Anda di halaman 1dari 4

1

GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

DEFINISI
Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut pasca streptokokus
(GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomerulus, sebagai akibat infeksi
kuman streptokokus hemolitikus grup A, tipe nefritogenik. Penyakit ini sering mengenai anak-anak,
diantara umur 2 sampai 12 tahun.1,2,3

ETIOLOGI
Glomerulonefritis pasca streptokokus didahului oleh infeksi Streptococcus hemolyticus grup
A jarang oleh streptokokus tipe lain. Beberapa tipe yang sering menyerang saluran napas adalah dari
tipe M 1,2,4,12,18,25 dan yang menyerang kulit adalah tipe M 49,55,57,60. 1,3

PATOGENESIS
Glomerulonefritis pasca streptokokus adalah suatu glomerulonefritis yang bermediakan
imunologis. Terbentuk kompleks antigen-antibodi di dalam darah dan bersirkulasi ke dalam
glomerulus dan terperangkap di dalam membran basalis. Komplemen akan terfiksasi mengakibatkan
lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat
lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran basalis glomerulus
Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbul proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel
mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus
menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urin yang sedang dibentuk oleh
ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria.1,4

MANIFESTASI KLINIS
Glomerulonefritis pasca streptokokus biasanya didahului oleh infeksi kulit (25%) atau
saluran napas atas (5-10%) oleh kuman streptokokus strain nefritogenik. Masa laten timbulnya
GNAPS dari penyakit kulit dalam waktu 21 hari dan dari faringitis biasanya 10 hari. 1,2,3
Anak dengan GNAPS datang dengan keluhan hematuria makroskopis, kadang-kadang disertai
edema periorbita atau edema anasarka, dan hipertensi. Hipertensi sering dijumpai bahkan terlihat
ensefalopati hipertensif yang ditunjukkan dengan gejala sakit kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan
kejang Pasien kadang-kadang datang dengan gejala gagal jantung kengestif atau udem paru.. Oliguria
serta anuria tidak jarang dikeluhkan, beberapa pasien juga menampakkan gejala anemia. Gejala-gejala
tidak spesifik seperti malaise, nyeri perut atau pinggang serta demam sering terjadi. Fase akut
biasanya membaik dalam satu bulan pasca mulainya, tetapi kelainan urin bisa menetap selama lebih
dari satu tahun.1,2

GAMBARAN LABORATORIUM
Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4), namun biasanya tidak masif,
hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita, kelainan sedimen urin dengan
eritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++), albumin (+), silinder
2

leukosit (+) dan lain-lain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda
gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan hipokalsemia. 1,4
Penurunan C3 sangat mencolok pada pasien glomerulonefritis akut pascastreptokokus dengan
kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl. Beberapa uji serologis terhadap antigen
streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi, antara lain antisterptozim, ASTO,
antihialuronidase, dan anti Dnase B. Kenaikan titer 2-3 kali berarti adanya infeksi. 1,2,3

DIAGNOSIS
Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokokus perlu dicurigai pada pasien dengan gejala
klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab, hipertensi dan gagal ginjal akut setelah
infeksi streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya infeksi
streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk
menegakkan diagnosis.1

PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.
Adapun yang dapat dilakukan yaitu:2
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu.
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin
50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti
dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
3. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari).
Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk
menenangkan penderita.

KOMPLIKASI
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala:
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung
dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang
menurun.2

PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh (95%), tetapi 5% di antaranya mengalami perjalanan
penyakit yang memburuk.1,2

DAFTAR PUSTAKA
3

1. Lazuardi S. Buku Ajar. Nefrologi Anak. Dalam: editor Noer MS. Glomerulonefritis. Jakarta:
BP IDAI; 2002.pp 345-53.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Glomerulonefritis Akut. Jakarta. Infomedika FKUI.
1985. 835-839.
3. Bhimma, R. Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis http://emedicine.medscape.com/
article. [diakses 8 Mei 2011].
4. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed Wahab, A. Samik. Ed 15. Glomerulonefritis akut
pasca streptokokus. Jakarta: EGC. 2000.1813-1814.
5. ADAMS. Glomerulonefritis Akut. http://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-8.jpg.
[diakses 8 Mei 2011].

Pembahasan
Pada pasien ini diagnosis Glomerulonefritis akut pacsa streptokokus (GNAPS) ditegakkan
berdasarkan data-data pasien dan gejala klinis. Dari anamnesis didapatkan BAK berwarna merah
seperti air teh sejak 4 hari SMRS. Kelopak mata dan sekitar telinga kiri bengkak, sering mangalami
bisul, terakhir 3 minggu yang lalu. Disertai demam yang tidak tinggi, naik turun dan nafsu makan
menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan edema preorbita (+/+), edema preaurikula (-/+) dan
sikatrik bekas bisul a/r ante brachii sinistra (+). Sedangkan dari pemerksaan laboratorium didapat
leukositosis 17.400 /mm3, LED meningkat 16/jam, ASTO reaktif, CRp reaktif, urin kuning
kemerahan, proteinuria +2, eritrosit urin >20/LPB. Pasien juga terlihat pucat pada telapak tangan dan
kaki dengan Hb 7,9 gr/dl.
Gejala GNAPS yang sering ditemukan adalah hematuria atau urin berwarna merah seperti air
teh atau air cucian daging. Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau
seluruh tubuh. Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Suhu badan
tidak berapa tinggi. Kadang-kadang gejala panas tetap ada, walaupun tidak ada gejala infeksi lain
yang mendahuluinya. Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, konstipasi atau diare
tidak jarang menyertai GNAPS. Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat
hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin hematuria makroskopis ditemukan pada
50% penderita. Dapat ditemukan juga albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit,
eritrosit dan hialin. Albumin serum sedikit menurun, demikian juga komplemen serum. Ureum dan
4

kreatinin darah dapat meningkat. Titer anti-streptokokus umumnya meningkat. Uji fungsi ginjal
normal pada 50% penderita.
Penatalaksanaan bagi penderita, golongan penisilin dapat diberikan untuk eradikasi kuman,
yaitu amoxicillin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika anak alergi terhadap
golongan penisilin, eritromisin dapat diberikan dengan dosis 30mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Tindakan bedah tidak diperlukan. Pengobatan GNAPS umumnya bersifat suportif. Tirah baring
umumnya diperlukan jika pasien tampak sakit, misalnya terjadi penurunan kesadaran, hipertensi atau
edema. Diet nefritis diberikan terutama bila terdapat retensi cairan dan penurunan fungsi ginjal.
Meskipun umumnya pengobatan bersifat suportif, tetapi pemantauan pengobatan dilakukan terhadap
komplikasi yang terjadi karena dapat mengakibatkan kematian. Fungsi ginjal membaik dalam 1
minggu dan menjadi normal dalam 3-4 minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam 6-8
minggu. Kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada
sebagian pasien.
Selain itu, pasien juga memiliki keterlambatan perkembangan mental, dimana baru dapat
berjalan pada usia 2 tahun dan belum dapat berbicara. Dari pemeriksaan fisik didapatkan mikrosefali.
Keterlambatan ini tidak berkaitan dengan GNAPS yang diderita pasien. Penyakit GNAPS tidak
mempunyai pengaruh dalam tumbuh kembang anak, kecuali jika terdapat komplikasi yang
menimbulkan sekuele.

Anda mungkin juga menyukai