Anda di halaman 1dari 23

Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo

© FH UI 2015

RANGKUMAN HUKUM ACARA PERDATA SEBELUM UTS

PENDAHULUAN

Definisi HAPER: Menurut Sudikno Mertokusumo, HAPER adalah hukum yang mengatur
mengenai bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan
hakim  menegakkan hukum perdata materiil

Sifat HAPER: Inisiatif berasal dari seseorang atau beberapa orang yang merasa haknya
dilanggar

Ciri-ciri HAPER: yang berkepentingan hanya dua / beberapa orang yang bersangkutan /
terkait dalam kasus (saksi tidak boleh / tidak bisa ikut campur dalam kasus perdata seseorang
lain)

Sumber HAPER:
 HIR (Herziene Inlands Reglement)S. 1941:44 atau RID (Reglemen Indonesia yang
Diperbaharui)
 Rbg (Reglement Buitengewesten) S. 1927:229
 UU No 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
 UU ttg Peradilan Umum No 2/1986 jo UU No 8/ 2004 Jo. UU No. 49 tahun 2009 ttg
perubahan kedua
 UU ttg Mahkamah Agung No 14/1985 jo UU No 5/ 2004 Jo. UU No. 3 tahun 2009
tentang perubahan kedua.
 UU 51 / 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
 UU No 20/ 1947 tentang Peradilan Ulangan.
 Pengadilan Niaga : UU No 37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU
 Arbitrase : UU No 30/ 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
 Class Action : Perma No. 1/2002 Tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok
 Mediasi : Perma No. 2/ 2003 dihapuskan dengan Perma No. 1 / 2016
 Gijzeling / Penyanderaan : Perma No. 1 / 2000 Tentang Lembaga Paksa Badan

Asas HAPER:
1. Hakim bersifat menunggu

1
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009


Hakim tidak mencari perkara, tunggu inisiatif seseorang yang berperkara. Konsekuensi:
hakim tidak boleh menolak perkara karena tidak tahu hukumnya. (ius coria novit)
2. Hakim pasif
Pasal 4 ayat (2) UU no. 48 tahun 2009
Bukan pasif mencari fakta, melainkan ruang lingkup perkaranya. Batas ruang lingkup
perkara tergantung para pihak saja, Contoh: wanprestasi saja. Hakim tetap aktif menggali
permasalahan, memimpin sidang.
Konsekuensi: asas ultrapetita  hakim tidak boleh memutus di luar petitum yang diminta.
3. Persidangan bersifat terbuka
Pasal 13 ayat (1), (2), (3) UU No. 48/2009
Transparan untuk publik (masyarakat umum), kontrol sosial masyarakat terhadap
putusan hakim: apakah hakim sudah tepat menjatuhkan putusan, bahan pertimbangan
juga, supaya hakim hati-hati dalam persidangan.
Namun, untuk proses pembuktian ada yang bersifat tertutup  perkara rumah tangga
(perceraian)
4. Mendengar kedua belah pihak (audi et alteram partem)
Pasal 4 ayat (1) UU No. 48/2009
Hakim memberi kesempatan yang sama kepada kedua belah pihak. Ada replik, ada
duplik,
Pembuktian: dua-duanya berhak mengajukan saksi
5. Putusan harus disertai dengan alasan
Pasal 50 ayat (1) & Pasal 14 ayat (2) UU 48/2009
Ada bagian “menimbang” sebelum “mengadili”
6. Beracara dikenakan biaya
Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 4 ayat (2) UU 48/2009
Untuk pemanggilan para pihak.
Pasal 237 HIR: kalau tidak mampu boleh mengajukan permohonan prodeo
7. Tidak ada keharusan mewakilkan
Pasal 123 ayat (1) HIR.
Tidak harus pakai advokat untuk mengajukan ke pengadilan, selama yang berperkara
langsung datang dan menangani sendiri

2
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

PROSEDUR HUKUM ACARA PERDATA

Tahapan beracara:
 Segi Administratif
o Dari sisi penggugat
- Mengajukan gugatan
- Membayar ongkos perkara
- Menerima tanda bukti pembayaran
- Mendapatkan nomor register perkara
o Dari sisi pengadilan
- Panitera menerima perkara yang diajukan lalu memberi nomor register perkara
- Panitera menyampaikan kepada ketua pengadilan
- Ketua pengadilan menentukan majelis hakim
- Majelis hakim menentukan hari sidang pertama
- Panitera membuat surat panggilan
- Juru Sita menyampaikan surat panggilan kepada para pihak
 Segi Yudisial
Proses jalannya persidangan
Gugatan  Mediasi  Jawaban Rekonpensi  Replik  Duplik  Pembuktian 
Kesimpulan (tidak wajib)  Putusan
[dalam teori, seharusnya kesimpulan diberikan setelah replik dan duplik, namun dalam
praktik, kesimpulan diberikan setelah pembuktian]
Terbagi atas 4 tahap:
o Tahap hari sidang pertama
o Tahap jawab menjawab
o Tahap Pembuktian
o Tahap putusan hakim dan pelaksanaannya

4 Dokumen Penting dalam Segi Administratif:


 Surat penetapan hari sidang pertama
 Surat panggilan
Syarat menyampaikan:
o Disampaikan langsung
o Minimal 3 hari kerja
o Pendelegasian wewenang bila berbeda tempat tinggal (Pasal 388, 389, 390
HIR)

3
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

 Berita Acara Pemanggilan (Relass)


 Daftar Perkara (Roll)

Tahap Hari Sidang Pertama


Jika pada hari sidang pertama salah satu pihak (tergugat maupun penggugat) tidak hadir 
berlakulah acara istimewa yang diatur dalam Pasal 124 dan 125 HIR.
4 kemungkinan:
1. Penggugat dan Tergugat hadir
Majelis Hakim harus berusaha mendamaikan secara ex-officio (Pasal 130 HIR)  hakim
berperan aktif. Untuk keperluan perdamaian, maka sidang diundur.
Jika perdamaian tercapai  dibuat Akta Perdamaian bersifat final and binding
Jika perdamaian tidak tercapai  persidangan dilanjutkan
2. Tergugat tidak hadir
Setelah dua kali pemanggilan lagi, tergugat tidak hadir, maka gugatan diputus verstek
(Pasal 125 ayat (1) HIR).
Pemanggilan menurut UU: (Pasal 122 HIR)
i. dilakukan oleh juru sita
ii. dengan berita acara pemanggilan
iii. tidak boleh kurang dari 3 hari kerja
Kebanyakan putusan verstek menguntungkan Penggugat.
Upaya hukum yang dilakukan Tergugat: Verzet (Pasal 129 jo. 125 ayat (3) HIR).
Apabila ada lebih dari satu tergugat (beberapa tergugat)  Pasal 125 HIR berlaku apabila
kesemuanya tidak hadir.
Syarat-syarat putusan Verstek yang mengabulkan gugatan penggugat:
 Tergugat atau para tergugat dan/atau kuasanya semuanya tidak datang pada hari
sidang yang telah ditentukan
 Petitum gugatan tidak melawan hak
 Petitum gugatan beralasan
 Tenggang waktu mengajukan verzet: 14 hari (Pasal 129 (1) HIR)
3. Penggugat tidak hadir
Maksimal pemanggilan: Dua kali  kalau tetap tidak hadir  gugatan dianggap gugur dan
penggugat dibebankan biaya perkara.
Putusan gugur atas gugatan penggugat  isi gugatan tidak perlu diperiksa
Putusan gugur dijatuhkan demi kepentingan tergugat yang hadir di persidangan.
Dinyatakan gugur  dianggap selesai perkaranya. Namun masih ada kesempatan untuk
mengajukannya lagi dengan membayar biaya perkara.

4
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

4. Pengugat dan tergugat tidak hadir


Sidang ditunda, kedua pihak dipanggil lagi

Proses HAPER secara keseluruhan:


Administratif  Penentuan hari sidang  Hari sidang pertama  Mediasi  Gugatan 
Jawaban  Replik  Duplik  Judisial  Pembuktian  Putusan  Eksekusi

KOMPETENSI PENGADILAN

Pasal 118 ayat (1) HIR: Kompetensi Relatif, Cara mengajukan gugatan, cara menghadap
Kompetensi:
 Absolut  kewenangan mengadili antara berbagai macam badan peradilan (Pasal 134
HIR)
 Relatif  kewenangan mengadili antara pengadilan yang setingkat dan sejenis (Pasal
118 ayat (1) HIR)
Kompetensi Relatif:
1. Asas “actor sequitur forum rei”  gugatan diajukan ke PN di wilayah hukum tergugat
bertempat tinggal
2. Bila Tergugat lebih dari satu orang, maka:
a. Apabila kedudukan para tergugat sejajar  penggugat bisa memilih di mana
ia akan mengajukan gugatannya
b. Apabila kedudukan para tergugat tidak sejajar (contoh: pengutang utama dan
penanggung / penjamin)  gugatan diajukan ke PN di wilayah hukum
pengutang utama bertempat tinggal
3. Jika domisili Tergugat tidak diketahui  diajukan ke PN dimana penggugat bertempat
tinggal
Jika gugatan mengenai benda tetap  gugatan diajukan ke PN dimana barang tetap
/ tanah tersebut terletak (Forum Rei Sitae). Berlaku ketika:
a. Domisili tergugat tidak diketahui
b. Barang tetap / tanah menjadi obyek yang dipersengketakan (bukan hanya
sekedar jaminan)
Contoh: A dan B mengadakan perjanjian sewa-menyewa. A menyewakan kantornya
di daerah Tangerang Selatan kepada B. Setelah beberapa bulan, B tidak pernah lagi
membayar uang sewa. Setelah dilakukan somasi, tetap saja B tidak bayar. Oleh
karena itu, A menggugat B.
Domisili A = Jakarta Selatan

5
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Domisili B = Bogor
Kemana A harus menggugat?
Perlu diketahui bahwa dalam kasus di atas, kantor A sebagai benda tetap bukanlah
obyek gugatan, melainkan wanprestasi yang dilakukan oleh B. Sehingga A menggugat
ke PN Bogor.
4. Gugatan dapat diajukan ke PN yang dipilih oleh para pihak dalam perjanjian / dengan
suatu akta  asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian dan perjanjian yang sah
memiliki daya berlaku seperti UU (Pasal 1338 KUHPer)  asas pacta sunt servanda
Cara Mengajukan Gugatan
 Lisan (untuk yang buta huruf : Pasal 120 HIR)
 Tertulis
Cara Menghadap
 Proses Partij Materiil (tanpa kuasa)
 Proses Partij Formil (dengan kuasa khusus, Pasal 123 ayat (1) HIR)

GUGATAN – PERMOHONAN

Perbedaan gugatan dengan permohonan: Dalam perkara gugatan ada suatu sengketa atau
konflik yang harus diselesaikan dan diputus oleh Pengadilan. Ada satu orang yang merasa
haknya dilanggar. Nanti hakim akan menghasilkan putusan hakim. Dalam kasus
permohonan, tidak ada sengketa, dan hasil dari permohonan adalah penetapan hakim.

Definisi Gugatan
- Sudikno Mertokusumo : Tuntutan hak yang mengandung sengketa
- Darwin Prints: suatu upaya atau tindakan untuk menuntut hak / memaksa pihak lain
untuk melaksanakan tugas / kewajibannya guna memulihkan kerugian yang diderita
oleh Penggugat melalui suatu putusan pengadilan.

Kaidah Hukum
Putusan MA – RI No. 4 K/Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958: Syarat mutlak untuk menuntut
seseorang di pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara kedua belah pihak
Perselisihan hukum berkaitan dengan hubungan hukum  kalau A dan C memiliki
perselisihan, maka yang berhak menggugat C itu adalah A, bukan kakaknya A atau kerabat
A.

Penggugat – Tergugat – Turut Tergugat

6
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

 Penggugat: seseorang atau badan hukum yang merasa bahwa haknya dilanggar
 Tergugat: seseorang atau badan hukum yang dirasa telah melanggar hak
 Turut Tergugat: seseorang / badan hukum yang demi formalitas gugatan harus
dilibatkan sebagai pihak yang tunduk dan taat pada putusan  Ingat! Putusan perdata
berlaku bagi orang yang namanya disebut di dalam putusan.
Contoh: A beli tanah dari B, tapi B tidak memberikan tanahnya. Ternyata tanahnya
punya C. Maka A adalah penggugat, B tergugat, dan C adalah turut tergugat.
Kenapa harus menggugat C juga? Karena apabila A menang, kalau hanya menggugat
B, tanahnya tidak bisa menjadi milik A karena tanahnya bukan milik B, melainkan C.

Penambahan atau Perubahan Gugatan


Perubahan gugatan  mempengaruhi kepentingan tergugat
Pasal 127 Rv : perubahan gugatan diprbolehkan sepanjang pemeriksanaan perkara, asal saja
tidak mengubah atau menambah Onderwerp van den eis (petitum, pokok tuntutan; meliputi
juga dasar tuntutan, ternasuk peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar tuntutan)
Contoh: tuntutan agar perjanjian dipenuhi diubah menjadi perjanjian diputuskan  tidak
diperbolehkan.
Penambahan atau perubahan gugatan tidak boleh merugikan tergugat.
Pendapat MA: Perubahan diperbolehkan apabila tidak melampaui batas-batas materi pokok
pertama yang dapat menimbulkan kerugian pada hak pembelaan para tergugat. (Putusan MA-
RI No. 434 K/Sip/1970 tanggal 11 Maret 1971)
Mengurangi tuntutan diperbolehkan  tidak merugikan tergugat.
Perubahan Gugatan dilarang:
 Bila berdasarkan hukum yang sama dimohon pelaksanaan suatu hak lain  contoh:
semula memohon ganti rugi karena wanprestasi diubah menjadi pemenuhan
perjanjian
 Adanya penambahan keadaan-keadaan baru sehingga diperlukan putusan hakim
tentang suatu perhubungan hukum antara para pihak yang lain daripada yang semula
telah dikemukakan.  Contoh: semula dasar gugatan perceraian adalah perzinahan,
diubah menjadi keretakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.
Kapan perubahan surat gugatan diperbolehkan?
Putusan MA-RI No. 1452 K/Pdt/1985 tanggal 24 Juni 1991: sebelum Hakim membacakan
surat gugatan di dalam persidangan dan Tergugat belum diperintahkan menjawab gugatan
tersebut.

Penggabungan dan Kumulasi Gugatan

7
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Tidak diatur dalam HIR.


 Penggabungan Gugatan
Apabila dalam 2 register perkara yang berbeda dalam 1 pengadilan, pihak penggugat
atau tergugat sama orangnya.
Jadi, penggabungan gugatan terjadi pada saat perkara sudah berjalan (sudah ada
register perkaranya)
 Kumulasi Gugatan
Sebelum register perkara keluar  A dan C sama-sama menjadi penggugat
terhadap B  maka bisa dijadikan 1 register perkara
Ada 2 jenis:
o Subyektif : orangnya yang gabung
o Obyektif : obyeknya yang gabung / penggabungan beberapa tuntutan.
Larangan-larangan kumulasi objektif:
- Apabila diperlukan acara khusus (contoh: gugatan cerai tidak boleh
digabung dengan gugatan wanprestasi)
- Apabila gugatan ditujukan kepada seseorang dalam 2 kualitas / status
(contoh: sebagai wali menggugat pengembalian barang milik anaknya
dan sebagai pribadi menggugat pembayaran utang)
Konkursus
Terjadi apabila ada kumulasi subyektif Tergugat. Terjadi apabila penggugat mengajukan
gugatan yang mengandung beberapa tuntutan yang menuju pada suatu akibat yang sama,
dengan dikabulkannya salah satu dari tuntutan maka tuntutan lainnya sekaligus terkabul.
Contoh: para debitur tanggung renteng.

Pencabutan Gugatan
Pasal 271 Rv: diperbolehkan, asalkan dilakukan sebelum tergugat memberikan jawaban.
Pencabutan Gugatan tidak berarti bahwa kasus yang ada itu selesai.
Kalau pencabutan gugatan dilakukan setelah ada jawaban dari tergugat  harus ada
persetujuan tergugat  ada berita acara pencabutan gugatan.

Gugatan Provisionil
Meminta diputuskan terlebih dahulu walaupun perkara belum selesai (sebelum pembuktian).
Contoh : gugatan perceraian, minta diputuskan terlebih dahulu mengenai masalah kedudukan
anak  hanya untuk sementara, masih bisa berubah.
Produk gugatan provisionil: putusan sela (putusan provisionil).
Gugatan provisionil bukan gugatan sendiri, melainkan ada di gugatan awal juga.

8
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Permohonan Insidentil
Permohonan masuknya pihak ketiga di tengah-tengah persidangan  hakim setuju atau tidak
disampaikan melalui putusan sela.

Surat Gugatan
Berdasarkan Pasal 8 ayat (3) RV dan yurisprudensi, format gugatan secara garis besar terdiri
dari:
1. Persona standi in judicio
a. Kompetensi
b. Para pihak
c. Kualitas para pihak
2. Posita  sebagai dasar gugatan / fundamenteum petendi.
Para penggugat menguraikan:
a. Kejadian / peristiwa
b. Pokok Sengketa (Wanprestasi / PMH)
c. Penjelasan duduk perkara
d. Adanya hubungan hukum
- Posita Wanprestasi:
 Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
 Melaksanakan apa yang dijanjikan namun tidak sesuai
 Melaksanakan namun tidak tepat waktu
 Melaksanakan apa yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
- Posita PMH:
 Perbuatan  pasif atau aktif
 Melawan hukum:
o Bertentangan dengan hak subyektif orang lain
o Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku
o Bertentangan dengan kesusilaan
o Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian
 Kesalahan  sengaja atau lalai
 Kerugian  materiil atau immateriil
 Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian
3. Petitum  apa yang diminta oleh Penggugat untuk dikabulkan oleh putusan Hakim

9
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Posita dan petitum harus saling berhubungan! Contoh: dalam Posita harus diterangkan
adanya kerugian immateriil, baru dalam petitum, Penggugat bisa meminta Hakim agar
kerugian immateriil itu diberikan ganti-rugi.

MEDIASI

Sifat Mediasi : tertutup  keuntungan bagi mereka yang punya badan usaha yang
bersengketa.
Para pihak wajib untuk menghadiri mediasi, walaupun hanya melalui media komunikasi audio-
visual.
Mediator:
- Hakim: tempat di Pengadilan, biaya tidak ada
- Non-Hakim dan Non-Pengadilan : tempat di luar, biayanya ditanggung bersama atau
sesuai kesepakatan
Alasan pihak diperbolehkan tidak hadir:
 Kondisi kesehatan
 Di bawah pengampuan
 Domisili di luar negeri
 Menjalankan tugas negara dan profesi yang tidak dapat ditinggalkan
Mediator tidak bisa menjadi saksi dan catatan mediator tidak bisa dijadikan alat bukti dalam
proses persidangan selanjutnya.
Kaukus:
Mediasi harus aktif  “mendengarkan” bukan untuk menjawab  menghasilkan win-win
solution

Pasal 130 HIR


1. Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak menghadap, maka pengadilan
negeri, dengan perantaraan ketuanya, akan mencoba memperdamaikan mereka itu. (IR.
239.)
2. Jika perdamaian terjadi, maka tentang hal itu, pada waktu sidang, harus dibuat sebuah
akta, dengan mana kedua belah pihak diwajibkan untuk memenuhi perjanjian yahg dibuat
itu; maka surat (akta) itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim yang
biasa. (RV. 31; IR. 195 dst.)
3. Terhadap keputusan. yang demikian tidak diizinkan orang minta naik banding.

10
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

4. Jika pada waktu mencoba memperdamaikan kedua belah pihak itu perlu dipakai seorang
juru bahasa, maka dalam hal itu hendaklah dituruti peraturan pasal berikut.

SEMA No. 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, mencabut SEMA no. 1
Tahun 2002
 Isi pokok: semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan wajib untuk
diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator (Pasal 2)
 Hakim wajib:
o menunda proses persidangan perkara itu untuk memberikan kesempatan para
pihak menempuh proses mediasi (Pasal 3 ayat (2))
o memberikan penjelasan kepada para pihak soal prosedur dan biaya mediasi
(Pasal 3 ayat (3))
 Jika mediasi tidak menghasilkan kesepakatan  hakim melanjutkan penyelesaian
perkara (Pasal 12 ayat (2))
 Tempat penyelesaian mediasi: (Pasal 15)
o di salah satu ruang pengadilan tingkat pertama : tidak dikenakan biaya
o di luar pengadilan + mediator di luar pengadilan : dipungut biaya

PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Mediasi


 Jangka waktu mediasi: 30 hari setelah penetapan perintah melakukan mediasi
 Pengecualian perkara yang bisa dimediasikan:
o Perkara Pengadilan Niaga
o Perkara Pengadilan Hubungan Industrial
o Keberatan atas keputusan KPPU, BPSK
o Sengketa parpol
o Permohonan pembatalan putusan arbitrase
o Perkara gugatan sederhana
 Yang menghadiri mediasi: para pihak langsung dengan/tanpa kuasa hukum, kecuali
ada alasan sah
 Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi pada saat sidang pertama (+ penjelasan
dokumen persetujuan mediasi)
 Aturan tentang itikad baik  adanya ketentuan denda bagi pihak yang tidak beritikad
baik dalam proses mediasi
 Apabila hanya sebagian pihak yang bersepakat atau tidak hadir, mediasi tidak
dianggap gagal  ada pengakuan kesepakatan sebagian pihak (partial settlement)
 Pengakuan mengenai kesepakatan perdamaian melalui mediasi oleh para ketua adat

11
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

 Aturan pemanfaatan teknologi informasi  semua perkara yang berhasil / tidak


berhasil dimediasi tercatat dalam administrasi pengadilan

SURAT KUASA

Dasar Hukum
Pasal 1792 – 1819 BW
Pasal 123 HIR

Pengertian
Pasal 1792 BW: perjanjian / persetujuan pemberian kuasa, di mana seseorang memberikan
kekasaan kepada seorang lain yang menerimanya untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan  berlaku syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 BW) 
sepakat, cakap, hal tertentu, sebab yang halal

Berakhirnya Pemberian Kuasa


Pasal 1813 BW:
- Pemilik kuasa menarik kembali kuasanya
- Dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si kuasa
- Dengan meninggalnya, pengampuannya, atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si
kuasa

Cara Pemberian Kuasa (Pasal 123 HIR)


- Lisan  menurut Pasal 120 HIR  yang demikian harus disebutkan dalam catatan
yang dibuat surat gugat
- Tertulis  Penggugat dapat memberi kuasa dalam surat permintaan yang
ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama Pasal 118 HIR

Bentuk Pemberian Kuasa (Pasal 1795 BW)


 Khusus  mengenai satu kepentingan tertentu  pemberi kuasa harus menuliskan
apa saja yang harus dilakukan penerima kuasa; terperinci  agar penerima kuasa
dapat bertindak atas nama pemberi kuasa.  dipakai untuk beracara di pengadilan
 Umum  meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa  Pasal 1796 BW  hanya
meliputi perbuatan pengurusan.
Apabila surat kuasanya umum  kurang jelas  hakim akan menolak kehadiran kuasa
tersebut, jadi harus surat kuasa khusus.

12
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Sebagai kuasa penggugat  belum jelas nomor perkaranya, jadi pada saat memasukkan
gugatan, harus disebutkan dengan jelas hutang piutang dengan siapa, jumlahnya berapa,
dasar perjanjian utang piutangnya.
Kuasa harus punya license untuk beracara dari pengadilan, kalau tidak punya license akan
dipidana.  dalam Pasal 31 dan Pasal 3 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

SEMA No. 2 / 1959:


Syarat surat kuasa khusus harus memuat:
- Identitas dan kedudukan para pihak
o Siapa yang menjadi pihak dalam suatu surat kuasa  subyek hukum  orang
atau badan hukum
o Kecakapan  Pasal 1330 KUHPerdata (orang belum dewasa, di bawah
pengampuan, orang perempuan)
- Kompetensi absolut dan relatif  Pasal 118 HIR
- Pokok sengketa  Wanprestasi atau PMH
Kalau wanprestasi, harus ada perjanjian yang dilanggar. Kalau PMH, harus ada UU
yang dilanggar.
SEMA No. 6 Tahun 1994:
Surat kuasa harus JELAS untuk keperluan tertentu:
- Perkara perdata: jelas mana yang penggugat dan tergugat, perkara apa, pengadilan
mana
- Perkara pidana: jelas menyebut pasal-pasal KUHAP yang didakwakan kepada
terdakwa
Kalau dalam surat kuasa tersebut sudah disebutkan bahwa kuasa mencakup pula
pemeriksaan di tingkat banding dan kasasi, maka surat kuasa itu tetap berlaku, tidak perlu
buat surat kuasa baru.
Pasal 1797 BW  Penerima kuasa khusus tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui
kuasa yang diberikan kepadanya.

Hak-hak
 Hak substitusi  Pasal 1803 BW : memindahkan kuasa kepada orang lain
 Hak honorarium  Pasal 1808, Pasal 1794 BW  pada dasarnya, pemberian kuasa
terjadi dengan Cuma-Cuma, kecuali diperjanjikan sebaliknya. Pemberi kuasa wajib
mengembalikan persekot dan biaya yang telah dikeluarkan oleh penerima kuasa untuk
melaksanakan kuasanya, begitu pula membayar upahnya bila tentang hal ini telah
diadakan perjanjian.

13
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

 Hak retensi  Pasal 1812 BW  menahan milik si pemberi kuasa hingga kepadanya
dibayar lunas segala apa yang dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa
Materai  bukti pembayaran pajak dan kewajiban pembuat perbuatan hukum tertulis kepada
negara (UU No. 13 Tahun 1985)

SURAT JAWABAN, REPLIK, DUPLIK

JAWABAN
Kapan jawaban dimulai? Karena ada 2 kemungkinan
- Tidak masuk ke tahap jawaban  kapan hal ini memungkinkan?
Bila mediasi tercapai / berhasil
- Masuk ke tahap jawaban  Saat mediasi tidak berhasil  dimulai dengan jawaban
dari tergugat.
Mengapa putusan mediasi memiliki kekuatan hukum tetap (yang sama dengan putusan
hakim)? Punya kekuatan eksekusi (eksekutorial)  tidak perlu ada upaya hukum lagi.
Setelah menyampaikan hasil mediasi kepada majelis Hakim  maka sidang dilanjutkan ke
tahap jawab menjawab.
Hakim akan menunda persidangan, mengatakan kapan sidang berikutnya akan dilakukan,
dan menyampaikan bahwa jawaban akan dimulai dari jawaban tergugat.
Apa saja yang tercantum dalam jawaban tergugat?
- Eksepsi  tangkisan tergugat; tidak langsung mengenai pokok perkara
Dasar hukum: Pasal 133, 134, 136 HIR
Begitu membaca surat gugatan, harus cermat  apakah ada yang bisa diajukan
eksepsi.
Kalau tidak ada yang bisa dieksepsi, tergugat jangan coba-coba mengajukan eksepsi.
Dalam praktik, pengacara tergugat selalu mengajukan eksepsi  untung-untungan,
entah diterima atau ditolak.
Ada 2 macam:
o Eksepsi prosesuil  Tangkisan terhadap proses.
Menuju pada tuntutan tidak diterimanya suatu gugatan  berdasarkan alasan-
alasan di luar pokok perkara.
Berkaitan dengan syarat formil gugatan.
Contoh:
 Kewenangan absolut (134 HIR) dan kewenangan relatif
Kalau absolut  kalau kewenangan pengadilannya tidak sejenis dan tidak
setingkat  PN, PA, PTUN

14
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Kalau relatif  Sejenis dan setingkat  PN Jaksel, PN Bogor, dll


 Nebis in idem  perkara yang sejenis sudah pernah diputuskan.
Perkara yang sama diputus lebih dari satu.
o Eksepsi materiil:
 Eksepsi dillatoir  gugatan Penggugat belum dapat dikabulkan
Contoh: Penggugat telah memberikan penundaan pembayaran (belum
jatuh tempo)  gugatan prematur
Gugatan diajukan terlalu cepat.
Jatuh tempo tanggal 10 maret, tapi Penggugat sudah mengajukan gugatan.
Tergugat bisa mengajukan eksepsi dillatoir ini.
 Eksepsi peremptoir  mengenai adanya hal yang menghalangi
dikabulkannya gugatan.
Contoh: gugatan diajukan telah lampau waktu / daluwarsa  contoh: Hak
Guna Bangunan yang telah melewati batas waktu. Sudah lewat Penggugat
malah mengajukan gugatan  bisa diajukan eksepsi
Gugatan diajukan setelah waktunya lewat.

- Jawaban atas pokok perkara


Jawaban tergugat atas dalil-dalil yang diajukan penggugat yang dicantumkan dalam
surat gugatan.
Jawaban dalam konpensi (gugatan asli / asal) berisi:
o Pengakuan  Tergugat mengakui dalil-dalil Penggugat yang tercantum dalam
gugatan Penggugat
o Penyangkalan  Tergugat menyangkal dalil-dalil Penggugat
Tergugat harus melihat apakah mungkin untuk dilakukan penyangkalan.
Harus didukung dengan alat bukti.
o Referte  mengakui tidak, menyangkal tidak, namun menyerahkan kepada
kebijakan Hakim
Sering dipakai oleh Tergugat  tidak mau menyangkal karena tidak ada alasan
untuk menyangkal, namun juga tidak mau mengakui. Hakim yang akan menilai
apakah dalil tersebut betul atau tidak.

- Rekonpensi  gugatan balik dari tergugat terhadap penggugat dalam suatu proses
perkara yang berjalan
Mengapa dibuka kemungkinan adanya rekonpensi? Untuk penyederhanaan
penyelesaian perkara, menghindari adanya suatu putusan yang saling bertentangan

15
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Ada batasan bagaimana rekonpensi bisa diajukan


Dasar hukum: 132 HIR
Pengecualian (dilarang untuk mengajukan rekonpensi):
o Kualitas para pihak  misal: bila penggugat bertindak sebagai pihak formal
(wali), maka tuntutan rekonvensi tidak boleh ditujukan kepada penggugat
secara pribadi. Bila penggugat bertindak sebagai pemberes (vereffenaar)
suatu perseroan, maka tuntutan rekonvensi tidak boleh mengenai penggugat
secara pribadi.
o Pengadilan yang berwenang
o Dalam perkara yang berhubungan dengan pelaksanaan putusan
Pengecualian yang ditambah Rv: dalam hal tuntutan tentang penguasaan (bezitactie),
sedangkan tuntutan rekonvensi mengenai tuntutan tentang eigendom.
Dalam rekonpensi : Penggugat asli menjadi Tergugat dan Tergugat asli menjadi
Penggugat
Pasal 132 a HIR:
o Jika Penggugat dalam konpensi mengenai sifat sedangan rekonpensi
mengenai dirinya sendiri, dan sebaliknya
o Jika PN kepada siapa konpensi itu dimasukkan tidak berhak, oleh karena
berhubungan dengan pokok perselisihan
o Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan putusan (perkara sudah
selesai)
o Jika dalam pemeriksaan tingkat I tidak dimasukkan rekonpensi maka dalam
tingkat banding tidak boleh mengajukan rekonpensi
Manfaat:
o Menghemat biaya
o Mempermudah prosedur pemeriksaan
o Mempercepat penyelesaian sengketa
o Menghindarkan putusan yang saling bertentangan
Untuk memudahkan pihak lawan membaca dan mengerti isi jawaban  yurisprudensi
membuat format jawaban dalam 3 poin di atas.
Dalam membuat surat gugatan harus memperhatikan legal standing, kompetensi.
Para pihak tidak tepat  contoh: Penggugat menggugat selaku wali untuk kasus utang-
piutang pribadi. Tergugat digugat selaku pribadi namun kasusnya melibatkan anak-anaknya
(masalah waris)

Kalau eksepsi mengenai kompetensi relatif  Diputus bersama-sama dengan putusan pokok
perkara (putusan akhir).

16
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Kalau eksepsi mengenai kompetensi absolut  Hakim bisa ex officio  menyatakan dirinya
tidak berwenang untuk memeriksa perkara.
Setelah Tergugat menyampaikan jawaban  Hakim akan menunda pemeriksaan perkara
(biasanya 1 minggu, kecuali ada hal-hal lain)  Hakim menyampaikan kapan sidang
berikutnya akan diadakan.

REPLIK
Dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat, yang merupakan sanggahan atau penolakan atas
sebagian atau seluruh dalil-dalil yang dikemukakan Tergugat dalam jawabannya +
memperkuat dalil-dalil dalam Surat Gugatan yang pernah diajukan
Memberi tanggapan atas jawaban Tergugat: Mengakui, menyangkal, mendiamkan
Setelah Replik diberikan kepada Hakim, maka sidang ditunda lagi selama 1 minggu

DUPLIK
Tergugat akan memperkuat dalil yang dikemukakan dalam jawaban dan berusaha
mematahkan dalil-dalil yang ada dalam Replik Penggugat.

KESIMPULAN
Dalam praktek, biasanya kesimpulan setelah pembuktian. Isinya? Resume dari gugatan,
replik, dan resume dari bukti-bukti Penggugat.
Dalam praktik, Kesimpulan dimasukkan oleh para pihak secara bersama-sama setelah para
pihak mengajukan alat-alat bukti.
Kalau dalam teori, kesimpulan diberikan setelah duplik.

Masuknya Pihak Ketiga


- Intervensi  masuknya pihak ketiga selama proses persidangan dan belum ada
putusan
o Masuknya pihak ketiga secara sukarela
 Tussenkomst  menempatkan diri di tengah-tengah pihak yang
berperkara membela kepentingannya sendiri.
Dasar hukum: 279 – 282 Rv
Misal: Sengketa Rumah  nanti diputus oleh Hakim apakah pihak
ketiga tersebut
Contoh interven bilang bahwa rumah yang dipersengketakan itu milik
dirinya.
 Voeging  menggabungkan diri membela kepentingan salah satu
pihak, bisa penggugat atau tergugat

17
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

Dasar hukum: 279 – 282 Rv


Contoh:
o Vrijwaring / Penjaminan  masuknya pihak ketiga karena ditarik oleh salah
satu pihak dalam perkara (penggugat / tergugat) dan untuk membela
kepentingan pihak tersebut.
Dasar hukum: 70 – 76 Rv
- Derdenverzet (perlawanan pihak ketiga)
Masuknya pihak ketiga setelah ada putusan hakim.
Merupakan salah satu upaya hukum luar biasa, karena pada dasarnya suatu putusan
hanya mengikat para pihak yang berperkara saja dan tidak mengikat pihak ketiga.
Bila ada putusan yang merugikan kepentingan pihak ketiga maka pihak ketiga tersebut
dapat melakukan perlawanan terhadap putusan tersebut
Dasar hukum: 378 – 384 Rv, 195 (6) HIR
Dimasukkan di Pengadilan yang memutus perkara yang semula.
Untuk intervensi itu mengajukan permohonan, nanti dilihat apakah ada kaitannya dengan
perkara yang diperiksa oleh Hakim.

18
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

SURAT KUASA

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Prawira
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jalan Narogong Raya No. 55, Depok

Untuk selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------- PEMBERI KUASA.

Dengan ini menerangkan bahwa dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya dan
memberikan kuasa kepada:

Nama : Sugiono, S.H., M.H., dan Ronald, S.H.


Pekerjaan : Advokat pada Kantor Hukum Sugiono Ronald & Partner.
Alamat : Jalan Merdeka Raya No. 28, Jakarta Barat.

Baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, untuk selanjutnya disebut sebagai --------
---------------------------------------------------------------------------------------------- PENERIMA
KUASA.

KHUSUS

untuk dan atas nama Pemberi Kuasa sebagai Penggugat mengajukan gugatan
WANPRESTASI/PERBUATAN MELAWAN HUKUM ke Pengadilan Negeri ......................
kepada:

Nama : Kamal Abidin


Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Mendut No. 18, Jakarta Utara

Untuk selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------------- TERGUGAT.

Selanjutnya dalam menjalankan kuasa ini, Penerima Kuasa berhak untuk menghadap
pejabat-pejabat yang berwenang di Lingkungan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
melakukan dan menerima segala pembayaran, membuat, dan menerima kuitansi
pembayaran; menghadap hakim dan pembesar instansi pemerintah; Penerima kuasa
boleh berperkara ke muka Pengadilan Negeri Selatan, membuat, menandatangani
dan mengajukan surat gugatan, Replik, Kesimpulan, menerima Jawaban, Duplik dan
kesimpulan, mengajukan dan menolak alat bukti surat, saksi-saksi, menerima dan
menolak perdamaian, menerima salinan putusan, mengajukan permohonan-
permohonan, mengajukan permohonan eksekusi atas putusan perkara ini,
mengajukan upaya hukum.

Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi, hak honorarium, dan hak retensi.

Jakarta, 28 Februari 2015

Pemberi Kuasa, Penerima Kuasa,

19
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

materai 600

ttd ttd.

Prawira Sugiono, S.H., M.H.

ttd.
Ronald,S.H.

20
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

CONTOH SURAT GUGATAN

Jakarta, 10 Januari 2017

Yth. Ketua Pengadilan Negeri Bogor


.........................
Di Tempat

Perihal: Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Dengan hormat,

Ridwan Bangun, S.H., M.H. dan Tri Sutrisno, S.H., M.H., penasehat hukum di Kantor Hukum
JT Law, beralamat di Plaza Sentral Lt. 12, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 55, Jakarta Selatan,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 4 Januari 2017, bertindak untuk dan atas nama Fitri
dan Fitriana, beralamat di Pondok Duta No.23, Depok, untuk selanjutnya disebut sebagai
Penggugat.

Penggugat dengan ini mengajukan gugatan terhadap Firman, bertempat tinggal di Jl.
Kenanga, No.2, Cileungsi, Kab. Bogor, untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat.

Adapun alasan-alasan yang menjadi dasar gugatan adalah sebagai berikut:


1. Bahwa Tergugat telah melakukan perjanjian hutang piutang dengan suami Penggugat,
Agus, dan menjaminkan harta bawaan Penggugat, berupa SHM No.23/Kedung halang
atas nama Fitri, yang merupakan rumah warisan Fitri yang terletak di Jl. Paledang
No.20, Kel. Kedung Halang, Kec. Ciparigi, Bogor seluas ± 800 meter² yang selama ini
dimilikinya dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara : Tanah milik Giatno
Selatan : Jalan Paledang
Barat : Tanah milik Amir
Timur : Tanah berupa Sawah milik Tuan Rozak; tanpa izin dan pengetahuan dari
Penggugat.

21
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

2. Bahwa terhadap rumah di Jl. Paledang No.20, Kel. Kedung Halang, Kec. Ciparigi,
Bogor tersebut, Penggugat secara melawan hukum menggunakan rumah tersebut untuk
disewakan kepada Bapak Bejo sejak bulan Desember 2015.
3. Bahwa perbuatan Tergugat tersebut memenuhi pasal 1365 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, karena merupakan suatu perbuatan melawan hukum mengingat
perbuatan tersebut dilakukan tanpa alas hak yang sah baik dalam bentuk perjanjian
tertulis maupun tidak tertulis, serta menimbulkan kerugian bagi pemilik sah dari rumah
dan tanah tersebut, sehingga perbuatan tergugat tidak dapat dibenarkan secara hukum.
4. Bahwa akibat perbuatan Tergugat, maka Penggugat mengalami kerugian baik secara
materiil maupun immateriil sebesar Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), dengan
rincian sebagai berikut:
- Materiil
a. Keuntungan Sewa Rumah sejak Desember 2015 Rp450.000.000,-
hingga Juni 2017
b. Pembayaran PBB Tahun 2015 dan 2016 Rp50.000.000,-
- Immateriil
Penderitaan dan kesengsaraan akibat kehilangan warisan Rp500.000.000,-
sebagai kenangan dari orangtua Penggugat

5. Bahwa untuk menjamin agar gugatan ini tidak sia-sia dan guna menghindari usaha
Tergugat I, II dan II untuk mengalihkan hartanya pada pihak lain, maka Penggugat
mohon agar dapat dilakukn sita jaminan terhadap:
6. Bahwa karena gugatan ini didukung oleh bukti-bukti otentik maka penggugat mohon
agar putusan perkara ini dapat dijalankan lebih dulu walaupun ada banding, kasasi
maupun verzet (uit voerbaar bij voorraad).
7. Bahwa Penggugat membebankan adanya uang paksa/dwangsom yang harus dibayar
oleh Tergugat bila lalai dalam melaksanakan putusan atas perkara ini yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, yaitu sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta) per hari.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka Penggugat dengan segala kerendahan
hati memohon agar Pengadilan Negeri Bogor berkenan untuk memutuskan sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan secara hukum Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;

22
Disusun oleh Dominique Virgil – Jessica Lokollo
© FH UI 2015

3. Menghukum Tergugat untuk mengembalikan SHM No.23/Kedung halang atas nama


Fitri;
4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) kepada Penggugat secara tunai;
5. Menghukum Tergugat I, II dan III untuk membayar seluruh biaya perkara menurut
hukum;
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dulu walau ada banding, kasasi maupun
verzet (uit voerbaar bij voorraad);
7. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta)
per hari sejak putusan atas perkara ini dibacakan hingga tanggal dilunasinya seluruh
hutang.

Atau apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (ex aquo et bono).

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat

Ridwan Bangun, S.H., M.H.

Tri Sutrisno, S.H., M.H.

23

Anda mungkin juga menyukai