Pengkajian
Pengakajian hepatitis C terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada pengkajian fase kronis didapat yang
berhubungan dengan penurunan fungsi hati. Keluhan utama cepat lelah atau
malaise didapatkan pada hampir seluruh pasien hepatitis C.
Diagnosis
1. Aktual/risiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hiperamininniema, ensefalopati.
2. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan lektrolit berhubungan dengan
muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan oral, diaforesis.
3. Pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi
penatalaksanaan perawatan dan pengobatan, rencana perawatan rumah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan makanan yang kurang adekuat.
5. Aktual/risiko gangguan integumen berhubungan dengan spider nevi,
pruritus, respons ikterus, peningkatan kadar bilirubin pada sistem vaskular
integumen.
6. Intoleransi aktivitas behubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik
umum, sekunder dari perubahan metabolisme sistemik.
7. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi sistemik, penurunan cairan
tubuh, perubahan metabolisme.
8. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi lokal organ hati.
9. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.
Rencana keperawatan
Rencana intervensi disusun sesuai dengan tingan toleransi individu. Untuk intervensi
nyeri dan kecemasan dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada gangguan
gastrointestinal lainnya. Untuk intervensi intoleransi aktivitas, hipertermi, aktual/ risiko
pola napas tidak efektif, aktual risiko gangguan integritas intergumen, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat disesuaikan dengan
hepatitis A dan hepatitis B.
Intervensi Rasional
Intervensi pemenuhan cairan :
a. Identifikasi faktor penyebab, awitan
a. Parameter dalam menentukan
(onset), spesifikasi usia dan adanya
intervensi kedaruratan adanya riwayat
riwayat penyakit lain. keracunan dan usia anak atau lanjut
usia memberikan tingkat keparahan
dari kondisi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
b. Kolaborasiskor dehidrasi b. Menentukan jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan derajat
dehidrasi dari individu
c. Lakukan pemasangan IVFD c. Apabila diare dan muntah berlanjut,
maka lakukan peamasangan IVFD.
Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi.
Dokumentasi dengan akurat tentang Sebagai evaluasi penting dari intervensi
intake dan output cairan. hidrasi dan mencegah terjadinya
overhidrasi.
Bantu pasien apabila muntqaah Aspirasi : muntah dapat terjadi terutama
pada usia lanjut dengan perubahan
kesadaran. Perawat mendekatkan tempat
muntah dan memberikan masase ringan
pada pundak untuk membantu menurunkan
respons nyeri dari muntah.
Intervensi pada penurunan kadar
eletrolit.
a. Evaluasi kadar elektrolit serum a. Untuk mendeteksi adanya kondisi
hiponatermi dan hipokalemi sekunder
dari hilangnya elektrolit dari plasma.
b. Dokumentasi perubahan klinik dan b. Perubahan klinik seperti penurunan
laporan dengan tim medis urine output secara akut perlu diberitahu
kepada tim medis untuk menapatkan
intervensi selanjutnya dan menurunkan
risiko terjadinya asidosis metabolik
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Tingkat pengetahuan
tentan kondisi penyakit dan dipengaruhan dipengaruhan oleh
rencana perawatan rumah kondisi sosial ekonomi pasien.
Perawat menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan
kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan
tersebut perawat dapat lebih
terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasienvsecara
efisiensi dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien
penerimaan informasi perlu dilibatkan dalam
pemenuhan informasi untuk
menurunkan risiko misinterpretasi
terhadap informasi yang
diberikan.
Berikan informasi pada pasien a. Pasien satu minggu tidak
yang akan menjalin perawatan dianjurkan melakukan
rumah, meliput: aktivitas rutin yang berat,
a. Anjurkan untuk istirahat seperti jogging, bersepeda
stelah pulang atau lari.untuk aktivitas
b. Anjurkan untuk rutin dapat dilakukan
melakukan kontrol sesuai tingkat atau
c. toleransi individu.
b. Pasien dengan sirosis
harus diskrining untuk
HCC dan varises
esofagus
Evaluasi
Hasil yang dihadapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Pola napas kembali efektif
2. Aktifitas pasien dapat optimal sesuai tingkat toleransi.
3. Informasi kesehatan terpenuhi sesuai kondisi individu.
4. Terjadi penurunan hipertensi.
5. Intake nutrisi adekuat.
6. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Penurunan respons nyeri.
8. Penurunan tingkat kecemasan.
Pengkajian
Pada pengkajian D secara klinik biasanya tidak jauh berbeda dengan
kondisi hepatitis virus lainnya.
Pengkajian riwayat penyakit sekarang , pasien mengeluh adanya ikterus, cepat
lelah, anoreksia, mual, muntah, kulit gatal, demam, nyeri pada abdomen kanan atas,
keluhan nyeri kepala, gangguan pola tidur, dan bisa didapatkan adanya perubahan
kesadaran secara progresif sebagai respons dari hepatik ensefalopati, seperti kesadaran
somnolen sampai koma. Pada kondisi sirosis hepatis, keluhan yang dilaporkan adalah
perut membesar (asites) , edema ekstremitas, dan adanya riwayat perdarahan
(hematematis dan melena). Mual dan muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan
dehidrasi.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu disesuaikan dengan predisposisi secara
hematologen dan sesual. Perawat menanyakan pola hidupnya, penggunaan alkohol,
perilaku seksual,serta penggunaan NAPZA.
Pada pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan hasil-hasil sebgai berikut.
Insfeksi : pada fase kronis, ikterus merupakan tanda khas, terutama pada sklera. Urine
gelap warna kecoklatan, seperti cola atau teh kental. Pasien terlihat kelelahan
Auskultasi : biasanya bising usus normal.
Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kana atas
Palpasi : nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada.
Pengkajian pemeriksaan laboratorium, didapatkan sesuai dengan perkembangan
penyakit, meliputi hal berikut ini:
1. Pemeriksaan darah rutin, tes fungsi ginjal dan elektrolit.
2. Peningkatan alanine aminotransferase dan aspartat aminotranferase tingkat lebih
besar dari 500 IU/L.
3. HbsAg diperlukan untuk replikasi HDV, tetapi pada pemeriksaan bisa tidak
terdeteki akibat replikasi HDV aktif.
4. Hasil tes serum pada pasien dengan ko-infeksi dengan HDV dan HBV.
5. A. Hasil yang positif untuk antigen HDV dalam 20%.
6. Hasil yang RNA HDV dalam 90%
7. Hasil untuk HDV imunoglobbulin G. Penemuan antibodi A terhadap antigen
HDV berhubungan dengan infeksi HDV kronis.
Diagnosis Keperawatn
1. Aktual/risiko ketidakseingan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah,
hipokalemia, penurunan intake cairan oral, diaforasis.
2. Pemenuhan informasi berhungan dengan ketidakadekuatan informasi
penatalaksanaan perawatan dan pengobatan, rencana perawatan rumah.
3. Ketidakseimbnagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum,
sekunder dari perubahan metabolisme sistemik.
5. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi sistemik, penurunan cairan tubuh,
perubahan metabolisme.
6. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi lokal organ hati.
7. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.
Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Tingkat pengetahuan dipengaruhi
tentang kondisi penyakit dan oleh kondisi sosial ekonomi pasien.
rencana perawatan rumah Perawat menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan kondisi individu
pasien. Dengan mengetahui tingkat
pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif.
Berikan informasi pada pasien
yang akan menjalani perawatan
rumah, meliputi : a. Pasien selama satu minggu tidak
a. Anjurkan istirahat setelah dianjurkan melakukan aktivitas
pulang. rutin yang berat, seperti jogging,
bersepeda, atau lari. Untuk
aktivitas rutin dapat dilakukan
sesuai tingkat toleransi individu.
Pasien tidak boleh kembali ke
sekolah atau bekerja selama satu
minggu setelah onset penyakit.
b. Makanlah yang bervariasi, diet,
sehat, ambil bagian dalam
b. Anjurkan untuk memenuhi diet beberapa aktivitas fisik setiap
dan istirahat. hari, dan mendapatkan banyak
istirahat.
c. Keluarga pasien diberitahu cara
c. Ajurkan untuk menghindari transmisi HDV dan ikut terlibat
transmisi HDV. dalam menjaga kondisi pasien.
Mengubah perilaku berisiko
tinggi, termasuk penggunaan
narkoba suntikan atau praktik
seksual yang tidak aman. Pasien
dengan HDV kronis dan infeksi
HBV tidak boleh mendonorkan
darah, berbagi sikat gigi, atau
d. Anjurkan untuk melakukan pisau cukur.
prakik aman dalam aktivitas d. Menurunkan epidemiologi
seksual. transmisi HDV. Sampai saat ini
masih belum ada vaksin untuk
pencegahan penularan HDV.
Cara terbaik untuk mencegah
penularan HDV adalah
mencegah kontak dengan darah
yang terinfeksi dan organ, serta
menghindari risiko tinggi
perilaku seksual seperti seks
bebas dan anal kontak. Pasien
dengan hepatitis D harus
e. Beritahu untuk melakukan disarankan untuk menggunakan
kontrol (follow up). kondom selama hubungan
seksual.
e. Follow—up yang
direkomendasikan paling sedikit
6 bulan untuk menentukan
apakah HBV kronis dan infeksi
HDV berkembang.
Beritahu pasien dan keluarga Intervensi penting untuk mencegah
apabila didapatkan perubahan klien risiko kerusakan hati yang lebih
untuk segera memeriksa diri. parah. Jika pasien memiliki gejala,
maka istirahat fisik sampai gejala
memaik. Jika gejala memburuk pada
setiap saat, hubungi dokter. Semakin
baik mengurus diri sendiri, semakin
besar kemungkinan penekanan
aktivitas dari HDV.
Evalusai
Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi adalah sebagai
berikut :
1. Aktivitas pasien dapat optimal sesuai tingkat toleransi.
2. Informsi kesehatan terpenuhi sesuai kondisi individu.
3. Terjadi penurunan hipertermi.
4. Intake nutrisi adekuat.
5. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Penurunan respons nyeri.
7. Penurunan tingkat kecemasan.