Anda di halaman 1dari 31

Pembebasan Jalan Nafas dan Control Servikal

Pengertian

Suatu tindakan yang dilakukan untuk membebaskan


jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal
Tujuan

 Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara


ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase
tubuh.
Jenis – jenis suara jalan nafas

Snoring : suara seperti ngorok . Kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan
napas bagian atas oleh benda padat

Gargling : suara seperti berkumur. Kondisi ini menandakan sumbatan terjadi


karena cairan (mis.darah)

Crowing : suara dengan nada tinggi. biasanya disebabkan karena pembengkakan


(edema) pada trakea
Pemeriksaan Jalan Nafas

 Penilaian Masalah pada Jalan Napas Gangguan jalan napas dapat


terjadi secara mendadak dan total, perlahan dan sebagian, serta
progresif dan/atau berulang. Takipnea merupakan tanda awal adanya
bahaya terhadap jalan napas, oleh karena itu harus dilakukan penilaian
ulang terhadap kepatenan jalan napas dan kecukupan ventilasi.
TANDA OBJEKTIF ADANYA
SUMBATAN JALAN NAPAS

Lihat apakah Adanya suara napas Tentukan lokasi


Lihat

Dengar

Rasa
penderita abnormal seperti suara trakea dengan
mengalami mendeno (smoring), cara meraba
penurunan berkumur (gurgling), apakah posisinya
tingkat dan bersiul (crowning berada di tengah.
kesadaran atau sound, stridori
agitasi. memberi gambaran
adanya sumbatan
parsial pada faring atau
laring
Teknik Mempertahankan Jalan Nafas

 Bila penderita mengalami penurunan kesadaran, maka lidah


kemungkin akan jatuh ke bagian belakang sehingga menyumbat
hipofaring. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka dapat dilakukan
dengan cara mengangkat dagu (chin-lift manuever) atau dengan cara
mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw-thrust manuever).
1. TEKNIK MEMPERTAHANLAN JALAN NAFAS HEAD
TILT-CHIN LIFT

Manuver ini merupakan salah satu manuver terbaik untuk mengatasi


obstruksi yang disebabkan oleh lidah karena dapat membuka jalan napas
secara maksimal
2. TEKNIK MEMPERTAHANKAN JALAN
N A F A S J AW T H R U S T

 Manuver jaw thrust digunakan


untuk membuka jalan napas pada
pasien yang tidak sadar dengan
kecurigaan trauma pada kepala,
leher, atau spinal Saat teknik ini
dilakukan diharapkan jalan napas
dapat terbuka tanpa menyebabkan
pergerakan leher dan kepala.
Teknik Mempertahankan Jalan Nafas yang Sulit

 Kesulitan dalam mempertahankan jalan napas dapat mengakibatkan


trauma pada jalan napas secara langsung dan morbiditas karena
hipoksia dan hiperkarbia

 tiga teknik yang dapat digunakan untuk mempertahankan jalan


napas :
1. Laryngeal Mask Airway

 Saluran pernapasan Laryngeal Mask


(LMA) adalah alat yang secara fungsi
dan desain berada di antara kombinasi
bag-valve-mask dan saluran trakea.
LMA mempertahankan jalan napas
secara aman dan cepat dengan
menyekat bagian luar dari laryngeal inlet
dengan balon yang dapat dikembangkan
P E RC U TA N E O U S T R A N S T R AC H E A L
VENTILATION

 Percutaneous transtracheal ventilation, atau


dikenal sebagai needle cricothyrotomy yaitu
penempatan kateter berdiameter besar melalui
intravena (ukuran 10-16 gauge) melalui
jaringan cricothyroid ke dalam trakea di bawah
pita suara. Penghubung antara endotrakeal
tube yang berukuran 3.0 dimasukkan ke ujung
kateter pembuluh darah dan digantungkan
pada sebuah manual resuscitation bag.
SURGICAL CRICOTHYROTOMY

 Tindakan surgical
cricothyrotomy dilakukan untuk
mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka pada
obstruksi jalan napas dengan
cara melakukan insisi pada
membran cricothyroid.
KELOMPOK 3
Needle Decompresion dan

Occlusive Dressing
PENGERTIAN NEEDLE
DECOMPRESION

 Suatu prosedur toraksosentesis jarum untuk tindakan


penyelamatan pada tension pneumotoraks.

 Suatu tindakan untuk menghubungkan langsung pernafasan pasien


dengan 100% oksigen.
TUJUAN

 Needle thoracocebtesis adalah tindakan merubah tension


pneumothorax menjadi simple pneumothorax dengan cara mengeluarkan
udara dalam cavum pleura agar paru-paru dapat mengembang kembali.
 Penatalaksanaan pada kasus tension pneumotoraks tergantung pada
beberapa faktor, dan mungkin berbeda dari penatalaksanaan awal hingga
dekompresi jarum atau pemasukan dari selang dada. Penanganan kasus ini
ditentukan dari derajat keparahan dari gejala dan indikasi dari gangguan
akut
PROSEDUR DEKOMPRESI
JARUM

 Indikasi :
a. Pneumotoraks tension.
b. Pasien Trauma RJP mungkin perlu dekompresi dada bilateral.
 Prosedur :
1. Nilai dada dan kondisi pernafasan.
2. Oksigen 100% via sungkup non-rebreather atau BVM (Ambu bag).
3. Cari ruang interkosta kedua, garis midklavikula sisi terkena.
4. Prep area.
5. Anestesi lokal area bila pasien sadar atau waktu mengizinkan
6. Pasang angiocath no. 14 / 16 pada siring 10 ml atau gunakan kit arrow.
7. Insersikan jarum pada kulit dan diatas iga keruang interkosta kedua atau digaris
midklavikuler.
8. Tusuk pleura parietal
9. Aspirasi udara bila perlu untuk mengurangi gejala
10. Tinggalkan kateter plastik tapi lepaskan stilet.
11. Amankan kateter pada dada
12. Hubungkan kateter ke katup satu arah seperti misal Heimlich Valve
13. Nilai ulang status ventilasi, vena Juguler, posisi trakhea, nadi dan tekanan darah
14. Catat prosedur dan respon

 Komplikasi :
Pneumothorax (tension)
OCCLUSIVE DRESSING
PENGERTIAN OCCLUSIVE
DRESSING

Occlusive dressing adalah penutupan luka dengan menggunakan balutan


tertentu seperti transparan film atau hidrokoloid untuk menciptakan
lingkungan luka yang lembab. Occlusive dressing memberikan pengaruh pada
luka dengan menjaga kelembaban di dasar luka. Kelembaban tersebut
akan melindungi permukaan luka dengan mencegah kekeringan (desiccation)
dan cedera tambahan . Selain itu, balutan tertutup juga dapat mengurangi
risiko infeksi.
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban
(moist wound healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar
luka sebelum dilakukan pemasangan graft atau flap konstruksi.

 Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka atau disebut wound


bed preparation.

 Sedangkan Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka dengan wound


bed preparation memiliki tahapan-tahapan yang disingkat dengan TIME yaitu; tissue
management, infection or inflammation control, moisture balance, dan edge of wound
Pelaksanaan wound bed preparation dengan TIME, yaitu;

1. Manajemen Jaringan

2. Mengendalikan Infeksi dan Inflamasi

3. Mempertahankan Keseimbangan Kelembaban

4. Kemajuan tepi luka


PROSEDUR
PELAKSANAAN
Tahap Pra Interaksi

1. Persiapan Alat
• Kain kasa steril
• Verban gulung
• Larutan untuk drip yang terdiri dari: NaCL 0,9%, 325 cc, glukosa 40%, 125 cc dan
betadin 10%, 50cc
• Trofodermin cream
• Antibiotika tropical
• Ganti verban set
• Infus set
• Pengalas
• Sarung tangan
• Gunting
• Bengkok
• Hipavix atau plester
• Plastic penutup (tipis, putih dan transparan)
• Standar infus

2. Persiapa Pasien
• Buka luka yang akan diobati
3. Persiapan perawat
• Baca catatan keperawatan
• Tentukan asisten atau mandiri
• Cuci tangan
• Siapkan alat

4. Persiapan lingkungan
• Jaga privacy pasien

Tahap Orientasi

 Berikan salam, panggil pasien sesuai namanya

 Jelaskan tujuan, prosedur tindakan dan lama waktu yang di butuhkan untuk
tindakan
Tahap Kerja

1. Siapkan alat dan cuci tangan

2. Jelaskan tindakan yang akan di lakukan kepada pasien

3. Pakai sarung tangan

4. Bersihkan luka dengan cairan antiseptic

5. Oleskan trofodermin cream pada dasar luka secara merata

6. Keliling tepi luka diolesi antibiotika topical

7. Ditutupi kasa steril satu lapisan


8. Infus set tanpa jarum dihubungkan dengan larutan, ujung
infus set diletakkan pada tengah luka, tutup dengan kassa
kemudian tutup dengan plastic

9. Dibalut dengan verban gulung

10. Alirkan larutan drip dengan tetesan 4-6 tmp

11. Anjurkan pasien untuk bedrest

12. Atur posisi kaki (ulkus) lebih tinggi 30°

13. Bereskan alat


Tahap Terminasi

 Evalusi kegiatan yang telah dilakukan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

 Beri penghargaan positif kepada pasien.

 Mengakhiri hubungan dengan baik.

 Kontrak waktu selanjutnya.

 Cuci tangan.

Hal-hal yang harus diperhatikan

 Menjaga sterilisasi

 Balutan tidak boleh terlalu kencang


Dokumentasi

 Catat tindakan di buku status pasien yang telah dilakukan

 Respon pasien

 Waktu kegiatan

 Paraf dan nama perawat


TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai