SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2020
1
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Nim : A.131.16.0201
1. Skripsi dengan judul tersebut diatas tidak terdapat karya yang diajukan untuk
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
2
USM
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
3
USM
Oleh:
Semarang,
Penguji I
(........................................................)
(...........................................) (.............................................)
Mengetahui,
Dekan
4
DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG
Semarang
Peneliti : Nama : Anditiya Witjaya Kusuma
NIM : A.131.16.0201
Semarang,
Bagian Adminitrasi Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Semarang
(....................................................)
KATA PENGANTAR
5
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
Kota Semarang”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Program Studi
Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Semarang.
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu
Semarang.
2. Bapak Drs. Muh. Afif Mahmud, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.
5. Yang sangat saya cintai Ayah, Ibu, dan Adik yang telah memberikan
dukungan moril, materi, semangat serta doa selama kuliah dan menyelesaikan
skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kasih sayangnya serta
6
6. Bapak Poerwo Adilogo dan Sahabat terkasih Luthfi Ayu Anindya yang selalu
skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela yang tidak dapat peneliti
Atas dukungan semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih. Semoga bantuan yang telah diberikan baik moral
maupun material mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dengan segala
kerendahan hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna
Semarang, .................
Penulis
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat
untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko"
PERSEMBAHAN
Orangtua dan keluargaku tercinta.
Sahabat-sahabat tercinta.
Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Semarang.
8
ABSTRAK
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
HALAMAN IDENTITAS..............................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................9
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah....................11
2.2 Tinjauan Umum tentang Tanah Aset Daerah...................19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.................................................................29
3.2 Spesifikasi Penelitian.......................................................30
3.3 Metode Pengumpulan Data..............................................30
3.4 Sumber Data.....................................................................31
3.5 Metode Analisis Data.......................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanan Pendaftaran Tanah Aset Daerah Pemerintah
Kota Semarang.................................................................34
4.2 Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Aset Daerah Pemerintah Kota
Semarang..........................................................................70
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................87
5.2 Saran ................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................91
10
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam
yang sangat diperlukan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik untuk
Di Indonesia pengelolaan sumber daya alam diatur dalam Pasal 33 Ayat (3)
merupakan landasan hukum bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang
badan penguasa atas bumi, air, ruang angkasa, serta kekayaan alam yang
otentik terhadap Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 tersebut. Undang-Undang
Bachtiar Effendie. Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah. (Bandung: Alumni, 1993),
2
hlm. 2.
11
Pokok Agraria mengatur pengelolaan sumber daya alam di Indonesia termasuk
tanah. Bahkan 80% subtansinya berkaitan dengan tanah. UUPA didasarkan pada
seluruh rakyat, maka negaralah yang melaksanakan tugas dan kewenangan bangsa
untuk mengelola seluruh tanah bersama itu.4 Pasal 2 Ayat (1) UUPA mengatur
kekuasaan negara terhadap tanah-tanah yang telah dimiliki seseorang atau badan
hukum maupun tanah-tanah bebas yang belum dimiliki seseorang atau badan
Hak menguasai negara atas tanah diatur dalam Pasal 2 UUPA. Pasal 2 ayat
Kewenangan negara yang bersumber pada hak menguasai sumber daya alam oleh
3
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum
Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2005), hlm. 3.
4
Winahyu Erwiningsih. Hak Menguasai Negara Atas Tanah, (Yogyakarta: Total Media,
2009), hlm. 83.
5
Bachtiar Effendie. Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaannya. (Bandung: Alumni, 1993), hlm. 2.
6
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
11
negara bersifat publik yaitu wewenang untuk mengatur (wewenang regulasi),
Menurut Pasal 2 ayat (3) UUPA,8 wewenang yang bersumber pada hak
menguasai sumber daya alam oleh negara itu digunakan untuk mencapai sebesar-
Kewenangan negara yang bersumber pada hak menguasai tanah oleh negara
ayat (4) UUPA yang mengatur bahwa hak menguasai dari negara pelaksanaannya
yang diberi hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri sebagai yang dimaksud
7
Boedi Harsono. Op.cit., hlm. 37.
8
Ibid., hlm. 6.
9
Muhammad Bakri. Hak Menguasai Tanah oleh Negara (Paradigma Baru untuk Reformasi
Agraria). (Jakarta: Citra Media, 2007), hlm. 37.
12
Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diharapkan dapat mempercepat
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pelimpahan tugas dari pusat ke daerah
pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/ atau desa dari
pemerintah propinsi kepada kabupaten/ kota dan/ atau desa serta dari pemerintah
untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum mengenai hak atas tanah
bagi rakyat indonesia seluruhnya. Guna dapat mewujudkan hal tersebut maka
Sadu Wasistiono; Etin Indrayani dan Andi Pitono. Memahami Asas Tugas Pembantuan,
11
13
diselenggarakan pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UU No.5
Pada Pasal 19 ayat (1) UUPA diatur bahwa untuk menjamin kepastian
Pada Pasal 19 ayat (2) diatur bahwa pendaftaran tanah tersebut meliputi: pertama,
tanah dan peralihan hak-hak tersebut. Ketiga, pemberian surat-surat tanda bukti
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan adanya setiap
jengkal tanah baik status hak maupun pemegang haknya menjadi jelas. Tanah
tersebut telah terdaftar adalah sertifikat tanah yang sekaligus sebagai bukti
Sebagai tindak lanjut dari perintah Pasal 19 Ayat (1) UUPA, pemerintah
pendaftaran tanah yang tidak mampu diselesaikan oleh PP No. 10 Tahun 1961
12
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
13
Boedi Harsono. Op.cit., hlm. 14.
14
Ibid.
14
Tanah, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57
Tahun 1997. Substansi peraturan pemerintah ini kemudian dijabarkan dalam yang
Tahun 1997.
milik daerah). Tanah adalah salah satu bentuk aset yang dimiliki Pemerintah
Daerah. Aset milik daerah pada dasarnya memiliki dua fungsi yakni fungsi
pelayanan dan fungsi budgeter. Fungsi pelayanan bermakna tanah aset daerah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan tugas pokok dan
daerah berupa: sewa, pinjam pakai, KSP (kerja sama pemanfaatan), BGS (bangun
guna serah atau BSG (bangun serah guna), dan KSPI (kerja sama penyediaan
infrastruktur).
15
Menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, barang milik daerah adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan
belanja daerah atau perolehan lainnya yang sah. Adapun yang dimaksud dengan
perolehan lainnya yang sah yakni dengan tukar menukar, hibah, undang-undang
dan putusan pengadilan yang berkuatan hukum tetap. Pengelolaan aset daerah
Salah satu bentuk pengamanan tanah asset daerah adalah pengamanan yuridis
berupa pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum atas tanah tersebut.
Negara, Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 diatur bahwa
barang milik Negara/Daerah yang berupa tanah yang dikuasai oleh pemerintah
16
4. Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi
dengan bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah yang
bersangkutan.16
pemerintah di Kota Semarang, maka perlu dilakukan pendaftaran tanah aset guna
diketahui, sertifikat adalah tanda bukti hak atas tanah, yang merupakan hasil dari
diketahui kepastian letak tanah, batas-batas tanah, luas tanah, bangunan dan jenis
tanaman yang ada diatasnya, serta untuk memperoleh kepastian mengenai status
tanahnya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya hak pihak lain.
(BPKAD) Kota Semarang, baru ada 11 persen bidang aset daerah yang sudah
Semarang”
16
Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
17
Boedi Harsono. Op.cit., hlm. 71.
18
https://www.suaramerdeka.com/newers/baca/205183/bidang-aset-daah-bersertifikat-baru-
11-persen, (diakses pada 16 Juni 2020, pukul 03.00).
17
1.2 Perumusan Masalah
1. Untuk menjelaskan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah pada aset daerah
18
Bab I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
Bab II. Tinjauan Pustaka yang berisi tentang tinjauan Umum tentang
Bab III. Metode Penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, spesifikasi
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan diakhiri dengan metode
analisis data.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Analisis Data yang membahas mengenai fokus
penelitian yang diajukan dalam perumusan masalah, yaitu yang dibagi ke dalam 2
(dua) sub bab; a) pelaksanaan pendaftaran tanah aset daerah pemerintah Kota
BAB V PENUTUP
Bab V. Penutup atau bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
2.1.1 Pengertian Pendaftaran Tanah
“kadaster.” Maksud dari capitastrum atau kadaster dari segi bahasa adalah suatu
register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi, yang
berarti suatu istilah teknis untuk suatu record(rekaman) yang menunjuk kepada
luas, nilai dan kepemilikan atau pemegang hak atas suatu bidang tanah, sedang
kadaster yang modern bisa terjadi atas peta yang ukuran besar dan daftar-daftar
yang berkaitan.19
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pada pasal tersebut, pendaftaran tanah
19
Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis. Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi Peraturan
Pemerintah No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional. (Bandung: CV. Mandar Maju, 2010), hlm.
17-18.
20
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang
tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
data fisik dan yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali diatur dalam Pasal 12 ayat
20
Boedi Harsono. Op.cit.,hlm. 474.
32
Pada pendaftaran tanah, menurut Soedikno Mertokusumo dikenal 2 (dua)
Asas spesialitas dan asas publisitas ini dimuat dalam suatu daftar guna dapat
diketahui secara mudah oleh siapa saja yang ingin mengetahuinya sehingga siapa
saja yang ingin mengetahui data-data baik fisik maupun yuridis atas tanah itu
33
5. Asas terbuka bermakna masyarakat dapat mengetahui atau memperoleh
keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap saat di
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
administrasi terhadap setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk
tertib pertanahan.
obyek hak atas tanah disusun sedemikian rupa telitinya agar dikemudian hari
calon pembeli atau kreditur atau bahkan pemerintah sendiri dalam rangka
memperlancar setiap peralihan hak atas tanah atau dalam rangka pelaksanaan
usaha pendaftaran tanah atau yang dikenal sebagai daftaran umum, yang
terdiri atas peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar
nama. Maka data tersebut diberi sifat terbuka untuk umum. Hal ini sesuai
34
bidang tanah untuk kepentingan pembukuan tanah. Daftar tanah adalah
dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan
pemegang hak atas tanah itu disebut dengan kepastian mengenai subyek hak
atas tanah. Kedua, kepastian mengenai letak tanah, batas-batas tanah, panjang
dan lebar tanah. Kepastian berkenaan dengan letak, batas-batas dan panjang
serta lebar tanah ini disebut dengan kepastian mengenai obyek hak atas tanah.
untuk pertama kali mengenai suatu atau beberapa obyek pendaftaran tanah
sebagai kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
Florianus SP Sangsun. Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah. (Jakarta : Visi Media,
22
35
desa/kelurahan secara individual atau massal, berarti pula seluruh biaya
a. permohonan pengukuran
c. pengembalian batas
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
Bambang Eko Muljono. “Pendaftaran Tanah Pertama Kali Secara Sporadik Melalui
23
36
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri. Pendaftaran tanah secara
berlaku.
panitia ajudikasi
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai.
2. Tanah hak pengelolaan.
3. Tanah wakaf.
4. Hak milik atas satuan rumah susun.
5. Hak tanggungan.
6. Tanah negara.
24
Florianus SP Sangsun. Op.cit., hlm. 23.
37
Pada objek pendaftaran tanah tersebut, tanah pemerintah tersebut dapat
kebenaran data yang disajikan tersebut dan sejauh manakah hukum melindungi
1. Sistem Publikasi Positif, Menurut sistem ini, sertifikat tanah yang diberikan
itu adalah berlaku sebagai tanda bukti hak atas tanah yang mutlak serta
merupakan satu-satunya tanda bukti hak atas tanah. Sehingga pendaftaran
tanah adalah menjamin dengan sempurna bahwa nama yang terdaftar dalam
buku tanah adalah tidak dapat dibantah.
2. Sistem Publikasi Negatif, Menurut sistem ini, segala apa yang tercantum
dalam sertifikat tanah dianggap benar sampai tidak dapat dibuktikan di muka
sidang pengadilan.
1997 tentang Pendaftaran Tanah.26 Hal ini dapat dibuktikan dari hal-hal berikut:
1. Pendaftaran tanah menghasilkan surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat, bukan sebagai alat pembuktian yang mutlak (sistem
publikasi negatif)
2. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak
(registrationof titles), bukan sistem pendaftaran akta (registration of deed)
(sistem publikasi positif)
3. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang tercantum
dalam sertifikat (sistem publikasi negatif)
25
http://tanahlaw.blogspot.co.id/2015/11/sistem-pendaftaran-tanah-sistem.html , (diakses
pada tanggal 16 Juni 2020 pukul 19.48).
26
Boedi Harsono. Op.cit., hlm. 477.
38
4. Petugas pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian
hukum (sistem publikasi positif)
5. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertifikat dapat mengajukan
keberatan kepada penyelenggara pendaftaraan tanah untuk membatalkan
sertifikat atau mengajukan gugatan ke pengadilan agar sertifikat dinyatakan
tidak sah (sistem publikasi negatif)27
Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh
daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang
bisa diperoleh pada masa yang akan datang guna menunjang peran dan fungsi
definisi tersebut diatas maka aset daerah adalah sama dengan barang daerah.
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
menentukan bahwa “Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
39
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari
Aset daerah, meliputi sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonom dan/atau social dimasa depan diharapkan dapat diperoleh baik
oleh pemerintah maupun masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya.29
Barang milik daerah disamping berasal dari pembelian atau perolehan atas
beban Anggaran Pendapatan Belanja Daerah juga berasal dari perolehan lainnya
yang sah. Barang milik Negara/Daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang
sah, selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pemerintah daerah. Tanah aset pemerintah termasuk dalam golongan tanah hak
dan merupakan aset yang penguasaan dan pengelolaannya ada pada instansi yang
29
Ibid.
30
Ibid.
40
bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan manajemen/ pengelolaan barang
daerah adalah suatu rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap daerah yang
Pengamanan sebagai salah satu bentuk pengelolaan tanah aset daerah dapat
1. Pengamanan fisik
antara lain:
c. Melakukan penjagaan.
2. Pengamanan administrasi
41
d. Melaksanakan inventarisasi/sensus barang milik daerah sekali dalam 5
Pengguna.
3. Pengamanan yuridis
b. Tanah yang sudah memiliki sertifikat namun belum atas nama pemerintah
daerah.
1. Apabila barang milik daerah telah didukung oleh dokumen awal kepemilikan,
antara lain berupa Letter Of Credit, akte hibah, atau dokumen lainnya, maka
pengelola barang atau pengguna barang dan kuasa pengguna barang segera
Nasional setempat.
tanah. Pengamanan hukum terhadap tanah yang sudah hak atas tanah kepada
42
dengan cara pengelola barang atau kuasa pengguna barang segera mengajukan
Subjek Hak Milik atas tanah berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang
perseorangan warga negara Indonesia, subjek Hak Milik atas tanah adalah badan
hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah. Badan hukum yang dapat memiliki
Badan-Badan Hukum yang Dapat Memiliki Tanah, yaitu bank yang didirikan oleh
negara (bank negara), koperasi pertanian, badan keagamaan, dan badan sosial.
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Pemberian Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, badan
hukum yang dapat memiliki tanah adalah bank pemerintah, badan keagamaan, dan
Hak atas tanah dapat dimiliki atau dikuasai oleh perseorangan atau badan
hukum. Perseorangan yang dapat memiliki atau menguasai hak atas tanah adalah
warga negara Indonesia atau orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Badan
hukum yang dapat memiliki atau menguasai hak atas tanah adalah badan hukum
privat atau badan hukum publik, atau badan hukum Indonesia atau badan hukum
asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. Salah satu badan hukum yang
dapat menguasai hak atas tanah adalah Pemda, yaitu Pemerintah Propinsi, atau
Pemerintah Kabupaten/Kota.
43
Hak atas tanah yang dapat dikuasai oleh Pemda adalah Hak Pakai dan Hak
Pengelolaan. Hak Pakai diatur dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok
Agraria adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan Undang-Undang
Pokok Agraria.
Pengertian Hak Pengelolaan disebutkan secara tegas dalam Pasal 2 ayat (3)
21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan juncto Pasal
1 Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan karena Pemberian Hak Pengelolaan, yaitu hak
menyerahkan bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga dan atau
Mengacu uraian di atas, maka dasar penguasaan hak atas tanah bagi Pemda
Badan Hukum yang Dapat Memiliki Tanah, yaitu hak pakai dan hak pengelolaan.
1. Hak pakai
44
Menurut Pasal 41 Undang-Undang Pokok Agraria, hak pakai adalah hak
langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberikan
oleh pejabat atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan
bahwa Hak Pakai yang dipunyai oleh badan hukum publik disebut Hak Pakai
publik adalah right to use, yaitu menggunakannya untuk waktu yang tidak
terbatas selama pelaksanaan tugas, namun tidak ada right of dispossal, yaitu
tidak dapat dialihkan dalam bentuk apapun kepada pihak ketiga dan juga tidak
A.P. Parlindungan. “Beberapa Konsep tentang Hak-Hak atas Tanah”, Majalah CSIS,
32
45
Pemda menguasai tanah Hak Pakai dan Hak Pengelolaan melalui
permohonan Hak Pakai dan Hak Pengelolaan atas tanah yang berasal dari
tanah negara. Tanah negara adalah tanah yang diatasnya belum terdapat
sesuatu hak atas tanah tertentu atau tanah yang di atasnya belum dibebani
dengan hak atas tanah tertentu. Sebagai tanda bukti Pemda menguasai tanah
Hak Pakai dan Hak Pengelolaan diterbitkan Sertipikat Hak Pakai dan
2. Hak pengelolaan
Hak ini untuk pertama kali disebut dan diatur dalam Peraturan Menteri
dalam UUPA tetapi tersirat dalam penjelasan umum yang menyatakan bahwa
memberikan tanah yang dimaksud adalah tanah yang tidak dipunyai dengan
33
Urip Santoso. Hukum Agraria dan Hak-hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.
73.
46
sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lain) kepada sesorang atau badan-badan
dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai
dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f UU No. 20 Tahun 2000 tentang
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, jo. Pasal 1 Peraturan Pemerintah
No. 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
47
kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan
dan keperluannya, misalnya hak milik, hak guna usaha, hak bangunan, dan
Penggunaan Tanah Aset Daerah diatur dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal
24 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007. Tanah Aset Daerah
satuan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPKD) dan dapat dioperasikan oleh
pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan
Pengguna atau Kuasa Pengguna wajib menyerahkan tanah yanh tidak digunakan
digunakan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya SKPD, dicabut
48
Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 yaitu Permohonan untuk memperoleh hak
peraturan tentang pengelolaan Aset Daerah yang juga disebut “Barang Daerah”.
Pada saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (LNRI TH.2006 No. 20; TLNRI No.
49
Pemerintah tersebut, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Hak penguasaan atas tanah yang dapat dikuasai oleh pemerintah daerah
adalah hak pakai dan hak pengelolaan. Hak pakai dan hak pengelolaan dapat
diperoleh pemerintah daerah melalui penegasan konversi yang berasal dari hak
penguasaan atas tanah tanah negara, atau melalui pemberian hak yang berasal dari
tanah negara. Sebagai tanda bukti haknya diterbitkan sertifikat hak pakai atau hak
kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga. Pemerintah
daerah tidak diperbolehkan menyewakan tanah hak pakai atau hak pengelolaan
kepada pihak ketiga karena hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 44
UUPA. Tanah yang dapat disewakan kepada pihak lain hanya tanah yang
50
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode atau cara yang digunakan oleh peneliti
dalam menyusun dan melaksanakan penelitian. Metode penelitian ini disusun dan
51
mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu.36 Hasil dari suatu
tepat. Metode merupakan cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran
sebagai berikut:
(hukum dilihat sebagai norma atau das sollen) karena dalam membahas
hukum yang tertulis37 maupun hukum yang tidak tertulis38 atau baik bahan hukum
36
Ibid.
37
Hukum yang tertulis adalah hukum yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang
berlaku umum dengan ancaman sanksi yang tegas
38
Hukum yang tidak tertulis adalah hukum yang berlaku dalam masyarakat, yang ditaati dan
diikuti sebagai pedoman hidup bermasyarakat.
52
primer maupun bahan hukum sekunder). Pendekatan empiris (hukum sebagai
kenyataan sosial, kultural atau das sein), karena dalam penelitian ini digunakan
data primer yang diperoleh dari lapangan atau fenomena yang terjadi di
masyarakat.
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, rinci dan sistematis yang mengacu
pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan realitas
Metode pengumpulan data dalam penelitian hukum ini adalah studi literatur
dikaji. Adapun literatur yang digunakan adalah literatur yang relevan dengan
penelitian ini.
39
Ibid.
37
3.4 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 jenis data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan
2. Data Sekunder
Pengumpulan data dalam studi pustaka ini dilakukan penelitian dengan cara
lainnya. Dalam hal ini peneliti mencari buku-buku yang dibutuhkan. Data
a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang
mengikat atau bahan yang berkait erat dengan permasalahan yang diteliti,
meliputi:
Pokok Agraria.
Negara.
38
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah.
Tanah-Tanah Negara.
Tanah.
39
c. Bahan Hukum Tersier
yaitu:
1) Kamus Hukum
4) Ensiklopedia terkait.
adalah data dan informasi yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian kemudian
dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu suatu metode analisis data dengan cara
Semarang.40
40
Ibid.
40
BAB IV
Semarang
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Hal ini sesuai dengan
41
A. Halim dan T. Damayanti. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah:
Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007).
41
yang lebih efisien.42
pembangunan, menjadikan tanah yang luasnya tetap dan terbatas akan memicu
konflik penguasaan hak atas tanah. Oleh karena diperlukan aturan-aturan hukum
yang akan menjamin kepastian hukum bagi para pemegang hak atas tanah, dan
oleh karena itu pulalah kewenangan kepada daerah diberikan oleh Pemerintah
Pusat.
sebagaian tubuh bumi yang ada di bawahnya dan sebagaian dari ruang yang ada di
yakni apa yang disebut dengan Tanah Hak dan Tanah Negara. Tanah Hak adalah
tanah yang dibebani suatu hak di atasnya, tanah hak juga dikuasai oleh negara
akan tetapi penggunaanya tidak secara langsung, sebab ada pihak tertentu di
atasnya dan diatur dalam Pasal 33 ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
UUPA. Sedangkan pengertian Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai
oleh negara dan tidak ada pihak lain selain negara yang menguasai tanah tersebut
Tanah adalah hak milik yang sangat berharga bagi kehidupan setiap
Ibid.
42
90
manusia. Tanah termasuk sumber daya alam yang paling penting dalam kehidupan
manusia, segala kegiatan makhluk hidup dilakukan dengan bantuan tanah sebagai
media untuk beraktivitas dan menjalani kehidupan. Tanah merupakan salah satu
bagian dari bumi,yaitu tempat di mana manusia hidup dan melaksanakan segala
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu tanah merupakan sumber daya alam penting
Tanah adalah salah satu bentuk aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.
Peruntukan dari tanah milik Pemerintah Daerah ada yang digunakan untuk
kepentingan umum, misalnya taman terbuka dan ada yang digunakan untuk fungsi
pada dasarnya memiliki 2 (dua) fungsi yakni fungsi pelayanan dan fungsi
kebutuhan organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sedangkan fungsi
budgeter diartikan bahwa aset dapat menjadi sumber tambahan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui bentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah,
maupun tidak tertulis, yang semuanya mempunyai objek pengaturan yang sama
sebagai hubungan hukum yang konkret, beraspek publik dan privat, yang dapat
Abdul Halim. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Pertama. (Yogyakarta:
44
91
Dalam rangka pembangunan nasional dan regional diperlukan penggalian
dan pembangunan nasional. Sebagai bagian dari wilayah Propinsi Jawa tengah
keberadaan Kota Semarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas.
umat manusia. Tanah juga menjadi sumber kehidupan manusia, yaitu sebagai
tempat tinggal, tempat bekerja dan hidup. Dalam hal ini tanah multi dimensi,
berbagai aspek terkait dengan politik, hukum, sosial dan budaya. Hak milik
merupakan hak dasar bagi setiap warga negara yang dijamin konstitusi, oleh
karena itu kepastian hukum pemilikan atas tanah merupakan salah satu kebutuhan
yang hakiki.
pengelolaan aset tanah, maka dilakukan pengaturan terhadap aset tanah Instansi
92
dituntut agar mampu melaksanakan otonomi daerah dengan sebaik‐baiknya.
dari aset tanah pada Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2010 dan tahun 2011
jika dibandingkan dengan nilai Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar 5,85% dan
4,42%. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pengelolaan aset tanah di
Ethiopia yang melalui sistem land leasing. Penelitian yang dilakukan oleh
Peterson menunjukkan bahwa pemasukan dari aset tanah mencapai kurang lebih
sebesar 20% hingga 45% dari total pendapatan.45 Hal ini menunjukkan bahwa
optimal.
24 Mei 201146 diketahui bahwa pengelolaan aset tanah di Kota Semarang selama
antara lain: terdapat aset tanah yang tidak diketahui keberadaannya namun masih
diakui sebagai aset tanah, masih adanya tanah‐tanah yang tidak jelas status
kepemilikannya, masih adanya aset tanah milik Pemerintah Kota yang belum
bernilai atau tidak diketahui nilainya dan adanya tanah yang diakui milik
45
G.E. Peterson. “Land leasing and Land Sale as an Infrastructure‐Financing Option”.
World Bank Policy Research Working Paper 4043. (New York: World Bank. 2006).
46
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Semarang Tahun 2010 No. 56/LHP/XVIII.SMG/05/2012
Tanggal 24 Mei 2011. Semarang: BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, 2011.
93
1. Gambaran Umum Wilayah
Lintang Selatan (LS) dan 109o56’ sampai 110o35’ Bujur Timur (BT). Kota
Semarang memilki luas wilayah sebesar 373,70 km2. Terdiri dari tanah sawah
seluas 39,56 km2 (10,59%) dan 334,14 km2 (89,41%) bukan sawah. Kota
Kelurahan.
19A Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Jumlah aset tanah milik Pemerintah
94
3.231.376.300.352 dan tahun 2011 sebesar Rp 3.311.833.580.864 yang
Gambar 4.1
Wilayah Administratif Kota Semarang
2. Kebijakan Daerah
bahwa penguasaan tanah oleh Negara yang kemudian mengalir oleh Daerah
95
sebagai pemilik atas tanah, sehingga pada akhirnya di daerah kepemilikan
baik”.47
Setelah lahirnya UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) dan UUPA Pasal 2 ayat
pengelolaan Tanah Negara menjadi lebih jelas dan tegas dan tidak justru
96
dengan tafsir otentik berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Perkara: No.
Daerah dengan tanah, men jadi adanya hubungan yang bersifat hubungan
Hak Menguasai Negara atas tanah, Hak Pakai, Hak Pengelolaan yang
50
Supriyadi. Aspek Hukum Tanah Aset Daerah (Menemukan Keadilan, Kemanfaatan, dan
Kepastian atau Eksistensi Tanah Aset Daerah). (Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, 2010),
hlm.309. Lihat Subadi. Penguasaan dan Penggunaan Tanah Kawasan Hutan (Menuju
Pendayagunaan yang Berwawasan Lingkungan, berkelanjutan dan Berpihak Pada Rakyat),
(Jakarta: Prestasi Pustaka Pelajar, 2010).
97
merupakan kelanjutan dari persewakan yang didasarkan kepada Peraturan
Daerah.
merupakan Tanah Negara bebas yang pada umunya telah berdiri bangunan
milik masyarakat pemohon hak. Pemberian hak atas tanah tersebut diberikan
dengan membayar “uang pemasukan kepada Negara yang harus dibayar oleh
BPN No. 4 Tahun 1998 tentang Pedoman Uang Pemasukan Dalam Pemberian
hak Atas Tanah Negara yang telah dirubah dengan Permenag/Kepala BPN
kepada Pemerintah Daerah yang berupa uang santunan dan; kedua, kepada
98
Pendaftaran yang dibuat pada jaman Hindia Belanda yang menunjukan
Praja/Pemerintah Kota.
penggunaan tanah Negara harusnya mendapat ijin dari BPN, akan tetapi
Sejak jaman Hindia Belanda asas Hak Milik Negara telah meletakan
1945 dan UUPA, perbutan hukum Hak Sewa jelas tidak sah, namun
99
setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang
daftar tanah, telah masuk dalam pengertian Tanah Aset Daerah yang
dari Daerah dan pengenaan kedua pada saat memperoleh hak atas tanah
atau hak Pengelolaan agar dapat dikategorikan sebagai Tanah Aset Daerah.
100
a. Melalui konversi hak penguasaan berdasrkan Peraturan Menteri Agraria
9 Tahun 1999.
yang semula berasal dari; tanah Negara bekas Hak Eigendom atas nama
pengakuan dari masyarakat serta pengakuan dari BPN yang berupa sikap
Hak Eigendom harus telah jelas batas, luas, dan status tanahnya, sedangkan
bahwa:
manajemen aset adalah sebuah kumpulan alat dan cara atau skill yang
dapat membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan untuk
dapat mewujudkan dalam proses pemeliharaan dan perbaikan atas aset
101
dan dari segi investasi. Manajemen aset memiliki tahapan‐tahapan yang
harus dilaksanakan agar aset dapat dikelola dengan baik.51
Menurut Siregar tahapan dalam manajemen aset ada 5 (lima) yakni (1)
inventarisasi aset; (2) legal audit; (3) penilaian aset; (4) optimalisasi aset, dan
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi daerah sebagai sumber
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Harsey & Blanchard dalam
51
Witter. E; Bitter. J. and Kasprzak. C. “Asset Management and City Government”.
Proceeding of the 2003 Mid Continent Transportation Research Symposium. (Iowa State
University, 2003),
52
Doli D. Siregar. Manajemen Aset. (Jakarta: Gramedia. 2004)
53
Abdul Halim. Loc.cit.
54
Ibid.
102
d. Pola hubungan delegatif, campur tangan pemerintah pusat, sudah tidak
ada karena daerah telah benar‐benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan otonomi daerah.
bahwa optimasi aset merupakan sebuah proses dalam manajemen aset yang
legal dan ekonomi yang dimiliki suatu aset.56 Siregar menjelaskan bahwa
55
Djumara Noorsyamsa. Modul 3 Analisis SWOT. (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
2007).
Mei Sutrisno. “An Investigation of Participation Project Appraisal in Developing
56
Countries Using Elements of Value an Risk Management (Volume 1)”. (Manchester: University of
Manchester Institute. 2004).
57
Doli D. Siregar. Loc.cit
103
berdasarkan kajian pustaka dan pemahaman penulis dapat dibedakan ke dalam
Kota Semarang.
b. Penilaian terhadap seluruh aset tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota
Semarang.
tidak berpotensi.
atas peraturan tentang pengelolaan Aset Daerah yang juga disebut “Barang
Daerah”.58 Pada saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
20; TLNRI No. 4609) dan selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat
Daerah.
58
Barang milik Daerah adalah semua kekayaan Daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain, .....dst
(Periksa Lampiran PMDN No.17 Tahun 2007, Tgl 21 Maret 2007).
104
Berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan dan dianalisis beberapa
a. Penggunaan
Daerah (SPKD) dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang
59
Pengguna adalah pengguna barang milik Daerah yaitu pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang kilik Daerah. Kuasa Pengguna adalah Kuasa pengguna barang milik Daerah
yaitu Kepala satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang
milik Daerah yang berada pada penguasaannya.
105
tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya SKPD, dicabut penetapan
b. Pemanfaatan.
17 Tahun 2007.
digunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam bentuk
Daerah.
106
Analisis terhadap pemanfaatan Tanah Aset Daerah ini menunjukan
dapat berupa:
1) Sewa
2) Pinjam Pakai
3) Kerjasama Pemanfaatan
107
Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Tanah Aset
Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; dan
penggelola.
c. Penghapusan
108
Penghapusan Tanah Aset Daerah adalah tindakan penghapusan dari
d. Pemindah-tanganan
diperlukan apabila; a) tanah sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah
layak dipertahankan.
109
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian diatur dalam BAB XII Pasal
f. Pembiayaan.
110
daerah akibat kelalaian penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas
111
perencanaan kebutuhan dan pengganggaran, sedangkan dari segi
masing pelaku pengelolaan aset atas pengelolaan aset yang dilakukan di Kota
yang terdiri atas 5 (lima) tahap yakni:60 (1) inventarisasi aset; (2) legal audit;
(3) penilaian aset; (4) optimalisasi aset, serta (5) pengawasan dan
Pada 2 pernyataan yakni: 1) terkait inventarisasi aset tanah yang dibantu oleh
pelaksana memilki pemahaman bahwa kedua hal tersebut tidak terlalu penting
puncak beranggapan bahwa kedua hal tersebut sangat penting dan kinerja
pengawasan dan pengendalian atas aset telah dilaksanakan dengan baik dan
112
manajer puncak hal tersebut tidak menjadi perhatian. Hasil analisis juga
tahun 2015 dan 2016 terdapat peningkatan rasio kemandirian menjadi 25,32%
dan 34,03% sehingga ada peningkatan dari awalnya pola instruktif menjadi
konsultatif.
aset pada tahun 2015 sudah mencapai 20,97% dari PAD, namun apabila
Abdul Halim. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. (Yogyakarta:
61
113
peningkatan penerimaan aset secara nilai dari sebesar Rp 68.794.652.330
penurunan persentase dari 20,97% (tahun 2015) menjadi 15,31% (tahun 2016)
dan penurunan persentase penerimaan aset terhadap TPD di mana dari 4,21%
(tahun 2015) menjadi 3,89% (tahun 2016). Hal ini sesuai dengan pendapat
kinerja pelaku dan pengelolaan aset milik Pemerintah Kota Semarang. Upaya
114
Hasil analisis dengan menggunakan langkah-langkah optimasi aset
Penilai Publik dan diinput dalam sistem manajemen aset daerah. Namun
data dari Bidang Aset DPKAD menunjukkan beberapa aset yang belum
bernilai. Dari hasil informasi lebih lanjut diketahui bahwa aset tanah yang
daerah yang diproritaskan pada tersedianya data aset yang akurat dan
115
simpulan bahwa Pemerintah Kota Semarang belum menjalankan atau
kejelasan status hukum dan sesuai peruntukannya mulai hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak sewa, hak membuka tanah, hak memunggut
hasil hutan dan lain sebagainya, dari beberapa hak-hak tersebut maka harus
dibuat sebuah aturan agar di kemudian hari tidak terjadi sebuah sengketa atas
tanah.
pemeliharaan data fisik dan yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada hak
miliknya atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Pasal 1 tentang Pendaftaran Tanah. Seperti yang terjadi saat ini yang terjadi di
wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Saat ini Pemerintah Kota Semarang
116
Pemerintah Kota Semarang melaksanakan kegiatan pengamanan dan
Daerah ini yang mengatur tentang pengaman dan pemeliharaan aset milik
daerah berupa tanah adalah Pasal 29 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009
Kota Semarang.
pemerintah daerah.
117
atau perencanaan barang kebutuhan daerah, sistem perencanaan aset daerah.
Dalam pembelian aset daerah ada 2 (dua) macam perencanaan yang harus
yang dilakukan dengan sistem tender. Dengan kata lain, dalam sistem
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. Mencatat dan menghitung aset/barang
dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah
dan bangun serah guna. Pengamanan aset daerah harus didukung sistem
administrasi yang tertib khususnya dalam buku inventaris, selain itu perlu
118
dilakukan pemberian kode untuk menjaga registrasi barang daerah dan
merupakan kegiatan menilai atas suatu barang milik daerah yang bertujuan
penyimpangan serta menjaga agar aset daerah tersebut tidak hilang dan tetap
119
pejabat instansi pemerintahan. Dalam rangka mengatasi hal di atas, maka
telah dikeluarkan. Ini juga dapat diketahui, dalam tahun yang sama terdapat
bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah hak, tanah aset
Usaha Milik Daerah, tanah desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum
adat, kawasan hutan, tanah obyek landreform, tanah transmigrasi, dan bidang
tanah lainnya.
120
Dalam Peraturan Menteri ATR tentang Percepatan PTSL sebelumnya,
yaitu Pasal 3 ayat (2) Permen ATR/Kepala BPN Nomor 12 Tahun 2017,
obyek PTSL disebutkan secara rinci yaitu meliputi seluruh bidang tanah tanpa
terkecuali;
a. baik bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang
tanah hak;
b. baik merupakan tanah aset Pemerintah/Pemerintah Daerah;
c. tanah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
d. tanah desa;
e. tanah Negara;
f. tanah masyarakat hukum adat;
g. kawasan hutan;
h. tanah obyek landreform;
i. tanah transmigrasi; dan
j. bidang tanah lainnya.63
dimungkinkan adanya hambatan atau kendala yang ini dapat merupakan suatu
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, hal ini berarti bahwa negara telah
63
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2017
tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, Pasal 3 ayat (2).
121
memberikan kewenangan kepada pemegang hak atas tanah untuk
hukum dan tertib administrasi tanah-tanah yang dikuasai oleh negara atau
Tanah.
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang karena Dinas ini diberi
Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah serta
Peraturan Walikota Nomor 19A Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan
aset daerah dalam hal ini adalah pencatatan dan pendaftaran tanah yang dikuasai
pemerintah daerah tapi belum atas nama pemerintah daerah Kota Semarang.
dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang dan diinput dalam sistem manajemen
aset daerah. Pemerintah Kota Semarang juga telah melakukan penilaian terhadap
aset tanah yang dimiliki dengan menggunakan penilai eksternal yakni Kantor Jasa
Penilai Publik dan diinput dalam sistem manajemen aset daerah. Namun data dari
Bidang Aset DPKAD menunjukkan beberapa aset yang belum bernilai. Dari hasil
122
informasi lebih lanjut diketahui bahwa aset tanah yang belum bernilai kebanyakan
yang diproritaskan pada tersedianya data aset yang akurat dan pengamanan aset
Dalam menjaga aset daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah maka
diperlukan sebuah peraturan dalam hal ini seperti Peraturan Daerah mengenai
pengelolaan aset daerah di daerah tersebut. Pada Kota Semarang Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang disahkan
berjumlah 1087 persil. Di mana Dinas Pendidikan mempunyai jumlah tanah lebih
banyak dibanding SKPD lainnya, yakni berjumlah 284 persil. Untuk menjaga aset
daerah berupa tanah yang dimiliki oleh pemerintah Kota Semarang maka perlu
dilakukan penyertifikatan sebagai langkah tepat untuk menata aset daerah milik
Tabel 4.1
Data Alas Hak Aset Tetap Tanah Kota Semarang Tahun 2018-2019
123
(SKT)
Jumlah 1087
Sumber: Data primer yang diolah.
Berikut disajikan rekapitulasi data aset tetap tanah milik Pemerintah Daerah
Kota Semarang.
Tabel 4.2
Data Aset Tetap Tanah Kota Semarang Tahun 2015-2018
Sudah
No Tahun Proses sertifikat Belum sertifikat
bersertifikat
1 2015 875 80 94
2 2016 899 74 76
3 2017 947 56 46
4 2018 972 46 31
Sumber: Data primer yang diolah.
Pemerintah Kota Semarang merupakan suatu kendala yaitu sesuatu yang menjadi
alasan suatu peraturan hukum tidak dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Kendala tersebut baru dapat diketahui apabila suatu peraturan hukum telah
dilaksanakan dan diterapkan di lapangan. Kendala dalam hal ini juga berarti
segala sesuatu yang dapat mengakibatkan pelaksanaan dari suatu kegiatan menjadi
tidak maksimal. Hal ini bisa juga berasal dari prosedurnya maupun instasi terkait.
secara rinci proses pengelolaan aset daerah sebagai turunan dari Peraturan Menteri
124
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016; 3) inventarisasi aset yang belum efektif dan
pengelolaan aset daerah; 5) komitmen pimpinan yang kurang tegas dan belum
maksimal serta 6) kendala pada sumber daya dalam bentuk anggaran dan fasilitas
penganggaran ditemukan bahwa masih banyak SKPD yang tidak patuh dalam
proses pengamanan barang yang tidak diketahui siapa pengguna barang yang
disebabkan kelalaian SKPD dalam membuat berita acara dalam rangka serah
125
baik belum terjadi dikarenakan adanya kendala ketidakpatuhan oleh SKPD
tidak secara rinci memenuhi spesifikasi mulai dari jenis, volume hingga harga
per satuan barang yang ada di SKPD serta pelaporan tiap SKPD hanya
hanya dihadiri untuk formalitas saja dan untuk memenuhi kewajiban absensi.
merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan
hukum di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja
64
Irwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. Implementasi Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 69.
65
Budi Winarno. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. (Yogyakarta: Media Presindo, 2002),
hlm. 101.
126
perundang-undangan. Agar implementasi suatu kebijakan pengelolaan barang
milik daerah berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementers)
2. Belum adanya regulasi yang Mengatur secara rinci Proses Pengelolaan Aset
dimiliki daerah. Tidak adanya regulasi dalam bentuk peraturan daerah dan
regulasi yang menjelaskan tata cara dan mekanisme hingga perhitungan waktu
66
Inayah. “Studi Persepsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Aset Daerah di Kota Tangerang”. Tesis. (FISIP. Universitas Indonesia, 2010).
127
regulasi yang belum tersedia dalam bentuk peraturan daerah menyulitkan
aparatur daerah yang bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab atas
undangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas
Tjandra dan Harsono68 yang berkaitan dengan pengelolaan aset daerah yang
67
Soenobo Wirjosoegito. Proses & Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan.
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 14.
68
W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Harsono. Legislatif Drafting Teori dan Teknik
Pembuatan Peraturan Daerah. (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), hlm. 25.
128
kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah belum dicatat dan dilaporkan
proses pemanfaatan masih banyak aset yang bisa dimanfaatkan namun tidak
diakui dan dicatat dalam neraca daerah dan Kartu Invetaris Barang, sehingga
akurat dan handal. Proses lain yang paling banyak mengalami kendala dalam
aset tetap, tidak dilaksanakan pencatatan atau pemindahan saldo aset yang
penghambat dalam hal pengakuan aset yang menjadi tidak andal sebagaimana
yang dijelaskan dalam PSAP No. 7 tentang akuntansi aset tetap yang
menyatakan bahwa keandalan pengakuan suatu aset akan lebih andal apabila
129
4. Kompetensi sumber daya manusia yang belum mendukung pengelolaan aset
daerah;
aparatur daerah selaku pelaksana pengelolaan aset daerah yang masih belum
sesuai dengan regulasi yang ditetapkan tidak sejalan dengan pemahaman yang
dimiliki oleh aparatur daerah sehingga hal ini menghambat pengelolaan aset
manusia yang dimiliki oleh aparatur daerah dalam mengemban tugas sebagai
SKPD hanya menunjuk orang yang bersedia menjadi pengurus aset tanpa
barang pada saat aparatur tersebut pindah ke SKPD lain maupun ke daerah
tugas yang baru. Proses pemanfaatan aset yang terjadi di lapangan belum
terdapat ego sektoral yang memanfaatkan aset seperti pada lahan yang
130
dijadikan lahan percontohan, namun karena persepsi aparatur maka muncul
ego sektoral untuk memanfaatkan lahan tersebut tidak secara efektif dan
tersebut terjadi karena adanya sikap dan persepsi dari aparatur daerah yang
persepsi dari aparatur daerah yang menganggap pengelolaan aset sebagai hal
daerah, maka aparatur menjadi tidak patuh terhadap regulasi yang ditetapkan.
Dalam proses pembinaan, sikap aparatur daerah yang menjadi pengurus dan
pada saat pengguna aset ditugaskan ke tempat yang baru, pengguna aset
langkah secara integral dan menyeluruh dari semua SKPD dalam menjamin
69
Munaim. “Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat”. Tugas Akhir Program Magister (TAPM). Program PascaSarjana. (Mataram:
Universitas Terbuka. UPNJJ, 2012).
70
Parulian Hutapea dan Thoha Nurianna. Kompetensi Plus. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), hlm. 8.
131
Semarang yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap
suatu standar yaitu pegawai yang memiliki pengetahuan tentang aset daerah,
6. Kendala pada sumber daya dalam bentuk anggaran dan fasilitas pengelolaan
aset daerah
sanksi bagi SKPD maupun pengurus barang yang patuh ataupun lalai dalam
132
ditetapkan oleh Pemerintah. Kendala komitmen pimpinan berupa tidak adanya
penunjukkan pengurus aset untuk tiap-tiap SKPD. Namun hal tersebut tidak
aset di Kota Semarang terjadi pada saat Badan Keuangan Daerah selaku
pimpinan yang kurang baik, hingga saat ini SK Penghapusan tersebut tidak
ada tindak lanjutnya. Sehingga hal ini mengakibatkan saldo aset yang masuk
penatausahaan aset daerah menjadi tidak baik dan tidak optimal serta
bertanggungjawab.
133
tersebut maka peraturan tersebut tidak akan berhasil dalam penerapannya.
Oleh karena itu, kepatuhan pada regulasi yang dilakukan oleh para pelaksana
penyimpan barang harus bekerja satu tahun anggaran sesuai dengan surat
harus ada kaderisasi terlebih dahulu terhadap penggantinya. Selain itu, kepala
daerah, karena posisi kepala SKPD selain sebagai pengguna anggaran juga
Kendala yang terakhir adalah sumber daya dalam bentuk anggaran dan
134
Pekerjaan Umum masih sangat membutuhkan anggaran untuk memelihara
aset seperti eskavator yang jika dipelihara bisa menambah pendapatan asli
aset di Dinas Pendidikan dan berpengaruh pada insentif yang diterima oleh
pengurus barang yang tidak sesuai dengan beban kerja yang harus dilakukan.
menyimpan dan mengamankan barang baik yang masih dalam kondisi baik
menyebutkan bahwa:
74
George C. Edward III. Implementing Public Policy. (Washington: Congressional
Quarterly Press. 1980.
75
Ibid., hlm. 102
135
permasalahan dalam pengelolaan aset di daerah pada umumnya
disebabkan oleh beberapa hal yakni: (1) Belum ada inventarisasi seluruh
aset yang ada; (2) Inefisiensi dalam pemanfaatan aset; (3) Landasan
hukum yang belum terpadu dan menyeluruh; (4) Tersebarnya lokasi dan
hak penguasaannya; (5) Koordinasi yang lemah; (6) Pengawasan yang
lemah; (7) Beragam kepentingan dan distorsi lainnya; dan (8) Mudahnya
terjadi penjarahan aset.
optimasi aset merupakan sebuah proses dalam manajemen aset yang bertujuan
pengelolaan aset terdiri dari tiga hal yakni (1) Pemaksimalan ketersediaan aset; (2)
tahapan yakni:
136
penghapusan, maka upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang yaitu
melakukan penilaian terhadap barang-barang yang rusak dan yang sudah lewat
masa manfaatnya berdasarkan usulan dari tiap SKPD untuk dinilai oleh pihak
yang independen dalam hal ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang. Kemudian hasil penilaian yang sudah
barang milik daerah yang telah di lelang. Selain itu, proses penilaian juga
berupa kendaraaan dinas yang masih berada di tangan pejabat-pejabat yang telah
pindah tugas daerah, atau pindah SKPD maupun pejabat yang telah pensiun.
Penilaian adalah sebuah penganggaran atau estimasi nilai dari suatu kepentingan
atas sebuah properti/harta untuk suatu tujuan tertentu. 78 Penilaian aset daerah
Kepala Daerah.
legal audit pada aset berupa tanah yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Para
Wahyu Hidayat dan Budi Harjanto. Konsep Dasar Penilaian Properti, Edisi pertama,
78
137
pengurus barang juga sedang melakukan penarikan aset berupa kendaraan yang
berada di tangan pejabat sebagai bentuk pengamanan aset secara fisik. Legal audit
aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan
mencari solusi atas permasalahan legal dan upaya untuk memecahkan berbagai
Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang
lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor dan
lain-lain.
berguna untuk memperbaiki pencatatan aset dalam Kartu Inventaris Barang dan
Neraca Daerah. Sensus barang ini baru mulai dilakukan pada saat bergantinya
rusak atau tidak bisa digunakan/diperbaiki lagi. Inventarisasi ini dimulai dengan
menelusuri aset-aset beserta bukti kepemilikan seperti aset tetap berupa tanah.
Pentingnya inventarisasi aset sebagai salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
guna memperbaiki pengelolaan aset mulai dari pencatatannya, agar data akuntansi
dan fisik, sesuai serta dapat mengamankan dan memanfaaatkan aset secara
optimal.
138
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2004
semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun
memuat data yang meliputi lokasi, jenis/merk, tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun
pembelian, asal barang, keadaan barang dan sebagainya. Agar buku inventaris
dapat digunakan sesuai fungsi dan peranannya, maka pelaksanaannya harus tertib,
teratur dan berkelanjutan, berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat
sehingga mampu memberikan informasi yang tepat, berfungsi dan berperan yang
barang secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing; dan
yang baru, serta dirombaknya struktur organisasi yang ada sebelumnya, maka
daerah yang dimulai dari komitmen organisasi lewat pimpinan yang bertugas
139
Sekertaris Daerah dan Kepala Bidang Aset Badan Keuangan Daerah yaitu dalam
rangka pengawasan dan pengendalian aset yang diharapkan dapat berjalan dengan
baik serta memberikan feedback bagi pengelolaan aset daerah sebagai bentuk dari
tindaklanjut atas rekomendasi yang diberikan oleh BPK pada tahun 2015 dan
2016.
melalui kerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Semua program kerja
organisasi tergantung pada kinerja para pegawai yang berada paling bawah dalam
dukungan dari pimpinan. Sebagus apapun gagasan dari bawah tanpa adanya
dukungan dari pemimpin maka gagasan tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Hal ini juga berlaku untuk pengelolaan aset dan barang milik daerah. Menurut
komitmen pimpinan untuk mendorong aparat dibawahnya agar mencapai visi dan
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. (Jakarta: PT. Raja
80
140
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
141
Berdasarkan uraian tentang pelaksanaan pendaftaran tanah Aset Daerah
dari permintaan laporan aset tanah dari masing-masing OPD disertai bukti-
dituangkan dalam Buku Besar Aktiva Tetap. Jika terdapat aset yang belum
status aset tanah, apabila ditemukan aset yang belum bersertifikat maka
daerah yang digunakan oleh pihak lain atau disalahgunakan oleh pihak yang
142
Selain dengan adanya SOP, disarankan juga Pemerintah Kota Semarang
dan dapat mengangkat opini BPK terhadap Kota Semarang menjadi Wajar
menjadi alasan suatu peraturan hukum tidak dapat berjalan dengan baik dan
efektif. Kendala tersebut baru dapat diketahui apabila suatu peraturan hukum
telah dilaksanakan dan diterapkan di lapangan. Kendala dalam hal ini juga
kegiatan menjadi tidak maksimal. Hal ini bisa juga berasal dari prosedurnya
misalnya saja tumpang tindih hak kepemilikian atas tanah, sengketa tapal
B. Saran
94
lebih terhadap program pensertifikatan tanah aset daerah Kota Semarang yang
agar program tersebut dapat berjalan dengan efektif dan maksimal tepat dalam
Kota Semarang dalam hal sarana dan prasarana operasional ini sangat penting
bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah untuk dapat
Daerah serta Peraturan Walikota Nomor 19A Tahun 2009 tentang Petunjuk
Semarang
yang mempunyai tanggung jawab dan tugas di bidang aset khususnya Seksi
3. Bagi Masyarakat
masyarakat ikut berperan aktif dan bekerja sama dengan baik dengan petugas
95
dari dinas terkait agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan
96
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Halim dan T. Damayanti. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan
Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2007).
Abdul Halim. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Pertama.
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001).
Adrian Sutedi. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya (Jakarta: Sinar
Grafika. 2007.
Adrian Sutedi. Sertifikat Hak Atas Tanah. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011).
Ali Achmad Chomzah. Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia). (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya. 2003.)
Bachtiar Effendie. Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah. (Bandung: Alumni,
1993).
Bachtiar Effendie. Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan
Pelaksanaannya. (Bandung: Penerbit Alumni, 1993).
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Laporan Hasil Pemeriksaan
Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Semarang Tahun 2010 No.
56/LHP/XVIII.SMG/05/2012 Tanggal 24 Mei 2011. Semarang: BPK
RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, 2011.
Bambang Eko Muljono. “Pendaftaran Tanah Pertama Kali Secara Sporadik
Melalui Pengakuan Hak”. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Islam
Lamongan.
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan
Hukum Tanah, (Jakarta: Djambatan, 2005).
Djumara Noorsyamsa. Modul 3 Analisis SWOT. (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara. 2007).
Doli D. Siregar. Manajemen Aset. (Jakarta: Gramedia. 2004)
Florianus SP Sangsun. Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah. (Jakarta: Visi
Media, 2007).
G.E. Peterson. “Land leasing and Land Sale as an Infrastructure‐Financing
Option”. World Bank Policy Research Working Paper 4043. (New
York: World Bank. 2006).
Herman Hermit. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah (tanah hak milik, tanah
negara, tanah Pemda, dan balik nama) Teori dan Praktek
Pendaftaran Tanah di Indonesia. (Bandung: Mandar Maju, 2009).
97
Irawan Soerodjo. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, (Surabaya:
Arloka, 2003).
Mei Sutrisno. “An Investigation of Participation Project Appraisal in Developing
Countries Using Elements of Value an Risk Management (Volume
1)”. (Manchester: University of Manchester Institute. 2004).
Muhammad Bakri. Hak Menguasai Tanah oleh Negara (Paradigma Baru untuk
Reformasi Agraria). (Jakarta: Citra Media, 2007).
Noorsyamsa Djumara. Prinsip-Prinsip Manajemen Aset/Barang Milik Daerah,
(Jakarta: Lembaga Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara,
2007).
Nunuy Nur Afiah. Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah,
(Jakarta: Kencana, 2009).
Sadu Wasistiono; Etin Indrayani dan Andi Pitono. Memahami Asas Tugas
Pembantuan, (Bandung: Fokus Media, 2006).
Suardi. Hukum Agraria. (Jakarta: Badan Penerbit IBLAN, 2005).
Supriadi. Hukum Agraria. (Jakarta: Sinar Rafika. 2007).
Urip Santoso. Hukum Agraria dan Hak-hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2006).
Urip Santoso. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah. Cet. IV, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010).
Winahyu Erwiningsih. Hak Menguasai Negara Atas Tanah, (Yogyakarta: Total
Media, 2009).
Witter.E; Bitter. J. and Kasprzak.C. “Asset Management and City Government”.
Proceeding of the 2003 Mid Continent Transportation Research
Symposium. (Iowa State University, 2003),
Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis. Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada
Badan Pertanahan Nasional. (Bandung: CV. Mandar Maju, 2010).
Zaenudin Ali. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: P.T.Sinar Grafika. 2010.
Perundang-undangan
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta. 1960.
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomer 1 Tahun 2004 tentang
Pembendaharan Negara.
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
98
Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. Jakarta 1997.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara. Jakarta 2006
Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Jakarta 1997.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 12 Tahun 2017 tentang Percepatan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Jakarta 2016.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah.
Peraturan Walikota Nomor 19A Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah Kota Semarang
Wawancara
https://www.suaramerdeka.com/newers/baca/205183/bidang-aset-daah-
bersertifikat-baru-11-persen, (diakses pada 16 Juni 2020, pukul 03.00).
99