Anda di halaman 1dari 31

STROKE NON HEMORAGIK

DEFINISI:
Adalah gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah otak, yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam), timbul gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu.
Etiologi : trombosis, emboli ,tromboemboli, dan hemodinamik

KRITERIA DIAGNOSIS
(gejala-gejala klinis):
Onset/awitan : mendadak
Saat terjadi : waktu istirahat, tidak aktif
Ada warning (peringatan), sebelumnya, seperti kesemutan atau TIA.
Nyeri kepala : kadang-kadang (+/-)
Mual dan muntah : biasanya tidak ada (-)
Kejang-kejang : tidak ada (-)
Kesadaran : biasanya tidak menurun, tapi kadang-kadang ada (+/-)

Defisit neurologik :
- Motorik : hemiparesis/plegi
- Spasitas
- Sensorik: hemihipestesi/anestesi/parestesi
- Hemianopsia
- Gangguan bicara: disfasia, afasia, disartria
- Defisit kognitif
- Lain2: ataksia, paresis Nn kranialis

DIAGNOSA BANDING (DD):


- Epilepsi partial
- Sinkope
- Migrain klasik
- Sindroma Meniere
- Perdarahan intraserebral (PIS), perdarahan subarahnoid (PSA),
- Tumor serebri
- Ensefalitis

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. CT scan (dirujuk)
2. EEG (dirujuk)
3. MRI (dirujuk) - USG Transcranial Doppler/TCD (dirujuk)
4. lumbal punksi
5. X torak foto - EKG - Ekokardiografi
6. Laboratorium lengkap

1
PENATALAKSANAAN :
Umum :
pedoman 5 B (breathing, blood, brain, bladder, bowel)
Pedoman 5 NO selektif ( NO: glukosa, antihipertensi, diuretic,
Kortikosteroid, antikoagulansia)
Termasuk observasi fungsi vital ( suhu, tensi,nadi, kesadaran)
Pengobatan simptomatik:
Panas : novalgin, antrain , dan antibiotik
Kejang-Kejang : difenilhidatoin/ phenitoin : 5 mg / menit IV
pelan-pelan , bila terjadi STATUS EPILEPTIKUS, diberi
diazepam 0,3 0,5 cc , bisa diulang tiap 10 menit
bila perlu drip diazepam (2 amp/ 500 cc Nacl)
Kesadaran : perhatikan sesuai GCS
Perubahan mental/rohani : dapat diberikan antidepressant/
Antipsikotik bila diperlukan.
Kulit : punggung, perhatikan adanya dekubitus
Bladder : bila perlu pasang kateter
Bowel : bila perlu diberi laxans atau tindakan lavement,
Terutama setelah 2-3 hari atau bila ada keluhan.

Khusus :
Memperhatikan penyebabnya:
1. Agregasi trombosit , dengan anti platelet agregasi : aspirin (ASA), Aspillet,
tromboaspilet, ( 81 mg :1-2x sehari),
Obat2 lain yg tujuannya hampir sama, Tiklopidin, Pentoxifillin (trental, tarontal,
tioxad), Naftidrofuryl (praxilline, frilix), Cilastazol(pletaal).
2. Calcium channel blockers: Nimodipin (nimotop), baik dng syring pump, infus atau
peroral. Metabolic activator neuron-neuron otak: piracetam (peroral atau parentral),
Citicholin (nicholin, brain act), nicergolin (semion), Ekstrak Ginkobilofa (Ginkona,
tebokan, brenax, prodement), Codergokrin mesilat (hidergin, xepadergin) dengan
dosis sesuai .
3. Bila terjadi edema serebri : diberikan lar manitol 20 %
Dosis : 0,25-0,50 mg/kg BB/kali tiap 4 jam kemudian tapering off, atau 100 200
cc, diberikan dalam 15-20 menit tiap 4 jam , sampai 4- 6 kali kemudian tapering
off.

Untuk pasien dengan delay time dari 6 - 12 jam dapat diberikan:


Pentoxifilin infus dalam Rl atau PZ dengan 16mg/Kg/hari, selama 3 hari, dapat sampai
1 minggu.
Citicholin (Nikolin) : 3 X 100 250 mg/ hari, secara IV,dapat sampai 1 minggu.

Bila datang kurang dari 6 jam adalah ideal, maka dapat diberikan :
- Piracetam 3 X 1- 3 gr secara IV.
- Pentoksifilin parenteral secara drip 1 ampul/ 100 cc PZ.
- Nimodipin ko-infus 2,5 ml per-jam, menggunakan syringe pump, dan Infus yang
diberikan adalah RL 2 botol sehari, tetapi dapat juga tanpa Syring pump dengan cara
three way dan mikrodrip .
- Kemudian setelah 1 minggu semua dapat diganti peroral,

2
Dapat ditambahkan :
- Kodergikrin mesilat 3 x 1 mg atau 1x 4,5 mg,
- Nicergolin ( sermion) 3 x 20mg.

Selama pengobatan : juga harus diusahakan memperkecil, atau menghilangkan adanya


faktor-faktor resiko

Setelah tindakan umum dan khusus, keadaaan vital pasien menjadi lebih baik, maka
tindakan selanjutnya rehabilitasi.
Rehabilitasi ini meliputi rehablitasi fisik dan mental,
Fisik : motorik, sensorik dan vegetatif, sebenarnya memerlukan occupational terapis
dengan instrument2 rehablitasi.
Mental : agak kompleks, karena kadang-kadang terdapat gangguan depresi, neurosis,
sampai psikosis,
Sebenarnya memerlukan penangganan suatu team, terdiri dari fisioterapis, occupational
terapis, ortotis prostetis, psikolog, social worker (pekerja social), speech terapis.
Pada pokoknya rehabiltasi dilakukan sedini mungkin bila tidak terdapat penyulit-penyulit
lain.
Harus pula diingat bahwa paska stroke akan terdapat perubahan besar pada pola
hidupnya, bila sabagai kepala keluarga, sangat mungkin tidak dapat diharapkan sebagai
pencari nafkah keluarga dan lain-lain karena cacat yang mungkin menetap.

PENYULIT PENATALAKSANAAN :
1. Ruangan : SMF saraf belum mempunyai ruangan rawat inap tersendiri, sehingga
tindakan spesialistik seperti Lumbal punksi, pemakaian syring pump atau mikrodrip,
maupun tindakan emergensi neurologik, atau pengamatan intensif pasien tidak dapat
dilaksanakan seoptimal mungkin
2. Termasuk ruangan rehabilitasi yang belum cukup mremadai .
3. Tenaga perawat terlatih dalam menangani kasus neurologik, yang masih kurang,
disamping tenaga rehablitasi untuk rawat inap maupun kunjungan rumah post rawat
belum ada.
4. Beberapa peralatan/intrusment, untuk membantu diagnostik, terapi dan rehablitasi
belum tersedia.
5. Umumnya harga obat untuk mengatasi serangan stroke akut cukup mahal, sehingga
mungkin tidak terjangkau/ terbeli oleh sebagian besar pasien-pasien didaerah.

Termasuk dalam stroke non hemoragik adalah :


- TIA
- RIND
- PRIND
- Progressing stroke (stroke inevolution)
- Complet stroke

KEPUSTAKAAN/ REFERENSI:
1. Caplan LR (2000), Caplanstroke: A Clinical Approach 3 ed, Butterwoth Heinemann
Boston PP 150 . 523-530.
2. Gilroy J. Basic Neurology 2 ed. 1992, Cerebrovascular Disease Ch8 ,128 150.
3. Budiarto G. Stroke and hypertension ; PKB UpdateOn Neurology 2002
4. Wijaya D. Perkembangan Muhtahir manajemen Stroke Iskemik; spt no 3

3
STROKE HEMORAGIK

DEFINISI:
Seperti pada Stroke Non Hemoragik
Hanya Etiologi berbeda : karena perdarahan , yaitu pecahnya pembuluh darah arteri
atau vena ( PIS, PSA, AVM).
Bukan karena trauma kapitis

KRITERIA DIAGNOSIS :
Onset/ awitan : sangat akut
Saat terjadi : waktu melakukan aktivitas
Umumnya tidak warning sebelumnya (TIA, parestesi dll)
Nyeri kepala : ada dan kadang sangat hebat (terutama PSA)
Kejang-kejang : ada , baik fokal maupun umum
Mual dan muntah : ada
Hipertensi : umumnya tinggi, diastolic >100 mmhg, sistolik >200
mmhg
Kesadaran : menurun, kadang-kadang sampai koma
Bradikardi : ada dari permulaan
Edema papil : kadang-kadang ada
Kaku kuduk, kernig/ Brudzinski : kadang-kadang ada, terutama PSA
Ptosis : kadang-kadang ada
Gangguan saraf otak : ada ( umumnya N III & IV )
Pemeriksaan LCS : warna kemerahan, eritrosit > 1000, Pada PSA : > 25000

DIFFERENT DIAGNOSIS :
Bahwa yang disebut dengan stroke hemoragik umumnya adalah pedarahan intraserebral,
sehingga DD nya dapat :
- PSA (perdarahan subarahnoid),
- Perdarahan subdural (subdural hematome)
- Perdarahan epidural (epidural hematome)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- CT Scan (standard baku) dirujuk
- MRI , TCD, EEG dirujuk
- X foto torak, EKG
- Lumbal Punksi
- Laboratorium lengkap

PENATALAKSANAAN:
- Pada kasus akut, sebaiknya dirawat diRS (UGD/ ICU)
- Lakukan 5 B , terutama jalan nafas ( O2, cegah aspirasi/suction),
- Hipertensi : bila tek Sistolik > 200 mmhg diturunkan dengan Adalat 5 10 mg SL
(sublingual).
- Muntah-muntah, mual-mual : ulsikur 2X 1 ampul IV

4
- Kejang-kejang : Phenitoin (dilantin) dosis : 5 mg permenit atau 1 cc permenit
diberikan pelan-pelan, secara IV, selanjutnya dapat diberikan dengan dosis : 10-15
mg/kgBB sekali sehari.
Disamping itu perhatikan adanya edema otak . diberikan manitol 20 % seperti pada
stroke non hemoragik: 0,25 0,50 mg/kgBB tiap 4 jam, kemudian tapering off, atau 100
cc dalam 15 menit, diulang 4 jam kemudian, sampai 4 kali , kemudian dikurangi
menjadi 75 cc dalam 15 menit selanjutnya menjadi 50 cc. Pemberian manitol ini dapat
dilakukan sampai 6 7 hari, dengan memperhatikan tidak adanya gagal jantunh
kongestif, anuria atau gangguan fungsi ginjal dan dehidrasi berat.

Perhatikan kadar Albumin darah,(mencegah edema otak), jika rendah (< 4 gram / 100
ml) dapat diberikan albumin secara pelan-pelan, 1 botol atau 125 ml albumin 20 %
dalam waktu 4 jam, perhatikan bila ada gagal jantung kongestif dan hipervolemik.

Perhatikan P CO2 (N: 35 45 mmhg), P O2 (N: 75 100 mmhg), PH darah (N: 7,35
7,45), juga kadar Kalium darah (N: 3,5 5,0 mEq/L, Natrium (N: 136 145 mEq/L).

Untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dapat diberikan Tranexamic acid (transamin,
ditranek, kalnex), dosis: 6 X 1gram ( 6 X 4 ampul transamin) atau dapat dengan
6 X 2 ampul.

Disamping itu dapat diberikan metabolik activator seperti:


- Piracetam ( nootrophil, neurotam, neurocet) 4 X 3 gr IV,
- CDP Cholin (Nicholin) 2 3 X 250 mg,
- Nicergolin ( sermion)
- Pada stroke hemoragik adalah KI untuk pemberian pentoksifilin maupun aspirin.

Bila kesadaran menurun dan badan panas, dapat diberikan analgetik (novalgin, antrain
secara IV), sebab dari panas dapat karena sentral ( pusat panas- hipothalamus yang
terganggu) atau karena infeksi, karena itu dapat diberikan antibiotik parenteral.
Antibiotik yang dapat diberikan dapat dari golongan:
Amoxillin. Ampicillin, cefotaxim, ceftriaxon. Dll.

PEMBEDAHAN :
Tindakan pembedahan dapat dilakukan bila ada perdarahan lobar dan serebelum atau
daerah putameinal , juga perdarahan di ventrikel (Umumnya I, II, III), tetapi semua itu
mempertimbangkan letak (lokasi), luas perdarahannya, bila dalam dan sulit, umumnya
tidak dilakukan pembedahan. Tujuan pembedahan adalah mencegah peninggian tekanan
intrakranial, mengurangi volume darah, mengurangi proses desak ruang, sehingga
kerusakan jaringan dan edema dapat dikurangi, dan prognosis diharapkan lebih baik.
Tetapi proses operasi sendiri sangat berresiko menimbulkan kerusakan jaringan otak
lainnya. Dalam hal ini pertimbangan dokter bedah saraf dan dokter saraf sangat
menentukan sekali keberhasilan operasi.
Operasi juga membutuhkan beaya yang cukup besar, tempatnyapun pada center2 besar,
atau rumah sakit tipe C,B atau RS Swasta, yang memiliki fasilitas Bedah Saraf
Termasuk fasilitas CT Scan atau MRI.
Untuk RSUD Nganjuk dikirim ke RS2 di Surabaya.
Keluarga, sangat menentukan berlangsungnya operasi

5
Di RSUD Nganjuk perawatan adalah secara medikamentosa, perawatan sebaiknya
dilakukan selama 10 hari - 2 minggu untuk mencegah adanya rebleeding pada hari ke 5
7.
Setelah perawatan pasien stroke hemoragik, juga harus rehalitasi, sebaiknya setelah
masa rebleeding lewat (hari ke 7)

Termasuk dalam stroke hemoragik adalah: PIS, dan PSA

PENYULIT PENATALAKSANAAN:
1. seperti pada stroke non hemoragik, pasien sering datang terlambat,
2. beaya pengobatan sering dianggap mahal.
3. Keluarga pasien , sering pesimis, tentang harapan pengobatan
4. Ruangan perawatan khusus saraf belum ada
5. fasilitas rehabilitasi belum memadai

KEPUSTAKAAN:
1. Caplan LR (2000), Caplanstroke: A Clinical Approach 3 ed, Butterwoth Heinemann
Boston PP 150 . 523-530.
2. Gilroy J. Basic Neurology 2 ed. 1992, Cerebrovascular Disease Ch8 ,128 150.
3. Budiarto G. Stroke and hypertension ; PKB UpdateOn Neurology 2002
4. Wijaya D. Perkembangan Muhtahir manajemen Stroke Iskemik; spt no 3
5. Buku ajar, Stroke, pengelolaan mutakhir, oleh badaan Penerbit Universitas
Diponegoro 1992.

6
MENINGITIS BAKTERIAL/ PURULENTA

DEFINISI:
Adalah infeksi cairan serebrospinal disertai radang yang mengenai lapisan
araknoidmater dan piamater otak dan mendula spinalis, kemudian dalam drajat ringan
juga mengenai permukaan supefisial otak dan medulla spinalis serta duramater.
Istilah lebih tepat disebut sebagai meningoensefalitis.

KRITERIA DIAGNOSIS :
- Panas badan (febris), menggigil
- Nyeri kepala terus menerus
- Mual, muntah dan kelemahan umum
- Setelah 12 24 jam timbul kaku kuduk (gejala meningitis yg khas)
- Rangsangan meningeal (Brudzinky I,II, Laseque )
- Gangguan kesadaran, (letargi, somnolent sampai koma)
- Dapat terjadi syok/rejatan
- Kejang-Kejang umum atau fokal
- Gangguan neurologik fokal.(jarang sekali pada stadium awal)
- Pada anak-anak : kadang-kadang ada ganguan nafsu makan, suhu tidak stabil ,
gangguan pusat pernafasan , panas tinggi dan kaku kuduk tidak ditemukan, kadang-
kadang ada kelumpuhan N kranialis VI. VII, VIII.
Diagnosis pasti : pemeriksaan cairan serebrosponalis (LCS) dengan Punksi lumbal, akan
didapatkan :
- Warna keruh sampai puirulent (none, pandy positif)
- Sel leukosit meninggi, (200 10000, dan 95% PMN)
- Kadar protein meninggi (75 mg %)
- Kadar glukosa menurun ( < 40 % kadar gula darah sewaktu)
- Kadar clorida menurun.

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS :
1. Perdarahan subaraknoid (PSA)
2. Meningitis virus
3. Tumor serebri
4. Febris dengan kaku kuduk

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- Pemeriksaan limbal punksi
- Laboratorium lengkap
- Torak foto, cranium foto (Sella khusus)
- Ct scan, EEG
- Biakan sumber infeksi ( kultur nasofaring, telinga, kulit, darah urin dsb)
- Pemeriksaan antigen bakteri (radio-immunoassay, enym-immunoassay, lateks,
aglutinasi).
- Pemeriksaan C Reaktive Protein (CRP)

PENATALAKSANAAN :
Terapi Umum
Terapi Khusus
Tergantung umur pasien, bakteri penyebab, fakor penyulut.

7
T. Umum : 5 B
Terutama perhatikan tanda2 edema otak/ TIK yang meninggi, bila Positif (ada),lakukan
tindakan terhadap edema serebri.
Pasien dengan kesadaran menurun : berikn infus RL- D 5%, O2, pasang folley catheter.
Panas badan diturunan dengan Novalgin, atau antrain. IV
Kejang-kejang dapat diberikan diazepam 0,3 cc IV dapat diulang 15 menit
kemudian.atau phenitoin 5 mg permenit IV pelan-pelan.
Bila terjadi syok, tekanan darah turun,: tetesan infus dipercepat, bila perlu dapat
diberikan,dopamine 2 ampul dalam D 5%, dengan tetesan 8 12 tetesan permenit.

T khusus :
Pemberian antibiotik yang tepat,
Yaitu dapat berdasarkan sumberinfeksinya ( hasil kultur, tes kepekaan, resistensi kuman),
umur pasien, factor predisposisi, dan penyakit sitemik yang ada.
Di RSUD yang paling sering diberikan berdasarkan umurmya:
Umur s/d 1 bulan : Ampicilin dan cefataksime atau
Ampicilin dan gentamicin
Umur 1 s/d 3 bulan : Ampicilin dan ceftriaxone
Umur 3 bulan s/d 18 tahun : Ampicilin dan ceftriaxone atau
Ampicilin dan chlorampenicol
Umur 18 s/d 50 tahun : Ceftriaxone dan ampicilin
Umur > 50 tahun : Ampicilin dan ceftriaxone

Keterangan dosis perhari :


- Ampicillin 300 400 mg/kg total 12 gm, diberikan tiap 4 jam
- Chlorampenicol 50 100 mg/kg total 4 6 gm, diberikan tiap 6 jam
- Cefotaxime 200 mg/Kg total 8 12 gm, diberikan tiap 4 jam
- Ceftriaxone 100 mg/kg total 8 10 gm, diberikan tiap 12 jam
- Gentamicin 4 mg/kg total 200 gm, diberikan tiap 6 jam
- Metronidazol 30 mg/kg total 1,5 gm, diberikan tiap 8 jam
- Penicillin G 250 400 K u/kg total 24 million unit, diberikan tiap 4 jam
- Rifampicin 20 mg/kg total 600 mg tiap, diberikan 8 jam

PENYULIT PENATALAKSANAAN :
- Disseminated intravasculer coagulation (DIC) : pemberian heparin dan pengobatan
meningitisnya.
- Hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi shunt ventrikuloperitoneal.
- Effusi subdural dilakukan usbdural tap atau drainase / shunting bedah
- Trombosis vena kortikal (tromboflebitis), ventrikulitis.
- Edema otak, abses otak, ensefalopatia
- Kejang-kejang, nyeri kepala, perlekatan

KEPUSTAKAAN:
1. Setiawan : Gangguan gerak karana infeki SSP , Univ Dponegoro 1990
2. Widjaja D : Patognenesis dan patofisiologis, Pendidikan berkelanjutan II Ilmu
penyakit saraf
3. Gilroy J : Infectious Disease, Basic Neurology 2 edition, 1992, Pergamon Press.
4. Meningitis bacterial :Pedoman Dignosis dan Terapi : Lab/UPF IP saraf 1994 RSUD
Dr Sutomo Surabaya.

8
MENINGITIS TUBERKULOSA

DEFINISI :
Suatu infeksi / reaksi keradangan mengenai salah satu selaput otak dan medulla spinalis
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa (mycobacterium tuberculosa).
Infeksi latent dari mikrobakterium TBC , secara hematogen ke meningen dan permukaan
otak, membentuk tuberkel2, dan seelah beberapa waktu karena suatu rangsangan seperti
reaksi immunologis, dapat pecah dan masuk ke ruang subaraknoid, menyebabkan
mengitis tuberkulosa, atau dapat membesar membentuk suatu tuberkuloma.

KRITERIA DIAGNOSIS :
Seperti pada meningitis umumnya, dan dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. Gejala Non Spesifik:
Kelemahan umum, apatis, anoreksia, subfebril, nyeri kepala kumat2-an, Nyeri otot,
Pada neonatus: rewel. Nyeri, perut, fontanela cembung lebih sering dijumpai dari
pada kaku kuduk Pada orang dewasa: panas jarang/ subfibril, sering bingung, kaku
kuduk, biasanya terjadi 1-3 minggu setelah keluhan
2. Stadium rangsangan meningeal:
Nyeri kepala, muntah, iritabel, rasa bingung bertambah
Paresis saraf otak,
Hidrosefalus, papil edema ringan, terjadi vaskulitis,
Ada gangguan neurologi fokal,
Kejang-kejang.
3. Stadium lanjut:
Kebingungan yang bertambah, delirium yang berfluktuasi, gejala fokal yang jadi
berat dan nyata.
Anamnesis adanya gejala subakut dan adanya infeksi kontak person.
Pemeriksaan LCS (Punksi lumbal) : warna jernih atau xantokrome, bila didiamkan
akan terbentuk seperti sarang laba2, sel meninggi (50-500),terutama MN, protein
biasanya lebih dari 75-100 mg/ml, kadang bias lebih 500 mg/ml bila terjadi blok
spinal, glukosa menurun sampai kurang 20 mg/ml, bila perlu pengecatan seperti ZN
(Ziehl Nielzen) dan pembiakan/kultur.

DIAGNOSIS BANDING:
1. Meningosensefalitis karena virus,
jamur/parasit
2. Abses otak
3. sarkoidodis SSP

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan radiologik
- Pemeriksaan LCS(liquor cerebrospinalis)
- Test antigen dalan darah dan LCS
- CT Scan (dirujuk), melihat hidrosefalus, proses di sisterna basalis dan korteks.

9
PENATALAKSANAAN:
I. Umum : Tindakan simptomatik
II.Khusus
1. Tergantung umur
2. Tergantung penyebabnya
3. Tergantung pnyulit
4. Adanya TIK yang meningkat:
Perubahan pada retina /edema papil
Respons pupil menurun
Kenaikan tek. Darah, disertai bradikardia
Tanda 2 neurologi fokal atau tanda2 lateralisasi
Bila ada perlu terapi mengurangi edema otak.

Obat2-an : Tuberkulostatin, dianjurkan kombinasi 3-4 macam obat anti TB :


- INH 300 mg/hr, anak 10-20 mg/kgBB/hari selama 18-24 bln
- Rifampicin 600 mg/hr, anak 15-25 mg/kgBB/hr, 18-24 bln
- Pirasinamid 2 X 500 mg, anak 20-35 mg/KgBB/hr, 6-12 bln.
- Streptomisin 750 mg i.m/hr, anak 20 mg/kgBB/hr sampai 40 gr.

Cara umum:
Streptomisin, Rifampicin, Pirasinamid dan INH selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan
INH dan Rifampicin sekama 7 bulan.

PENYULIT PENATALAKSANAAN :
1. Hidrosefalus
2. Kelumpuhan saraf otak
3. Iskemia dan ifark otak dan myelum
4. ensefalopati TB
5. SIADH (Sindroma Inappropriate Anti Diuretik Hormon)

DAFTAR PUSTAKA :
1. Setiawan : Gangguan gerak karana infeki SSP , Univ Dponegoro 1990
2. Widjaja D : Patognenesis dan patofisiologis, Pendidikan berkelanjutan II Ilmu
penyakit saraf
3. Gilroy J : Infectious Disease, Basic Neurology 2 edition, 1992, Pergamon Press.
4. Meningitis bacterial :Pedoman Dignosis dan Terapi : Lab/UPF IP saraf 1994 RSUD
Dr Sutomo Surabaya.

10
STATUS EPILEPTIKUS
(General tonik klonik seizure)

DEFINISI :
Suatu keaadaan yang dittandai dengan serangan kejang yan berulang kali sedemikian
rupa sehingga diantara dua serangan kejang tetap tidajk sadar.

KRITERIA DIAGNOSIS :
Kejang umum tonik klonik yang berulang sedemikan rupa, sehingga penderita tidak
kembali ketingkat kesadran normal diantara dua serangan kejang.
Anamnesis: ada riwayat epilepsy dan mencari penyebab yang mendasari.

DIAGNOSA BANDING :
-

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- Pemeriksaan laboratorium lengkap.
- Pemeriksaan kadar oabt2 anti epilep[tik didalam darah. (dirujuk)
- Pemeriksaan gas darah (blood gas analysis)
- EEG : harus dikejakan untuk waktu rekaman lebih dari 30 menit.
- EKG

PENATALAKSANAAN :
- Bebaskan jalan nafas, berikan O2, monitor tekanan darah dan RR.
- Periksa gula darah arteri, P02, PH, PCO2, HCO3 . (bila memungkinkan)
- Pasang infus berikan NaCL , dan bolus Glukosa 40%, 50 cc.
- Berikan diazepam 2mg/menit ( 0,4 cc/menit) sampai kejang hilang/ berhenti atau
sampai mencapai 20 mg ( 2 ampul).
- Mulai bolus phenitoin 50 mg/ menit pelan-pelan, dapat diberi sampai 18
mg/kgBB.
- Perhatikan bila ada hipotensi.
- Bila masih kejang dapat diberikan diazepam 100 mg/hr (10 ampul) dalam 500 cc
D5% di drip dengan kecepatan 40 cc/jam atau 12 gtt/m.
- Bebaskan jalan nafas dan monitoring EKG

Bila masih kejang lakukan anestesi umum, dengan halotan atau neuromuscular
junction blockade dibawah pengawasan ahli anestesi.
Bila ahli anestesi, tidak ada dapat diberikan infus cairan paraldehyde 4% dalam larutan
NaCL, diberikan secara cepat.
Atau dapat diberikan lidokain 50-100 mg secra IV pelan-pelan, dapat di drip yaitu : 50-
100 mg lidocain dalam 250 cc D 5%, dengan kecepatan 1-2 mg /menit.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Pedoman Diagnosis dan Terapi , Lab/UPF Ilmu penyakit Saraf 1994 RSUD Dr
Soetomo. Hal 64-65.
2. Antonio V Escueta D, Treiman DM. The Emergency Treatment of status Epileptikus.
In Johnson RT ed Current, Therapy In neurologic Disease. Philadelphia; B.C
Decker Inc 1985: 51-60.

11
SINDROMA GULLAIN BARRE AKUT

BATASAN :
Adalah penyakit yang akut atau subakut mengenai radiks spinalis dan saraf peripher,
kadang-kadang juga saraf kranialis, yang biasanya timbul setelah infeksi, cenderung
suatu proses Immunologik.

KRITERIA DIAGNOSIS:
Anamnesis : didahului infeksi ringan saluran nafas dan saluran pencernakan, 1-3 minggu
sebelumnya. (masa prodromal latent).
Gannguan motorik: ada kelumpuhan progresif lebih dari satu tungkai atau otot2
ekstrimitas tipe lower motor neuron, yang umumnya diawali dengan kedua ekstrimitas
bawah, kemudian menyebar secara ascending ke badan, anggota gerak atas dan saraf
kranialis.
Kelumpuhan bisa hamya kedua anggota gerak bawah saja,(paraparesis), tetapi juga bisa
serentak keempat anggota gerak tetraparesis).
Gangguan sensibilitas :kadang-kadang ada hpestesi/parestesi ujung keempat anggota
gerak (hand and stocking hipestesi/ parestesi).

Gangguan N Kranislis : paling sering NVII (otot2 wajah)


Bila N III & VI : terjadi diplopia
Bila N IX , X : terjadi disfagia, dan disfonia
Bila N laringius terkena : gangguan pernafasan
Semua Nn Kranialis dapat terkena kecuali N I & VIII

Gangguan otonom: Bisa berupa sinus takikardia, muka merah (facial flushing)
Sinus bradikardia,Hipetensi atau hipotensi
Hilangnya keringat (episodic profuse diaphoresis).
Jarang2 ada retensio atai inkontinensia.umumnya hilang
Setelah 1 2 minggu.
Gangguan pernafasan : bila terjadi berakibat fatal, karena paralise diafragma dan otot-
otot pernafasan, dan hrusdibantu dengan respirator (ICU).
Perjalanan Penyakit : fase progresif (4 8 minggu), mulai sampai lumpuh maksimal
Fase platau (1 3 minggu), lumpuh maksimL menetap.
Fase rekonvalensen (penyembuhan), sampai beberap minggu.

DIAGNOSIS BANDING :
1. poliomielitis
2. histerical paralysis
3. neuropati toksik ( karena organofosfat, nitrofurantoin, DDS)
4. mielitis akut
5. porfiria intermittent akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap dan punksi lumbal (LCS) ada disosiasi sito-
albuminemia (peninggian kadar protein, tetapi jumlah sel menetap.

12
2. Pemeriksaan serum : bisa hiponatremia pada sindroma inappropriate . antidiuretic
hormon)atau imunoglobulin meninggi
3. EMG (elektromiografi)

PENATALAKSANAAN :
1. Perawatan Umum :
5B
Smptomatik
2. Pengobatan:
Pemakaian kortokosteroid (walaupun diragukan)
Predinson 6 X 2 tab atau
Dexamtazon 3 x 1 ampul kemudian tapering off.
Dansera/danzen : 3 x 1 tablet
Roborantia (B1, B2 )
Pertukaran plasma (plasma exchange/ plasmapharesis), dengan
Human globulin 0.4 gr/kg/BB/hr, selama 7 hari.

PENYULIT :
1. Kelumpuhan otot pernafasan
2. Dekubitus

DAFTAR PUSTAKA :
1. Gilroy J. Meyer JS.Basic Neurology 2 ed, International ed 1992 Hal . 377-378.
2. Vanky, Meche, : The Ducth, Gullian Barre Study Group: A. Randomizedtrial
comparing intravenous immunoglobulin and Plasma exchange in Gullain-Barre
Syndrome, N Eng J Med 1992, 326, 1123-1128.
3. Suryokanti. Taswin Y. Gangguan gerak, FK Unv Diponegoro RS Dr Kariadi 1990,
hal 183-185.

13
NYERI KEPALA (HEADACHE/DIZZINESS)

DEFINISI :
Nyeri kepala ialah nyeri yang dirasakan didalam atau disekitar tulang kepala, Termasuk
nyeri dibelakang mata atau pada hubungan antara tengkuk-kepala.

Nyeri kepala dapat dibagi 2 ( Dalessio) :


I. Nyeri kepala yang berkaitan dengan penyakit neurology.
II. Nyeri kepala yang tidak disertai dng perubahan struktur sistim saraf yg jelas.

Klasifikasi nyeri kepala menurut International Headache Society (I.H.S) ada : 12 Jenis
Nyeri kepala, tapi yang dibahas disini hanya 3 macam saja.

NYERI KEPALA TEGANG :


a. MUSKULER / OTOT/ TENSION HEADACHE
b. VASKULER/ MIGREN

a. NYERI KEPALA TEGANG MUSKULER/ TENSION HEADACHE


BATASAN:
Nyeri kepala yang terasa kepala berat, seperti diikat, biasanya didaerah kuduk, kadang-
kadang dapat menyeluruh atau bilateral.

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Nyeri kepala setiap hari
- Tidak dipengaruhi aktivitas fisik
- Biasanya bilateral
- Tidak ada nausea, fotofobia dan fonofobia
- Nyerinya dapat episodik atau kronik ,
- Dapat disertai dengan atau tanpa nyeri otot perikranial
- Tidak ditemukan kelainan neurologis
- Sering pasien dengan mental labil, umumnya dicetus oleh stress,
- Rasa nyeri kepala karena kontraksi berlebihan otot2 didaerah kepala.

b. NYERI KEPALA TEGANG VASKULER/ MIGREN ICD 346


BATASAN:
Nyeri kepala dengan rasa ber-denyut2, seperti di-tusuk2, atau cekot2.

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Timbul serangan ber-ulang2, dan hebat
- Berhubungan dengan aktivitas fisik, tambah aktif tambah nyerinya
- Biasanya unilateral, kadang dapat menjadi bilateral.
- Sering disertai mual dan muntah
- Bila nyeri didaerah orbita dapat menyebabkan pengeluaran air mata,
- Fotofobia
- Migren klasik didahului aura (bisa sensorik. Motorik atau emosi),
- Biasanya aura penglihatan, seperti ber-kunang2, atau skotoma.
- Bila hebat dapat mengakibatkan kelainan neurology disebut sebagai,

14
- Bervariasi antara intensitas, durasi dan frekwensinya.
- Migren komplikata, seperti migren oftalmoplgis dan migren hemiplegis yang
sifatnya sementara.

NYERI KEPALA CLUSTER / KELOMPOK (CLUSTER HEADACHE)


BATASAN:
Nyeri kepala seperti migren tetapi serangannya bertubi-tubi dan berkelompok baik
intensitas (amlitudo). Durasi (lamanya) dan frekuensinya).
Disebut juga nyeri kepala Horton, Histamin Cefalgia, Raeder syndrome, Sphenopalatine
neuralgia atau juga Hemikrania paroksismal kronik.

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Lebih banyak pada pria, paling berat diantara nyeri kepala yang kumat-kumatan.
- Terutama nyeri periorbital 1-3 serangan setiap hari selama 8 minggu, kemudian ada
suatu periode nyeri bebas selama setahun, sudah itu kumat lagi.
- Kadang-kadang disertai injeksi konjungtiva, air mata nerocos, kelopak
membengkak,
- Hidung kadang-kadang tersumbat, keluar ingus, miosis atau ptosis, keringat banyak
pada dahi, walaupun tidur pasien dapat terbangun oleh rasa nyerinya.
- A. Karotis Interna dan cabang-cabang proximal dianggap sebagai sumber nyeri
peripher.

DIFERENT DIAGNOSIS:
1. Epilepsy, terutama untuk migren
2. TIA (tansient ischemic attacks)
3. Nyeri kepala lain : THT, gigi mulut, mata, hipertensi, penyakit infeksi dengan
demam, penyakit2 sistemik lain
4. Gangguan psikosomatik
5. Tumor otak

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
a. foto kranium
b. EEG
c. CT Scan
d. Arteriografi
e. EMG
f. MRI

PENATALAKSANAAN:
Nyeri kepala tegang otot:
1. analgetik : mefenamic acid, parasetamol, antagin, novalgin, NSAID dll
Anti depressant/ ansiolitik : amiltriptilin, klomipramin, buspiron, Alprazolam.
Pelemas otot/ muscle relaxant : diazepam, eperison, meprobanat, tifazidin dll.
2. Psiokterapi suportif: counselling
3. Fisioterapi: massase atau pemanasan diartemi

Nyeri kepala vaskuler/ migren:


1. Analgetik : sda, parasetamol, mefenamic acid, as salisilat, NSAID. parasetamol-
kodein (500-8 mg)/ 8 jam/hari.

15
2. Anti emetik : metoklopramid, prochlorperazin
3. Agonis 5-HT I non selektif : sebagai antivasokontriksi:
Ergotamin/kafergot (tidak boleh pada wanita hamil dan Pasien kardiovaskuler)
4. Agonis 5-HT I selektif:
sumatriptan
Naratriptan
5. Antagonis serotonin : pizotifen
6. lain-lain : Ca antagonis: flunarizin
B blokers : propanolol
Atenolol, timolol.
Antidepresan trisiklik : amiltriptilin.
Antikonvulsan : Na valproat.

Nyeri kepala Cluster :


1. Analgesik:
2. Verapamil
3. prednison
4. lithium karbonat
5. ergotamin, metisergid
6. sumatriptan

16
TRIGEMINAL NEURALGIA

BATASAN :
Nyeri hebat yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit, terjadi didaerah
muka/wajah pada percabangan N Trigeminus, yang dapat dicetuskan oleh perangsangan
ringan didaerah tersebut (meraba, mengusap,mengunyah, bicara, sikat gigi, kena angin
dll).

PENATALAKSANAAN :
1. Analgetik
2. anti depressant, anxiolitik
3. anti epileptik: difenilhidatoin, karbamazepin

KEPUSTAKAAN:
1. Gilroy.J basic neurology. 3 nd . New York: Macgraw-Hill
2. Adam. RD, Victor.M & Ropper, AH. Principles of Neurology 6nd. New york
McGraw-Hill 1997.
3. Dalessio, DF 1989. Headache. In :Patrick DW & Ronald M (Eds), Textbook of pain 2
nd ed, pp 387-401, New York: Churchil Livingstone, 1989.

17
VERTIGO

BATASAN :
Gejala yang dirasakan se-olah-olah lingkungan/ keadaan sekitarnya berputar-putar
terhadap diri atau merasa diri yang berputar terhadap tempat (waktu bergerak),
Vertigo mencerminkan adanya gangguan sistim deteksi orientasi seseorang dan sumber
deteksi seseorang adalah, organ vestibuler, penglihatan dan aparat propriseptif
Kemudian kumpulan informasi dari sumber tersebut diproses dalam formatio retikularis.
Ornag awam sehari-hari menyebutnya dengan pusing tujuh keliling.

KRITERIA DIAGNOSIS :
yang umumnya timbul bersamaan dengan gejala-gejala spt:
- Nausea/ mual , Vomitting/ muntah, kadang-kadang salivasi
- kulit pucat, peluh dingin
- nistagmus, tinistus
- ataksia.
Vertigo juga sering disebut sebagai dizziness, giddiness, unsteadiness.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS:
- Motion sickness (mabuk gerakan), vertigo salah satu dari MS ini
- Sinkope :
o Cardiovaskuler refleks syncope/ reflex syncope
o Orthostatic(postural) hypotensi syncope
o Cardiac S, Hyperventilation S, Hysteric S.
o Cardiovaskular occlusion disease: TIA, takyasus D, subclavia steal
Syndrome, arrytmic cardiac, Migren dll

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- Konsul THT
- Konsul Mata
- Konsul Laboratorium lengkap, EKG

PENATALAKSANAAN :
1. Gol simpatimimetik : ephedrine, amfetamine.
2. Gol beta bloker : propanolol. Pindolol
3. Menekan respon muntah : difenhidramin, dimenhidrinat, prometazin
4. Antikolinegik : atropin, skopolamin, atropin like action (antihistamin, Ca entry
blocker)
5. betahisden mesilat (merislon, betaserg)
6. Obat-lain lain : dehydroergotamin, meticobal, metoclopramide
7. menghindari : alcohol, aktifitas fisik postpandrial, menoleh kebelakang terlalu lama,
pakaian dengan leher ketat, pemakaian stocking elastis ketat.

18
PENYULIT :
1. Cerebrovascular occlusion disease
2. Orthostatic hypotension
3. Cardiac syncope
4. Hysterical syncope

KEPUSTAKAAN:
1. Adams RD. Victor M . Principles of Neurology 5 th ed Mcgraw hill, New York
1993.
2. Gilroy J Basic Neurology 2th Ed . Pergamon Press, New York 1992.
3. Joesoef Aboe A , Vertigo Neuro-otologi klinis, Airlangga University press 2002.

19
PENYAKIT PARKINSON

BATASAN:
Gangguan gerak seperti tremor, bradikinesia dan ridigitas yang timbul akibat adanya
degenerasi di basal ganglia, terutama di substansia nigra sehingga terjadi gangguan
keseimbangan antara neuron-neuron dopaminergik dan kholinergik, dimana dopamine
menurun dan asetil kholin meningkat.

KRITERIA DIAGNOSIS :
Bila terdapat gejala-gejala:
- Tremor (resting tremor)
- Bradikinesia
- Ridigitas
- Refleks postural negative

Different diagnosis:
- Tremor essemtial
- Parkinson akibat pengaruh obat-obatan
- Normo tensi hydrocephalus
- Penyakit Biswanger

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- PA (patologi Anatomi)
- Pemeriksaan kadar Cu (Wilson disease, Bovine spongiform encephalo- Phaty.
CT Scan
MRI
PET

PENATALAKSANAAN :
Medikamentosa :
- Trihexil phenidil (artan, arkine) 2 12 mg/ hr
- Diphenhidramine
- Sulfas atropin o,5 1,5 mg/hari
- Madopar (L dopa 100 200 mg + benserazide 25 50 mg )
- Sinemet (L dopa 100 250 mg + carbidopa 10 25 mg )
- Bromocriptin (elkrip, serokriptin)

OBAT PENUNJANG :
- Beta bloker (propanolol)
- Primidone
- Obat anti depresi :
o Amiltriptiline (laroxyl)
o Imipramine (Toframil)
o Maprotiline (ludiomil)
- Obat anti anxietas :

20
o Lorazepam (ativan)
o Diazepam (dosisrendah)
o Klordiazepoksid (libriun)

Obat bradikinesia
- Amantidine (symmetrel : 100 300 mg/hr)

Tindakan Operasi : Thalamotomi ventrolateral atau bilateral


Tindakan Rehabiltasi Medik

KEPUSTAKAAN :
1. Gilroy J Basic Neurology 2th Ed, Pergamon Press, New york 1992.
2. G N Gde Ngoerah. Prof Dr .Diagnosos Dini Parkinson. Pertemuan Nasional Dwi
warsa IDAI Semarang 25 28 Juni 1986.

21
TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT
KOMOTIO SEREBRI ( BRAIN CONCCUSION)

BATASAN/DEFINISI:
Trauma kepala yang menyebabkan gangguan kesadaran sepintas (< 10) atau Tanpa
gangguan sera tidak ada kerusakan structural jaringan otak.
Trauma dapat juga terjadi bila Jatuh pada bokong atau kedua kaki

KRITERIA DIAGNOSIS :
- Pingsan / tidak sadar sebentar/sepintas (< 10)
- Ada amnesia retrogard.
- Tidak ada kelainan neurologis.
- Pemeriksaan LCS dan EEG dalam batas normal.
- Keluhan tambahan:
o Nyeri kepala
o Vertigo
o mual-muntah
o tensi turun,
o bradikardia

DIAGNOSIS BANDING :
- Sinkope, kelainan psikiatri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium, LCS, EEG, X foto kepala dalam batas normal.

PENATALAKSANAAN :
- Prinsipnya obsevasi pada keadaan istirahat
- Simptomatik.

PENYULIT :
- Nyeri kepala tegang
- Epilepsy, stroke

22
KONTUSIO SEREBRI (MEMAR OTAK)

BATASAN:
Trauna kepala yang menyebabkan adanya perdarahan intertitial dalam jaringan otak,
tanpa terputusnya kontuinitas jaringan otak sehingga mengakibatkan adanya gangguan
fungsi otak.
Bila kontuinitas jaringan otak terputus disebut laseratio serebri.

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Lebih berat dari komotio serebri, kesadaran menurun berjam-jam hingga berhari-hari,
- Suhu menurun, kulit dingin,
- Nafas cepat dan dangkal,
- Tensi menurun atau tetap, nadi lambat atau cepat dan irreguler.
- Mata : pupil dapat melebar (midriatik) atau isokor, refleks cahaya menurun,
- Refleks tendon dan kulit menurun,

Bila lesi/kerusakan/hematom didaerah kortikal dapat terjadi lateralisasi seperti :


- Hemiparesis,
- Hemihiepestesia,
- Afasia motorik/sensorik,
- Hemianopsia, sampai buta kortikal,
- Refleks patologis (babinzki) positip, refleks tendom postip meningkat,
- Bila lesi didasar ventrikel III (basis kranii): biasanya fatal.

Gangguan psikis ada terutama pada pasien-pasien muda dengan gejala :


- Berteriak-teriak, menjerit, meronta-ronta,
- Disorientasi waktum tempat dan personal,
- Sindroma korsakow dan konfabulisme.

DIAGNOSA BANDING (differential diagnosis):


- Stroke hemoragik,
- Infeksi otak,
- Kelainan psikiatri,

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- X foto kranium (tengkorak), dapat tampak garis faktur (linier),
- Pemeriksaan Lumbal Punksi (LP) : LCS akan bercampur darah,
- Pemeriksaan CT scan ( daerah hematome akan tampak jelas)

PENATALAKSANAAN:
- Prinsip 5B,
- Cegah komplikasi: hipoksia, shock,

- Berikan: Infus RL- Nacl-D 5%- PAN A G


O2

23
Tranexamic acid IV : 6 x 1 gr / hari
Metabolik activator :
Piracetam (noortrophil, neurotam, neurocet dll)
Nicholin
Ensephabol
Perhatikan KI nya

Bila terdapat kejang-Kejang : Dilantin 1 cc IV pelan-pelan, dapat diulang 30 kemudian.


Bila tidak ada dilantin dapat diberikan diazepam 0,3 cc IV, dapat diulang 15
kemudian.
Bila gelisah (gaduh gelisah) dapat diberikan CPZ 25 mg im, dapat diulang.
Tindakan simptomatik bila ada panas, muntah,
Pasang Folley catheter dan urine bag,
Berikan antibiotik yang sesuai.
Bila terdapat hipotensi berikan dopamine (2 amp/500 cc D 5%, Nacl : 8-12gtt/m)

Bila terdapat edema serebri :


- Suhu badan meningkat (bisa 40 C)
- Sekresi bronchial meningkat
- Hipersalivasi
- Tensi, nadi dapat N atau meningkat
- Berikan Manitol 20 % : 0,5 1 mg /kgBB/kali (150 cc dalam 60 ),
- kemudian dapat diulang tiap 4 jam.

Disamping kontusio serebri juga harus dirawart secara intensif trauma pada organ-organ
lainnya bila ada menyertai kontusionya, seperti tulang, dan organ-organ viseral.
Bila perlu dapat dirujuk kebagian bedah saraf.

24
SUBDURAL HEMATOME

DEFINISI:
Adalah suatu gumpalan atau penimbunan darah diantara duramater dan selaput
arakhnoid (ruang subdural) yang terjadi karena trauma kepala atau sebab non trauma
(kelainan darah/ diskrasia darah).

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Dapat terjadi akut atau kronis,
- Umumnya karena perdarahan vena kecil (ruang subdural frontal-parietal)
- Dapat terjadi pada neonatus/bayi waktu persalinan
- Dapat dalam beberapa hari (akut) atau berbulan-bulan (kronis)
- Didapat gejala nyeri kepala intermiten,
- Gelisah dan irritable,
- Bisa terdapat lateralisasi kontralateral, juga kejang umum,
- Gejala mirip dengan SOL(tumor),
- Kesadaran dapat menurun,
- Bisa menyebabkan kematian bila terjadi herniasi unkus.

DIFFERENT DIAGNOSIS:
- SOL (space of occupation lesion),
- Stroke non hemoragik

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- X foto kranium,
- CT scan kepala,

PENATALAKSANAAN:
- Rujukan kebagian bedah saraf (operasi)

25
EPIDURAL HEMATOME

DEFINISI:
Trauma kepala yang menyebabkan perdarahan akut, sehingga menimbulkan hematome/
penimbunan darah diantara tengkorak dam duramater.

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Lokasi paling sering didaerah temporo-parietal, karena robekan A Meningia media,
- Bisa juga didaerah Fronto-parietal , karena ruptur sinus sagitalis superior.
- Ada interval luside:
Yaitu setelah trauma kesadaran menurun sebentar, kemudian membaik, setelah itu
menurun kembali, menjadi stupor, soporus, achirnya menjadi koma dan meninggal
bila tidak segera dilakukan tindakan. Prosea kejadian tersebutnya lamanya bisa
beberapa menit sampai beberapa jam (30 8 jam).
- Ada kaku kuduk
- Hemiparesis kontralateral
- Kadang-kadang terjadi kejang fokal
- Dilatasi pupil unilateral
- Ada edema local kulit kepala, pada bgian trauma.
- Ada edema papil ( peningian tekanan intrakranial)
- Nadi menurun (40 55/m) dan bradikardia
- Tekanan darah dapat meningkat atau normal
- Refleks patologis positif
- Pada akhirnya pasien dapat meninggal karena heniasi otak.

DIFFERENT DIAGNOSIS:
- Kontusio serebri umum
- Stroke hemoragik

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- X foto kranium
- Ct Scan kepala

PENATALAKSANAAN:
- Bila diagnosis pasti, dilakukan tindakan trepanasi/ parasentesis kepala
Yaitu : bila lokasi pada reigio temporo-parietal, dilakukan pemboran manuel
Pada titik 1/3 bawah jarak antara lubang telinga dan vertek.
- Dirujuk ke bedah saraf

26
FRAKTURA BASIS KRANI

DEFINISI:
Adalah trauma kepala yang mengakibatkan fraktur pada dasar tengkorak:

Terbagi : Fr Fossa kranii anterior,


Fr Fossa kranii media,

KRITERIA DIAGNOSIS:
Fr Fossa kranii anterior:
- Brill hematome (hematome kaca mata)/ bilateral periorbital hematome
- LCS keluar dari hidung (rhinorhea)
- Subconjungtiva hemorage

Fr Fossa kranii media:


Biasanya terjadi Fr longitudinal os Petrosusm:
- Perdarahan telinga
- Lcs keluar dari telinga ( otorhea)
- Tuli krena paresis N VIII
- Nystagmus
- Edema Mastoid

27
TRAUMA MEDULA SPINALIS

Trauma/cedera pada tulang belakang (Collumna Vertebralis) akan menyebabkan:


- Fraktur,
- Dislokasi,
- Fraktur-dilokasi

Trauma pada tulang belakang mengakibatkan trauma medulla spinalis atau kontusio
medulla.Karena medulla kecil dap padat, maka trauma kecil akan berakibat besar yaitu
akan menimbulkan sekeule/ cejala sisa.

Trauma medulla spinalis, mengakibatkan trauma bentuk stabil dan tidak stabil. Bentuk
stabil, bila ligament longitudinal spinalis anterior rusak/ robek, tetapi ligament
interspinalis posterior masih utuh, atau ada farktur pada corpus vertebra, baik bentuk
horisonta atau vertical, tetapi ligament masih utuh
Tidak stabil, bila yang rusak hanya lig spinalis longitudinal anterior dan lig interspinalis
posterior keduamya rusak, disamping adanya farkatur vertebra atau ada rotasi vertebra.

Fraktur stabil : Banyak terjadi bila jatuh / melompat dari ketinggian, jatuh
dengan benturan pada kepala atau dengan benturan pada
tulang belakang.
Fraktur tidak stabil : terjadi benturan keras pada tulang belakang, juga dapat terjadi
pada kecelakaan lalu-lintas yang menyebabkan gerakan rotasi
tulang belakang.

Fraktur : banyak terjadi pada Vertebrae Thorakalis


Luksasio : banyak terjadi pada Vertebrae Cervikalis

Fraktur, luksastio, torsi, menimbulkan deformitas vertebrae, yang selanjutnya


mengakibatkan kompresi medulla spinalis atau saraf spinalis.

KRITERIA DIAGNOSIS :
Trauma vertebrae mengakibatkan:
- Deformitas
- Nyeri local
- Pergerakan terbatas

Gangguan neurologis:
- Tr V cervikalsi : tetraplegi/ paresis
- Tr V. Thorakalis: lumbalis : paralegi/ paraparesis.
- Gangguan vegetatif: gangguan miksi, defekasi.

DIFFERENT DIAGNOSIS:
- Tumor Vertebrae
- Kelainan congenital
- Myelitis.

28
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- X foto vertebrae (AP, Lateral, oblique)
- CT Scan, MRI
- Punksi lumbal.

PENATALAKSANAAN :
- Konsevatif :
o Pemasangan bidai ( collar brace, korset dsb)
o Pemasangan kateter,
- Operasi
o Operasi ortopedi, bedah saraf,
- Rehabilitasi:
o Baik yang konservartif, post operasi dengan keadaa tetra-paraplegi/parersis
dan kelainan vegetatif, sebaiknya dilakukan tindakan rehabilitasi .

KEPUSTAKAAN:
1. Gilroy J. Basic neurology 2 th Ed, Pergamon Press, New York 1992.

29
TUMOR OTAK

Tumor intrakranial :
- T supra tentorial (diatas tentorium serebri)
- T Infra tentorial
Dewasa : T Supra tentorial > T Infra tentorial
Anak-anak : T Infra tentorial < T Infra tentorial

T Supratentorial:
- Astrositoma
- Glioblastoma (multiform)
- Meningioma (adenoma-hipofifse)
- Kraniopharingioma

T Infratentorial:
- Neurilemmoma
- Hemangiomablastoma
- Meningioma
- Medulablastoma

KRITERIA DIAGNOSIS:
- Nyeri kepala, vertigo
- Mual, muntah (projektil)
- Kejang-Kejang
- Ada gangguan visuil ( diplopia, anopsia dll), ada edema papil
- Ada gangguan N I, II, III, IV, VI, VII, VIII, IX
- Gangguan motorik (paresis/plegi, Refleks Fisiologis meningkat Reflleks patologis
positif)
- Gangguan sensorik ( parestesia, hipesteisa, anestesia)
- Gangguan behaviour ( tingkah laku)
- Gangguan fungsi luhur ( kognitif)
- Bila TIK meningkat dapat terjadi herniasi otak/batang otak mengakibatkan
Kematian.

DIFFERENT DIAGNOSIS:
- Stroke non hemoragik
- Subdural hematome
- Abses serebri

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- X foto kepala - CT Scan kepala
- Angiografi - MRI

PENATALAKSANAAN:
- Simptomatik
- Penurunan TIK : manitol 20 % drip, diuretic
- Operatf
- Radioterapi, chemoterapi
- Rehabilitasi

30
TETANUS

DEFINISI :
Infeksi oleh basil Clostridium tetani ( suatu gram +) pada jaringan tubuh sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan saraf, akibat eksotksin/ hemotoksinnya.

Kerusakan dapat pada:


- Saraf perifer : pada motor end plate/ neuromuscular junction, mengakibatkan
spasme otot.
- Saraf sentral : akibat adanya transport retrograde dari axon dan saluran lymphe
Perifer.
Sel body motor neuron medulla spianlis.

KRITERIA DIAGNOSIS :
- Sakit dan bengkak sekitar luka
- Gejala timbul dalam beberapa jam sampai beberapa minggu.
- Kaku timbul pada rahang (lock jaw)/ trismus , wajah , leher, dan punggung
(tenesmus), Irritable ( mudah kaget) dan menggigil.
- Bila gejala menjadi berat otot sangat irritable :
o Suara keras
o Perabaan
o Sinar cahaya
- Akan menimbulkan kejang klonus.
- Spasne dapat jadi lebih berat, sehingga dapat mengakibatkan fraktur tulang belakang.
- Bila otot diafragma spasme dapat mengakibatkan asfiksia.

DIFFERENT DIAGNOSIS:
Jelas

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Jelas

PENATALAKSANAAN:
- Bersihkan luka: lebarkan, beri perhidrol (H2O2), (debridemant) dan antiseptik
- Beri ATS 50 000 U im (100 U / kgBB), atau 50 000 U dalam 100 cc PZ drip/IV
- PP 1,2 juta unit 4 X sehari selama 10 hari.
- Gama globulin z; 3000 10000 U
- Spasme : diberi diazepam 2 10 mg IV (dapat 6 x / hr), atau CPZ (largatil)
- Profilaksis : toxoid
- Bila mungkin dirujuk pada RS yang mempunyai fasilitas hyperbaric O2
- Ruang rawat inap harus ruang isolasi yang kurang cahaya (gelap).

31

Anda mungkin juga menyukai