Anda di halaman 1dari 59

PERAN BADAN PERTANAHAN KOTA SEMARANG DALAM

MENYELESAIKAN SENGKETA HUKUM KEBERADAAN SERTIFIKAT


GANDA SEPANJANG TAHUN 2023 PADA BADAN PERTANAHAN
KOTA SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTIK


SEKSI PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN
KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG
Periode 27 Desember 2023 s.d. 7 Februari 2024

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat Ujian


Penulisan Hukum Program Sarjana (S1) Hukum

Oleh:
ALIMAS RIF’ATUN KHONSYA
NIM. 11000121120094

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2024
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga pada kesempatan ini penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan judul “Peran
Badan Pertanahan Kota Semarang Dalam Menyelesaikan Sengketa Hukum
Keberadaan Sertifikat Ganda Sepanjang Tahun 2023 Pada Badan Pertanahan Kota
Semarang”.
Adapun Laporan Kerja Praktik ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi syarat-syarat Ujian Penulisan Hukum Program Sarjana (S-1)
Hukum di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Penulis juga menerapkan
metode observasi lapangan dan studi pustaka yang menjamin kuatnya fakta dan
materi yang disajikan dalam buku materi ini sehingga dapat terjamin pula
kredibilitasnya.
Namun, dalam menyusun Laporan Kerja Praktik ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik materiil maupun non materiil
sehingga Laporan Kerja Praktik dapat diselesaikan dengan lancar. Untuk itu, pada
kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. Retno Saraswati, S,H., M.Hum. selaku Dekan Studi S-1
Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;
2. Dr. Aditya Yuli Sulistyawan, S.H., M.H. selaku Ketua Program
Studi S-1 Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;
3. Dr. Aju Putrijanti, S.H., M.Hum. selaku Dosen Wali Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro;
4. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;
5. Staff bagian Akademik Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
yang telah membantu berbagai kebutuhan administratif sebagai
penunjang pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik sehingga dapat
terselesaikan dengan baik;

iii
6. Ir. Sigit Rachmawan Adhi, S.T., M.M. selaku Kepala Kantor
Pertanahan Kota Semarang;
7. Umiyati, S.Si.T., M.H. selaku Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor
Pertanahan Kota Semarang;
8. Fijai Annaba, A.Md.S.I selaku Staff Bagian Tata Usaha sekaligus
koordinator lapangan kerja praktik di Kantor Pertanahan Kota
Semarang;
9. Imam Sutaryono, A.Ptnh., M.Si. selaku Kepala Seksi Penetapan
Hak dan Pendaftaran di Kantor Pertanahan Kota Semarang;
10. Zainal Arifin Efendi Tuahena selaku Koordinator Buku Tanah
sekaligus sebagai pembimbing lapangan kerja praktik di Kantor
Pertanahan Kota Semarang;
11. Seluruh Staff Warkah Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran di
Kantor Pertanahan Kota Semarang yang telah memberikan saran
dan kritik membangun dalam menyusun penulisan Laporan Kerja
Praktik;
12. Keluarga besar Kantor Pertanahan Kota Semarang yang telah
dengan hangat menerima dan mengajarkan banyak hal serta
pengalaman selama melaksanakan Kuliah Kerja Praktik;
13. Orang Tua beserta keluarga besar yang selalu mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan baik;
14. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Diponegoro dari berbagai
Fakultas yang sudah membersamai pelaksanaan Kuliah Kerja
Praktik yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dan masukan-masukan yang sangat berguna
selama kegiatan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini.


Oleh karena itu, Penulis sangat berharap bagi para pembaca untuk memberikan
saran dan kritik yang membangun akan kesempurnaan karya ini. Demikian mudah-
mudahan karya tulis ini ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama

iv
v
ABSTRAK

Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang adalah salah satu badan yang dibentuk
oleh Negara di tingkat Daerah untuk melakukan pengurusan permasalahan
pertanahan di kota Semarang, khususnya termasuk permasalahan sertifikat ganda.
Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang telah berupaya untuk melakukan
penyelesaian sengketa pertanahan terkait dengan sertifikat ganda yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang namun hal tersebut harus
dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hambatan yang terjadi dalam
menjalankan tugas dan fungsi pertanahan terjadi karena adanya faktor internal dan
eksternal yang ada di lapangan dalam menyelesaikan permasalahan pertanahan
yang beragam yang tidak hanya berkaitan dengan sertifikat ganda. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui upaya yang dapat dilakukan oleh Badan Pertanahan
Nasional Kota Semarang, seperti halnya penyelesaian mengatasi permasalahan
sengketa pertanahan tersebut yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data
objek tanah yang menjadi persengketaan dan mencari informasi mengenai tanah
tersebut, mengupayakan pendekatan secara persuasive yaitu dengan menganjurkan
mediasi kepada para pihak, melakukan preventif yang mana pihak dari Kantor
Pertanahan Kota Semarang aktif dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan
dengan masyarakat.
Kata Kunci: Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang, Sertifikat Ganda,
Sengketa

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan Kerja Praktik ................................................................................. 4
D. Manfaat Kerja Praktik................................................................................ 4
E. Metodologi Kerja Praktik ........................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan.................................................................................. 6
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 7
A. Sejarah Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang ............................. 7
B. Visi Dan Misi Kantor Pertanahan Kota Semarang .................................. 9
C. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Semarang..................... 10
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................ 11
A. Teori Kepastian Hukum............................................................................ 11
B. Teori Perlindungan Hukum ..................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
A. Analisis Pelaksanaan Penegakan Hukum Sengketa Sertifikat Tanah
Ganda Di Badan Pertanahan Kota Semarang ........................................ 17
B. Analisis Hambatan Penyelesaian Permasalahan Sertifikat Hak Milik
Ganda Di Kantor Pertanahan Kota Semarang....................................... 23
C. Analisis Peran dan Solusi Badan Pertanahan Kota Semarang Dalam
Penyelesaian Sertifikat Tanah Ganda Di Kota Semarang ..................... 26
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 28
A. Kesimpulan................................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................................... 28

vii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
LAMPIRAN ......................................................................................................... 31
Lampiran 1 Surat Balasan Permohonan Kerja Praktik ................................ 1
Lampiran 2 Sertifikat Kerja Praktik ............................................................... 2
Lampiran 3 Daftar Hadir Kerja Praktik ......................................................... 3
Lampiran 4 Penilaian Kerja Praktik ............................................................. 13
Lampiran 5 Dokumentasi ................................................................................ 14

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia semakin mengalami banyak perubahan terhadap kebutuhan
hidup, baik primer, sekunder, ataupun tersier. Kebutuhan tersebut selalu
hidup berdampingan dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan
yang memiliki variasi dan diinginkan oleh setiap manusia merupakan suatu
akibat hukum dari pesatnya perkembangan pembangunan ekonomi yang
dilakukan oleh negara. Perkembangan ekonomi tersebut memiliki suatu
tujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur serta
pembangunan ekonomi tersebut dijalakan berdasarkan asas demokrasi
ekonomi dengan suatu prinsip berkelanjutan, kebersamaan, kemandirian,
keadilan, berwawasan lingkungan dan juga berusaha menjaga keseimbangan
nasional sebagaimana prinsip yang terdapat di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1
Oleh karena pembangunan yang pesat tersebut, berdampak pada
perilaku manusia yang konsumtif untuk meningkatkan, meng-upgrade,
ataupun mendapatkan barang-barang yang diinginkan. Dalam memenuhi
semua tuntutan tersebut umumnya setiap manusia melakukan berbagai cara.
Hal ini sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan pembangunan
disertai perkembangan transaksi jual beli yang semakin pesat, maka manusia
dalam hal ini yang diartikan sebagai konsumen otomatis semakin
membutuhkan uang untuk memenuhi segala kebutuhannya dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup tersebut umumnya manusia melakukannya.2
Negara Indonesia adalah negara hukum yang mana dalam
pelaksanaannya akan mengandalkan aturan hukum yang berlaku. Bahwa

1
Dwi Ratna Indri Hapsari, Hukum dalam Mendorong Dinamika Pembangunan
Perekonomian Nasional Ditinjau Dari Prinsip Ekonomi Kerakyatan, Jurnal Legality, Volume 26,
Nomor 2, 2019, hal. 241.
2
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis dan Jaminan Fdisuia, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2001), hal. 73.

1
dalam pelaksanaan hukum yang berlaku. Hukum adalah suatu kondisi dimana
manusia, yang secara alamiah berdiri sendiri dalam hal menyatukan diri
mereka dalam suatu masyarakat, sehingga hukum tidak dapat untuk
dipisahkan dari tanggungjawab bersama dalam memberikan suatu perhatian
yang lebih besar kepada segala sesuatu yang ada disekitar kita. 3 Melalui
hukum yang diterapkan dengan baik, maka dalam suatu kehidupan dalam
tatanan kebersamaan adanya bangsa akan terciptanya dengan sendirinya
dikarenakan dalam hukum setiap warga negara Indonesia yang turut memiliki
yang sama.4
Berbagai macam konflik horizontal dan juga tindakan kekerasan secara
komunal banyak terjadi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
konflik horizontal melibatkan masyarakat dalam arti antar kelompok
masyarakat. Konflik horizontal yang turut melibatkan antar masyarakat dapat
konflik antar suku atau suatu etnik, antar agama, ataupun antar suatu
golongan dikenal dengan istilah konflik SARA.5 Konflik sosial tersebut dapat
mengakibatkan suatu permasalahan hukum dalam hukum pertanahan
nasional. Bahwa dalam hal ini konflik sosial dapat menyebabkan terjadinya
sengketa tanah atau perbuatan melanggar hukum dalam hal tanah seperti
adanya mafia tanah yang mengambil hak atas tanah orang lain secara
melawan hukum.
Tanah adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi suatu kehidupan
manusia sehingga kepastian hukum di bidang pertanahan turut diperlukan.
Bahwa adanya perkembangan dari tahun ke tahun, tanah juga turut memiliki
fungsi dan juga nilai ekonomis yang turut tinggi. Dalam hal ini kehidupan
sehari-hari masalah tanah kerap terjadi, terutama yang turut berkaitan dengan
sertifikat tanah. Sertifikat tanah adalah sebuah dokumen yang turut
dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan juga sebagai tanda bukti

3
Leonie Lokollo, Jetty Martje Patty, dan Judy Marria Saimima, Penegakan Hukum Pidana
Terhadap Penguasahan Tanah Yang Bukan Milik Pasca Konflik Sosial, Jurnal Belo, Volume 6,
Nomor 1, 2021, hlm. 103.
4
Cesare Baccaria, Perihal Kejahatan dan Hukuman, (Jakarta: Genta Publishing, 2017), hlm.
1-2.
5
J. Manuputty, Penyelesaian Konflik Maluku, (Jakarta: Pelita, 2015), hlm. 19.

2
kepemilikan dan juga hak seseorang atas suatu tanah. Sertifikat tanah ganda,
penipuan yang turut dilakukan oleh mafia tanah, sertifikat tanah yang rusak
dan kemudian hilang adalah beberapa dari sekian banyak sengketa
pertanahan. Suatu bentuk perbuatan penipuan tanah turut menggunakan
modus menukar sertifikat tanah korban dengan adanya dokumen tiruan yang
mirip dengan aslinya.6
Bahwa sengketa tanah yang sangat identik dengan permasalahan
hukum dan sering terjadi pada saat ini adalah, permasalahan terkait mafia
tanah. Mafia tanah dalam hal ini diartikan sebagai orang yang melakukan
perebutan atau pengambilalihan hak atas tanah yang dilakukan secara
melawan hukum. Mafia tanah sangat memberikan kerugian bagi pemilik asli
tanah, karena tanah yang menjadi haknya direnggut dan diambil alih oleh para
mafia tanah. Dalam makalah ini, Penulis ingin melakukan pengkajian
mengenai kasus-kasus sertifikat ganda yang ada di kota Semarang melalui
pengambilan data di Kantor Pertanahan Kota Semarang. Penulis
menggunakan judul laporan penelitian ini dengan menggunakan judul
PERAN BADAN PERTANAHAN KOTA SEMARANG DALAM
MENYELESAIKAN SENGKETA HUKUM KEBERADAAN
SERTIFIKAT GANDA SEPANJANG TAHUN 2023 PADA BADAN
PERTANAHAN KOTA SEMARANG.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang digunakan, adapun rumusan
masalah dari Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penegakan hukum sengketa sertifikat tanah
ganda di Badan Pertanahan Kota Semarang?
2. Bagaimana hambatan penyelesaian permasalahan sertifikat hak milik
ganda di Kantor Pertanahan Kota Semarang?

6
Haryanti, 2020, Berantas Mafia Tanah, BON Digitilalisasi Dokumen Pertanahan, diakses
melalui https://properti.kompas.com/read/2020/02/12/224652021/berantas-mafia-tanah-bpn-
digitalisasi-dokumen-pertanahan, diakses pada tanggal 31 Januari 2024.

3
3. Bagaimana peran dan solusi Badan Pertanahan Kota Semarang dalam
penyelesaian sertifikat tanah ganda di kota Semarang?

C. Tujuan Kerja Praktik


Berdasarkan uraian rumusan masalah yang digunakan, adapun tujuan
Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan sebagai penyusun produk hukum khususnya yang
berkaitan dengan proses penyelesaian permasalahan sertifikat tanah
ganda di Badan Pertanahan Kota Semarang.
2. Kemampuan memecahkan permasalahan baik nasional maupun
internasional khususnya dalam mengatasi permasalahan pertanahan
dalam hal sertifikat ganda.
3. Kemampuan untuk melakukan negoisasi khususnya dalam hal
menyelesaikan kasus dan sengketa pertanahan yang menyebabkan
timbulnya sertifikat ganda di kota Semarang melalui Badan Pertanahan
Kota Semarang.
4. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif khususnya dalam hal
menyampaikan setiap permasalahan mengenai pertanahan di Badan
Pertanahan Kota Semarang.
5. Kemampuan bekerja secara professional khususnya dalam terjun
langsung menyelesaikan permasalahan sengketa tanah sertifikat ganda
di kota Semarang dengan melibatkan Badan Pertanahan Kota
Semarang.
6. Kemampuan untuk memimpin khususnya dalam mengasah
kemampuan diri dalam menyelesaikan permasalahan dan/atau
memimpin sebuah proses penyelesaian sengketa pertanahan.

D. Manfaat Kerja Praktik


Adapun manfaat dari Kerja Praktik yaitu guna membentuk mahasiswa
agar memiliki kemampuan dan kemahiran menerapkan ilmu pengetahuan

4
hukum dan ketrampilan hukum serta memiliki daya saing di tingkat nasional
dan internasional.

E. Metodologi Kerja Praktik


Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum
empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat
hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di
lingkungan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang
diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum
atau badan pemerintah. Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis
empiris, yaitu penelitian hukum historis dan dapat disebut pula dengan
penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa
yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat.7
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
primer yang didukung dengan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan dari data yang sudah ada sebelumnya. Data
sekunder dalam penelitian ini terbagi atas:
1. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat yang
terdiri dari peraturan perundang-undangan berdasarkan hierarki yang
disusun sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Selain Peraturan Perundang-undangan tersebut, bahan hukum primer
dapat memuat Putusan Pengadilan. Penulisan Peraturan Perundang-
undangan dan Putusan Pengadilan yang ditulis secara jelas, lengkap, dan
tepat.
2. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang sifatnya tidak
mengikat dan berfungsi melengkapi Bahan Hukum Primer, seperti:
a. Buku (ilmiah), hasil tulisan para pakar.
b. Disertasi, Tesis, Skripsi.

7
Bambang Arikunto, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.
15

5
c. Jurnal Internasional, Jurnal Nasional Terakreditasi atau non
terakreditasi
d. Kertas Kerja pada konferensi, seminar ilmiah, simposium ilmiah
yang penting,
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum untuk mendukung Bahan
Hukum Primer dan bahan Hukum Sekunder, seperti: abstrak, penerbitan
resmi pemerintah, notulen resmi, majalah ilmiah, dokumen, kamus,
website.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode kepustakaan atau studi kepustakaan dan observasi lapangan.
Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material
yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, jurnal, skripsi majalah,
kisah-kisah sejarah dan sumber relevan lainnya yang berbentuk dokumen.
Observasi lapangan dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Semarang. Sifat
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Analisis kualitatif berarti rumusan pembenaran didasarkan pada kualitas dari
pendapat-pendapat para ahli hukum, doktrin, teori, maupun dari rumusan
norma hukum itu sendiri.

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Laporan Kerja Praktik di Kantor Pertanahan
Kota Semarang adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada BAB ini penulis akan memulai dengan gambaran awal tentang
penelitian yang meliputi latar belakang mengenai penelitian, rumusan
masalah beserta tujuan diadakannya penelitian, dilengkapi dengan manfaat
penelitian, metodologi kerja praktek, dan juga sistematika penulisan.
BAB II: GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan tentang gambaran secara keseluruhan dari lokasi kerja
praktek yang menyangkut visi, misi, struktur organisasi, sistem kerja internal

6
dan hal-hal lain yang lebih menjelaskan permasalahan yang akan dibahas
pada obyek yang diteliti, yang isinya lebih ditekankan kepada gambaran
umum objek Kerja Praktik yang diteliti di Kantor Pertanahan Kota Semarang.
BAB III: LANDASAN TEORI
Pada BAB ini akan menjelaskan mengenai teori, landasan, cara pandang;
Metoda-metoda yang telah ada dan atau akan digunakan yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas dalam Kerja Praktik serta konsep dan
ulasan yang telah diuji kebenarannya dari beberapa sumber yang berkaitan.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan menjelaskan mengenai Analis sistem yang telah
diterapkan pada lokasi kerja praktik, Analisis sistem yang diusulkan, serta
implementasi dari perancangan sistem yang diusulkan berikut dengan
pembahasannya.
BAB V: PENUTUP
Bab ini mendudukan uraian terkait dengan kesimpulan hasil penelitian dan
saran mengenai permasalahan terkait tentang rumusan masalah.

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang


Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria
yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1964, kemudian didirikan lagi di
Semarang pada tahun 1964. Yang di Yogyakarta dengan jurusan Agraria,
sedangkan yang di Semarang dengan jurusan Pendaftaran Tanah. Pada tahun
1966, diterbitkan status Akademi Agraria. sampai akhirnya pada tahun 1971,
dibuka jurusan Tata Guna Tanah pada Akademi Agraria di Yogyakarta.
Tahun 1988 merupakan tonggak bersejarah karena saat itu terbit Keputusan
Presiden Nomor 26 tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sejalan
dengan meningkatnya pembangunan nasional yang menjadi tema sentral

7
proyek ekonomi-politik Orde Baru, kebutuhan akan tanah semakin
meningkat. Persoalan yang dihadapi Direktorat Jendral Agraria bertambah
berat dan rumit. Untuk mengatasi hal tersebut, status Direktorat Jendral
Agraria ditingkatkan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan
nama Badan Pertanahan Nasional. Dengan lahirnya keputusan Presiden
Nomor 26 Tahun 1988 tersebut, Badan Pertanahan Nasional bertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
Kantor Pertanahan Kota Semarang memiliki tugas dan fungsi pokok
sebagai lembaga Pemerintah yang melakukan penataan dan pengelolaan
bidang pertanahan khususnya di wilayah Kota Semarang. Kantor Pertanahan
Kota Semarang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan wilayah
kewenangan Kantor Pertanahan Kota Semarang meliputi 16 (enam belas)
Kecamatan dan 177 (seratus tujuh puluh tujuh) Kelurahan di wilayah Kota
Semarang. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional. Kementerian Agraria dan Tata Ruang Republik
Indonesia adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Kementerian Agraria dan Tata Ruang Republik
Indonesia dijabat oleh seorang menteri yang juga menjabat sebagai Kepala
Badan Pertanahan Nasional.
Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang bersangkutan.
Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pertanahan menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan rencana, program, anggaran dan pelaporan;
2. pelaksanaan survei dan pemetaan;
3. pelaksanaan penetapan hak dan pendaftaran tanah;

8
4. pelaksanaan penataan dan pemberdayaan;
5. pelaksanaan pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan;
6. pelaksanaan pengendalian dan penanganan sengketa pertanahan;
7. pelaksanaan modernisasi pelayanan pertanahan berbasis elektronik;
8. pelaksanaan reformasi birokrasi dan penanganan pengaduan; dan
9. pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi Kantor Pertanahan.

B. Visi Dan Misi Kantor Pertanahan Kota Semarang


VISI
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.
Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya
dan Berstandar Dunia dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung
Tercapainya: "Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong".

MISI
1. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang
Produktif, Berkelanjutan dan Berkeadilan.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan Penataan Ruang yang
Berstandar Dunia.
3. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.
4. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermatabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah (P4T).
5. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi
bebagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan diseluruh tanah air dan

9
penataan perangkat hukum dan sistem pegelolaan pertanahan sehingga
tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara dikemudian hari.
6. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang
akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.
Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip
dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

MOTO
Melayani, Profesional, Terpercaya.

C. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Semarang


Kantor Pertanahan Kota Semarang memiliki Struktur Organisasi Fungsional.
Struktur organisasi fungsional adalah suatu struktur organisasi dimana
wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang
mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang
mempunyai keahlian khusus.

10
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Teori Kepastian Hukum


Kepastian hukum merupakan sebuah teori dan juga sebuah asas yang
dalam pelaksanaannya diciptakan untuk memberikan suatu akibat hukum
yang pasti dan jelas terhadap suatu produk hukum yang ada. Kepastian hukum
dibentuk sebagai asas sebagai suatu wujud dalam suatu aturan dan mekanisme
yang jelas, masuk akal, atau logis yang kemudian bertujuan untuk
menghindari adanya suatu keraguan dan juga juga suatu multitafsir terhadap
pemaknaan sesuatu.8 Kemudian teori kepastian hukum juga turut diberikan
kepada Gustav Radbruch yang menjelaskan adanya suatu asas yang mendasar
pada suatu ketentuan positif yang kemudian memiliki tanggung jawab moril
untuk dipatuhi.9 Hal tersebut memiliki pemaknaan bahwa dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat maka dibutuhkan suatu hukum yang kemudian
menjadi pilar, tiang, dan juga dijadikan sebagai patokan bagimana
masyarakat harus bertindak bertingkah laku agar tidak terjadi suatu kerugian
yang kemudian di rasakan oleh pihak lain. Gustav dalam hal ini menjelaskan
bahwa untuk terciptanya asas kepastian hukum maka faktor yang kemudian
harus dipenuhi adalah berupa perundangan yang bersifat positif, kemudian
adanya fakta-fakta hukum yang menunjang, fakta dalam suatu kebajikan
didasarkan dan dijelaskan secara komprehensif dan secara benar agar dalam
pelaksanaannya tidak mudah disalahpahami, dan juga merupakan suatu
hukum positif.10
Kemudian pendapat selanjutnya mengenai konsep kepastian hukum
diberikan oleh Utrecht yang turut menyatakan adanya suatu definisi yaitu
suatu peraturan yang memiliki sifat yang bersifat umum yang kemudian
membuat seluruh orang mengetahui perbuatan tersebut boleh dilakukan atau

8
C.ST. Kansil, Kamus Istilah Hukum, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), hlm. 385.
9
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 158
10
Ibid.

11
tidak boleh dilakukan. Kemudian, bukan hanya itu saja, adanya suatu
keamanan hukum bagi tindakan kesewenangan pemerintah. Adanya
konsekuensi terhadap setiap perbuatan yang melanggar hukum dan juga suatu
konsekuensi yang kemudian memberikan suatu anggapan dan pelaksanaan
mengenai hukum yang diberlakukan. Hal tersebut merupakan suatu hal yang
perlu dipahami ketika teori kepastian hukum dan juga teori perlindungan
hukum pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dan tidak dapat dipisahkan.
Teori Kepastian Hukum dalam hal ini sangat relevan sekali dengan
topik penelitian yang penulis gunakan untuk memberikan bagaimana hukum
positif khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan perbuatan yang
dianggap melawan hukum oleh suatu negara dapat berjalan baik dan dapat
memberikan kebaikan serta kepastian bagi pihak yang dirugikan. Bukan
hanya itu saja dalam pelaksanaannya asas kepastian hukum ini juga
digunakan untuk melihat bagaimana ketika suatu putusan hakim tersebut
diterapkan dan diberikan dan bagaimana implementasi hukum tersebut agar
dapat dijalankan dan dilaksanakan. Hal tersebut yang kemudian menjadi
landasan sosiologi Penulis dalam memiliki asas kepastian hukum sebagai
salah satu alasan dalam menciptakan suatu kebijakan. Perbuatan yang
kemudian dianggap melawan hukum tersebut kemudian perlu dipahami
sebagai suatu rangkaian dalam pelaksanaan bagaimana suatu produk hukum
tersebut dijalankan.
Asas kepastian hukum digunakan untuk mengkaji bagaimana suatu
konsep perlindungan hukum bagi konsumen dapat dijalankan sesuai dengan
pertauran dan kebijakan yang ada di dalam masyarakat.11 Bukan hanya itu
saja, pelaksanaan mengenai kebijakan yang ada mengenai asas kepastian
hukum berusaha untuk menciptakan suatu pernyataan yang tegas dalam
pelaksanaan pemberian perlindungan hukum. Salah satunya penerapan asas
kepastian hukum dalam penulisan tesis ini adalah untuk melihat dan menilai

11
Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan Dalam Kaitannya
Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 14, No. 2, 2014, hlm.
220.

12
apakah penyelesaian sengketa yang ada di dalam masyarakat kemudian dapat
memberikan suatu perlindungan dan juga memenuhi keadilan serta sesuai
denga standar dan operasional yang berlaku di dalam konteks masyarakat.12
Kepastian hukum disini dijadikan sebagai suatu jaminan yang turut
menjelaskan adanya kepastian yang dimiliki oleh warga negara dalam
mendapatkan hak-halnya yang telah tercederai oleh pihak lain yang mana
dalam penulisan tesis ini menjadi dilanggar oleh perbuatan yang dilakukan
oleh Pelaku Usaha yaitu perusahaan Fintech yang melakukan penyebaran
data pribadi miliki konsumen yang gagal bayar atas utang-utangnya tersebut.
Kepastian hukum dapat dijadikan teori dasar dalam menjelaskan
seberapa urgensi pengaturan dan penetapan mengenai penggunaan arbitrase
dan alternatif penyelesaian sengketa sebagai bentuk saatu-satunya media
untuk menyelesaian sengketa antara Pelaku Usaha yaitu perusahaan Fintech
peer to peer lending yang melakukan penyebaran data pribadi miliki
konsumen yang gagal bayar atas utang-utangnya tersebut. Kepastian hukum
memiliki relevansi dengan konsep penulisan yang ingin dibahas oleh penulis
untuk memastikan arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa yang
dilakukan akan digunakan sedemikian rupa oleh penegak hukum dan
dijalankan ketentuan dan kaidah hukumnya sehingga konsumen akan
mendapatkan posisi tawar yang cukup tinggi.

B. Teori Perlindungan Hukum


Fitzgerald mengutip teori perlindungan hukum Salmond, bahwa hukum
memiliki tujuan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan beberapa
kepentingan masyarakat karena di dalamnya terdapat kepentingan, yang
kemudian perlindungan terhadap kepentingan tersebut dapat dilakukan
dengan cara membatasi berbagai kepentingan di pihak lain.13 Kepentingan
hukum dalam hal ini diartikan sebagai mengurusi hak dan kepentingan

12
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua Puluh Empat, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2009), hlm. 24-25
13
JP. Fritzgerald, Salmond on Jurisprudenc, E, Sweet & Mazwell, London, 1966, hlm 53.

13
seseorang, sehingga hukum mempunyai kekuatan tertinggi untuk
menentukan kepentingan seseorang yang perlu diatur dan dilindungi
keberadaannya. Perlindungan hukum lahir dari ketentuan hukum dan segala
peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya
merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan
perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan
pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.14 Roscoe
Pound juga mengklasifikasikan jenis kepentingan yang dilindungi oleh
hukum dalam 3 (tiga) kategori pokok, yaitu: kepentingan umum (public
interests), kepentingan kemasyarakatan (social interests), dan kepentingan
pribadi (private interests).15
Satjipto Rahardjo juga memberikan pandangan tentang Perlindungan
hukum adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.16 Sedangkan Phillipus M. Hadjon, memberikan arti perlindungan
hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan
respresif. Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-
hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan
yang respresif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk
penanganannya di lembaga peradilan.17
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dipahami bahwa perlindungan
hukum adalah kewajiban yang dimiliki oleh negara yang ditujukan kepada
masyarakat untuk menjamin ditegakannya hukum. Perlindungan hukum
tersebut dimaksudkan agar tujuan luhur dari pada hukum itu sendiri dapat
tercapai, yakni untuk menciptakan suatu keadilan, kemanfaatan, dan

14
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 53.
15
Hari Chand, Modern Jurisprudence, International Law Book Services, Petaling Jaya, 2005,
hlm 195.
16
Ibid, hlm. 69
17
Ibid, hlm 54

14
kepastian hukum. Indonesia pun telah melakukannya, dengan mencantumkan
ke dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
khususnya dalam Bab XA yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam memberikan perlindungan hukum maka harus melalui beberapa
tahapan, yaitu perlindungan hukum lahir dari sebuah ketentuan hukum dan
juga segala peraturan hukum yang turut diberikan oleh masyarakat yang mana
pada dasarnya merupakan sebuah kesepakatan atas masyarakat tersebut
dalam mengatur sebuah hubungan perilaku antara anggota-anggota
masyarakat dan juga antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap
mewakili sebuah kepentingan masyarakat. Menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa
Putra berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan
perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan
juga prediktif dan antisipatif.18 Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan
bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara
sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.19
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perlindungan
hukum merupakan sebuah teori yang dapat memberikan kepastian hukum dan
juga kebermanfaatan bagi warga negara. Maksud dan tujuannya adalah untuk
menjamin apa yang menjadi hak-hak dari masyarakat tertentu sehingga dapat
mencapai suatu kesejahteraan. Bukan hanya itu saja, bahwa teori
perlindungan hukum dalam hal ini dapat digunakan dalam melakukan
pembaharuan dan pembangunan hukum di Indonesia. Salah satu konsekuensi
menjadi negara hukum adalah Indonesia turut memberikan perlindungan
hukum bagi warga negaranya. Wujud dari perlindungan hukum dapat
dilakukan dengan berbagai macam.
Dikaji dari perspektif sejarahnya maka sekitar tahun tujuh puluhan lahir
Teori Hukum Pembangunan dan elaborasinya bukanlah dimaksudkan
penggagasnya sebagai sebuah teori melainkan konsep pembinaan hukum

18
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja
Rusdakarya, 1993), hlm. 118.
19
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung:
Alumni, 1991), hlm. 55.

15
yang dimodifikasi dan diadaptasi dari teori Roscoe Pound Law as a tool of
social engineering yang berkembang di Amerika Serikat. Apabila dijabarkan
lebih lanjut maka secara teoritis Teori Hukum Pembangunan dari Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. dipengaruhi cara berpikir dari Herold
D. Laswell dan Myres S. Mc Dougal (Policy Approach) ditambah dengan
teori Hukum dari Roscoe Pound (minus konsepsi mekanisnya). Mochtar
mengolah semua masukan tersebut dan menyesuaikannya pada kondisi
Indonesia.20 Ada sisi menarik dari teori yang disampaikan Laswell dan Mc
Dougal dimana diperlihatkan betapa pentingnya kerja sama antara
pengemban hukum teoritis dan penstudi pada umumnya (scholars) serta
pengemban hukum praktis (specialists in decision) dalam proses melahirkan
suatu kebijakan publik, yang di satu sisi efektif secara politis, namun di sisi
lainnya juga bersifat mencerahkan. Oleh karena itu maka Teori Hukum
Pembangunan dari Prof. Dr. Mochtar memberikan sebuah gambaran
mengenai sebuah pola kerjasama dengan melibatkan para stakeholder terkait
yanga dalam sebuah komunitas sosial.
Untuk sebuah teori hukum dapat menciptakan sebuah perubahan dan
juga dapat menciptakan pembangunan hukum yang lebih baik, maka dalam
hal proses tersebut Mochtar Kusumaatmadja menambahkan adanya tujuan
pragmatis (demi pembangunan) sebagaimana masukan dari Roescoe Pound
dan Eugen Ehrlich dimana terlihat korelasi antara pernyataan Laswell dan Mc
Dougal bahwa kerja sama antara penstudi hukum dan pengemban hukum
praktis itu idealnya mampu melahirkan teori hukum (theory about law), teori
yang mempunyai dimensi pragmatis atau kegunaan praktis.21 Mochtar
Kusumaatmadja secara cemerlang mengubah pengertian hukum sebagai alat
(tool) menjadi hukum sebagai sarana (instrument) untuk membangun
masyarakat. Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut adalah
bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan

20
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan, (Jakarta:
Utomo, 2006), hlm. 411.
21
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan
Nasional, (Bandung: Bina Cipta, tanpa tahun), hlm. 2-3.

16
pembaharuan memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan bahwa hukum
dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia kearah
yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu.22 Oleh karena itu,
maka diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang berbentuk tidak tertulis
itu harus sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Pelaksanaan Penegakan Hukum Sengketa Sertifikat Tanah


Ganda di Badan Pertanahan Kota Semarang
Kasus-kasus sertifikat tanah ganda merupakan kasus umum yang
seringkali ditemukan di berbagai belahan kota, sama halnya dengan di kota
Semarang. Hal tersebut yang menyebabkan Badan Pertanahan Kota
Semarang memiliki tanggungjawab dalam proses penyelesaian sengketa
tanah tersebut. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh oknum dalam
melakukan penggandaan sertifikat tanah dalam hal ini adalah perbuatan
melawan hukum atas sertfikat tanah tersebut. Timbul menjadi sebuah
permasalahan yang baru bahwa tanah yang dijadikan sebagai obyek sengketa
tersebut dijadikan sebagai jaminan atas kredit perbankannya untuk
mendapatkan tambahan modal usahanya.
Bahwa dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) menjelaskan bahwa Usaha
Bank Umum meliputi memberikan kredit. Bahwa dalam proses pemberian
kredit tersebut dijelaskan di dalam Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang
Perbankan yang menyatakan bahwa:

22
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, (Bandung:
Alumni, 2002), hlm. 14.

17
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan
analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta
kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.”.
Berdasarkan rumusan Pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam sebuah proses
pemberian kredit, Bank tidak semata-mata hanya memberikan kredit saja,
melainkan Bank harus menanyakan mengenai jaminan atau agunan yang akan
diberikan.23 Sebagaimana kasus yang dijadikan dan diteliti oleh Penulis
adalah berkaitan dengan sertifikat tanah ganda yang dibuat oleh Mafia tanah
dan dijaminkan ke bank menjadi agunan untuk mendapatkan kredit dari
perbankan.
Bahwa dalam kasus tersebut, Tersangka Mafia tanah mengajukan
jaminan atas tanah sebagai agunan yang menjadi prasyarat dalam Bank
memberikan kredit. Pada prinsipnya untuk membebankan suatu barang atau
benda jaminan terhadap kredit yang dimohonkan debitur ke perbankan, maka
dapat di tempuh cara sebagai berukut:24
a) Dalam hal jaminan kredit berupa benda atau barang bergerak, maka
cara pembebanannya dilakukuan dengan cara meletakkan hak
tanggungan.
b) Dalam hal jaminan kredit (agunan) yang objeknya kebendaan (barang)
tidak begerak maka cara pembebanannya dilakukan dengan cara
meletakkan hak tangungan berupa hipotik sebagaimana diatur dalam
Buku 2 Bab 21 KUH Perdata (Pasal 1162- 1232)
c) Dalam hal jaminan kredit yang obyeknya adalah tanah tertentu.
d) Dalam hal jaminan kredit (agunan) yang obyeknya Kebendaan (barang)
tidak bergerak, pembebanannya di lakukuan dengan cara meletakan hak

23
Wahyu Pratama, Tinjauan Umum Tentang Sertifikat Hak Tanggungan Menurut Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 6, Volume 3, 2015, hlm. 6.
24
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan perbanakan Di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1994), hlm. 69.

18
tanggungan berupa ”hipotek” diatur dalam Buku II Bab 21 KUH
Perdata (Pasal 1162 sampai Pasal 1232).
e) Dalam hal jaminan kredit (agunan) yang obyeknya adalah tanah-tanah,
maka pembebanannya dilakukan secara ”Credietverbund”.
Bahwa obyek jaminan yang dijadikan agunan ke bank adalah tanah.
Maka dalam hal ini agunan tersebut akan diikat dengan keberadaan jaminan
hak tanggungan. Berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah (Undang-Undang Hak Tanggungan)
menyatakan bahwa: “Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa
hak atas tanah, dapat diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
yang bersangkutan, bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan
dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak
atas tanah yang merupakan bagian dari obyek Hak Tanggungan, yang akan
dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga kemudian Hak
Tanggungan itu hanya membebani sisa obyek Hak Tanggungan untuk
menjamin sisa utang yang belum dilunasi.” Dari pernyataan Pasal tersebut
memberikan sebuah arti bahwa benar atas tanah yang dimiliki oleh Korban
dalam hal ini telah dijadikan sebagai agunan ke Bank dengan nilai 7,4 Miliar
yang mana setiap tanah tersebut dibebani dengan hak tanggungan. Artinya
adalah ketika Korban dalam hal ini ingin sertifikat tanah-tanahnya kembali
ke tangannya, secara logika hukum maka yang bersangkutan (Tersangka)
harus mengembalikan penuh pokok kredit beserta bunga-bunganya.
Bahwa berdasarkan Pasal 1320 KUHPer yang menjadi dasar syarat
sahnya perjanjian, diantaranya adalah:25 Adanya kata sepakat, Adanya
Kecapakan, Adanya Obyek atau Hal Tertentu, dan Adanya klausula yang
halal. Bahwa dalam hal adanya obyek atau hal tertentu dalam hal perjanjian
kredit yang dilakukan oleh Tersangka dengan Perbankan secara yuridis tidak
memenuhi persyaratan secara hukum, karena obyek yang menjadi agunan

25
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramitha, 2002), hlm. 246.

19
atau jaminan yang berupa sertifikat atas tanah diperoleh melalui cara-cara
yang dianggap melawan hukum.26 Tentunya dalam menjalankan suatu
perbuatan melawan hukum tersebut, tersangka tidak sendiri. Hal tersebut
dikarenakan dalam proses balik nama yang semula atas nama korban dan
kemudian menjadi atas nama Tersangka atau mafia tanah, maka Tersangka
membutuhkan notaris untuk melakukannya dan mengikatkan hak tanggungan
ke dalam tanah-tanah yang dijadikan agunan tersebut.
Berdasarkan Pasal 17 Ayat (1) Huruf i Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris (selanjutnya disebut Undang-Undang Jabatan Notaris)
menjelaskan bahwa: “Notaris Dilarang melakukan pekerjaan lain yang
bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat
mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris”. Bahwa
berdasarkan bunyi Pasal tersebut dijelaskan bahwa perbuatan pembalikkan
nama secara melawan hukum merupakan perbuatan pekerjaan yang
bertentangan dengan kepatutan. Sehingga sangat jelas dalam hal ini Notaris
yang turut membantu dalam proses balik nama juga ikut turut
bertanggungjawab.
Sehingga, berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pihak-pihak yang terlibat dan memiliki tanggungjawab untuk
bertanggungjawab atas pengembalian tanah-tanah milik Korban adalah mafia
tanah yang melakukan penggandaan sertifkat tanah, Notaris yang melakukan
pembalikkan nama, dan juga Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang.
Bentuk tanggung jawab yang dimiliki oleh Badan pertanahan Nasional dalam
hal ini adalah dengan menyatakan bahwa sertifikat-sertifikat yang dibuat
dengan atas nama Riri Khasmita dan Endrianto tidak berlaku lagi atau dicabut
mengenai status hukum kepemilikkannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk
dijadikan sebagai bukti melawan Perbankan bahwa obyek yang dijadikan
agunan tersebut adalah obyek yang tidak sah atau secara hukum diperoleh

26
Subekti R., Hukum Perjanjian, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hlm. 75.

20
secara melawan hukum. Kemudian, yang patut bertanggungjawab
selanjutnya adalah Notaris yang melakukan pembalikkan nama atas sertifikat
tanah tanpa adanya persetujuan dari pemilik tanah. Hal tersebut sebagaimana
yang tercantum di dalam Pasal 65 Undang-Undang Jabatan Notaris yang
menyatakan bahwa Notaris bertanggungjawab atas setiap akta yang
dibuatnya.27 Bentuk tanggungjawab tersebut adalah berupa pembatalan akta
notaris atas sertifikat atas tanah yang atas nama Riri Khasmita dan Endrianto.
Sedangkan tanggungjawab yang dimiliki oleh Riri Khasmita dan Endrianto
lebih menekankan kepada tanggungjawab moril serta mengupayakan untuk
mengembalikan seluruh tanah-tanah yang dijadikan sebagai obyek jaminan
di bank dan yang tidak dijadikan sebagai obyek jaminan. Berdasarkan uraian
di atas, secara yuridis setidaknya tanah-tanah yang dijadikan sebagai agunan
di Bank BCA ataupun di Bank BRI tidak dapat dieksekusi oleh perbankan,
karena obyeknya berada dalam sengketa. Hal tersebut setidaknya dapat
memberikan sedikit kepastian hukum kepada korban mengenai obyek
tanahnya tidak dialihkan lagi ke pihak mana-mana.
Kemudian, kasus yang menimpa korban di kota Semarang dalam hal ini
memberikan sebuah gambaran mengenai permasalahan pengalihan tanah
secara melawan hukum karena adanya pemalsuan tanda tangan yang
dilakukan oleh pelaku mafia tanah. Di dalam KUHP Pasal 263 dijelaskan
bahwa: “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang
dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau
yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara
paling lama enam tahun.” Kemudian, Pasal tersebut digunakan untuk
menjerat pelaku pemalsuan surat.

27
Jenifer Maria, Pembatalan Akta Notariil Oleh Notaris, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan,
Volume 4, Nomor 4, 2020, hlm. 412.

21
Berkenaan dengan surat palsu dalam hal ini sertifikasi tanah diperlukan
sebuah tindakan yang dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dengan cara membatalkan sebuah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
yang berupa sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional, bahwa sertifikat tersebut adalah palsu. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
menjelaskan bahwa tugas dari Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal ini
adalah menerima, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata
usaha negara di tingkat pertama. Bahwa perbuatan dan tindakan yang perlu
dilakukan adalah memutus dan menyelesaikan terkait tidak absahnya
dikeluarkannya surat sertifikasi tanah yang memiliki tanda tangan palsu.
Perolehan tanda tangan tersbeut memberikan sebuah penegasan bahwa dalam
pelaksanaan perolehan dan juga pembalikan nama sertifikat tanah dilakukan
secara melawan hukum.
Berdasarkan analisis objek sengketa tata usaha negara dalam kasus
tersebut adalah sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tata usaha negara. Merujuk pada UU No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas UU No 51 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
pada Pasal 1 angka 9 bahwa Keputusan Tata Usaha Negara merupakan suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
yang memuat tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan
final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata. Adapun syarat untuk dilakukannya atau dapat disebutkannya suatu
objek KTUN menjadi KTUN harus memenuhi syarat dikeluarkan oleh badan
atau pejabat tata usaha negara, berisi tindakan hukum TUN, bersifat konkret,
individual, dan final, dan juga memberikan sebuah akibat hukum Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini sertifikat tanah yang menjadi objek
sengketa dalam kasus tersebut dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional
Kota Semarang. Seharusnya dalam putusan tersebut untuk mengembalikan

22
hak atas tanah milik korban harus diputus terlebih dahulu pembatalan
Keputusan Tata Usaha Negara melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.
Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang dalam hal ini harus menjadi
pihak yang turut bertanggungjawab dalam penyelesaian sengketa pertanahan
yang terjadi antara korban dan mafia tanah. Badan Pertanahan Kota Semarang
dalam hal dapat membatalkan surat tanah yang palsu ketika dapat dibuktikan
secara tata usaha negara bahwa sertifikat tanah ganda yang diduga palsu
adalah benar sertifikat palsu.

B. Analisis Hambatan Penyelesaian Permasalahan Sertifikat Hak Milik


Ganda di Kantor Pertanahan Kota Semarang
1. Hambatan yang timbul pada saat penyelesaian permasalahan dari
dalam Kantor Pertanahan Kota Semarang (Internal)
Hambatan yang mungkin timbul pada saat penyelesaian permasalahan dari
dalam Kantor Pertanahan Kota Semarang (internal) bisa bervariasi tergantung
pada situasi dan konteksnya. Beberapa hambatan umum yang mungkin
muncul dalam kantor pertanahan atau instansi pemerintahan pada umumnya
meliputi:
a) Ketidakjelasan Prosedur: Kurangnya panduan atau petunjuk yang jelas
dalam menangani jenis permasalahan tertentu dapat menyebabkan
kebingungan dan penundaan penyelesaian.
b) Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran, personil, atau
teknologi dapat menjadi hambatan serius dalam menangani permasalahan
dengan efektif dan efisien.
c) Kurangnya Koordinasi Antar Bagian: Jika tidak ada koordinasi yang baik
antar bagian di dalam kantor, informasi mungkin tidak mengalir dengan
baik, dan penanganan permasalahan dapat terhambat.
d) Ketidakmampuan Teknis: Jika staff tidak memiliki keahlian atau
pengetahuan teknis yang memadai, penyelesaian permasalahan teknis atau
hukum di bidang pertanahan bisa menjadi sulit.

23
e) Birokrasi yang Rumit: Proses birokrasi yang panjang dan rumit dapat
memperlambat penyelesaian permasalahan. Terlalu banyak tahap atau
persyaratan dapat membuat proses menjadi lambat.
f) Ketidaktransparan: Kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan
atau penanganan permasalahan dapat menimbulkan ketidakpuasan dan
ketidakpercayaan dari masyarakat atau pihak yang terlibat.
g) Ketidakmampuan dalam Pengelolaan Konflik: Jika kantor pertanahan
tidak memiliki mekanisme yang baik untuk menangani konflik internal,
hal ini dapat menghambat upaya penyelesaian permasalahan.
h) Perubahan Kebijakan atau Undang-Undang: Adanya perubahan kebijakan
atau undang-undang dapat membuat permasalahan yang ada semakin
kompleks dan memerlukan penyesuaian dalam penanganannya.
i) Kurangnya Pelatihan: Karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan yang
memadai untuk tugas mereka dapat mengalami kesulitan dalam
menangani permasalahan yang kompleks.
j) Ketidakpatuhan Terhadap Aturan dan Etika: Jika ada pelanggaran etika
atau ketidakpatuhan terhadap aturan internal, hal ini dapat merugikan
kredibilitas Kantor Pertanahan.

2. Hambatan yang timbul pada saat penyelesaian permasalahan dari


luar Kantor Pertanahan Kota Semarang (Eksternal)
Hambatan yang timbul pada saat penyelesaian permasalahan dari luar
Kantor Pertanahan Kota Semarang (eksternal) dapat berasal dari berbagai
pihak atau faktor eksternal. Berikut adalah beberapa hambatan yang mungkin
dihadapi:
a. Ketidakjelasan Hak Milik dan Sengketa Tanah: Adanya sengketa
kepemilikan tanah atau ketidakjelasan status hak milik dari pihak luar
dapat menjadi hambatan serius dalam penyelesaian permasalahan.
b. Tingginya Tingkat Bürokrasi di Luar Kantor: Proses perizinan atau
persetujuan dari instansi pemerintah lain di luar kantor pertanahan bisa
menjadi rumit dan memperlambat penyelesaian permasalahan.

24
c. Keterlibatan Pihak Ketiga yang Tidak Kooperatif: Jika pihak ketiga
seperti pengembang atau pemilik tanah tidak bersedia bekerja sama
dalam penyelesaian permasalahan, hal ini dapat menjadi hambatan
signifikan.
d. Pengaruh Politik Lokal: Faktor politik lokal, seperti perubahan
kepemimpinan atau pengaruh politik tertentu, dapat mempengaruhi
proses penyelesaian permasalahan di luar Kantor Pertanahan.
e. Ketidakpuasan Masyarakat: Jika masyarakat merasa tidak puas dengan
keputusan atau penanganan dari Kantor Pertanahan, dapat timbul
tekanan eksternal yang dapat menghambat proses penyelesaian.
f. Peraturan dan Kebijakan Pusat: Kebijakan atau regulasi dari tingkat
nasional atau pusat yang berubah dapat mempengaruhi tata cara dan
prosedur di tingkat lokal, menciptakan hambatan baru.
g. Ketidakpastian Hukum: Kondisi ketidakpastian hukum atau perubahan
aturan hukum dapat menyulitkan penyelesaian permasalahan terkait
pertanahan.
h. Tekanan dari Organisasi Non-Pemerintah (NGO): Organisasi non-
pemerintah yang aktif dalam bidang lingkungan atau Hak Asasi
Manusia dapat memberikan tekanan dan memperlambat atau
menghambat proses perizinan atau penyelesaian.
i. Masalah Lingkungan atau Bencana Alam: Bencana alam atau masalah
lingkungan seperti banjir, tanah longsor, atau polusi tanah dapat
menciptakan hambatan dalam pemecahan permasalahan pertanahan.
j. Tingginya Tingkat Korupsi: Korupsi di tingkat lokal atau regional dapat
menjadi hambatan serius dalam penyelesaian permasalahan pertanahan,
terutama jika melibatkan transaksi atau pengaturan formal.

25
C. Analisis Peran dan Solusi Badan Pertanahan Kota Semarang Dalam
Penyelesaian Sertifikat Tanah Ganda Di Kota Semarang
Badan Pertanahan Kota Semarang memiliki peran penting dalam
penyelesaian sertifikat tanah ganda di wilayahnya. Sertifikat tanah ganda
terjadi ketika dua atau lebih sertifikat diterbitkan untuk lahan yang sama, yang
dapat menyebabkan konflik dan ketidakpastian hukum. Berikut adalah peran
dan solusi yang dapat dilakukan oleh Badan Pertanahan Kota Semarang:
1. Peran Badan Pertanahan Kota Semarang:
- Identifikasi dan Verifikasi: Melakukan identifikasi terhadap kasus-
kasus sertifikat tanah ganda di wilayahnya dan juga melakukan
Verifikasi keabsahan sertifikat-sertifikat tanah yang dikeluarkan.
- Penyuluhan dan Edukasi: Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya melaporkan dan menyelesaikan sertifikat tanah
ganda serta memberikan edukasi tentang prosedur dan mekanisme
penyelesaian sertifikat tanah ganda.
- Mediasi dan Konsiliasi: Menyediakan mekanisme mediasi untuk
menyelesaikan konflik kepemilikan tanah secara damai serta
Mengadakan pertemuan konsiliasi antara pihak-pihak yang terlibat
untuk mencapai kesepakatan.
- Pengelolaan Data dan Informasi: Membangun dan mengelola basis data
yang akurat mengenai kepemilikan tanah untuk mencegah terjadinya
sertifikat tanah ganda di masa depan.
- Koordinasi dengan Instansi Terkait: Berkoordinasi dengan instansi
terkait seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Pajak, dan
instansi terkait lainnya untuk mendapatkan data yang diperlukan.
- Penerapan Teknologi Informasi: Menggunakan teknologi informasi
untuk mempermudah pengelolaan data dan informasi tanah, serta
meminimalkan risiko terjadinya kesalahan administrasi.

2. Solusi yang Dapat Dilakukan:

26
- Pemutakhiran Data Tanah: Melakukan pemutakhiran data tanah secara
berkala untuk memastikan bahwa data yang dimiliki Badan Pertanahan
Kota Semarang tetap akurat dan up-to-date.
- Peningkatan Transparansi: Meningkatkan transparansi dalam proses
penerbitan sertifikat tanah untuk menghindari kesalahan dan
kekeliruan.
- Penggunaan Teknologi Blockchain: Menerapkan teknologi blockchain
untuk menciptakan catatan kepemilikan tanah yang tidak dapat diubah,
sehingga mengurangi risiko sertifikat tanah ganda.
- Pelibatan Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pelaporan sertifikat tanah ganda dan memberikan insentif untuk
melaporkan kasus-kasus tersebut.
- Penanganan Cepat dan Efektif: Menyediakan mekanisme penanganan
yang cepat dan efektif untuk mengatasi sertifikat tanah ganda agar dapat
memberikan kepastian hukum kepada pemilik tanah.
- Penguatan Hukum: Meningkatkan kerjasama dengan aparat penegak
hukum untuk menindaklanjuti kasus sertifikat tanah ganda yang
melibatkan pelanggaran hukum.

Berdasarkan analisis penulis mengenai solusi yang dilakukan Kantor


Pertanahan Kota Semarang dalam menghadapi hambatan pada saat
penyelesaian permasalahan sertifikat hak milik ganda di Kantor Pertanahan
Kota Semarang sudah semaksimal mungkin. Kantor Pertanahan Kota
Semarang sudah melakukan pengumpulan data-data objek tanah yang
menjadi persengketaan dan mencari informasi mengenai tanah tersebut,
mengupayakan pendekatan secara persuasive yaitu dengan menganjurkan
mediasi kepada para pihak. Tetapi semua akan kembali kepada para pihak
dikarenakan Kantor Pertanahan Kota Semarang hanya sebagai Mediator
dimana hanya menengahi dari permasalahan kedua belah pihak.

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Badan Pertanahan Nasional Kota Semarang dalam hal ini telah
berusaha untuk berperan dalam menciptakan suatu kondisi pengurusan
pertanahan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan
penegakan hukum permasalahan pertanahan telah berusaha dilakukan oleh
Badan Pertanahan Nasional meskipun dalam pelaksanaannya masih ada
hambatan dan permasalahan yang terjadi. Hambatan yang terjadi dalam
menjalankan tugas dan fungsi pertanahan terjadi karena adanya faktor
internal dan eksternal yang ada di lapangan. Sedangkan hal tersebut dapat
dilakukan melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Badan Pertanahan
Nasional Kota Semarang, seperti halnya penyelesaian mengatasi
permasalahan sengketa pertanahan tersebut yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data objek tanah yang menjadi persengketaan dan
mencari informasi mengenai tanah tersebut. Kantor Pertanahan Kota
Semarang mengupayakan pendekatan secara persuasive yaitu dengan
menganjurkan mediasi kepada para pihak, melakukan preventif yang mana
pihak dari Kantor Pertanahan Kota Semarang aktif dalam melakukan
sosialisasi dan penyuluhan dengan masyarakat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran yang dapat diberikan
adalah seharusnya pendekatan-pendekatan dan penyuluhan yang dilakukan
secara persuasif dan juga mendekatkan kepada masyarakat dapat ditingkatkan
dan juga menegakkan prinsip kehati-hatian agar tidak ada pengeluaran
sertifikat ganda terulang kembali.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Arikunto, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika,


2022).
Cesare Baccaria, Perihal Kejahatan dan Hukuman, (Jakarta: Genta Publishing,
2017).
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis dan Jaminan Fdisuia,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2001).
Dwi Ratna Indri Hapsari, Hukum dalam Mendorong Dinamika Pembanguna
Perekonomia Nasional Ditinjau Dari Prinsip Ekonomi Kerakyatan, Jurnal
Legality, Volume 26, Nomor 2, 2019 Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Seri
Hukum Bisnis dan Jaminan Fdisuia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001).
Haryanti, 2020, Berantas Mafia Tanah, BON Digitilalisasi Dokumen Pertanahan,
diakses melalui
https://properti.kompas.com/read/2020/02/12/224652021/berantas-mafia-
tanah-bpn-digitalisasi-dokumen-pertanahan, diakses pada tanggal 31 Januari
2024.
Hari Chand, Modern Jurisprudence, International Law Book Services, (Petaling
Jaya, 2005)
J. Manuputty, Penyelesaian Konflik Maluku, (Jakarta: Pelita, 2015).
JP. Fritzgerald, Salmond on Jurisprudenc, E, Sweet & Mazwell, (London, 1966).
Jenifer Maria, Pembatalan Akta Notariil Oleh Notaris, Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan, Volume 4, Nomor 4, 2020.
Leonie Lokollo, Jetty Martje Patty, dan Judy Marria Saimima, Penegakan Hukum
Pidana Terhadap Penguasahan Tanah Yang Bukan Milik Pasca Konflik
Sosial, Jurnal Belo, Volume 6, Nomor 1, 2021.
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja
Rusdakarya, 1993).
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan
Nasional, (Bandung: Bina Cipta, tanpa tahun).

29
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
(Bandung: Alumni, 2002).
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008).
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002).
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan,
(Jakarta: Utomo, 2006).
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:
Pradnya Paramitha, 2002).
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung:
Alumni, 1991).
Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan Dalam
Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 14, No. 2, 2014.
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua Puluh Empat, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 2009).
Wahyu Pratama, Tinjauan Umum Tentang Sertifikat Hak Tanggungan Menurut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion,
Edisi 6, Volume 3, 2015.
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan perbanakan Di Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994).

30
LAMPIRAN
Surat Balasan Permohonan Kerja Praktik

1
Sertifikat Kerja Praktik

2
DAFTAR HADIR

NAMA MAHASISWA : ALIMAS RIF’ATUN KHONSYA


NIM : 11000121120094
TEMPAT KP : KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG

BULAN DESEMBER 2023


TANGGAL KEGIATAN Keterangan
Rabu, 27 Desember 2023 • Pembinaan, Pengarahan dan pengenalan
pengarahan, dan lingkungan di dampingi
pengenalan lingkungan oleh Pak Fijai selaku
kerja bagi peserta koordinator lapangan kerja
magang; praktik.
• Penjelasan mengenai
sistem kerja dan Penempatan ruang kerja
peraturan/tata tertib di dan pengenalan dengan
Kantor Pertanahan Kota karyawan-karyawan kantor
Semarang; khususnya di ruang Warkah
• Penjelasan singkat pada Seksi Penetapan Hak
terkait kegiatan dan dan Pendaftaran.
pemberian tugas yang
akan di laksanakan
selama kerja praktik;
• Melakukan pengarsipan
buku tanah pada seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Kamis, 28 Desember 2023 Melakukan pengecekan dan Dibimbing dan didampingi


legalisasi sertifikat tanah. oleh Pak Gusti selaku
petugas buku tanah pada
Seksi Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Jumat, 29 Desember 2023 Menyusun dan melakukan Diawasi oleh Pak Gusti
pemberkasan pada buku selaku petugas buku tanah
tanah. pada Seksi Penetapan Hak
dan Pendaftaran.

3
BULAN JANUARI 2024
TANGGAL KEGIATAN Keterangan
Senin, 1 Januari 2024 Libur Tahun Baru -
Selasa, 2 Januari 2024 • Melaksanakan apel pagi Kegiatan pemberkasan
bersama karyawan dan didampingi oleh Pak Dipta
peserta magang lainnya; selaku petugas buku tanah
• Melakukan pada Seksi Penetapan Hak
pemberkasan surat dan Pendaftaran.
tanda terima pada
sertifikat tanah; Pelaksanaan diskusi
• Melaksanakan diskusi dipimpin oleh Pak Suhanto
dan penjelasan materi selaku Staff Buku Tanah
mengenai pemberian pada Seksi Penetapan Hak
hak atas sebidang tanah dan Pendaftaran.
kepada pihak
pemegangnya.

Rabu, 3 Januari 2024 Melakukan pengarsipan Pengarsipkan buku tanah


pada buku tanah. berdasarkan kecamatan di
kota Semarang.

Pengerjaan diawasi oleh


Pak Gusti selaku petugas
buku tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Kamis, 4 Januari 2024 • Menyusun dan Pengarsipkan buku tanah


melakukan pengarsipan berdasarkan kelurahan di
pada buku tanah; kota Semarang
• Melaksanakan diskusi
tentang sengketa tanah. Pengerjaan di dampingi
oleh Pak Gusti selaku
petugas buku tanah pada
Seksi Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Pelaksanaan diskusi
dipandu oleh Pak Arifin
selaku Staff Buku Tanah

4
pada Seksi Penetapan Hak
dan Pendaftaran.

Jumat, 5 Januari 2024 • Penyusunan dan Pengerjaan di dampingi


pengecekan berkas- oleh Pak Gusti selaku
berkas program petugas buku tanah pada
Pendaftaran Tanah Seksi Penetapan Hak dan
Sistematis Lengkap Pendaftaran.
(PTSL);
• Mengerjakan Laporan Menentukan tema laporan
Magang. magang.

Senin, 8 Januari 2024 • Mengarsipkan buku Pengarsipkan buku tanah


tanah; berdasarkan kecamatan dan
• Meneliti dokumen surat kelurahan di kota
tanda terima pada Semarang.
sertifikat tanah.
Di dampingi oleh Pak Gusti
selaku petugas buku tanah
pada Seksi Penetapan Hak
dan Pendaftaran.

Selasa, 9 Januari 2024 • Melaksanakan apel pagi Pengerjaan diawasi oleh


bersama karyawan dan Pak Gusti selaku petugas
peserta magang lainnya; buku tanah pada Seksi
• Mengisi dan menyalin Penetapan Hak dan
identitas pada berkas Pendaftaran.
Pendaftaran Tanah Kota
Lengkap (PTKL).

Rabu, 10 Januari 2024 • Melaksanakan diskusi Pemaparan materi oleh Pak


mengenai sekilas Gusti selaku petugas buku
gambaran umum tanah pada Seksi Penetapan
tentang Kantor Hak dan Pendaftaran.
Petanahan Kota
Semarang;
• Penjelasan struktur
organisasi terhadap
seksi-seksi dan tugas-

5
tugas yang ada di
Kantor Pertanahan Kota
Semarang.

Kamis, 11 Januari 2024 • Mengisi dan menyalin Mengarsipkan buku tanah


identitas pada berkas berdasarkan Hak Milik dan
Pendaftaran Tanah Kota Hak Guna Bangunan.
Lengkap (PTKL);
• Pengecekan berkas Didampingi oleh Pak Gusti
surat tanda terima pada selaku petugas buku tanah
sertifikat tanah; pada Seksi Penetapan Hak
• Mengarsipkan buku dan Pendaftaran.
tanah.

Jumat, 12 Januari 2024 Melakukan kegiatan Pengarsipkan buku tanah


pengarsipan buku tanah. berdasarkan kelurahan dan
kecamatan di kota
Semarang.

Pengarsipan buku tanah


berdasarkan Hak Milik,
Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Tanggungan
secara urut.

Diawasi oleh Pak Arifin


selaku Koordinator Buku
Tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Senin, 15 Januari 2024 • Mengikuti rangkaian Pelaksanaan


kegiatan Mba Ita sapa diselenggarakan di Sport
warga selaku Walikota Centre Graha Padma,
Semarang; Kecamatan Semarang
• Penyerahan sertifikat Barat.
Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap Penyerahan sertifikat PTSL
(PTSL) Kota Semarang di tiga kecamatan yaitu

6
kepada masyarakat oleh Semarang Barat sebanyak
Pemerintah Kota 579 sertifikat, Kecamatan
(Pemkot) bersama Ngaliyan sebanyak 225
Kantor Pertanahan Kota sertifikat, dan Kecamatan
Semarang. Tugu sebanyak 400
sertifikat.

Selasa, 16 Januari 2024 • Menyusun dan Didampingi oleh Pak Dipta


melakukan dan Pak Gusti selaku
pemberkasan pada buku petugas buku tanah pada
tanah; Seksi Penetapan Hak dan
• Mengelompokkan dan Pendaftaran.
mengecek data sertifikat
Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap
(PTSL).

Rabu, 17 Januari 2023 • Melaksanakan apel pagi Pengarsipan buku tanah


bersama karyawan dan berdasarkan kecamatan dan
peserta magang lainnya; kelurahan di kota
• Mengarsipkan buku Semarang.
tanah;
• Pemindahan arsip buku Pengarsipan buku tanah
tanah dari album lama berdasarkan nomor urut
ke album yang baru. Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak
Tanggungan.

Kamis, 18 Januari 2024 • Melakukan pengarsipan Pengarahan dan persiapan


pada buku tanah; penyerahan sertifikat
• Menyusun dan menata Pendaftaran Tanah
berkas sertifikat Sistematis Lengkap (PTSL)
Pendaftaran Tanah dibimbing oleh Pak Gusti
Sistematis Lengkap selaku petugas buku tanah
(PTSL); pada Seksi Penetapan Hak
• Briefing dan dan Pendaftaran.
pengarahan mengenai
persiapan mengikuti
kegiatan penyerahan
sertifikat Pendaftaran

7
Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) yang
akan datang.

Jumat, 19 Januari 2024 • Mengikuti rangkaian Pelaksanaan


kegiatan Mba Ita sapa diselenggarakan di
warga selaku Walikota Politeknik Bumi Akpelni,
Semarang yang Gajahmungkur.
diwakilkan oleh
Sekretaris Daerah Penyerahan sertfikat PTSL
(Sekda) Kota Semarang dilaksanakan di 4
yaitu Iswar Aminnudin; kecamatan yaitu kecamatan
• Pembagian sertifikat gajahmungkur, kecamatan
Pendaftaran Tanah semarang Tengah,
Sistematis Lengkap kecamatan semarang utara,
(PTSL) Kota Semarang kecamatan genuk.
kepada masyarakat oleh
Pemerintah Kota Didampingi dan dipandu
(Pemkot) bersama oleh Pak Gusti dan Pak
Kantor Pertanahan Kota Dipta selaku petugas buku
Semarang; tanah pada Seksi Penetapan
• Menyaksikan rangkaian Hak dan Pendaftaran.
acara dari Pemkot
Semarang lainnya
seperti Pasar Pangan
Rakyat Murah dan
Aman, Konsultasi
Pembayaran Pajak
Daerah, Perpustakaan
Keliling dan pelayanan
informasi publik
lainnya.

Senin, 22 Januari 2024 • Melakukan pengarsipan Pengarsipan buku tanah


pada buku tanah; berdasarkan kecamatan dan
• Pemindahan arsip buku kelurahan di kota
tanah dari album lama Semarang.
ke album yang baru;
• Mengisi dan menyalin Diawasi oleh Pak Gusti dan
identitas Pendaftaran Pak Suhanto selaku

8
Tanah Sistematis Petugas/Staff buku tanah
Lengkap (PTSL). pada seksi Penetapan Hak
dan Pendaftaran.

Selasa, 23 Januari 2024 • Menyusun dan Pengerjaan didampingi oleh


melakukan Pak Suhanto selaku Staff
pemberkasan pada buku Buku Tanah pada Seski
tanah; Penetapan Hak dan
• Mengisi dan menyalin Pendaftaran.
identitas Pendaftaran
Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL).

Rabu, 24 Januari 2024 • Menata arsip buku tanah Pengarsipan buku tanah
pada album; berdasarkan nomor urut
• Melakukan Hak Milik, Hak Guna
pemberkasan surat ukur Bangunan, Hak Pakai, Hak
tanah; Tanggungan, Hak Wakaf.
• Scan Tanda Terima
Pendaftaran Tanah Pemberkasan surat ukur
Sistematis Lengkap tanah di dampingi oleh Pak
(PTSL) ; Nanda selaku petugas buku
• Mengisi dan menyalin tanah pada seksi Penetapan
identitas Pendaftaran Hak dan Pendaftaran.
Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL).

Kamis, 25 Januari 2024 • Pemindahan arsip buku Kegiatan didampingi oleh


tanah dari album lama Pak Denis dan Pak Rizha
ke album yang baru; selaku petugas buku tanah
• Menata arsip buku tanah pada Seksi Penetapan Hak
pada album. dan Pendaftaran.

Jumat, 26 Januari 2024 • Melakukan pengarsipan Mengarsipkan buku tanah


pada buku tanah; berdasarkan kecamatan dan
• Menyusun dan menata kelurahan di kota
arsip buku tanah pada Semarang.
album.
Pengarsipan buku tanah
berdasarkan nomor urut

9
Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak
Tanggungan, Hak Wakaf.

Pengarsipan buku tanah ke


dalam album.

Didampingi oleh Pak


Suhanto dan Pak Gusti
selaku Staff/Petugas Buku
Tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Senin, 29 Januari 2024 Izin -


Selasa, 30 Januari 2024 Izin -
Rabu, 31 Januari 2024 • Mengerjakan laporan Berdiskusi mengenai data
magang; dan objek penelitian
• Melakukan pengarsipan laporan magang.
pada buku tanah;
• Menyusun berkas buku Pengarsipan buku tanah
tanah ke dalam album didampingi oleh Pak
buku tanah. Mukhlis selaku petugas
buku tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Mengarsipkan buku tanah


berdasarkan kecamatan dan
kelurahan di kota
Semarang.

Pengarsipan buku tanah


berdasarkan nomor urut
Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak
Tanggungan, Hak Wakaf.

10
BULAN FEBRUARI 2024
TANGGAL KEGIATAN Keterangan
Kamis, 1 Februari 2024 • Menyelesaikan laporan Mengarsipkan buku tanah
magang; berdasarkan kecamatan di
• Mengarsipkan buku kota Semarang.
tanah.
Didampingi oleh Pak
Suhanto selaku Staff Buku
Tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Jumat, 2 Februari 2024 • Menyelesaikan laporan Mengarsipkan buku tanah


magang; berdasarkan kecamatan dan
• Melakukan kelurahan di kota
pemberkasan pada buku Semarang.
tanah.
Pengarsipan buku tanah
berdasarkan nomor urut
Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak
Tanggungan, Hak Wakaf.

Kegiatan diawasi oleh Pak


Denis selaku petugas buku
tanah pada Seksi Penetapan
Hak Dan Pendaftaran.

Senin, 5 Februari 2024 • Pengelolaan arsip buku Didampingi oleh Pak


tanah. Suhanto selaku Staff Buku
Tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

Selasa, 6 Februari 2024 • Melaksanakan apel pagi Didampingi oleh Pak


Bersama karyawan dan Suhanto selaku Staff Buku
peserta magang lainnya; Tanah pada Seksi
Penetapan Hak dan
Pendaftaran.

11
12
13
DOKUMENTASI

14
Kegiatan Penyerahan Sertifikat Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
Kota Semarang di Politeknik Bumi Akpelni

15
Kegiatan Penyerahan Sertifikat Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
Kota Semarang di Sport Centre Graha Padma

16
Proses Pengecekan dan Legalisasi pada Pengisian Identitas Berkas Program
Serfifikat Tanah PTSL/PTKL

Pengarsipan Buku Tanah dan Sesi Menyusun dan Menata Dokumen


Diskusi Bersama dengan Pak Suhanto Buku Tanah ke dalam Album Buku
selaku Staff Buku Tanah pada Seksi Tanah
Penetapan Hak dan Pendaftaran

17
Berkas-berkas atau Arsip Buku Tanah, Sertifikat Tanah, Sertifikat PTSL/PTKL,
etc

18
Ruang Arsip Surat Ukur

19
Foto Bersama dengan Karyawan Kantor Pertanahan Kota Semarang

20

Anda mungkin juga menyukai