GLOMERULONEFRITIS
3. Patofisiologi
Sumber : (North American Nursing Diagnosis Association, 2015)
Potensial infeksi sterptokokus dan adanya reaksi antigen dan antibody merupakan
unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi
didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara
mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN)
dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap
lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan
selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus
menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang
dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria (Nelson, 2015).
.
4. Manifestasi Klinis
Kasus GNA adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi
saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya
sembab. Periode laten rata-rata 10 atau 21 hari setelah infeksi tenggorokan atau kulit.
Berikut manifestasi klinis GNA menurut (Nelson, 2015) :
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar
ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat
oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali
pada hari pertama).
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan
kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat kerusakan
jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan
menjadi permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik (Sekarwana, 2001).
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan
diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
j. Fatigue (keletihan atau kelelahan)
5. Komplikasi
Menurut (Nelson, 2015; Donna, 2009) komplikasi yang muncul akibat GNA pada
anak dapat berbeda-beda. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
a. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka
dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
b. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema
otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
eritropoetik yang menurun.
e. Sindrom nefrotik
f. Edema paru.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Smeltzer, 2002) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Urinalisa
Urinalisis menunjukkan adanya hematuria makroskopik ditemukan hampir
pada 50% penderita, proteinuria (+1 sampai +4), kelainan sedimen urine dengan
eritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++), albumin
(+), silinder lekosit (+) dan lainlain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin
serum meningkat dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Kadang-kadang tampak adanya proteinuria
masif dengan gejala sindroma nefrotik.
2. Pemeriksaan Hispatologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada korteks. Mikroskopis tampak hampir semua glomerulus terkena,
sehingga dapat disebut glomerulonefritis difusa. Tampak proliferasi sel endotel
glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan ruang simpai
Bowman menutup. Di samping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul,
infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop
elektron akan tampak membrana basalis menebal tidak teratur. Terdapat
gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh globulin-gama,
komplemen dan antigen Streptokokus.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis GNA pada anak menurut (Nelson, 2015) yaitu :
1. Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler).
Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi menyebarnya infeksi streptokokus yang mungkin masih
ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis
yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis anak dapat
terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil
.
2. Pengobatan terhadap hipertensi.
3. Pemberian cairan dikurangi,
4. Pemberian makanan. pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1
g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada
penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%.
B. Asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa glomerulonefritis
1. Pengkajian
a) Anamnesa : Perawat mengumpulkan data untuk menentukan penyebab
meningitis, yang membantu mengembangkan rencana keperawatan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Pengkajian fisik: Dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe atau
pemerikasaan organ dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
a. Genitourinaria :Urine keruh, proteinuria, penurunan urine output,
hematuria
b. Kardiovaskuler : Hipertensi
c. Neurologis : Letargi, iritabilitas, kejang
d. Gastrointestinal : Anorexia, vomitus, diare
e. Hematologi : Anemia, azotemia, hyperkalemia
f. Integumen : Pucat, edema
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan klien dengan glomerulonefritis mencakup :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan
hipernatremia.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria.
3. Ketidakseimbangan status nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan anorexia.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi dan edema.
3. Intervensi
Daftar Pustaka
DonnaJ.Lager,.D, 2009, http;//www.vh.org/adult/provider/pathologi/GN/GNHP.html.
Doengoes. M.E. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC, 2006.
Price, Sylvia A, 2015 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta
Nelson, 2015, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,
EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi 8. Jakarta : EGC