Anda di halaman 1dari 7

Blog ini

Di-link Dari Sini


Web
Blog ini

Di-link Dari Sini

Web

Minggu, 21 Maret 2010


ASKEP PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

a. Definisi

Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan ( accelerasi – decelerasi ) yang
merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

Prinsip – prinsip pada trauma kepala:

Ø Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elatisitas untuk mengatasi
adanya pukulan.

Ø Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur Ø

Berat/ringannya cedera tergantung pada:

1.Lokasi yang terpengaruh:

· Cedera kulit

· Cedera jaringan tulang

· Cedera jaringan otak 


2.Keadaan kepala saat terjadi benturan

Ø Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ( TIK )

Ø TIK dipertahankan oleh 3 komponen:

1.Volume darah / pembuluh darah ( ± 75 – 150 ml )

2. Volume jaringan otak ( ± 1200 – 1400 ml )

3. Volume LCS ( ± 75 – 150 ml )

Masalah yang timbul dari trauma kepala:

 b. Tipe Trauma Kepala

Tipe/macam-macam trauma kepala antara lain:

Trauma kepala terbuka


Kerusakan otak dpat terjadi bila tulang tengkorak mauk ke dalam jaringan otak dan
melukai:

Ø Merobek durameter ® LCS

merembes Ø Saraf otak 

Ø Jaringan

otak Gejala fraktur

basis: Ø Battle sign

Ø Hemotympanum

Ø Periorbital echymosis

Ø Rhinorrhoe

Ø Orthorrhoe

Ø Brill hematom

Trauma kepala tertutup


a Komosio

· Cidera kepala ringan.


· Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.

· Hilang kesadaran sementara, kurang dari 10 – 20 menit.

· Tanpa kerusakan otak permanen.

· Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.

· Disorientasi sementara.

· Tidak ada gejala sisa.

· MRS kurang 48 jam ® kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital.

· Tidak ada terapi khusus.

· Istirahat mutlak ® setelah keluhan hilang coba mobiliasi brtahap, duduk ® berdiri ®
 pulang.

· Setelah pulang ® kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.

 b Kontosio

· Ada memar otak.

· Perdarahan kecil lokal/difusi ® gangguan lokal ® perdarahan.

· Gejala :

- Gangguan kesadaran lebih lama

- Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi.

- Gejala TIK meningkat.

- Amnesia retrograd lebih nyata

c Hematom epidural

· Perdarahan antara tulang tengkorak dan durameter.

· Lokasi terering temporal dan frontal.

· Kategori talk and die.


· Sumber: pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus

· Gejala: manifestasinya adanya desak ruang

Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ® periode Lucid (beberapa menit – beberapa jam
) ® penurunan kesadaran hebat ® koma, serebrasi, dekortisasi, pupil dan isokor, nyeri
kepala hebat, reflek patologik positif.

d. Hematom subdural

· Perdarahan antara durameter dan archnoid.

· Biasanya pecah vena ® akut, subakut, kronis.

· Akut :

- Gejala 24 – 48 jam

- Sering brhubungan dengan cidera otak dan medulla oblongata.

- PTIK meningkat

- Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.

· Sub akut

Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejala TIK meningkat ® kesadaran
menurun.

· Kronis :

- Ringan, 2 minggu 3-4 bulan

- Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.

- Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfgia.

e Hematom Intrakranial

· Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih

· Selalu diikuti oleh kontosio

· Penyebab: Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi – deselerasi mendadak.

Herniasi ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema local.


Karena adanya kompresi langsung pada batang otak → gejala pernapasan abnormal :

Chyne stokes
Hiperventilasi
Apneu
2.Sistem Kardiovaskuler 

Trauma kepala → perubahn fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tekanan vaskuler.
Perubahan saraf otonom pada fungsi ventrikel : Disritmia, Fibrilasi, Takikardia.
Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis → terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel
→ curah jantung menurun → meningkatklan thanan ventrikel kiri → edema paru.
3. Sistem Metabolisme

Trauma kepala → cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah Nitrogen.
Dalam kedaan stress fisiologis.

2.3 Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan Glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen
sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – gejala
 permulaan disfungsi cerebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui
 proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio
 berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebal blood flow (CBF) adalah 50–60 ml/menit/100gr jaringan
otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.

Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-


myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel,
takikardia.

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan
tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh
 persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak 
 begitu besar.
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi

4)Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif.


Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah
 baring, imobilisasi.

Tujuan :Klien merasa nyaman.

Kriteria hasil :

Klien akan melaporkan peningkatan kekuatan/ tahanan dan menyebutkan makanan yang
harus dihindari.

Rencana tindakan :

1.Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas
abdomen.

R/ tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi tenaga selama perawatan
dan saat klien lemah.

2.Singkirkan pemandangan yang tidak menyenagkan dan bau yang tidak sedap dari
lingkungan klien.

R/ pemandangan yang tidak menyenagkan atau bau yang tidak sedap merangsang pusat
muntah.

3.Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal :teh encer, air jahe,
agar-agar, air) 30-60 ml tiap ½ -2 jam.

R/ cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan terdesak area gastrik dan dengan
demikian tidak memperberat gejala.

4.Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :

Cairan yang panas dan dingin

Makanan yang mengandung serat dan lemak (misal; susu, buah)

Kafein

R/ Cairan yang dingin merangsang kram abdomen; cairan panas merangsang peristaltik;
lemak juga merangsang peristaltik dan kafein merangsang motilitas usus.

5.Lindungi area perianal dari iritasi


R/ sering BAB dengan penigkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.

5)Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran).
Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.

Tujuan :

· Intake nutrisi meningkat.

· Keseimbangan cairan dan elektrolit.

· Berat badan stabil.

· Torgor kulit dan membran mukosa membaik.

· Membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi diberikan per oral.

· Keluarga mampu menyebutkan pantangan yang tidak boleh dimakan, yaitu makan
rendah garam dan rendah lemak.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengatakan kondisinya sudah mulai membaik dan tidak lemas lagi. Klien
diberikan rentang skala (1-10).

1.Mengkaji keadaan nutrisi untuk mengetahui intake nutrisi klien.

2.Kaji faktor penyebab perubahan nutrisi (klien tidak nafsu makan, klien kurang makan
makanan yang bergizi, keadaan klien lemah dan banyak mengeluarkan keringat).

3.Kolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian mekanan yang sesuai dengan program
diet (rendah garam dan rendah lemak).

4.Membantu keluarga dalam memberikan asupan makanan peroral dan menyarankan klien
untuk menghindari makanan yang berpantangan dengan penyakitnya.

5.Membantu memberikan vitamin dan mineral sesuai program.

6.Kolaborasi dengan Tim dokter dalam pemberian Transfusi Infus RD 5% 1500 cc/24 jam
dan NaCl.

Anda mungkin juga menyukai