Anda di halaman 1dari 13

ASKEP KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GLOMERULONEFRITIS KRONIK

Yohanes Emanuel Nong


042020025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK


JALUR TRANSFER
STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2020/2021

1
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering ditemukan pada usia 3-
7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering mengenai anak laki-laki dari pada
wanita dengan perbandingan 2 : 1 (Mansjoer, Arif, dkk. 2000 : 487).
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan
ini dapat terjadi akibat glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara
spontan (Arif muttaqin & kumala Sari, 2011). Glomerulonefritis kronik ditandai
oleh kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang
sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya,
dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala
insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan Sari,
2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari
sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria
dan proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa
tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh
hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan
(Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer, et al., 2000). Jalan penyakit GNK dapat
berubah-ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan fungsi minimal dan merasa
sehat. Perkembangan penyakitnya juga perlahan.

Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya akan


berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir (Baradero, 2008).

B. Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih
sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara
anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia

2
3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan
adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa berlangsung secara
mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena
tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya
(sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.

C. Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut. Penyakit ini
ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang
pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih banyak pria daripada wanita (2:1).
Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra
renal, terutama di traktus respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh
kuman streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan
adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan alergi.

3
D. Manisfestasi klinis
Glomerulusnefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama.
Gejala utama yang ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
q. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)

E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden Linda
(2002) adalah
a. Pemeriksaan Laboratorium
 LED (Laju Endap Darah) meningkat.
 Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
 Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine meningkat.

 Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin (+),


eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.

4
 Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC) sedikit
menurun.
 Ureum dan kreatinin meningkat.
 Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi streptococcus yang
mendahului hanya mengenai kulit saja.
 Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
b. Test gangguan kompleks imun
c. Biopsi ginjal

F. Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan
penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan kelainan di miokardiu.
Anemia yang timbul karena adanya hypervolemia disamping sintesis eritropoietik
yang menurun.

G. Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus.

5
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang
lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan,
karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan
elektrolit). Pemberian diet rendah protein (1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1
gr/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan
biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfuse tukar dan
sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit
tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
c. Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi yang nyaman
(semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter.
d. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

6
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien
dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan
keberhasilan proses keperawatan tergantung dari pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien mengeluh
mual, anoreksia, muntah, mengeluh demam, mengeluh sakit kepala/pusing,
mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba hangat, anak tampak
lemah, adanya peningkatan tekanan darah

7
1. Riwayat kehamilan dan persalinan

a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Streptococus), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta
penyakit DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c) Riwayat Neonatus
Kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau gejala yang
mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak ditemukan tanda gejal pada
usia nenatus.

Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami Gluronefritis
Cronic (GNC)
b) Penyakit keturunan atau diwariskan
c) Penyakit congenital atau bawaan
e. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang
bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki
lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan
ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa
bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-
alat sederhana.

8
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan
kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut
hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan
besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan


dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:

a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan


Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
b. Pola nutrisi – Metabolik
Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi metabolic seperti
anoreksia, mual muntah, pembengkakan ekstremitas bawah/edema, terjadi
penambahan berat badan karena adanya pembengkakan. Suhu badan normal hanya
panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
c. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung
2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus, Perubahan warna
urine (kuning pekat, merah)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah
sudah normaal selama 1 minggu.
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan
masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan. Peningkatan ureum darah

9
menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat
terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.

g. Konsep Diri dan Persepsi Diri


Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan. Klien cemas dan takut karena
urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran. Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh serta
anak mengalami kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
i. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah.

2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat
kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya
perubahan.

a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada

10
fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan cura jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c. B3 (Branin). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna uurine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites pada
abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.

2. Diagnosa

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang telah dikaji


dengan menetapkan masalah, penyebab, data penunjang. Masalah keperawatan
yang ditemukan adalah 1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
ditandai dengan mama besar pasien mengatakan pengeluaran cairan BAK frekuensi
menurun selama sakit dengan warna urine coklat seperti air cucian daging. Tanda –
tanda vital saat diukur tekanan darah 130/70 mmHg Pemeriksaan laboratorium
pasien tanggal 25 mei 2019 BUN: 19,0 mg/dL. 2. Kelebihan volume cairan b/d
gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan mama besar pasien mengatakan
bahwa keluhan utama An. J.U saat ini adalah bengkak – bengkak muncul diwajah
dan kaki, muncul 3 hari sebelum masuk rumah sakit hingga saat ini masih bengkak
– bengkak.

Hasil pemeriksaan laboratorium pasien tanggal 25 mei 2019 albumin: 3,1 L, BUN:
19,0 mg/dL, kreatinin darah: 0,83 mg/dL, STO: 400 IV/ml.

11
3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keprawatan merupakan tahap ketiga dan proses keperawatan,


setelah penegakkan diagnosa

1. Diagnosa keperawatan pertama adalah perfusi jaringan renal tidak efektif b/d
hipervolemia. Intervensi yang dibuat yaitu Kaji adanya edema pada area tergantung
pada pasien, Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien setiap 2
hingga 4 jam, ukur tanda – tanda vital, Pantau dan dokumentasikan warna dan
karakteristik urine pasien, Pantau berat jenis urine, kadar elektrolit serum, BUN,
dan kreatinin pasien, Observasi pola berkemih pasien, Berikan dopamin dosis
rendah, sesuai program, Jelaskan kepada pasien, anggota keluarga atau pasangan
tentang alasan terapi dan efek yang diharapkan.
2. Diagnosa keperawatan kedua kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme
regulasi. Intervensi yang dibuat yaitu Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran
serta Ukur dan catat masukan keluaran dengan akurat, Kaji perubahan edema, ukur
lingkar abdomen pada umbilikus, Obeservasi edema disekitar mata dan area
dependen, ukur tanda – tanda vital, kolaborasi pemberian diuretik bila di
indikasikan, Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3,


Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta,
EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI

13

Anda mungkin juga menyukai