbul secara total & mendadak tetapi sebaliknya bisa
secara bertahap dan pelan-pelan. Takhipnea merupakan tanda awal yang samar-
samar akan adanya gangguan terhadap airway. Adanya ketakutan & gelisah
merupakan tanda hipoksia oleh karena itu harus selalu secara berulang-ulang kita
nilai airway ini terutama pada penderita yang tidak sadar. Penderita dengan
gangguan kesadaran oleh karena cidera kepala obat-obatan atau alkohol, cedera
toraks, aspirasi material muntah atau tersedak mungkin sekali terjadi gangguan
airway. Disini diperlukan intubasi endotrakheal yang bertujuan :

1. Membuka airway
2. Memberikan tambahan oksigen
3. Menunjang ventilasi
4. Mencegah aspirasi

PAGE \* MERGEFORMAT i
Tanda-tanda Obyektif Sumbatan Airway

1. Look
Terlihat pasien gelisah dan perubahan kesadaran. Ini merupakan gejala adanya
hipoksia dan hipercarbia. Pasien terlihat cyanosis terutama pada kulit sekitar
mulut, ujung jari kuku. Juga terlihat adanya kontraksi dari otot pernafasan
tambahan.

2. Listen
Disini kita dengarkan apakah ada suara seperti orang ngorok, kumur-kumur,
bersiul, yang mungkin berhubungan dengan adanya sumbatan partial pada
farink/larink.

3. Feel
Kita bisa rasakan bila ada sumbatan udara terutama pada saat ekspirasi bila
kedudukan trackhea di linea media

Management

Pengenalan adanya gangguan jalan nafas & ventilasi harus bisa dilakukan secara
cepat & tepat. Bila memang ada harus secepatnya gangguan jalan nafas dan
ventilasi ini untuk segera diatasi. Hal penting ini untuk menjamin oksigenasi ke
jaringan. Haruslah diingat setiap tindakan untuk menjamin airway yang baik harus
selalu dengan penekanan untuk selalu menjaga cervical spine terutama pada
penderita dengan trauma dan cedera di atas clavikula. Pada setiap penderita dengan
gangguan saluran nafas, harus selalu secara cepat diketahui apakah ada benda
asing, cairan isi lambung, darah di saluran nafas bagian atas. Kalau ada harus
segera dicoba untuk dikeluarkan bisa dengan jari, suction. Suatu saat bila
dilapangan ada penderita dengan sumbatan jalan nafas misal tersedak makanan
abdominal trust akan sangat berguna.

1. Teknik-teknik mempertahankan airway :


Pada penderita dengan kehilangan kesadaran mungkin sekali lidah akan jatuh ke
belakang dan menutupi hipofarink dan menimbulkan sumbatan jalan nafas. Ini
bisa ditolong dengan jalan :

a. Chin lift

PAGE \* MERGEFORMAT i
b. Jaw thrust
c. Orofaringeal tube
d. Nasofaringeal tube
2. Airway definitif
Disini ada pipa dalam trakhea dengan balon yang dikembangkan, dimana pipa
ini dihubungkan dengan alat bantu pernafasan yang diperkaya dengan oksigen.
Cara : oratracheal, nasotracheal & surgical (krikotiroidotomi atau trakheotomi).
Indikasi pemasangan airway definitif bila ditemukan adanya temuan klinis :

a. Apnue
b. Ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara yang
lain
c. Untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau muntahan
d. Adanya ancaman segera sumbatan airway oleh karena cidera inhalasi patah
tulang wajah hematoma retropharingeal
Cidera kepala tertutup yang memrlukan bantuan nafas (GCS ≤8). Dari ketiga
cara ini yang terbanyak dipakai adalah endotrakheal (naso/orotrakheal).
Pemilihan naso/orotrakheal intubation tergantung pengalaman dokter. Kedua
teknik ini aman dan efektif bila dilakukan dengan tepat. Haruslah diingat pada
pemasangan endotrakheal tube ini harus selalu dijaga aligment dari columna
vertebralis dengan cervikal.

3. Airway definitif surgical


Ini dikerjakan bila ada kesukaran atau kegagalan didalam memasang
endotrakheal intubasi. Pada keadaan yang membutuhkan kecepatan lebih dipilih
krikotireodektomi dari pada tracheostomi.

a. Needle cricothyroidoktomi
Cara dengan menusukkan jarum lewat membran krikotiroid, ini hanya bisa
memberikan oksigen dalam waktu yang pendek (30-45 menit). Disini
dipakai jarum no 12-14 (anak 16-18 tahun)

b. Surgical cricothyroidoktomi
Penderita tidur posisi supinasi sesudah dilakukan anestesi lokal buat irisan
kulit tranversal sampai membran cricothyroid lubang ini bisa dilebarkan
dengan gagang pisau dengan cara memutar 90 derajad. Disini bisa dipakai

PAGE \* MERGEFORMAT i
tracheostomi tube atau endotracheal tube. Hati-hati dengan cartilago cricoid
terutama pada anak-anak (teknik ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 12
tahun), hal ini dikarenakan cartilago cricoid merupakan penyangga trachea
bagian atas. Komlikasi :

1) Aspirasi
2) Salah masuk ke dalam jaringan
3) Stenosis/oedema subglotis
4) Stenosis laringeal
5) Perdarahan/hematom
6) Laserasi esophagus
7) Laserasi trachea
8) Emphisema mediastinal
9) Paralisis pita suara
III. BREATHING AND VENTILATION
Jalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi yang baik.
Ventilasi yang baik sangat bergantung dari fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Penyebab gangguan breathing :

1. Pleural effusion
2. Pneumothoraks (open dan tension)
3. Hemothoraks
4. Traumatic wet lung syndrome
Pertolongan untuk memperbaiki breathing :

1. Tension pneumothorax :

· Tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga II

· Pemasangan chest tube pada sela antar iga IV

2. Hemothorax dengan pemasangan chest tube

3. Open pneumothorax segera ditutup dengan kasa vasein

4. Fail chest diberi analgetika

IV. CIRCULATION WITH HAEMORRAHAGE CONTROL

PAGE \* MERGEFORMAT i
Penyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir dengan kematian
adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya pasien dengan
trauma dan hipotensi, harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai bisa
dibuktikan bahwa hipotensinya disebabkan oleh sebab yang lain. Seperti diketahui,
volume darah manusia dewasa adalah 7% dari berat badan, anak 8-9% dari BB.
Terapi resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai begitu ada tanda dan
gejala klinis adanya kehilangan darah muncul. Sangatlah berbahaya bila menunggu
sampai tekanan darah menurun. Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang
diberikan sudah cukup atau belum :

· Tanda vital

· Produksi urine

· CVP

Penyebab hipovolemia adalah :

· Cidera rongga perut

· Cidera rongga dada

· Fraktur pelvis

· Fraktur femur

· Luka tembus pembuluh darah besar

· Perdarahan diluar tubuh dari berbagai tempat

V. DISABILITY (NEUROLOGIC EVALUATION)


Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir dan primary survey
dengan menilai kesadaran dan pupil penderita.

A : Alert

V : Respon to vokal stimulation

P : respon only to painful stimulation

U : Unresponsive

PAGE \* MERGEFORMAT i
Glasgow coma scale merupakan penilaian yang lebih rinci, bila ini tidak dikerjakan
di primary survey bisa dikerjakan di secondary survey.

VI. EXPOSURE
Disini semua pakaian pasien dibuka. Hal ini akan sangat membantu pemeriksaan
lebih lanjut. Harus diingat disini pasien dijaga agar tidak jatuh ke hipotermia dengan
jalan diberikan selimut.
VII. FOLLY KATETER
Meminimalisir mobilitas, untuk balance cairan, dan mantau output cairan
VIII. GASTRIKTUBE
Mencegah aspirasi, memantau apakah terjadi mencegah pendarahan di lambung,
memberikan nutrisi
IX. HEART MONITOR
Melihat monitor dan guna memantau keadaan pasien
X. IMAGING
Pemeriksaan penunjang (foto ct scan, pemeriksaan laboratorium, ekg, dll).
I. SECONDARY SURVEY
Dikerjakan bila primary survey dan resusitasi selesai dilakukan. Disini dilakukan
evaluasi yang lebih teliti mulai dari kepala sampai ujung kaki penderita, juga GCS
bisa dikerjakan lebih teliti bila pada primary survey belum sempat dikerjakan.
Pemeriksaan laboratorium, evaluasi, radiologi dan peritoneal lavage bisa dikerjakan.

JENIS TRIAGE

Kategori pasien dalam triase IGD masuk IGD Dalam mengategorikan pasien yang
masuk ruang gawat darurat, tenaga medis membedakan pasien berdasarkan kode warna,
mulai dari merah, kuning, hijau dan hitam.

1. Merah

Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien prioritas pertama yang berada
dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis
sesegera mungkin. Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar
pasien akan meninggal. Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas,

PAGE \* MERGEFORMAT i
terkena serangan jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas,
dan mengalami perdarahan luar yang besar.

2. Kuning

Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera,
tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam
kondisi stabil. Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih
memerlukan penanganan medis yang cepat. Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa
memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ.
Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan
patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi,
dan trauma kepala ringan.

3. Hijau

Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga medis
telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan
kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas
ketiga. Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk
dalam kategori triase gawat darurat ini. Contoh lain dalam kategori adalah pasien
dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.

4. Hitam

Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi
sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan
meninggal. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang
bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.

FRAKTUR

Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kesinambungan jaringan baik


sebagian atau seluruh tulang atau bahkan tulang rawan sekaligus. Fraktur dapat berupa
fraktur tertutup, dimana lokasi fraktur berada didalam dan tidak menembus otot sampai
keluar atau masih didalam kulit, selain fraktur tertutup, dapat berupa fraktur terbuka,

PAGE \* MERGEFORMAT i
dimana ujung tulang yang patah akan menembus otot sampai keluar dari lapisan kulit,
sehingga kemungkinan besar berhubungan langsung dengan dunia luar. Ujung tulang
yang mengalami patahan sangat tajam dan berbahaya bagi jaringan sekitar.

Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kesinambungan jaringan baik


sebagian atau seluruh tulang atau bahkan tulang rawan sekaligus. Fraktur dapat berupa
fraktur tertutup, dimana lokasi fraktur berada didalam dan tidak menembus otot sampai
keluar atau masih didalam kulit, selain fraktur tertutup, dapat berupa fraktur terbuka,
dimana ujung tulang yang patah akan menembus otot sampai keluar dari lapisan kulit,
sehingga kemungkinan besar berhubungan langsung dengan dunia luar. Ujung tulang
yang mengalami patahan sangat tajam dan berbahaya bagi jaringan sekitar.

ETIOLOGI FRAKTUR
Berikut ini beberapa penyebab fraktur secara umum yang sering ditemui yaitu :
a. Trauma
1) Trauma langsung atau trauma fisik akibat benturan atau kecelakaan dan bersifat
spontan
2) Trauma tidak langsung akibat pukulan atau tumpuan yang dapat menekan struktur
tulang
b. Non trauma
Fratur non trauma disebabkan karena kelemahan kondisi fisik atau kerapuhan struktur
tulang yang disebabkan karena suatu keadaan patologis atau suatu penyakit dan
infeksi, sehingga menyebabkan stress tulang yang terjdi secara terus menerus.

KLASIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini beberapa klasifikasi fraktur yaitu :
Berdasarkan jenisnya
1) Fraktur tertutup (closed fraktur), dimana tidak terdpat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar tanpa menembus otot dan kulit. Fraktur jenis ini biasa
disebut dengan fraktur bersih karena lapisan kulit masih utuh dan tidak ada
komplikasi.
2) Fraktur terbuka (open atau compound fraktur), dimana terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar dikarenakan adanya robekan kulit.
3) Fraktur kompleks, dimana terjadi patahan tulang baik terbuka ataupun tertutup
dan disertai adanya dislokasi pada sendi.
c. Berdasarkan keutuhan tulang

PAGE \* MERGEFORMAT i
1) Fraktur komplit
2) Fraktur inkomplit seperti hair line fraktur, bruckle atau torus fraktur (terjadi
lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya), green
stick fraktur (mengenai satu korteks dengan angulasi kortes lainnya yang terjadi
pada tulang panjang)
d. Berdasarkan tingkat keparahannya untuk open fraktur
Elektrokardiogram (EKG)
Pengertian
Elektrokardiografi (EKG) atau Electrocardiography (ECG) merupakan suatu alat
yang digunakan untuk merekam sinyal biologi yang terbentuk sebagai hasil dari
aktivitas listrik jantung . Sinyal ini diambil dengan cara memasangkan elektroda
pada titik tertentu pada bagian tubuh pasien. Hasil rekaman EKG mempunyai
bentuk yang spesifik sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
kondisi kesehatan jantung seseorang oleh dokter ahli jantung. Sinyal EKG
mempunyai tegangan sampai 0,3mV dan rentang frekuensi antara 0,03 – 100 Hz.
Sinyal ini dideteksi dan direkam menggunakan perangkat elektrokardiografi. Pada
dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan
satu denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung). Lihat gambar 3 gelombang
EKG.
Dalam satu gelombang EKG terdiri dari beberapa titik gelombang ada yang
disebut interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang
sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR
interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST
segmen.
Irama Jantung
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama
Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang
keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul
disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel
disebut Irama Idioventrikuler [1]. Untuk irama sinus yaitu irama jantung yang
sumber pacemakernya berasal dari SA Node atau impulsnya berasal dari SANode,
ada beberapa irama yang impulsnya berasal dari SA Node.

Ciri-ciri irama jantung normal :

PAGE \* MERGEFORMAT i
a. Gelombang P(+) membentuk gambar cembung seperti bukit.
b. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak

Ciri-ciri irama jantung bradikardia :


a. Irama teratur.
b. RR interval jaraknya sama dengan 1 lead panjang.
c. PP interval jaraknya sama dengan 1 lead panjang.
d. Kompleks QRS harus sama dalam 1 lead panjang.
e. Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gelombang P yang

mempunyai bentuk sama dalam 1 lead panjang.

f. Frekuensi (HR) dibawah 60x/menit.


g. Adanya gelombang P yang selalu diikuti kompleks QRS.
h. Gelombang P dan kompleks QRS normal dan sama bentuknya dalam 1 lead

Ciri-ciri irama jantung takikardia :


Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekuensi jantung
(HR) lebih dari 100x/menit. Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu
yang membedakan antara sinus takikardia dengan normal sinus rhytm yaitu
frekuensi jantungnya. Pada sinus takikardia, frekuensi jantungnya lebih dari
100x/menit. Peningkatan frekuensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia
biasanya terjadi oleh adanya respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan
yang menggangu hemostasis tubuh.

Ciri irama jantung Aritmia :


Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus
bradikardia adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh
pengaruh pernapasan, baik inspirasi maupun ekspirasi. Biasanya kita akan
menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.

PAGE \* MERGEFORMAT i

Anda mungkin juga menyukai