Anda di halaman 1dari 4

TUGAS (1)

Nama : Alimas Rif’atun Khonsya


Nim : 11000121120094
Kelas :G
Fakultas/Jurusan : Hukum
Mata Kuliah : Hukum Acara Tata Usaha Negara
Dosen Pengampu : Aju Putrijanti, S.H., M.Hum

Alur / Proses Berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara

TAHAPAN PENANGANAN PERKARA TATA USAHA NEGARA UMUM

Perkara yang sudah didaftar di Pengadilan Tata Usaha Negara oleh Penggugat / Pemohon, maka
selanjutnya tinggal menunggu panggilan sidang dari Panitera Pengganti / Juru Sita Pengganti.

Pemanggilan oleh Panitera Pengganti / Juru Sita Pengganti kepada pihak Penggugat / Pemohon
dan Tergugat / Termohon dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum sidang sudah
sampai kepada yang bersangkutan, dan langsung disampaikan kealamat Penggugat / Pemohon dan
Tergugat / Termohon seperti yang tersebut dalam Surat Gugatan / Permohonan. Jika pada saat
dipanggil para pihak tidak ditemukan di alamatnya, maka Panggilan disampaikan melalui Kepala
Desa / Lurah dimana para pihak bertempat tinggal.

Selanjutnya, jika para pihak sudah dipanggil dan datang ke Pengadilan Tata Usaha Negara
segera mendaftarkan diri di piket Meja Informasi yang tersedia untuk menunggu antrian sidang.

TAHAPAN-TAHAPAN PENANGANAN PERKARA DI PERSIDANGAN :

Proses berpekara di Peradilan TUN pada intinya melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Pemeriksaan Pendahuluan

1. Pemeriksaan administrasi di Kepaniteraan


2. Dismissal Prosedur oleh Ketua PTUN (Pasal 62 UU No.5/1986)
3. Pemeriksaan Persiapan (Pasal 63 UU No.5/1986)

Pembacaan GUGATAN (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang memuat
jawabannya oleh Hakim Ketua Sidang, dan jika tidak ada surat jawaban, pihak tergugat diberi
kesempatan untuk mengajukan jawabannya.

Pembacaan JAWABAN (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)


Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang memuat
jawabannya oleh Hakim Ketua Sidang, dan jika tidak ada surat jawaban, pihak tergugat diberi
kesempatan untuk mengajukan jawabannya.

R E P L I K (Pasal 75 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Penggugat dapat mengubah alasan yang mendasari gugatan hanya sampai dengan replik, asal
disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan tergugat, dan hal tersebut harus
saksaina oleh Hakim.

D U P L I K (Pasal 75 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari jawabannya hanya sampai dengan duplik, asal
disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan penggugat dan hal tersebut harus
dipertimbangkan dengan saksama oleh Hakim.

PEMBUKTIAN (Pasal 100 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Yang dapat dijadikan Alat bukti dalam Persidangan adalah sebagai berikut :

1. surat atau tulisan;


2. keterangan ahli;
3. keterangan saksi;
4. pengakuan para pihak;
5. pengetahuan Hakim.

KESIMPULAN (Pasal 97 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Dalam hal pemeriksaan sengketa sudah diselesaikan, kedua belah pihak diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat yang terakhir berupa kesimpulan masing-masing.

P U T U S A N (Pasal 108 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

Pembacaan PUTUSAN (Pasal 108 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

• Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.


• Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu putusan Pengadilan
diucapkan, atas perintah Hakim Ketua Sidang salinan putusan itu disampaikan dengan
surat tercatat kepada yang bersangkutan.
• Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berakibat putusan
Pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Materi Muatan Putusan (Pasal 109 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

• Kepala Putusan Yang Berbunyi : ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA”;
• Nama, Jabatan, Kewarganegaraan, Tempat Kediaman, atau Tempat Kedudukan Para Pihak
Yang Bersengketa;
• Ringkasan Gugatan dan Jawaban Tergugat Yang Jelas;
• Pertimbangan dan Penilaian Setiap Bukti Yang Diajukan dan Hal Yang Terjadi Dalam
Persidangan Selama Sengketa Itu Diperiksa;
• Alasan Hukum Yang Menjadi Dasar Putusan;
• Amar Putusan Tentang Sengketa Dan Biaya Perkara;
• Hari, Tanggal Putusan, Nama Hakim Yang Memutus, Nama Panitera, Serta Keterangan
Tentang Hadir atau Tidak Hadirnya Para Pihak.

Amar Putusan (Pasal 97 ayat 7 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)

• Gugatan Ditolak;
• Gugatan Dikabulkan;
• Gugatan Tidak Diterima;
• Gugatan Gugur.

TAHAPAN PENANGANAN PERKARA TUN KHUSUS

1. Permohonan penyalahgunaan wewenang (Penyelesaian Perkara 21 hari kerja sejak sidang


pertama)
2. Permohonan Fiktif Positif (penyelesaian perkara 21 hari kerja sejak mengajukan
permohonan)
3. Gugatan Keterbukaan Informasi Publik (Penyelesaian perkara 60 hari kerja sejak majelis
Hakim ditetapkan)
4. Gugatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum (Penyelesaian perkara 30 hari kerja
sejak diterimanya gugatan)

Penyalahgunaan Wewenang (Pasal 21 UU 30 tahun 2014)

Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan dengan mencampuradukkan


Wewenang

Fiktif Positif (pasal 53 UU 30 Tahun 2014

Keputusan dengan sendirinya menjadi berakhir dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Keputusan
yang dicabut tidak mempunyai kekuatan hukum dan Pejabat Pemerintahan menetapkan Keputusan
pencabutan

Keterbukaan Informasi Publik (UU 14 tahun 2018)

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai,
makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ( UU 2 Tahun 2012)

Instansi adalah lembaga negara, kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian,


pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan Badan Hukum Milik Negara/Badan Usaha
Milik Negara yang mendapat penugasan khusus Pemerintah.Pengadaan Tanah adalah kegiatan
menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang
berhak.Hak atas Tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan hak lain yang akan
ditetapkan dengan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai