SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
SKRIPSI
Oleh:
Disetujui
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Nim : 110200185
1. Bahwa isi skripsi yang Saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
ARNANDO GEA
110200185
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
ini dengan judul “Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Menjual Dalam
Skripsi ini Penulis ajukan dalam rangka melengkapi serta memenuhi syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
baik dari segi materi maupun penyusunan kalimatnya. Untuk itu dengan senang
hati Penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi kebaikan Penulis
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini Penulis ingin
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan pada Fakultas
2. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum
3. Prof. Dr. Saidin, S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
ini.
7. Kedua Orang tua Penulis yang Penulis sangat cintai dan hormati, Almarhum
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa, nasehat,
Pada akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Tuhan Yang
peroleh selama ini dapat bermakna dan berkat bagi Penulis dalam hal Penulis
Penulis
ABSTRAK ……………………………………………………………………….vi
B. Permasalahan .......……………………………………………………….8
B. Kedudukan dan Fungsi Surat Kuasa Menjual Dalam Jual Beli Tanah dan
Bangunan…………………………………...…………………......……73
Akta Pengikatan Jual Beli Yang Diserta Akta Kuasa Mutlak Dan Luas
Kuasa .....................................................................................................116
A. Kesimpulan ……………………………………………..……...146
B. Saran ……………………………………………………………147
LAMPIRAN
*)
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**)
Dosen Pembimbing I
***)
Dosen PembimbingII
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan
akan dipenuhi oleh individu yang lain, demikian pula sebaliknya secara timbal
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar
pihak-pihak yang membuat suatu perjanjian. Kalau mereka tidak mengatur sendiri
sesuatu hal, berarti hal tersebut akan tunduk pada undang-undang yang berlaku. 1
disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1), yang berbunyi “semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-udang bagi mereka yang membuatnya”.
1
Subekti,Hukum Perjanjian, 2002, Intermasa, Jakarta, hlm. 13
banyak, baik benda bergerak maupun benda tetap. Jual beli benda bergerak dapat
berupa jual beli kendaran seperti mobil, dan jual beli benda tetap contohnya
adalah jual beli tanah. Dengan perkembangan penduduk yang meningkat seperti
saat sekarang ini, terjadi keterbatasan tersedianya lahan atau tanah yang ada,
karena tanah yang tersedia dari waktu ke waktu tidak pernah bertambah,
sementara kebutuhan akan tanah atau lahan semakin tinggi. Untuk mendapatkan
tanah sekarang ini juga bukanlah hal yang mudah ditengah tingginya kebutuhan
akan tanah, terutama untuk wilayah perkotaan. Salah satu cara yang digunakan
perbuatan hukum antara masyarakat satu dengan yang lainnya perlu dibuatkan
suatu hubungan hukum agar memiliki legalitas, yang mana salah satu fungsi
tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum.
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan
sosial, dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik
dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional,
dan kewajiban, menjamin kewajiban hukum, dan diharapkan pula dapat dihindari
namun dalam proses penyelesaian sengketa, akta otentik merupakan alat bukti
tertulis dan terpenuh memberi sumbangan secara nyata bagi penyelesaian perkara
Jual beli yang dahulu dikenal dengan asas riil terjadi jika sudah terjadi
tentang perjanjian jual beli yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, karena sesuai dengan Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yang berbunyi “jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu
mereka telah mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang
itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”. Atas dasar pasal tersebut,
Sebuah perjanjian untuk pelepasan hak atas tanah harus memenuhi kriteria
terang dan tunai, sebagaimana ketentuan hukum adat yang diakomodir dalam
Agraria. Terang itu berarti jual beli tersebut dilakukan dihadapan pejabat umum
yang berwenang, dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), sedangkan
yang dimaksud dengan tunai adalah hak milik beralih ketika jual beli tanah
tersebut dilakukan dan jual beli pada saat itu juga. Untuk kasus jual beli tanah
yang belum memenuhi persyaratan terang dan tunai, maka instrument hukum
yang digunakan adalah Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang dilakukan
2
Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, 2008, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.29
merupakan kesepakatan para pihak berdasarkan Pasal 1320 jo Pasal 1338 Kitab
Beli (PPJB) merupakan ikatan awal antara penjual dan pembeli dalam
bertransaksi, dan harus ditindaklanjuti dengan pembuatan Akta Jual Beli (AJB),
Dalam PPJB, isinya memuat janji-janji dari para pihak untuk dipenuhi guna
tercapainya maksud dan tujuan jual beli yang sebenarnya. Sebuah akta PPJB juga
yuridis hal itu berarti akta tersebut telah memenuhi syarat sebagai dasar peralihan
hak atas tanahnya. Konsekuensinya, akta PPJB akan diikuti dengan Akta Kuasa
Menjual. Dalam kuasa menjual dari pemilik tanah selaku penjual kepada pembeli,
kuasa menjual, pembeli dikemudian hari dapat menjual kepada pihak lain dengan
tanpa memerlukan bantuan hukum penjual atau dalam hal ini digunakan untuk
menjual kepada dirinya pembeli sendiri guna kepentingan peralihan hak atas tanah
mengenai pemberian kuasa ini diatur dalam KUHPerdata, yaitu Buku III Bab XVI
3
Satrya Adhitama, “Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) versus Akta Jual Beli (AJB),
http://satryaadhitama.blogspot.com/2013/06/perjanjian-pengikatan-jual-beli-ppjb.html, diakses
tanggal 20 November 2015
Undang lainnya, tetapi diuraikan sebagai salah satu bagian dari pemberian kuasa. 4
dengan fungsi dan kewenangan yang ditentukan dalam surat kuasa. Dengan
terhadap pihak ketiga untuk dan atas nama pemberi kuasa. Jadi dengan demikian
pemberi kuasa bertanggung jawab penuh atas segala perbuatan kuasa sepanjang
pemberi kuasa.
kuasa yaitu pemberian kuasa yang dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya
satu kepentingan tertentu atau lebih. Pada pihak lain ada pemberian kuasa secara
umum, yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa. Demikian pula dalam
cara pemberian dan penerimaan kuasa dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, antara lain dengan akta otentik (Notarieel) yang dibuat oleh Notaris, dengan
akta bawah tangan (Onderhands geschrift), surat biasa dan atau dengan lisan5.
para pihak. Pada pemberian kuasa (lastgeving) kepada penerima kuasa agar selalu
memperhatikan ketegasan isi dari surat kuasa tersebut dalam suatu perjanjian yang
4
Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, 2008, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 2
pemberi kuasa selalu memperhatikan konsep dan format terhadap surat kuasa
tersebut apakah bersifat khusus ataukah bersifat umum dari hal-hal inilah pemberi
atau terselenggaranya AJB balik nama. Akta PPJB dan Kuasa Menjual bahkan
akan dilakukan, yaitu AJB balik nama itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut,
menyebabkan Kuasa Menjual dijadikan dasar pada proses dibuatnya AJB balik
nama dan sekaligus dijadikan alat pendaftaran peralihan hak atas tanahnya pada
Kantor Pertanahan di tempat tanah tersebut berada. Dengan kata lain, dijumpai
pendaftaran peralihan hak dengan berdasarkan pada akta Kuasa Menjual saja
dengan tanpa diikuti akta PPJB. Sementara itu, Kuasa Menjual tersebut dilengkapi
Surat Keterangan dari Notaris yang menerangkan bahwa akta Kuasa Menjual
dimaksud bukanlah kuasa mutlak yang dilarang oleh undang-undang atau bahwa
terhadap tanah dan bangunan sebagai obyek dalam akta Kuasa Menjual tersebut
5
Herlien Budiono, artikel “Pengikat Jual Beli Dan Kuasa Mutlak” Majalah Renvoi, edisi tahun I,
No 10, Maret 2004, hal. 57.
yang dibuat dengan berdasar pada pemberian kuasa dalam suatu Akta Kuasa
kedudukan secara hukum sebagai pemilik dari tanah dan bangunan yang
dimaksud dalam akta Kuasa Menjual tersebut. Untuk itu, penelitian tentang
keberadaan surat keterangan Notaris serta apa akibat hukum yang dapat
permohonan peralihan hak atas tanahnya menjadi menarik dan aktual untuk dikaji.
Dengan demikian adapun judul dari skripsi ini adalah “TINJAUAN YURIDIS
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam
1. Apa yang menjadi alasan dari penggunaan surat kuasa menjual dalam jual
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi surat kuasa menjual dalam jual beli tanah
dan bangunan ?
3. Bagaimana bentuk dari surat kuasa dan berlakunya surat kuasa tersebut ?
3. Untuk menganalisa bentuk dari surat kuasa menjual dan berlakunya kuasa
tersebut.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis :
2. Manfaat Praktis
masyarakat pada umumnya dan para pembaca pada khususnya mengenai kuasa
menjual.
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
Maka dalam penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu penelitian
tepat. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah
6
Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1981, UI Press, Jakarta, , hal.43.
yang diterapkan adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan,
yang dianggap relevan, antara lain perusahaan terkait dengan perjanjian jual
beli yang diangkat dalam penelitian ini. Sumber bahan hukum sekunder
yang berupa artikel, jurnal ilmiah, buku-buku hukum yang berkaitan dengan
Sumatera Utara.
2. Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Data Primer
kantor Notaris yaitu berupa akta kuasa nomor : 6 dan akta jual beli
nomor : 965/2015.
b. Data Sekunder
7
Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal.10.
8
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, hal.47.
tersebut berupa:
sekunder. 11
9
Zainuddin Ali, Op.Cit. hal.47.
10
Suratman dan Philips Dillah,Op.Cit, hal 67.
mengenai Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Menjual dalam Jual Beli
Tanah dan Bangunan. Penulisan ini diangkat oleh penulis untuk mengetahu lebih
lanjut mengenai penggunaan surat kuasa menjual dan peran notaris didalamnya.
surat kuasa menjual dan perjanjian jual beli. Oleh karena itu tulisan ini merupakan
sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional,
objektif, dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dan proses menemukan
G. Sistematika Penulisan
lima bab. Adapun maksud dari pembagian tesis ini ke dalam bab-bab dan sub bab-
bab adalah untuk menjelaskan dan menguraikan setiap permasalahan dengan baik.
Bab II : Di dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang
11
Loc.cit
perjanjian.
Bab III : Di dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum mengenai
Bab IV : Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hasil pembahasan dan
Bab V : Dalam bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan
A. Pengertian Perjanjian
Perikatan merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
hukum yang berkaitan dengan harta benda antara dua belah pihak, dimana suatu
pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal,
berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang atau
undang-undang. 13
12
R. Wiryono Prododikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Cet. VII, Sumur,Bandung , 1987, hal. 7.
13
R. Subekti, Op Cit, hal 1.
KUHPerdata tersebut selain belum lengkap juga terlalu luas. Belum lengkapnya
definisi tersebut karena hanya menyebutkan perjanjian sepihak saja, terlalu luas
dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, maka definisi
1313 KUHPerdata.
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya
1. Kata “mengikatkan” dalam rumusan pasal tersebut hanya datang dari satu
pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusannya adalah
“saling mengikatkan diri”, sehingga ada konsensus antara kedua belah pihak.
14
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1979, hal. 49.
untuk apa. 15
orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992, hal 78.
16
Ibid, Hal 78
subjek dari perjanjian. Para pihak adalah mereka yang menutup suatu perjanjian,
baik langsung oleh mereka sendiri maupun melalui seorang wakil. Umumnya
orang yang menutup perjanjian, yaitu para pihak, memberikan kata sepakatnya
untuk kepentingan mereka sendiri dan dalam rangka mengikat dirinya sendiri.
Namun, dapat pula bahwa orang yang bertindak untuk menutup perjanjian
sebenarnya mewakili orang lain. Perwakilan ini dapat dilakukan karena undang-
yaitu :
b. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya.
c. Pihak ketiga.
perjanjian itu sendiri. Asas ini merupakan asa pribadi (Pasal 1315 jo. 1340
pihak ketiga, kecuali dalam apa yang disebut janji guna pihak ketiga (beding ten
mengadakan perjanjian bagi ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak
daripadanya (Pasal 1318 KUHPerdata). Beralihnya hak kepada ahli waris tersebut
adalah akibat peralihan dengan alas hak umum (onderalgemene titel) yang terjadi
17
Herlien Budiono, Op Cit, hal 146
hak berdasarkan atas alas-alas hak khusus (onderbijzondere titel), misalnya orang
yang menggantikan pembeli mendapat haknya sebagai pemilik. Hak yang terikat
membawa rugi terhadap pihak ketiga, tidak dapat pihak ketiga mendapat manfaat
karenanya, selain yang diatur dalam pasal 1317 KUHPerdata. Dengan demikian
asas seseorang tidak dapat mengikat diri selain atas nama sendiri mempunyai
suatu kekecualian, yaitu dalam bentuk yang dinamakan janji untuk pihak ketiga
juga untuk meminta ditetapkan sesuatu janji guna kepentingan seorang pihak
ketiga, apabila suatu penetapan janji yang dibuat oeh seorang untuk dirinya
sendiri atau suatu pemberian yang dilakukan pada seorang lain memuat suatu janji
Syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320
KUHPerdata, yaitu :
18
Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta,
2001, hal. 69-71
syarat (c) dan (d) disebutkan syarat objektif, karena mengenai objek dari
perjanjian.
(acceptie).
pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima
tawaran.
terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak
yang menawarkan. 19
a. Kekhilafan (dwaling),
kehendak dan pernyataan satu sama lain berkesesuaian, tetapi kehendak salah
satu pihak atau dari keduanya terbentuk secara cacat. Jadi sekalipun
b. Paksaan (bedreiging)
19
Ibid, hal74
20
Herlien Budiono, Op Cit, hal 97-99
c. Penipuan (bedrog)
Disamping itu, berdasarkan fakta yang sama, juga dapat dikatakan telah
tetapi juga bilamana suatu informasi secata keliru dengan sengaja diberikan
ataupun terjadi dengan tipu daya lainnya. Dalam hal-hal tertentu, jika
Pada syarat yang kedua yaitu kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
pasal 1330 KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak cakap
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
Syarat ketiga yaitu suatu hal tertentu dalam pasal 1320 KUHPerdata
maksudnya adalah prestasi yang menjadi pokok kontrak yang bersangkutan. Hal
dan luas kewajiban para pihak adalah tidak mengikat (batal demi hukum). Lebih
lanjut mengenai hal atau objek tertentu ini dapat dirujuk dari substansi pasal 1332,
1333 dan 1334 KUHPerdata. 21 Jadi, objek dari suatu perjanjian haruslah :
a. Dapat ditentukan;
b. Dapat diperdagangkan;
c. Mungkin dilakukan;
Setidaknya objek perjanjian cukup dapat ditentukan. Tujuan dari suatu perjanjian
sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. Pada akhirnya, kewajiban
Syarat keempat untuk sahnya perjanjian adalah suatu sebab yang halal.
perjanjian. Sedangkan Subekti menyatakan bahwa sebab adalah isi perjanjian itu
sendiri, dengan demikian kausa merupakan prestasi dan kontra prestasi yang
seba atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak
Kausa yang palsu dapat terjadi jika suatu kausa yang tidak sesuai dengan
telah terjadi kekeliruan terhadap kausanya. Dengan demikian, yang penting adalah
bukan apa yang dinyatakan sebagai kausa, melainkan apa yang menjadi kausa
yang sebenarnya.
Suatu kausa atau sebab yang halal dikaitkan dengan muatan isi kontrak.
Namun, kebebasan tersebut dibatasi karena perjanjian harus memiliki kausa yang
adalah terlarang, jika sebab itu dlarang oleh undang-undang atau bila sebab itu
23
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hal194
24
Herlien Budiono, Op.Cit., hal 114
b. Kausa palsu;
menjaga dan mewujudnyatakan standar nilai atau tolok ukut yang tersembunyi di
dalam atau melandasi norma-norma, baik yang tercakup di dalam hukum positif
maupun praktik hukum, berikut asas-asas hukum yang ada dalam suatu
perjanjian 25:
kontrak atau perjanjian. Dalam hukum perdata pada dasarnya setiap orang
diberi kebebasan untuk membuat perjanjian baik dari segi bentuk maupun
dan kepatutan dalam masyarakat. Asas ini dengan tegas dinyatakan dalam
perjanjian atau menganut system terbuka. Asas ini merupakan suatu asas yang
25
Mariam Darus Badrulzaman dkk,Op.Cit., Hal 83-88
b. Asas Konsensualisme,
Perjanjian atau kontrak sudah dianggap sah apabila para pihak telah sepakat
ayat (1) KUHPerdata. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini
menumbuhkan kepercayaan di antara kedua belah pihak itu bahwa satu sama
lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di
belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka perjanjian itu tidak
mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini, kedua
perjanjian yang telah mereka buat. Dengan kata lain, asas ini melandasi
hukum dank arena itu para pihak terikat untuk melaksanakan kesepakatan
memercayai perkataan orang lain. Ilmu pengetahuan kira tidak mungkin dapat
sistem pertukaran barang dan jasa yang ada didalam masyarakat akan hancur.
Oleh sebab itu, “Kesetiaan pada janji yang diberikan merupakan bagian dari
persyaratan yang dituntut akal budi alamiah”. Janji dari kata-kata yang
diucapkan sifatnya mengikat. Perjanjian dibuat sendiri oleh para pihak dan
mereka juga yang menentukan ruang lingkup serta cara pelaksaan perjanjian
tersebut. Perjanjian yang dibuat secara sah memunculkan akibat hukum dan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah, mengingat kekuatan hukum
Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada
ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai
f. Asas Keseimbangan,
dengan itikad baik. Dapat dilihat di sini bahwa kedudukan kreditur yang kuat
Asas ini menyatakan bahwa perjanjian yang sah akan berlaku sebagai
berjanji harus memenuhi isi dari perjanjian tersebut. Asas kepastian hukum
atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
h. Asas Moral,
i. Asas Kepatutan,
disini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas kepatutan ini
E. Berakhirnya Perjanjian
a. Pembayaran,
pengertian pembayaran dalam hal ini harus dipahami secara luas tidak boleh
diartikan dalam ruang lingkup yang sempit, seperti yang selalu diartikan oleh
orang hanya terbatas pada masalah yang berkaitan dengan pelunasan hutang
KUHPerdata.
oleh siapa pun yang berkepentingan, seperti orang yang turut berutang atau
penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi oleh pihak ketiga
yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga itu bertindak atas nama dan
untuk melunasi utang debitur, atau asal ia tidak mengambil alih hak-hak
dari prestasi itu. Penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatau atau tidak
• Debitur
Seperti halnya dengan orang yang berhak membayar suatu utang, dalam
hal orang yang berhak menerima pembayaran pun dapat terdiri atas beberapa
harus dilakukan kepada kreditur atau kepada orang yang dikuasakan olehnya,
atau juga kepada orang yang dikuasakan oleh Hakim atau oleh undang-
kreditur, sah sejauh hal itu disetujui kreditur atau nyata-nyata bermanfaat
• Si kreditur sendiri;
berlaku sah, orang yang melakukannya haruslah pemilik mutlak barang yang
Meskipun demikian, pembayaran sejumlah uang atau suatu barang lain yang
dapat dihabiskan, tak dapat diminta kembali dan seseorang yang dengan
itikad baik telah menghabiskan barang yang telah dibayarkan itu, sekalipun
26
Ibid, Hal 117
untuk membayar.
telah ada suatu penyitaan atau perlawanan terhadap apa yang seharusnya
diterima oleh kreditur tersebut merupakan pembayaran yang tidak sah bagi
perjanjian di atas melibatkan tiga pihak, yaitu kreditur, debitur, dan pihak
dapat dipaksa menerima sebagai pembayaran suatu barang lain dan barang
yang terutang; meskipun barang yang ditawarkan itu sama harganya dengan
barang yang terutang, bahkan lebuh tinggi”. Pasal ini menerangkan tentang
lebih tinggi nilainya daripada barang yang diperjanjikan. Hal ini berarti,
bahwa debitur tidak boleh mengubah pembayaran dari barang yang satu
utang itu dapat dibagi-bagi”. Dalam hal ini, debitur tidak dapat memaksa
debitur berutang tiga buah cincin, maka debitur harus membayar sekaligus
tiga buah cincin, tidak boleh membayar dua dulu kemudian yang satunya
kerusakan yang terdapat pada benda yang diserahkan adalah atas tanggungan
kelalaian debitur. 28
barang yang akan diserahkan oleh debitur kepada kreditur hanya ditentukan
Misalnya, kalau dalam kontrak hanya dikatakan beras, maka tidak harus beras
yang paling baik, tapi juga tidak boleh beras yang paling jelek. 29
tetap.
bukan bagi perikatan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Ke dalam ini
yang tidak wajar yang mungkin timbul apabila pembayaran itu harus
dilakukan di tempat kediaman kreditur yang tidak tetap. Segala biaya yang
cara transfer antar rekening, yang membayar biaya transfer adalh debitur.
29
Ahmad Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal 118
pasal ini umumnya segala pembayaran yang bersifat periodik, atau berjangka
waktu pendek, maka dengan adanya 3 (tiga) surat tanda pembayaran yang
Dalam hal pembayaran ada pula yang dikenal dengan subrogasi, yang
hak-hak kreditur oleh pihak ketiga, yang membayar kepada kreditur itu,
kreditur baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui debitur
yang meminjam uang kepada pihak ketiga. Jadi, disini debitur yang
mempunyai utang kepada kreditur meminjam uang kepada pihak ketiga untuk
kreditur harus dibuat dengan akta autentik, dan dalam akta peminjaman
uang dari pihak ketiga harus dijelaskan bahwa pinjaman tersebut untuk
pihak ketiga (kreditur baru). Dengan demikian, subrogasi ini terjadi tanpa
bantuan kreditur.
berikut 33 :
lebih tinggi.
• Pembeli suatu benda tak bergerak yang telah memakai uang harga benda
33
Ibid, Hal 95
utang itu.
disebutkan diatas; baik yang terjadi pada penanggung maupun terhadap para
dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau
barangnya di pengadilan.
34
Ibid, hal 96
35
Mariam Darus Badrulzaman dkk, Op Cit, hal 129
membayar;
dan bunga yang dapat ditagih serta biaya yang telah ditetapkan, tanpa
4. Bahwa ketetapan waktu telah tiba-tiba jika itu dibuat untuk kepentingan
kreditur;
pembayaran tunai itu diikut dengan penitipan dari benda atau uang yang akan
diikuti oleh penyimpanan itu berkekuatan sebagai pembayaran dan karena itu
Untuk sahnya suatu penyimpan atau penitipan, tidak harus barang yang
dititipkan tersebut betul-betul dikuasai oleh hakim, tetapi sudah cukup jika
sebagai berikut : 37
saksi, dibuat berita acara yang menerangkan jenis mata uang yang
36
Ibid, hal 130
37
Loc Cit
namun hal itu tidak membebaskan orang yang turut berutang dan penanggung
dalam jangka waktu satu tahun sejak diberitahukannya penitipan tersebut, hal
itu akan membebaskan orang yang turut berutang serta para penanggung
utang.
dapat diizinkan oleh hakim untuk menitipkan barang tersebut di tempat lain.
c. Pembaruan utang,
objek atau subjek kontrak lama dengan objek atau subjek kontrak yang baru.
pembaruan utang : 38
karenanya;
38
Ibid, hal 132
3. Bila sebagai akibat suatu persetujuan baru seorang kreditur bary ditunjuk
dari perikatannya.
Seperti halnya kontrak pada umumnya, maka pembaruan utang ini juga
hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang cakap menurut hukum untuk
Seperti halnya jika ada seorang debitur yang menunjuk seseorang yang
debitur lama tersebut. Dengan demikian, kreditur tidak dapat lagi menuntut
kepada debitur lama seandainya debitur baru yang ditunjuknya jatuh pailit
atau tidak mampu membayar, kecuali jika hak menuntut tersebut ditegaskan
dalam kontrak atau debitur baru yang ditunjuk sebagai pengganti tersebut
nyata-nyata bangkrut atau telah berada dalam keadaan terus menerus merosot
kekayaannya.
Penunjukan yang hanya dilakukan oleh debitur kepada orang lain untuk
utang.
saling berutang antara satu dan yang lain sehingga apabila utang tersebut
bebas dari utangnya. Perjumpaan utang ini terjadi secara hukum walaupun hal
Perjumpaan ini hanya dapat terjadi jika utang tersebut berupa uang atau
barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta dapat ditetapkan
dan jatuh tempo. Walaupun telah disebutkan bahwa utang tersebut harus
sudah jatuh tempo untuk dapat dijumpakan, namun dalam hal terjadi
2. Bila apa yang dituntut adalah pengembalian suatu barang yang dititipkan
atau dipinjamkan;
3. Terhadap suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah
utang tersebut dengan utang yang harus dibayar oleh kreditur kepada si
39
Ahmadi Miru, Op Cit, hal 101
40
Mariam Darus Badrulzaman, Op Cit, hal 139
semuanya dapat ditagih, utang yang seharusnya dibayar lebih dahulu. Namun,
jika dalam segala hal utang tersebut sama sifatnya, semua utang dapat
kompensasi itu tidak dapat dilakukan jika merugikan pihak ketiga, dalam arti
utangnya telah disita oleh pihak ketiga tersebut karena hal itu merugikan
pihak ketiga.
Seorang yang telah membayar suatu utang yang telah dihapuskan demi
yang melekat pada piutang tersebut, jika hal itu merugikan pihak ketiga,
e. Percampuran utang,
kawan berutangnya.
f. Pembebasan utang,
debitur. Menurut pasal 1439 KUHPerdata, maka pembebasan utang itu tidak
utang sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh kreditur. Maka, hal itu
41
Ibid, hal 144
Apabila benda yang menjadi objek daru suatu perikatan musnah, tidak
dapat lagi diperdagangkan atau hilang, maka berarti telah terjadi suatu
keadaan yang demikian itu, hapuslah perikatannya asal barang itu musnah
42
Ibid, hal 145
Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika perjanjian
tersebut tidak memenuhi syarat objektif dari syarat sahnya kontrak yaitu
“suatu hal tertentu” dan “sebab yang halal”. Jadi kalau kontrak itu objeknya
kontrak, dalam arti apabila pihak yang melakukan kontrak tersebut tidak
cakap menurut hukum, baik itu karena belum cukup umur 21 tahun atau
oleh pihak yang tidak cakap tersebut apakah diwakili oleh wali atau
pengampunya atau setelah dia sudah berumur 21 tahun atau sudah tidak di
bawah pengampuan.
orang yang tidak cakap melakukan kontrak hanya dapat dilakukan selama
barang tersebut masih ada pada pihak lawan atau pihak lawan tersebut telah
disertai dengan tuntutan penggantian biaya rugi dan bunga jika ada alasan
untuk itu
kedewasaan;
jangka waktu.
terjadi jika kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat
batal, dan apabila syarat itu terpenuhi, maka kontrak dengan sendirinya batal,
43
Ahmadi Miru, Op Cit, hal 108
kontrak dengan syarat tangguh, karena apabila syarat terpenuhi pada kontrak
dengan syarat tangguh, maka kontraknya bukan batal melainkan tidak lahir. 44
Pada pasal 1946 KUHPerdata, lewat waktu ialah suatu sarana hukum
untuk memperoleh sesuatu atau suatu alasan untuk dibebaskna dari suatu
44
Ibid, hal 109
A. Pengertian Kuasa
Hukum Romawi menganut suatu asas, bahwa akibat dari suatu perbuatan
hukum hanya berlaku bagi orang yang melakukan perbuatan hukum itu sendiri.
Hal ini berarti bahwa, seseorang yang melakukan perbuatan hukum hanya dapat
mengikat dirinya sendiri dengan segala akibat hukum dari perbuatanya itu.
hak, maka ia sendiri yang harus melakukan perbuatan guna memperoleh hak itu
tersebut dan bersamaan dengan itu di dalam masyarakat mulai dikenal lembaga
perwakilan, sehingga apabila seseorang karena sesuatu hal tidak dapat melakukan
itu. 45
45
G.H.S.L. Tobing, Lembaga Kuasa, Makalah yang disampaikan dalam kursus penyegaran
Notaris, Ikatan Notaris Indonesia, di Surabaya tanggal 29-31 Mei 1988, tanpa halaman.
hukum itu tidak bertindak untuk dan atas nama pihak lain. Baru sesudah itu
diperolehnya dari perbuatan hukum yang dilakukannya itu kepada orang yang
dilihat dengan jelas, bahwa pada perwakilan tidak langsung unsur perwakilan
hanya menyangkut hubungan intern antara yang diwakili dan yang mewakili.
46
Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik dan Penjelasannya, Ikatan Notaris
Indonesia, 1990, hal. 469.
47
Djaja S. Meliala, Pemberian Kuasa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Tarsito,
Bandung, 1982, Hal. 3
mengikatkan dirinya kepada satu orang lain atau lebih , dan Pasal 1338 ayat (1),
persetujuan itu.
kuasa bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa, sehingga segala sebab dan
akibat dari persetujuan ini menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari pemberi kuasa
arti bahwa kewajiban untuk melaksanakan prestasi hanya terdapat pada satu pihak
kepada bahwa yang diberi kuasa itu berwenang untuk mengikat pemberi kuasa
secara langsung dengan pihak lain, sehingga dalam hal ini perbuatan hukum yang
dilakukan oleh penerima kuasa berlaku secara sah sebagai perbuatan hukum yang
dilakukan oleh pemberi kuasa sendiri. Dengan perkataan lain, penerima kuasa
orang lain yang menerimanya untuk atas namanya melakukan suatu urusan”.
48
Herlien Budiono, Op.Cit, hal. 69.
pemberi kuasa dan bukan si penerima kuasa. Dengan perkataan lain, akibat hukum
dari pemberian kekuasaan itu yang timbul dari penyelenggaraan urusan itu
Dalam Pasal 1795 KUHPerdata, dapat ditemukan 2 (dua) jenis surat kuasa :
49
Komar Andasasmita, Ibid, hal. 472.
perusahaan orang lain, maka mengandung arti bahwa penerima kuasa itu
berwenang untuk dan bagi kepentingan pemberi kuasa, demi lancar jalannya
Dalam hubungannya dengan ketentuan dalam Pasal 1795, dikaitkan dengan Pasal
dalam Pasal 1795 tidak mempunyai arti yang sama dengan perkataan “umum”
dalam Pasal 1796 KUHPerdata. Perkataan “umum” dalam Pasal 1795 mempunyai
kaitan dengan luas cakupan dari wewenang penerima kuasa, yakni meliputi segala
kewenangan yang diberikan itu, yakni yang dirumuskan dengan kata-kata umum
atau dengan perkataan lain, dengan kata-kata yang tidak tegas, yang dapat
arti meliputi segala kepentingan pemberi kuasa, namun masih ada pembatasan,
yakni kewenangan itu tidak meliputi hal-hal yang bersifat sangat pribadi (hoogat
Hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih; Karena itu diperlukan
suatu pemberian kuasa yang menyebutkan dengan tegas perbuatan mana yang
dapat dilakukan oleh penerima kuasa, misal : Untuk mengalihkan hak barang
sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik. Kuasa
suatu kuasa khusus harus disebutkan secara tegas tindakan atau perbuatan apa
yang boleh dan dapat dilakukan oleh yang diberi kuasa, misalnya untuk menjual
sebidang tanah atau kuasa untuk memasang hipotek. Sudah barang tentu dapat
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perbuatan hukum yang dikuasakan
untuk dilakukan itu, misalnya dalam hal penjualan tanah, untuk menerima uang
bagian dari perbuatan hukum yang pokok, sehingga tidak mengurangi kekhususan
dari kuasa yang diberikan itu. Hal ini adalah logis oleh karena seandainya
khusus Pasal 123 HIR menetapkan persyaratan, bahwa kuasa untuk membela
suatu perkara di muka Pengadilan harus bersifat khusus dan tertulis. Syarat khusus
ini terutama dititikberatkan pada penyebutan nama dari pihak lawan dan/atau
50
Djaja. S. Meliala, Op.Cit., hal. 4
dibuat dihadapan Notaris atau dengan akta yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri yang bersangkutan atau dengan akta yang dibuat di bawah tangan yang
“dilegalisir” menurut ketentuan dalam Ord. Stbl. 1916 – 46 jo. 43. Diadakannya
Di samping itu juga terdapat berbagai pasal dalam KUHPerdata yang berkaitan
dengan kuasa, baik berupa kuasa umum maupun kuasa khusus, misalnya Pasal
334 KUHPerdata tentang kuasa untuk mewakili seseorang yang masih di bawah
umur oleh salah seorang anggota keluarganya Pasal 1683 KUHPerdata tentang
kuasa untuk menyatakan menerima suatu hibah, dengan persyaratan harus dengan
akta otentik, Pasal 1925 KUHPerdata tentang kuasa untuk memberikan pengakuan
di muka pengadilan dan Pasal 1934 KUHPerdata tentang kuasa untuk melakukan
berikut :
1. Akta otentik
3. Surat biasa
4. Secara lisan
5. diam-diam. 52
51
Komar Andasasmita, Op.Cit, hal. 477.
52
Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian, Pustaka Pena, Yogyakarta 2007, hal.52
karena itu dalam praktek masih sering kita jumpai surat kuasa tersebut
2. Surat kuasa yang ditanda tangani dengan cap jempol, tanda tangan tersebut
harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang, karena cap jempol tanpa
legalisir dari pejabat yang berwenang, bukan merupakan tanda tangan. Yang
3. Pemberi kuasa diluar negri, harus dilegalisir oleh Kedutaan Besar kita diluar
negri. Jika dinegri tersebut tidak ada Perwakilan/Kedutaan Besar kita, maka
4. Kuasa dengan lisan, diam-diam, dan melalui surat biasa, harus dinyatakan
53
Djaja. S. Meliala, Op. Cit, hal 5-6
kecuali telah ditentukan secara tegas dalam undang-undang, misanya akta kuasa
memasang hipotik harus dibuat dalam bentuk akta otentik (notaril). Jadi secara
formil bentuk akta kuasa dalam praktek Notaris dapat berbentuk akta otentik
Akta kuasa ditinjau dari segi substansinya (materil) dalam praktek Notaris
Akta kuasa yang berdiri sendiri maksudnya kuasa yang tidak bersandar
disini agar tidak disalahgunakan orang lain, misalnya kuasa menjual tanah.
Akta kuasa yang diikuti dengan suatu perjanjian artinya perjanjian itu
lahir berdasarkan akta kuasa tersebut. Misalnya surat kuasa menjual dari
pada tanah-tanah yang telah bersertifikat tetapi karena belum dipenuhi syarat-
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang, antara lain pembeli belum
Pelunasan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dari Nilai
Pajak Tidak Kena Pajak yang berlaku saat ini sebesar Rp. 30.000.000,- (tiga
Nilai Jual Objek Pajak yang dilihat dari SPPT-PBB (Surat Pemberitahuan
beli tersebut untuk nilai transaksi jual-beli sebesar Rp. 60.000.000,- (enam
volamacht) atau surat kuasa tersendiri, yang biasanya diisi oleh nama pegawai
Notaris mewakili pihak penjual atau pemberi kuasa agar dapat dipergunakan
pembeli atau penerima kuasa untuk melakukan segala hal, baik pengurusan (daad
berlaku ketentuan pasal 1266 dan pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa persetujuan tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan
kepada hakim, dan pihak yang dirugikan dapat memilih untuk memaksa pihak lain
dan bunga.
54
Madiasmo, Perpajakan, edisi revisi,Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001, hal 271
55
Ibid, hal 274
56
Chairani Bustami, Contoh-contoh Akta Notaris, Pustaka Bangsa, Medan, 2008, hal 42
Kuasa umum, Surat kuasa untuk memasang hipotik pertama; Surat kuasa untuk
melakukan penghapusan hipotik atas tanah yang dibeli melalui Kantor Lelang
Negara; Surat kuasa direksi; Surat kuasa mengurus perusahaan; Surat kuasa untuk
untuk menjual; Surat kuasa untuk mengagunkan rumah di atas tanah yang
langsung dikuasai Negara; Surat kuasa mengenai harta peniggalan; Surat kuasa
untuk menghadiri rapat umum luar biasa pemegang saham perseroan terbata;
keuangan; Surat kuasa dari para ahli waris kepada seorang untuk menerima uang
deposito atas nama pewaris; Surat kuasa untuk melakukan pemisahan dan
Para pihak dalam surat kuasa menurut KUHPerdata yaitu pemberi kuasa dan
penerima kuasa. Masing-masing pihak dalam surat kuasa tersebut memiliki hak
dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai yang tertera
57
M.U. Sembiring, Contoh-contoh Akta Notaris dalam Praktek Sehari-hari, jilid kedua, Program
Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumater Utara, Medan, 1991, hal i
sekalipun apa yang diterima itu tidak harus dibayar kepada pemberi
kuasa.
c) Pemberi kuasa berhak menagih dan menerima bunga atau uang pokok
saat penerima kuasa mulai memakai uang itu, begitu pula bunga atas
Ia tidak terikat pada apa yang telah dilakukan di luar kekuasaan itu
kecuali jika ia telah menyetujui hal itu secara tegas atau diam-diam.
pula membayar upahnya bila tentang hal ini telah diadakan perjanjian.
persekot itu.
b) Penerima kuasa berhak mendapat upah dari pemberi kuasa bila hal
c) Penerima kuasa berhak mendapatkan ganti rugi dari pemberi kuasa atas
kuasanya dan bertanggung jawab atas segala biaya, kerugian dan bunga
kuasa, tidaklah seberat tanggung jawab uang diminta dari orang yang
d) Penerima kuasa wajib memberi laporan kepada kuasa tentang apa yang
memakai uang itu, begitu pula bunga atas uang yang herus diserahkannya
melakukan kuasa.
yang terjadi di luar batas kuasa itu, kecuali jika ia secara pribadi
Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya jika ada alasan untuk itu,
kuasa.
diajukan terhadap orang-orang pihak ketiga yang karena mereka tidak mengetahui
kuasa; ini tidak mengurangi tuntutan si pemberi kuasa kepada si kuasa. Dalam
praktek penarikan kembali itu diumumkan dalam beberapa surat kabar dan
diberitahukan dengan surat kepada para pihak atau relasi yang berkepentingan.
58
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 152
59
R. Subekti, Op Cit, hal 151
a) Selama surat kuasa belum dicabut oleh pemberi kuasa, maka kedua belah
b) Surat kuasa yang tidak dapat dicabut, masih dapat dicabut, karena hak dari
kuasa haruslah dengan waktu yang cukup, dan dengan menggantikan kerugian
menyatakan suatu surat kuasa khusu di mana penerima kuasa semula telah
diri dari kewajiban dari perjanjian pemberian kuasa semula antara kedua belah
Jika pemegang kuasa tidak tahu tentang meninggalnya pemberi kuasa atau
tentang suatu sebab lain yang menyebabkan berakhirnya kuasa itu, maka
60
Komar Andasasminta, Op Cit, hal 467
61
A. Kohar, Lembaga Kuasa merupakan bagian dalam kehidupan bermasyarakat, Edisi
perkenalan Ikatan Notaris Indonesia Komisariat Jawa Timur, Media Notariat, Surabaya, 1986, hal
17
62
Komar Andasasmita, Op Cit, Hal 468
demikian, segala perikatan yang dilakukan oleh penerima kuasa dengan pihak
ketiga yang beritikad baik, harus dipenuhi terhadapnya. Apabila ada orang pihak
ketiga yang beritikad buruk, yaitu sudah mengetahui adanya hal-hal yang
sudah meninggalnya pemberi kuasa), maka itu merupakan suatu hal yang (dalam
suatu proses dimuka Hakim) harus dibuktikan oleh para ahli warisnya si pemberi
kuasa. 63
warisnya harus memberitahukan hal itu kepada pemberi kuasa, dan mengambil
ancaman mengganti biaya, kerugian dan bunga jika ada alasan untuk itu.
pemberi kuasa atau penerima kuasa, saat ini seorang perempuan yang bersuami
dan tidak mengikat, jika sifat perjanjian memang menghendaki maka dapat
ditentukan bahwa pemberian kuasa tidak dapat dicabut kembali. Ini dimungkinkan
63
R. Subekti, Op Cit, Hal 152
mengatur. 64
menetapkan kuasa itu tidak dapat dicabut kembali dan dengan demikian maka
64
A. Kohar, Op Cit, hal 16
65
Komar Andasasmita, Op Cit, hal 474
BANGUNAN
Dalam hal perjanjian jual beli dimana penjual atau pembeli bertindak
melalui kuasa, maka suratkuasa khusus untuk menjual harus ada. Kuasa umum,
Kuasa itu harustegas untuk menjual tanah yang dijual itu. Bentuk kuasa harus
tertulis, kuasalisan sama sekali tidak dapat dijadikan dasar bagi jual-beli tanah.
belum ada, sehingga tidak ditemukan pengertian dari kuasa untuk menjual.
mengurus sesuatu.
66
Effendi Perangin. Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum., Jakarta: Rajawali Pers, 1991, hal. 14.
67
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cetakan ke-10. (Jakarta: Balai
Pustaka), 1987.
kuasa untuk menjual sebagai kewenangan yang diberikan pemberi kuasa kepada
pihak penjual (pemilik tanah) tidak dapat hadir sendiri pada saat pembuatan akta
jual beli karena alasan-alasan tertentu. Namun dalam bab ini penulis membagi
sebagai berikut:
b. Pihak Pembeli telah membayar lunas seluruh harga jual beli akan tetapi
c. Penjual (pemberi kuasa) merupakan ahli waris lebih dari satu orang dan
tidak berada pada tempat dimana tanah yang menjadi objek jual beli
berada;
d. Tanah yang bersangkutan akan dijual kembali kepada pihak lain. Hal ini
biasanya dibuat oleh mereka yang bergerak dalam bidang jual beli tanah
68
Ibid., hlm. 423
sendiri (accessoir)
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah perjanjian kredit, perikatan jual-
alasan yang berbeda dengan pemberian kuasa tanah yang berdiri sendiri
ditentukan untuknya;
kuasa memberi kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual tanah milik
menjadi haknya.
sebagai perjanjian pokok yakni kuasa ini ditujukan untuk tanah-tanah yang
belum berseritifikat, sedangkan tanah yang sudah bersetifikat diikat oleh akta
perjanjian kredit yang dimakudkan sebagai jaminan untuk tanah yang belum
berserifikat atau telah habis masa berlaku hak atas tanahnya, juga diikuti
dengan pemberian kuasa untuk mengurus sertifikat tanah tersebut, dan jika
harus dilakukan secara lelang, sungguh pun ada pemberan kuasa menjual. 69
69
Kartika Sari, “Pemberan Kuasa Menjual Tanah dalam Praktekk Notaris (Penelitian di Kota
Medan),” (Thesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004), hal. 66
termasuk dalam pengertian kuasa mutlak yang dilarang karena kuasa tersebut
dibuat dalam rangka mengabadikan pada suatu perjanjian dengan causa yang
sah, dan tindakan-tindakan hukum yang disebut dalam kuasa menjual tersebut
selaku penjual kepada penerima kuasa selaku pembeli disebabkan harga telah
dibayar lunas. 71
Camat dan Kepala Desa atau pejabat yang setingkat dengan itu untuk tidak
lagi membuat/menguatkan surat kuasa yang bersifat mutlak, yang tidak dapat
tersebut yakni terhadap kuasa penuh dalam pasal 3 blanko akta Pejabat
70
Rasjim Wiraatmadja, dkk, Himpunan Yurisprudensi Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Kantor
Advokat Rasjim Wiraatmadja,S.H., hal 72
71
Pieter E. Latumenten, Kuasa Menjual dalam Akta Pengikatan Jual-Beli lunas tidak termasuk
Kuasa Mutlak, Jurnal Renvoi, Jakarta, Edisi September 2003, hal 36
serta kuasa memasang Hipotik (notaril) dan kuasa lainnya yang bukan
dimaksudkan sebagai pemindahan hak atas tanah. Kuasa mutlak ini tidak
berlaku surut, maksudnya mulai berlaku terhadap kuasa mutlak yang dibuat
Bagi mutlak dilakuka karena sertifikat tanah masih atas nama pemilik tanah,
penerima kuasa juga diberi kuasa untuk mengurus pemecahan sertifikat tanah
tersebut.
dengan akta notaril atau akta di bawah tangan yang dilegalisir dari pemilik
pemilik tanah tersebut dapat berupa Berita Acara Serah Terima dalam bentuk
Bangun-Bagi tersebut.
diberikan baik yang timbul dari harta warisan, dari harta bersama, atau pun
yang berlaku.
Pada warisan yang dipisah bagi biasanya salah seorang ahli waris
ditunjuk sebagai penerima harta warisan, sedangkan ahli waris yang lain
penerima harta warisan tersebut diberi kuasa yang tidak dapat dicabut
pembagian harta warisan secara kelompok (dalam hal harta warisan banyak)
sehingga masing-masing ahli waris diberi kuasa yang tidak dapat dicabut
B. Kedudukan dan Fungsi Surat Kuasa Menjual dalam Jual Beli Tanah
dan Bangunan
bantuan atau akta di bawah tangan yang berfungsi danmempunyai tujuan untuk
melindungi posisi pembeli dan juga dapat mempermudah pekerjaan Notaris bila
mana pada saat penjual tidak dapat hadir kedua kalinya atau berhalangan untuk
menanda tangani akta jual beli maka penjual dapat memberikan kuasa menjual
kepada pembeli, kuasa menjual pihak dalam suatu perjanjian tentang harga dan
barang/benda (tanah dan/atau bangunan) sebagai obyek perjanjian jual beli. Sebab
72
Kartika Sari, “Pemberan Kuasa Menjual Tanah dalam Praktekk Notaris (Penelitian di Kota
Medan),” (Thesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004), hal. 75
harga tanah dan/atau bangunan oleh pembeli dan diterima oleh penjual sebaliknya
penjual menyerahkan tanah dan/atau bangunannya kepada dan telah diterima oleh
pembeli, maka unsur-unsur jual beli telah terpenuhi dan oleh Notaris cukup
dijadikan alasan dibuatnya surat keterangan Notaris sebagai pengganti PPJB dan
kuasa menjual.
Dalam sebuah surat keterangan Notaris akan dapat dijumpai harga tanah
kepada penjual/pemilik tanah. Secara yuridis berarti akta tersebut telah memenuhi
syarat sebagai dasar peralihan hak atas tanahnya, yang diikuti dengan akta kuasa
menjual. Adanya kuasa menjual dari pemilik tanah selaku penjual kepada
lain, dengan kuasa menjual maka pembeli dikemudian hari dapat menjual kepada
pihak lain dengan tanpa memerlukan bantuan hukum penjual atau dalam hal ini
tidak boleh bertindak melampaui batas yang diberikan kepadanya oleh pemberi
kuasa. Oleh karena tindakan dan pemegang kuasa itu sebenarnya mewakili,
demikian untuk dan atas nama pemberi kuasa, maka pemberi kuasa dapat dalam
arti kata berhak untuk menggugat secara langsung dan menuntut orang ketiga
keadaan
dimana si pemilik hak atas tanah (penjual) yang sertipikat tanah haknya belum
b. Masih ada proses balik nama menjadi ke atas namanya yang timbul
Akan tetapi yang bersangkutan bermaksud untuk menjual tanah hak tersebut dan
ada
pembeli yang mungkin berkeinginan untuk membeli tanah tersebut dari penjual
dibuat dan ditanda tanganinya akta jual beli dihadapan PPAT. Guna mengatasi hal
tersebut maka disinilah akan dibuatkan suatu surat keterangan Notaris dan
pembuatan akta jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang
orang lain sebagai penerima kuasa, guna melakukan suatu perbuatan atau tindakan
pemberi kuasa. Penerima kuasa bertindak atau berbuat sebagai wakil atau
Dalam zaman yang penuh kesibukan seperti sekarang ini seringkali orang
para pihak.
Begitupun dalam jual beli tanah hak milik, pemberian kuasa menjual yang
tertentu.
Surat kuasa menjual yang merupakan bukti dari adanya suatu perjanjian atau
adanya kesepakatan kedua belah pihak mempunyai peranan yang sangat penting.
Dalam suatu perjanjian kuasa dimana pernyataan kehendak para pihak dituangkan
dalam suatu surat yang kemudian surat itu ditandatangani yang merupakan
langkah awal dari timbulnya suatu hak dan kewajiban para pihak.
yakni; 73
73
I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Megapion, Jakarta, 2008, hal 85
Transaksi jual beli tanah dan bangunan yang biasanya terjadi dalam
masyarakat ada dua cara yaitu pembayarannya dengan cara mengangsur dan
secara tunai. Sehingga dari awal harus sudah ada kesepakatan diantara pihak
penjual dengan pihak pembeli. Bagaimanakan jual beli itu dilakukan ? Atas
Dikaitkan dengan fakta tersebut diatas yaitu kuasa menjual yang diberikan
oleh Zainuddin Sitorus dengan telah mendapat persetujuan dari istrinya Rohana
kepada penerima kuasa yang bernama Kasim Thiang dan Swie Gwek Hwa baik
pemberi kuasa dimana saja dan terhadap siapapun juga dalam hal dan untuk
satu dan lain khusus guna memecah, menjual dan memindahkan serta
menyerahkan hak-hak atas sebidang tanah hak milik nomor : 510/Durian, seluas
548 m2yang terletak di Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan, Kecamatan Medan
Kuasa diberikan tersebut termasuk kedalam jenis kuasa dengan suatu akta
umum/otentik yang mana dibuat dihadapan Notaris yang mana menurut Pasal
1686 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu akta otentik adalah suatu akta yang di
dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan
pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat di mana akta itu dibuatnya.
menjadi bukti tertulis yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.
akta kuasa tersebut dibuat dan meminta data identitas masing-masing pihak, yaitu
kartu tanda penduduk (KTP) pemberi dan penerima kuasa, kartu tanda penduduk
suami atau isteri pemberi kuasa, kartu susunan keluarga (KSK) pemberi kuasa,
undangan, yaitu untuk melepaskan suatu hak kebendaan, seorang suami atau isteri
wajib untuk mendapatkan persetujuan dari pasangannya. Selain itu, notaris akan
menanyakan syarat-syarat khusus apa yang dibuat oleh para pihak, agar dapat
dengan batas waktu yang ditentukan dalam isi perjanjian atau selama perjanjian
pokoknya belum berakhit. Surat kuasa menjual yang diberikan Zainuddin Sitorus
kepada Kasim Thiang dan Swie Gwek Hwa dalam transaksi jual beli tanah
tersebut adalah berlaku sampai penandatangan akta jual beli atau sampai segala
Dalam akta kuasa tersebut juga tercantum kalimat “Kuasa ini diberikan
dengan hak untuk memindahkannya kepada pihak lain, baik sebahagian mapun
seluruhnya”. Maksudnya dalam suatu hal, pemberi kuasa selalu dianggap telah
menyerahkan kuasa kepada penerima kuasa untuk menunjuk orang lain sebagai
74
Wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kuasa, Visimedia, Jakarta, 2009, hal 19
seluruhnya .
Dalam segala hal, sipemberi kuasa dapat secara langsung menuntut orang
Menurut ketentuan pasal 1 angka (1) UUJN, Notaris adalah pejabat umum
undang lainnya.
Akta merupakan sebahagian dari tulisan yakni sesuatu yang memuat surat
tanda yang dapat dibaca dan yang menyatakan sebuah pikiran. Akta khusus dibuat
Ditinjau dari segi pembuatannya akta dibagi atas akta otentik dan akta
dibawah tangan.
Akta otentik menurut pasal 1868 KUHPerdata adalah “akta yang diperbuat
oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu
75
I.G. Rai Widjaya, Op Cit, hal 90
76
Ali Affandi, 1997, Hukum Waris-Hukum Keluarga-Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Jakarta,
hal 199
Kekuatan pembuktian akta otentik dan akta di bawah tangan tidaklah sama.
Jika orang mengajukan suatu akta otentik, maka ia tidak perlu membuktikan apa-
apa lagi. Siapa yang menyangkal harus mengadakan pembuktian, sedangkan dalan
hal akta di bawah tangan kalau akta itu disangkal, maka orang yang
Meskipun ada perbedaan, jika akta di bawah tangan tersebut diakui, maka
antara akta di bawah tangan dan akta otentik tidak berbeda. Hal ini dinyatakan
dalam pasal 1875 KUHPerdata yakni “suatu tulusan di bawah tangan yang diakui
oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara
orang yang menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang-orang yang
mendapat hak dari pada mereka, bukti yang sempurna seperti suatu akta otentik”.
Akta jenis ini biasanya diberi nama “akta relaas” atau “akta pejabat” atau
Isi dari akta berita acara ini semuanya berupa keterangan atau kesaksian
Notaris yang membuat akta itu tentang apa yang dilihatnya, terjadi di
77
Ibid, hal 203
78
M.U Sembiring, 1997, Op Cit, Hal 6
akta itu memenuhi persyaratan sebagai akta otentik antara lain keterangan
Notaris bahwa akta itu telah dibacakan olehnya kepada para penghadap, dan
bahwa kemudian akta itu lantas ditandatangani oleh para penghadap, saksi-
saksi dan Notaris serta keterangan lainnya. Misalnya akta jual-beli, akta kuasa
menjual.
pemberi dan penerima kuasa. Pembuatan akta jual beli sebagai akta otentik
mengenai semua perbuatan, perrjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu
pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau
79
G.H.S.L. Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, hal 31
merupakan perjanjian yang diangkat dan dibuat dari konsepsi Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang merupakan kesepakatan para pihak mengenai hak
dan kewajiban yang dibuat berdasarkan Pasal 1320 jo Pasal 1338 Kitab Undang-
dilangsungkannya PPJB oleh para pihak maka calon Penjual dan calon Pembeli
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang disebut
juga Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) bahwa jual beli merupakan salah
satu cara untuk pemindahan hak kepemilikan atas tanah. Jual beli tersebut harus
dilakukan dengan pembuatan akta otentik yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) dikenal dengan nama Akta Jual Beli. Bagaimana akibat
hukum dan perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perbuatan hukum
Dengan dibuatkannya PPJB, kepemilikan hak atas tanah belum beralih dari calon
Penjual kepada calon Pembeli meskipun seluruh harga telah dibayar penuh oleh
calon Pembeli. Dengan maksud dari para pihak bahwa hak atas objek berupa
tanah dan bangunan yang akan dijual berdasarkan PPJB tersebut tidak dapat
Notaris sebagai pejabat yang mengatur secara tertulis dan mengesahkan hubungan
hukum para pihak dalam bentuk akta otentik, akta mana memuat peristiwa PPJB
itu dengan dasar hukum yang kuat untuk berlaku sebagai alat bukti. Kekuatan
sebagai akta otentik. Sehingga dari kerangkanya apa yang syaratkan atau harus
dimuat dalam masing-masing bagian akta tersebut menurut apa yang disyaratkan
Dikaitkan dengan fakta diatas sebelum akta jual beli tanah tersebut dibuat
meminta identitas pihak calon pembeli dan pihak calon penjual (dalam hali ini
indentitas si kuasa yang bertindak untuk dan atas nama penjual). Kemudian si
penerima kuasa yang berintak untuk dan atas nama penjual akan ditanyakan
mengenai kuasa yang telah diberikan kepadanya dari si pemberi kuasa untuk
diperiksa yang mana dalam hal ini penerima kuasa adalah Kasim Thiang dengan
bertindak berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 6 Juni 2014 nomor 6 sebagai kuasa
dari Zainuddin sebagai pihak penjual dan Bobi Hartanto sebagai pihak pembeli.
Objek jual beli berupa hak milik nomor 01691/ Durian atas sebidang tanah
(NIB) 02011606.01467 dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumu dan
Dengan dihadiri oleh dua orang saksi dihadapan Notaris, pihak penjual dan
pembeli menandatangani akta jual beli dengan disaksikan oleh Notaris, harga
tanah dapat dilunasi sesua dengan harga yang disebutkan dalam akta jual beli akan
tetapi apabila sudah dibayar terlebih dahulu sebelum menghadap Notaris, maka
tercantum dalam akta telah dibayarkan oleh pembeli kepada penjual dan
sebaliknya apakah pernjual telah menerima harga tanah tersebut dari pembeli
sebab dalam akta jual beli tersebut ditulis bahwa uang pembelian sudah dibayar
lunas dan diterima penjual sehingga akta juga berlaku sebagai tanda terima yang
sah.
baik dari aspek hukum maupun aspek lainnya. Bagi Notaris tertentu, terutama
Notaris baru yang kurang pengalaman dalam menghadapi persoalan yang diajukan
oleh klien, maka tidak jarang terjadi kesalahan dalam menuangkan maksud dan
apa yang disampaikan dan diminta oleh klien juga seringkali menimbulkan
jabatan dapat menimbulkan kerugian kepada klien atau pihak lain. Kesalahan
yang dilakukan oleh Notaris dalam menjalankan jabatan dapat membawa dampak
pada akta yang dibuatnya, yakni hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di
menghadap. Kebatalan dari akta otentik sebagai notariele acte yang kemudian
80
Marthalena Pohan, 1985, Tanggunggugat Advocaat, Dokter dan Notaris, Alumni, Bandung, hal.
11-15.
dua dalil yang dapat digunakan untuk mengajukan tuntutan ganti yaitu : (1)
hubungan hukum yang terjadi antara para pihak timbul karena perjanjian, yang
dengan isi perjanjian, selain itu juga memiliki hak untuk menuntut agar isi
kreditu dan debitur. Dalam Restatement of the law ofContract Amerika Serikat
wanprestasi atau breach of contracts dibedakan menjadi dua macam, yaitu total
breach. Total breach yaitu pelaksanaan kontrak yang tidak mungkin dilaksanakan,
sedang partial breach adalah pelaksanaan perjanjian yang masih mungkin untuk
kuasa atau hubungan antara perbuatan yang dilakukan seorang dengan kerugian
81
Nico, 2003, Tanggungjawab Notaris selaku Pejabat Umum, Penerbit Centre for Documentation
and Studies of Business Law, Yogyakarta, hal. 98
hak dan kewajiban. Pihak yang dirugikan pempunyai hak untuk mengajukan
tuntutan ganti kerugian sebagai akibat dari perbuatan Notarisnya yang telah
berkewajiban untuk memberikan ganti rugi, biaya dan bunga sebagai akibat dari
membayar kerugian yang diderita oleh orang lain. Sementara itu, apabila akibat
suatu akta maka akta yang dibuat oleh Notaris dapat kehilangan otentisitasnya.
dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam UUJN yang
bawah tangan atausuatu akta menjadi batal demi hukum dapat dijadikan alasan
bagi pihak yang menderita kerugian untuk menurut penggantian biaya, ganti rugi,
dan bunga kepada Notaris. Pada tanggung gugat berdasarkan wanprestasi, maka
penggugat harus membuktikan bahwa tergugat tidak secara cukup berusaha untuk
menjalankan jabatan sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini kesalahan yang
dilakukan tergugat (Notaris) terjadi karena dia tidak secara sungguh-sungguh atau
sengaja melanggar kewajiban yang telah ditentukan. Perikatan antara Notaris dan
debitur hanya berjanji akan berusaha untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan
ketentuan bahwa pihak yang menuntut harus fakta-fakta dan keadaan, dan jika
hukum dan dia bersalah. Seorang Notaris dianggap bertanggungjawab bahwa atas
dasar kenyataan bahwa kliennya merasa dirugikan, tetapi klien tersebut harus
menentukan dan apabila perlu membuktikan bahwa pada diri Notarislah terletak
menjamin bahwa akta yang dibuat menurut bentuk yang ditentukan adalah sah.
Apabila Notaris membuat akta dengan bentuk yang salah, maka ia mencederai
bentuk yang keliru atau salah tersebut tidak dapat dituduhkan kepadanya. 82
pada Pasal 1320 KUHPerdata. Dalam hubungan tersebut pihak yang mengikatkan
diri adalah Notaris dan klien yang diikat supaya masing-masing memenuhi apa
yang telah menjadi hak dan kewajiban tersebut tidak dipenuhi oleh salah satu
pihak, maka dapat dikatakan bahwa pihak yang tidak memenuhi kewajibannya itu
telah melakukan wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum. Oleh karena itu,
dasar untuk tanggung gugat tersebut adalah wanprestasi dan perbuatan melanggar
82
Martalena Pohan, Op. cit., hal. 92
lawannya, di dalam praktik tuntutan atau gugatan atas hal itu didasarkan pada
kedua alasan tersebut, yang paling penting adalah wanprestasi sebagai tambahan
oncrechtmatigedaad. 84
Sementara itu, dalam hal pembuatan akta partij (akta pihak) Notaris tidak
melanggar hukum. Hal ini karena dalam akta yang dibuat di hadapannya Notaris
tidak bertindak sebagai pihak yang terkait dengan isi akta yang dibuat, sebaliknya
akta tersebut dimohon dan dibuat untuk kepentingan pihak-pihak yang menghadap
kepada Notaris. Hubungan hukum antara Notaris dengan klien dalam hal ini
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para pihak dalam membuat suatu akta.
Oleh karena itu, kebenaran isi akta pihak berada pada pihak yang mengadap untuk
Dari uaraian di atas, pada diri Notaris selaku pejabat umum pembuat akta
pembuatan melanggar hukum atau pada tanggung gugat atas wanprestasi. Oleh
karena itu sebelum mengajukan gugatan kepada Notaris terkait dengan pembuatan
83
Nico, Op. cit., hal. 93
84
Martalena Pohan, Loc. cit.
85
Nico, Op. cit., hal. 98.
gugatan tidak dapat diterima atau bahkan bisa jadi akan ditolak oleh hakim.
Desember 1970) suatu gugatan yang tidak jelas atau tidak sempurna dapat
berakibat tidak diterimanya gugatan tersebut. Sejalan dengan hal itu, menurut
bertentangan satu dengan yang lain, atau disebut sebagai gugatan yang kabur
(obscuur libel, yaitu gugatan yang tidak jelas dan tidak dapat dijawab dengan
klien sebelum menggugat Notaris apabila terjadi kesalahan dalam membuat akta
gugatan harus benar-benar cermat dan tepat agar bisa dikabulkan oleh Hakim.
86
Sudikono Mertokusumo, 1991, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty Yogyakarta, hal. 41.
Akta Pengikatan Jual Beli Yang Disertai Akta Kuasa Mutlak Dan Luas
Kuasa
perkara pembatalan akta “Pengikatan Jual Beli” yang disertai pemberian kuasa
secara luas dan mutlak, tercantum dalam akta “Kuasa” akibat tidak terpenuhinya
syarat-syarat untuk melakukan jual beli dan pemberian kuasa. Diawali dengan
merupakan ahli waris dari Sumarijah Yunus. Kasus ini bermula dari adanya
transaksi jual beli antara Penggugat IW dengan nyonya Sumarijah Yunus pada
tanggal 24 Juni 2006 dihadapan EHW Notaris di Malang, atas sebidang tanah
berikut bangunannya, terletak di jalan Candi Jago No. 115 Malang, yang
dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik No. 501 luasnya 1.500 m2, tercatat atas
akta “Pengikatan Jual Beli” No. 168 dan akta “Kuasa” No. 167 pada tanggal 24
Bahwa dalam akta “Pengikatan Jual Beli” No.168 tersebut antara Penggugat
tunai dan lunas oleh Penggugat IW kepada nyonya Sumarijah Yunus. Walaupun
telah terjadi transaksi jual beli dan pemberian kuasa antara Penggugat IW dengan
nyonya Sumarijah Yunus meninggal dunia pada tanggal 12 Maret 2012 atau
“Pengikatan Jual Beli” No.168 dan akta “Kuasa” No.169 tertanggal 24 Juni 2006
tersebut hingga nyonya Sumarijah Yunus meninggal dunia pada tanggal 12 Maret
yang telah dijual oleh nyonya Sumarijah Yunus kepada Penggugat IW telah
tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari Penggugat IW. Penggugat IW telah
Sengketa yang telah dibelinya dari nyonya Sumarijah Yunus, ibu Tergugat WN,
dan memohon kepada Tergugat WN, suami, anak-anak dan keluarga besarnya
Penggugat IW. Namun tetap saja Tergugat IW, suami, anak-anak dan keluarga
somasi kepada Tergugat IW tertanggal 3 Maret 2014. Namun tetap tidak ada
tanggapan dan Tergugat WN masih tetap tidak mau mengosongkan dan keluar
2. Menyatakan sah dan berharga terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) atas
3. Menyatakan akta “Pengikatan Jual Beli” beserta akta “Kuasa” yang terkait sah
menurut hukum;
4. Menyatakan Hak Milik Obyek Sengketa a quo beralih dari nyonya Sumarijah
tersebut di atas;
juga) kepada Penggugat, terhitung sejak tanggal Putusan Perkara ini memiliki
perkara ini;
anak dan keluarga besar Tergugat WN, akan tetapi tidak ditarik/didudukan
dan keluarga besar) yang secara feitelijk ikut menguasai Obyek Sengketa, maka
dengan didasarkan ada pertimbangan Majelis Hakim dapat atau tidak dapat
berperkara haruslah cermat, tepat dan jelas. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka
gugatan Penggugat yang cacat formal a quo harus dinyatakan tidak dapat
diterima.
Obyek Sengketa, berupa sebidang tanah dan bangunan yang dimaksud dalam
Kelurahan Blimbing, setempat dikenal sebagai Jalan Candi Jago No.6 Malang,
suami isteri ACHMAD YUNUS SEANTO d/h LAY SEAN TJONG dan
tanggal 22 Juni 1964 dari Sarwono, luasnya + 249,85 m2, yang masih
e. Bahwa Achmad Yunus Seanto d/h Lay Sean Tjong telah meninggal dunia
pada tanggal 25 April 1983, yang mana Obyek Sengketa adalah sebagai
ahli waris Achmad Yunus Seanto dengan nyonya Sumarijah Yunus, yaitu
Tergugat IW;
4. Bahwa Obyek Sengketa adalah merupakan harta warisan dari Achmad Yunus
Seanto dengan nyonya Sumarijah Yunus yang belum pernah dibagi waris,
Seanto dan nyonya Sumarijah Yunus, tindakan hukum apapun juga yang
No.168 disertai dengan pemberian kuasa secara luas dan mutlak, yakni untuk
cara dan dan dalam bentuk apapun juga, yang mana untuk itu tanpa mendapat
ahli waris dari bapaknya yaitu Achmad Yunus Seanto d/h Lay Sean Tjong
5. Bahwa dibuatnya akta “Pengikatan Jual Beli” No.168 tanggal 24 Juni 2006
Tergugat WN dan ahli waris lainnya dari Achmad Junus Seanto d/h Lay, Sean
Achmad Junus Suanto d/h Lay, Sean Tjong, dengan modus menggunakan/
pembelian kuasa secara luas dan mutlak, pada saat itu nyonya Sumarijah
6. Bahwa upaya Penggugat untuk menguasai demgan cara melawan hukum itu
jelas sangat kentara, oleh karena pada tanggal 22 Oktober 1997, Penggugat
“Pengikatan Jual Beli” No.168 dan akta “Kuasa” No.169 tertanggal 24 Juni
2006, yang dibuat dihadapan Notaris yang sama, semuanya dibuat tanpa
yang mempunyai hak dan kedudukan yang sama dengan nyonya Sumarijah
8. Bahwa menurut hukum jelas akta “Surat Wasiat (Testament)” No.513 tanggal
23 Oktober 1997 dan “Pengikatan Jual Beli” No.168 dan akta “Kuasa”
melaksanakan jual beli, yakni harus ada persetujuan dari anak-anak nyonya
kepada Penggugat, akan tetapi pada tahun 2006 Obyek Sengketa tersebut oleh
kemudian mengikat jual beli lagi atas objek yang sama kepada orang yang
9. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat didasarkan pada recht title yang tidak
10. Bahwa oleh karena semua akta-akta tersebut dibuat secara melawan hukum,
maka akta “Pengikatan Jual Beli” No.168 dan akta “Kuasa’ No.169,
tenteram pada diri Tergugat WN, kerugian ini apabila dinilai dengan uang
12. Bahwa oleh karena gugatan rekonpensi ini didasarkan pada dalil/alasan yang
No.69/Pdt.G/2014/PN.MLG
dan akta “Kuasa” No.169 tanggal 24 Juni 2006, yang dibuat dihadapan EHW
hukum untuk menjual atau memberikan kuasa atas Obyek Perkara tidak
memenuhi syarat, dimana Subjeknya yaitu nyonya Sumarijah Yunus tidak cakap
untuk melakukan tindakan hukum, dimana pada saat dilakukannya pengikatan jual
beli dan pemberian kuasa tersebut keadaan nyonya Sumarijah Yunus dalam
2012 No. 69/Pdt.G/PN. MLG dalam perkara pembatalan akta “Pengikatan Jual
Beli” yang disertai pemberian kuasa secara luas dan mutlak, tercantum dalam akta
“Kuasa” akibat tidak terpenuhinya syarat-syarat untuk melakukan jual beli dan
“Pengikatan Jual Beli” No.168 tanggal 24 Juni 2006 yang dibuat dihadapan EHW
(Penggugat), adalah merupakan produk hukum berupa akta “Pengikatan Jual Beli”
yang bukan merupakan Alas Hak Kepemilikan atas Tanah Obyek Sengketa,
karena untuk dapat dijadikan sebagai Alas Hak Kepemilikan atas Tanah, masih
diperlukan tindakan hukum lain, yaitu harus dilakukan pembayaran harga jual beli
dan penyerahan Obyek jual beli dari Penjual kepada Pembeli, sehingga akta
“Perjanjian Jual Beli” tersebut menjadi sah menurut hukum dan dengan telah
dilakukannya jual beli atas tanah dan bangunan tersebut haruslah dipenuhi syarat-
jual beli atas obyek yang diperjual belikan dalam akta “Pengikatan Jual Beli”
No.168 tersebut di atas, dari Pembeli (Penggugat IW) kepada Penjual nyonya
Sumarijah Yunus, baik berupa kwitansi pembayaran atau bukti surat-surat lain
yang mendukung adanya pembayaran harga jual beli Obyek Sengketa tersebut di
atas.
Dalam bunyi Pasal 3 dari akta “Pengikatan Jual Beli” No.168 tersebut di atas,
antara lain berupa aliran listrik, saluran air leding dan sambungan telepon
nomor 49194, mulai hari ini menjadi hak pihak kedua, dan segala
keuntungan, kerugian serta resikonya mulai hari ini menjadi hak atau
pihak kedua dalam keadaannya pada hari ini dan pihak kedua mengaku
-adalah merupakan produk hukum berupa akta “Pengikatan Jual Beli” No168
tanggal 24 Juni 2006 yang bukan merupakan Alas Hak Kepemilikan atas Obyek
“Pengikatan Jual Beli” No.168 tersebut di atas tidak dapat dijadikan sebagai dasar
Alas Hak Kepemilikan atas Obyek Sengketa karena Pasal 3 adalah merupakan
substansi yang termasuk dalam akta “Pengikatan Jual Beli” No.168 tersebut di
atas, atau sudah menjadi draft baku dalam suatu akta Pengikatan Jual Beli.
Pengikatan Jual Beli tersebut disertai dengan pemberian kuasa dengan akta
“Kuasa” No.169 tanggal 24 Juni 2006, yang dibuat dihadapan EHW Notaris di
melepaskan hak dengan cara dan dan dalam bentuk apapun juga, adalah juga
atas nama dan untuk kepentingan Pemberi Kuasa dengan berdasarkan suatu kuasa
Februari 2014 yang menyatakan telah mencabut akta “Kuasa” No.169 tanggal 24
Juni 2006 tersebut di atas. Apakah bisa sepihak dan secara dibawah tangan.
dikenal sebagai Jalan Candi Jago No.6 Malang, yang hingga saat ini masih
tercatat atas nama Sumarijah Yunus, yang berarti secara hukum belum menjadi
hak dan milik Penggugat IW, karena belum dilakukan pendaftaran peralihan
haknya pada instansi yang berwenang untuk itu, sesuai dengan Peraturan
anak Sumarijah Yunus, yang merupakan ahli waris dari suaminya almarhum
dilakukan oleh Penggugat terhadap Obyek Sengketa dalam perkara a quo telah
telah dihibah wasiatkan oleh Ny.Sumarijah Yunus kepada Penggugat IW, akan
tetapi pada tahun 2006 Obyek Sengketa tersebut diikat jual belikan lagi kepada
Obyek Sengketa kemudian mengikat jual belikan Obyek Sengketa tersebut kepada
lebih aneh lagi semuanya dibuat dihadapan Notaris yang sama, yaitu EHW
Notaris di Malang, sehingga merupakan perbuatan hukum yang tidak sah secara
hukum.
secara sah menurut hukum, maka Majelis Hakim berpendapat Gugatan Penggugat
untuk membayar semua biaya perkara yang timbul dalam perkara ini, dan
mengembalikan asli Sertipikat Hak Milik No.501 kepada Tergugat WN dan para
ahli warisnya.
No.69/Pdt.G/2014/PN.MLG
berwenang dari yang mempunyai hak atau dari peraturan perundangan yang
yang berlaku. Masalah kewenangan dalam pengikatan jual beli dan pemberian
mengikutsertakan orang-orang yang juga memiliki hak bahagian atas tanah dan
bangunan yang diperjualbelikan tersebut, sehingga tindakan hukum jual beli dan
pemberian kuasa menjadi sah secara hukum, dan tidak cacat hukum.
Dengan meninggalnya Achmad Yunus, Seanto d/h Lay Sean, Tjong selaku
salah seorang diantaranya adalah Tergugat WN, akan tetapi kedudukan anak-anak
menjual tanah dan bangunan tersebut antara nyonya Sumarijah Yunus dengan
Penggugat IW, sehingga tindakan hukum menjual tersebut tidak sempurna karena
87Ahmad A.K Muda, Kamus Besar Bahasa Indonesia Dilengkapi Dengan Ejaan Yang
keadaan nyonya Sumarijah Yunus yang sudah sangat tua, sebagaimana diketahui
bahwa saat dibuatnya pengikatan jual beli dan pemberian kuasa secara luas dan
mutlak, pada saat itu nyonya Sumarijah Yunus sudah berusia 81 tahun dan dalam
keadaan udzur (pikun), dengan tidak melibatkan Tergugat IW dan ahli waris
lainnya dari Achmad Junus Seanto d/h Lay, Sean Tjong, adalah perbuatan
Agung ini tidak ada ditampilkan suatu pembuktian berupa apapun juga, yang
membuktikan bahwa pada waktu dilaksanakan pengikatan jual beli dan pemberian
kuasa tersebut bahwa keadaan nyonya Sumarijah Yunus dalam keadaan udzur
Yunus dalam keadaan pikun. Jika memang benar keadaan nyonya Sumarijah
udzur (pikun) pada waktu itu, maka keadaan itu secara hukum termasuk keadaan
yang tidak cakap untuk melakukan suatu tindakan hukum. Walaupun nyonya
Sumarijah Yunus telah dewasa, namun ia tidak cakap untuk melakukan perbuatan
Menurut Pasal 1446 dan Pasal 1449 KUHPerdata, bahwa : “Apabila suatu
perikatan cacat pada syarat-syarat yang subjektif, yaitu salah satu partij belum
dewasa atau kalau perikatan terjadi karena paksaan, penipuan dan kekhilafan,
“Semua perikatan yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa atau orang-
orang yang ditaruh di bawah pengampuan adalah batal demi hukum dan atas
penuntutan yang diajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal,
dibatalkan”.
pada keadaan semula” (Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUHPerdata), yang
menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga apabila ada alasan untuk itu.” 88
88
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
2001, hal.14
Tergugat). 89
melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa”. Pengertian ini
menunjukkan bahwa sifat pemberian kuasa tidak lain untuk mewakilkan atau
perwakilan (vertegenwoordiging).
pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum atas
nama pemberi kuasa. Kuasa adalah suatu hak yang melahirkan suatu kewenangan
untuk mewakili, karena merupakan suatu hak, maka kuasa termasuk dalam harta
mewakili orang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Perwakilan seperti
ini ada yang lahir dari undang-undang dan ada yang lahir dari suatu perjanjian. 92
kepada orang lain boleh diberikan secara luas, hal ini secara jelas dan tegas
89
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,2000, hal.242.
90
Op.Cit, hal 243
91
Rachmat Setiawan, Hukum Perwakilan dan Kuasa, Suatu Perbandingan Hukum Indonesia dan
Hukum Belanda Saat ini, Tatanusa, 2005, hal.1
92
R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1990, hal 141.
disertai dengan pemberian kuasa secara luas dan mutlak, yang tercantum dalam
akta “Kuasa” No.169 tanggal 24 Juni 2006 tersebut di atas, yakni untuk
dan dan dalam bentuk apapun juga dinyatakan oleh Putusan tersebut tidak sah dan
melawan hukum. Kuasa yang tercantum dalam akta “Kuasa” No.169 tersebut di
atas adalah Kuasa luas dan tidak termasuk dalam kuasa mutlak, karena tidak
mencantumkan klausul yang terkandung dalam pasal 1813 1814 dan 1816 Kitab
93
Dikutip dari akta Perjanjian Kredit yang dibuat dihadapan Notaris
Agung kiranya tidak tepat yang menyatakan bahwa pemberian kuasa yang
tercantum dalam akta “Kuasa” No.169 tersebut adalah kuasa mutlak, padahal
tidak termasuk dalam kuasa mutlak, akan tetapi berupa kuasa luas, yang ternyata
kuasa luas ini diperbolehkan sesuai dengan bunyi dalam Pasal 1796 KUHPerdata
mutlak), dapat dilihat dalam Instruksi Menteri No.14 Tahun 1982 tentang
Larangan Pemberian Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah. Dalam
a. Melarang Camat dan Kepala Desa atau Pejabat yang setingkat dengan itu,
untuk membuat/menguatkan pembuatan Surat Kuasa Mutlak yang pada
hakekatnya merupakan pemindahan hak atas tanah.
b. Kuasa Mutlak yang dimaksud dalam Diktum Pertama adalah kuasa yang
didalamnya mengandung unsur tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi
kuasa.
c. Kuasa Mutlak yang pada hakekatnya merupakan pemindahan hak atas tanah
adalah Kuasa Mutlak yang memberikan kewenangan kepada penerima kuasa
untuk menguasai dan menggunakan tanahnya serta melakukan segala
perbuatan hukum yang menurut hukum dapat dilakukan oleh pemegang
haknya.
d. Melarang Pejabat-pejabat Agraria untuk melayani penyelesaian status hak atas
tanah yang menggunakan Surat Kuasa Mutlak sebagai bahan pembuktian
pemindahan hak atas tanah.
Penggunaan kuasa mutlak dalam akta Pengikatan Jual Beli hak atas tanah
94
Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1982
kuasa mutlak adalah sah, apabila janji pemberian kuasa yang tidak dapat ditarik
kembali merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu perjanjian
kuasa mutlak di dalam akta Pengikatan Jual Beli adalah sah, karena pemberian
kuasa digunakan untuk kepentingan penerima kuasa dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari akta Pengikatan Jual Beli, sehingga penggunaan kuasa
mutlak dalam akta Pengikatan Jual Beli tidak bertentangan dengan Instruksi
mencabut kuasa. Biasanya suaut kuasa akan dianggap sebagai surat kuasa mutlak
pemberian kuasa , dengan demikian pemberi kuasa menjadi tidak dapat lagi
surat kuasa mutlak ini adalah termasuk salah satu bentuk lex mercatoria yang
yang berbunyi :
kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama
95
Hendra Setiawan Boen, “Tinjauan Terhadap Surat Kuasa Mutlak”, diakses di
www.hukumonline.com tanggal 4 Nopember 2017
96
ibid, Hendra Setiawan Boen
terbuka atau asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Pasal 1338
kesusilaan dan ketertiban umum. Pemberian kuasa mutlak dapat dijumpai dalam
(SKMHT), yakni :
1. Dalam akta “Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan” Pasal 15 ayat (2)
UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
kembali dan tidak berakhir oleh sebab apapun juga, termasuk apabila pemberi
2. Dalam akta “Perjanjian Kredit” dimana Debitur telah memberi kuasa kepada
tersebut tidak dapat berakhir karena sebab apapun juga sampai dengan
ini didasari oleh asas pacta sunt survanda dimana perjanjian mengikat sebagai
pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan tindakan hukum atas
nama pemberi kuasa. Kuasa adalah suatu hak yang melahirkan suatu kewenangan
untuk mewakili, karena merupakan suatu hak, maka kuasa termasuk dalam harta
mewakili orang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Perwakilan seperti
ini ada yang lahir dari undang-undang dan ada yang lahir dari suatu
kuasa dapat diberikan untuk tindakan apapun juga, baik yang sudah ada aturannya
dalam undang-undang maupun yang belum ada peraturannya sama sekali, selama
hal tersebut tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan
dalam kehidupan sosial manusia yang umumnya diakui di semua tempat di dunia
ini. Apabila keadilan itu kemudian dikukuhkan ke dalam instusi yang namanya
hukum, maka institusi hukum itu harus mampu untuk menjadi saluran agar
para Hakim patut mendapat julukan sebagai “Wakil Tuhan” yang nyata di
kehidupan manusia di dunia, jika ia mati maka ia akan masuk sorga, jika ia
mengambil suatu keputusan secara tidak adil, karena suatu imbalan, maka ia telah
kekayaan dan kesenangan duniawi, maka jika Hakim itu mati, ia akan masuk
97
Rachmat Setiawan, Hukum Perwakilan dan Kuasa, Suatu Perbandingan Hukum Indonesia dan
Hukum Belanda Saat ini, Tatanusa, 2005, hal.1
98
R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1990, hal 141.
adalah merupakan sumber segala berkat, maka para Hakim harus takut akan
Tuhan, jika Hakim jujur maka ia akan memperoleh berkat yang melimpah-limpah
PENUTUP
A. Kesimpulan
kuasa menjual dalam jual beli tanah dan bangunan dapat disimpulkan bahwa :
beli tanah hak milik yang terjadi diantara kedua belah pihak juga merupakan
transaksi jual beli tanah atau dapat terjadi setelah ada perjanjian ikatan jual
2. Pemberian kuasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan telah
atau formalitasnya akan tetapi bentuknya bebas, bias berupa akta otentik,
surat dibawah tangan, surat biasa maupun secara lisan. Surat kuasa tersebut
tindakan yang dilakukan oleh para pihak khususnya pihak penerima kuasa.
yang mengatur secara tertulis dan mengesahkan hubungan hukum para pihak
dalam bentuk akta otentik, akta mana memuat peristiwa PPJB itu dengan
dasar hukum yang kuat untuk berlaku sebagai alat bukti. Kekuatan
mengikat sebagai akta otentik. Sehingga dari kerangkanya apa yang syaratkan
atau harus dimuat dalam masing-masing bagian akta tersebut menurut apa
otentisitas.
B. Saran
Adapun saran yang penulis kemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
dibuat atau dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis, baik dengan akta
maka pihak lain menuntutnya berdasarkan bukti yang ada, mengingat hukum
BUKU-BUKU
Miru, Ahmadidan Sakka Pati. 2008. Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW. Jakarta: Rajawali Pers.
Sari, Kartikan. 2004. Pemberan Kuasa Menjual Tanah dalam Praktekk Notaris
(Penelitian di Kota Medan). Medan :Thesis Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Sembiring,M.U. 1991. Contoh-contoh Akta Notaris dalam Praktek Sehari-hari.
Medan: Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas
Sumater Utara
Setiawan, Rachmat, 1979,Pokok-pokok Hukum Perikatan. Bandung: Bina Cipta
Supriadi. 2008. Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika
ARTIKEL
Abdul Ghofur, Anshori Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan
Etika, UII Press, Yogyakarta, 2009.
Tobing, G.H.S.L. Lembaga Kuasa, Makalah yang disampaikan dalam kursus
penyegaran Notaris, Ikatan Notaris Indonesia, di Surabaya tanggal 29-31
Mei 1988
Budiono, Herlien artikel “Pengikat Jual Beli Dan Kuasa Mutlak” Majalah
Renvoi, edisi tahun I, No 10, Maret 2004
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
INTERNET
Satrya Adhitama, “Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) versus Akta Jual Beli
(AJB), http://satryaadhitama.blogspot.com/2013/06/perjanjian-pengikatan-
jual-beli-ppjb.html, diakses tanggal 20 November 2015