Asuhan Keperawatan Kritis dengan gangguan sistem persyarafan: Cedera Kepala
Anatomi Otak Cairan serebrospinal • Cairan serebrospinal (CSF) terdapat pada (a) ventrikel otak (b) sisterna di sekitar otak (c) ruang subaraknoid di sekitar otak dan sumsum tulang belakang • Cairan serebrospinal memiliki volume sekitar 150 mL Fungsi CSS • CSS mengakibatkan otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak. • CSS mengalirkan nutrisi dari darah ke otak • Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon hormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari Pineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral. • Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.tak di rongga tengkorak Trauma Kepala/ Cedera Kepala • Cedera kepala merupakan trauma otak yang dapat mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan perubahan kognitif, fungsi fisik, dan emosional (Judha&Rahil, 2011). Klasifikasi Cedera Kepala Penentuan Keparahan Deskripsi Minor/ ringan GCS 13-15 Sadar penuh, membuka mata bila dipanggil. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia kurang dari 30 menit dan disorientasi. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusia cerebral;, hematoma. Sedang GCS 9-12 Kehilangan kesadaran, namun masih menuruti perintah yang sederhana atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak Berat GCS 3-8 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Mengalami kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial. Kelainan Cedera Kepala • cedera kepala fokal (memar otak, hematom epidural (EDH), hematom subdural (SDH) atau hematom intraserebral). Manifestasi Klinis • Skull Fracture Cairan CSS keluar melalui telinga dan hidung (Othorea, rhinorhea), darah di belakang membran timpani, brill hematoma/ racoon eyes, battle sign, hilang penglihatan, pendengaran, pupil dilatasi, vertigo. • Concussion menurunnya tingkat kesadaran <5 menit, amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Patofiologi CKB Bedah Kraniotomi • pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi tekanan intrakranial (TIK), mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol hemoragi (Brunner dan Suddarth, 2002). Asuhan Keperawatan Kritis Post Kraniotomi e.c. trauma kepala •Pengkajian 1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian. 2. Pemeriksaan fisik head to toe 3. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik), terdiri dari: a. Airway Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis. b. Breathing Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada, fail chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing. c. Circulation Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermi, pucat, akral dingin, kapilari refill >2 detik, penurunan produksi urin. d. Disability Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum. e. Eksposure Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka. • Kardiovaskuler: pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK (Peningkatan Tekanan Intra Kranial). • Sistem saraf: Kesadaran klien (nilai GCS) • Fungsi saraf kranial: trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial. • Fungsi sensori-motor: adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipertesia, hiperalgesia, riwayat kejang. • Sistem pencernaan: bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan pola makan? • Waspadai fungsi ADH, aldosteron: retensi natrium dan cairan. • Retensi urine, konstipasi, inkontinensia. • Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik, hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM (Range Of Motion), kekuatan otot. • Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis. • Psikososial : ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat napas di otak Tujuan (NIC) : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator. Rencana tindakan (NOC) : • Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. • Cek pemasangan tube • Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi • Perhatikan kelembaban dan suhu pasien. • Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit) • Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien. • Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sputum. Tujuan (NIC) : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi NIC: • Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. • Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ) • Lakukan pengisapan lendir dengan waktu <15 detik bila sputum banyak • Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. • Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d udem otak Tujuan (NIC) : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik. NIC: • Monitor dan catat status neurologis menggunakan GCS. • Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit. • Pertahankan posisi kepala pada posisi 15-300 dan tidak menekan. • Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. • Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien. • Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar • Nyeri akut b.d agen injuri • Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker, serta indikasi • Ajarkan teknik non farmakologi Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi (analgesik) • Resiko infeksi b.d luka, port d’ entry NIC: • Berikan perawatan dengan teknik steril • Observasi daerah yang mengalami luka, adanya peradangan (tanda-tanda infeksi) • Berikan obat antibiotik sesuai program • Monitor suhu tubuh secara teratur Manajemen TIK • External ventricular drain • Pembedahan • Pemberian sedasi • Osmotherapy IV mannitol 1-1.5 g/kg selama 30 menit dan dapat diulang setiap 6 jam untuk mencapai target ICP. • Kontrol suhu • Head up 15-30o EVD SEKIAN