Anda di halaman 1dari 20

No.

Soal Jawaban

Pengertian hukum formil dan Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan
1 perbedaannya dengan hukum yang berwujud perintah-perintah dan larangan. Hukum formal, yaitu hukum yang memuat
materiil peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material.

Dasar hukum acara peradilan


2 HIR, RBG, UU 50/2009,UU 3/2006, UU 7/89 (PA) UU 1/74, PP, Perma, Sema, DLL.
agama

1. asas personalitas keislaman; 2. asas kebebasan; 3. asas wajib mendamaikan; 4. asas sederhana,
Asas-asas hukum acara peradilan
3 cepat, dan biaya ringan; 5. asas persidangan terbuka untuk umum; 6. asas legalitas dan equality; 7.
agama
asas aktif memberi bantuan.

(UU 7 tahun 1989) Pasal 49 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di
Tugas pokok dan kewenangan
4 bidang: a. perkawinan; b. kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum
peradilan agama
Islam; c. wakaf dan shadaqah. (UU 3 tahun 2006) a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e.
wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah. (UU 50 tahun 2009)

Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara
Perbedaan antara kompetensi
5 sesuai dengan wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan
absolut dan relatif peradilan agama
untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa.

Pengertian dan dasar hukum Dasar hukum mengenai gugatan diatur dalam Pasal 118 ayat (1) (HIR) juncto Pasal 142 (RBg) untuk
6
gugatan/permohonan gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk gugatan lisan.

Syarat-syarat pengajuan suatu 1. Harus ada dasar hukum, 2. adanya kepentingan hukum, 3. merupakan suatu sengketa, 4. dibuat
7
gugatan/permohonan dengan cermat dan terang, 5. memahami hukum formil dan materil

Perkara contentiosa merupakan suatu upaya untuk menuntut hak akibat terjadi konflik (sengketa)
Perbedaan antara perkara voluntair
8 antara para pihak. Sedangkan perkara voluntair merupakan upaya untuk menuntut hak tanpa ada
dengan contentiosa beserta contoh
unsur sengketa antar pihak sehingga dilakukan secara sepihak saja

Pengajuan gugatan/ permohonan


9
secara lisan atau tertulis

· Actor sequitur forum rei (forum domicile) : yang berwenang mengadili sengketa adalah
Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat tergugat bertempat tinggal. · Actor sequitur forum rei
Maksud tempat pengajuan gugatan
dengan hak opsi : digunakan apabila Tergugat terdiri dari beberapa orang, dan masing-masing
(actor secuitur forum rei; forum rei
10 bertempat tinggal di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang berbeda, undang-undang
sitae; actor secuitur forum rei
memberikan hak opsi kepada Penggugat untuk memilih Pengadilan Negeri mana yang dianggapnya
dengan hak opsi)
paling menguntungkan. · Forum rei sitae : Jika objek sengketa terdiri dari benda tidak bergerak,
sengketa jatuh menjadi kewenangan relatif Pengadilan Negeri di tempat barang itu terletak.
dentitas para pihak (Penggugat/Tergugat) atau persona standi in judicio, terdiri dari nama suami
dan istri (beserta bin/binti), umur, tempat tinggal. Identitas para pihak ini juga disertai dengan
informasi tentang agama, pekerjaan dan status kewarganegaraan Posita (dasar atau alasan gugat),
Unsur-unsur suatu gugatan/
disebut juga Fundamentum Petendi, berisi keterangan berupa kronologis (urutan peristiwa) sejak
permohonan (identitas
11 mulai perkawinan isteri dengan suami isteri dilangsungkan, peristiwa hukum yang ada (misalnya:
posita/fundamen-tum petendi, dan
lahirnya anak-anak), hingga munculnya ketidakcocokan antara isteri dan suami yang mendorong
petitum
terjadinya perceraian, dengan alasan-alasan yang diajukan dan uraiannya yang kemudian menjadi
dasar tuntutan (petitum). Petitum (tuntutan hukum), yaitu tuntutan yang diminta oleh Istri sebagai
Penggugat agar dikabulkan oleh hakim.

Perbedaan antara fakta kejadian


(feitelijk gronden) dengan fakta
12
hukum (rechtstelijk gronden) dalam
posita

primer adalah tuntutan utama yang diminta oleh penggugat untuk diputuskan oleh pengadilan
yang berkaitan langsung dengan pokok perkara atau posita. Tuntutan pengganti (subsidair) adalah
Pengertian petitum primer dan tuntutan yang berfungsi untuk menggantikan tuntutan pokok apabila tuntutan pokok ditolak
13
subsider pengadilan. Tuntutan ini digunakan sebagai tuntutan alternatif agar kemungkinan dikabulkan oleh
hakim lebih besar. Biasanya tuntutan ini berupa permohonan kepada hakim agar dijatuhkan
putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Pengertian gugatan provisi dan Gugatan Provisiional adalah permintaan pihak yang bersangkutan agar sementara diadakan
14
gugatan pokok tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan.

Pengertian kumulasi gugatan Kumulasi Subjektif /Penggabungan dari Subjek adalah apabila seseorang mengajukan
15 (subjektif dan objektif) beserta gugatanterhadap beberapa orang atau sebaliknya, sedangkan Kumulasi Objektif adalahPenggugat
contoh mengajukan lebih dari satu tuntutan dalam satu perkara sekaligus;

untutan tambahan (accessoir) adalah tuntutan yang sifatnya melengkapi atau sebagai tambahan
dari tuntutan pokok. Tuntutan tambahan ini tergantung pada tuntutan pokoknya. Jika tuntutan
pokok tidak ada maka tuntutan tambahan juga tidak ada. Terdapat lima contoh tuntutan
tambahan yaitu: Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara. Tuntutan agar
Gugatan pokok (primer) dan
putusan dapat dilaksanakan lebih dulu meskipun ada perlawanan, banding dan kasasi (uitvoerbaar
16 pelengkap (accessoire) serta kaitan
bij voorraad). Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar bunga (moratoir) apabila tuntutan
keduanya
yang dimintakan oleh penggugat berupa sejumlah uang tertentu. Tuntutan agar tergugat dihukum
untuk membayar uang paksa (dwangsom/astreinte), apabila hukuman itu tidak berupa
pembayaran sejumlah uang selama ia tidak memenuhi isi putusan. Tuntutan atas nafkah bagi istri
atau pembagian harta bersama dalam gugatan perceraian.

Pengertian concursus
17
(perbarengan) beserta contoh
Syarat -syarat dan konseku - ensi
Pencabutan mengakhiri perkara, para pihak kembali kepada keadaan semua, biaya perkara
18 hukum perubahan atau pencabutan
dibebankan kepada penggugat
gugatan
Penggugat/Pemohon mengajukan permohonan berperkara secara prodeo bersamaan dengan
surat gugatan/permohonan secara tertulis atau lisan.
Apabila Tergugat/Termohon selain dalam perkara bidang perkawinan juga mengajukan
permohonan berperkara secara prodeo, maka permohonan itu disampaikan pada waktu
menyampaikan jawaban atas gugatan Penggugat/Pemohon.
Majelis hakim yang telah ditunjuk oleh Ketua pengadilan Agama untuk menangani perkara
Pengajuan gugatan/permo - honan tersebut membuat Putusan Sela tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan
19
secara prodeo berperkara secara prodeo setelah sebelumnya memberikan kesempatan kepada pihak lawan
untuk menanggapi permohonan tersebut.
Putusan Sela tersebut dimuat secara lengkap di dalam Berita Acara Persidangan.
Dalam hal permohonan berperkara secara prodeo tidak dikabulkan, Penggugat/Pemohon
diperintahkan membayar panjar biaya perkara dalam jangka waktu 14 hari setelah dijatuhkannya
Putusan Sela yang jika tidak dipenuhi maka gugatan/permohonan tersebut dicoret dari daftar
perkara.

Pengertian surat kuasa dan syara t - Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada
20
syarat sah surat kuasa seorang lain, yang menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

Isi surat kuasa umum, melingkupi pengurusan segala kepentingan kuasa. Lalu, pada surat kuasa
Perbedaan surat kuasa umum
21 khusus, isinya melingkupi kepentingan pemberi kuasa dengan terperinci, mengenai apa yang boleh
dengan surat kuasa khusus
dilakukan oleh penerima kuasa.

Surat Kuasa Insidentil merupakan surat yang berisi pemberian kuasa kepada penerima kuasa yang
Maksud dan perbedaan antara
merupakan kerabat dari pemberi kuasa untuk bertindak atas nama pemberi kuasa. Surat kuasa
22 surat kuasa insidentil dengan surat
istimewa adalah surat kuasa yang sengaja dibuat guna mewakilkan segala tindakan yang hanya
kuasa istimewa
dilakukan oleh orang bersangkutan dan didelegasikan kepada orang lain.

Kedudukan dan batas wewenang


23 dan pihak formil dalam hukum
perdata

Pengertian istilah-istilah hukum:


plurium litis consortium (gugatan kurang pihak), error in persona atau exceptio in persona dapat
legal standing, plurium litis
diartikan sebagai kekeliruan mengenai seseorang, Diskualifikasi in person terjadi jika pihak yang
consortium, error in persona,
24 bertindak sebagai penggugat merupakan orang yang tidak memenuhi syarat, Eksepsi dilatoir :
diskualifikasi in person, obscuur
eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan yang diajukan masih prematur, misalnya benar bahwa
libel, nebis in idem, prematur,
tergugat mempunyai utang kepada penggugat tetapi belum jatuh tempo.
dilatoir, dan lainlain

Pengertian Posbakum dan sidang


25 jelas
keliling
C. Persiapan Persidangan
26.Penunjukan majelis hakim,
26 panitera pengganti dan jelas
jurusita/jurusita pengganti (pejabat
yang menerbitkan)
Melaksanakan perintah yang diberikan oleh Ketua Pengadilan, Ketua Sidang dan Panitera.
Melakukan pemanggilan, menyampaikan pengumuman, tegoran, protes-protes, dan
pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara cara berdasarkan ketentuan Undang Undang.
Melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dan dengan teliti melihat lakasi batas
Jurusita/jurusita pengganti dan
27 batas tanah yang disita beserta surat suratnya yang syah apabila menyita tanah. Membuat berita
tupoksinya di pengadilan agama
acara penyitaan yang salinan resminya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
antara lain kepada BPN setempat bila terjadi penyitaan sebidang tanah (PP 10/1961 jo pasal 198-
199 HIR). Melakukan penawaran pembayaran uang titipan fihak ketiga serta membuat berita
acaranya. Melaksanakan tugasnya di wilayah Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Panitera/panitera pengganti dan


28 Panitera membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya persidangan.
tupoksinya
Tata cara pemanggilan para pihak: -
dalam wilayah hukum - di luar
wilayah hukum
29 jelas
(tabâyun/delegasi/Perma Nomor 6
Tahun 2015) - ke luar negeri -
Ghaib/mas media.

- Upaya perdamaian/ mediasi - Pembacaan gugatan/permohonan - Jawaban tergugat - Replik


30 Tahapan persidangan:
pengugat - Duplik tergugat - Pembuktian - Kesimpulan - Musyawarah majelis - Pembacaan putusan

Pengertian beberapa asas


persidangan: - Terbuka untuk
umum - Audi et alteram partem -
Hakim bersifat pasif - Hakim
31
bersifat menunggu - Beracara
dikenakan biaya - Tidak harus
diwakilkan - Putusan harus disertai
alasan-alasan - dan lain-lain

Kekuatan Hukum Akta Perdamaian. Menurut pasal 130 ayat (2) HIR, akta perdamaian memiliki
Mediasi 32.Dasar hukum
kekuatan sama seperti putusan yang telah berkekuatan hukum tetap – dan terhadapnya tidak
32 perdamaian (Pasal 130 HIR/Pasal
dapat diajukan banding maupun kasasi. Karena telah berkekuatan hukum tetap, akta perdamaian
154 R.Bg.
tersebut langsung memiliki kekuatan eksekutorial.

perdamaian dalam pasal 130 HIR/154 Rbg. Kemudian disusul dengan lahirnya PERMA No.2 tahun
Dasar hukum mediasi di pengadilan 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan yang diubah dengan PERMA No. 1 tahun 2008
33
(Perma Nomor 1 Tahun 2016) tentang prosedur mediasi di Pengadilan dan dilakukan perubahan yang terakhir yaitu PERMAI No.
1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. PERMA 3 TAHUN 2022 TENTANG MEDIASI
1. MEDIASI Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
2. Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral
yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian.
3. Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh pihak
yang lainnya.
4. Kesepakatan Perdamaian adalah kesepakatan hasil Mediasi dalam bentuk dokumen yang
Pengertian istilah-istilah penting
memuat ketentuan penyelesaian sengketa yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator.
dalam mediasi: - Mediasi - Mediator
5. pasal 7 ayat (2) menyatakan: Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat
- Kaukus - Kesepakatan perdamaian -
dinyatakan tidak beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan: a) tidak hadir setelah
Iktikad baik dan tidak beriktikad
34 dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah b)
baik dalam mediasi - Kesepakatan
menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan berikutnya
perdamaian sebagian (subjek dan
meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan sah c)
objek) - Putusan perdamaian - dan
ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan Mediasi tanpa alasan sah d)
lain-lain
menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak menanggapi Resume
Perkara pihak lain dan/atau e) tidak menandatangani konsep Kesepakatan Perdamaian yang telah
disepakati tanpa alasan sah.
6. Kesepakatan Perdamaian Sebagian adalah kesepakatan antara pihak penggugat dengan
sebagian atau seluruh pihak tergugat dan kesepakatan Para Pihak terhadap sebagian dari seluruh
objek perkara dan/atau permasalahan hukum yang disengketakan dalam proses Mediasi.
7. Akta Perdamaian adalah akta yang memuat isi naskah perdamaian dan putusan Hakim yang
menguatkan Kesepakatan Perdamaian

1. Efisien
2. Waktu singkat
Pengertian beberapa asas dalam 3. Rahasia
35
mediasi 4. Proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali para pihak menghendaki lain.
5. dll

Jawaban, Replik, Duplik


36.Tangkisan (eksepsi) tergugat dan
36 Jelas
jawabannya atas pokok perkara
serta perbedaan keduanya
a. Eksepsi Kompetensi Absolut : eksepsi yang menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-
badan peradilan untuk memeriksa perkara, apakah peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer atau peradilan tata usaha negara. Sesuai dengan ketentuan hukum acara, majelis hakim
harus menyatakan dirinya tidak berwenang untuk memeriksa perkara yang bukan merupakan
kewenangannya dan tidak tergantung kepada ada tidaknya eksepsi Tergugat.
b. Eksepsi Kompetensi Relatif : eksepsi yang berkaitan dengan yurisdiksi atau wilayah hukum dari
suatu pengadilan dalam satu lingkungan peradilan yang sama dan diatur dalam Pasal 118 HIR.
Berdasarkan ketentuan tersebut, cara menentukan kewenangan relafif Pengadilan Negeri
berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
• Actor sequitur forum rei (forum domicile) : yang berwenang mengadili sengketa adalah
Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat tergugat bertempat tinggal.
• Actor sequitur forum rei dengan hak opsi : digunakan apabila Tergugat terdiri dari beberapa
orang, dan masing-masing bertempat tinggal di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang berbeda,
undang-undang memberikan hak opsi kepada Penggugat untuk memilih Pengadilan Negeri mana
37.Bentuk-bentuk eksepsi
37 yang dianggapnya paling menguntungkan.
kewenangan (absolut dan relatif)
• Actor sequitur forum rei tanpa hak opsi : Apabila tergugat terdiri dari debitur (principal) dan
penjamin, kompetensi relatif mutlak berpatokan pada tempat tinggal debitur, tidak dibenarkan
diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat tinggal penjamin.
• Tempat tinggal penggugat : Apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui yang berwenang
mengadili secara relatif adalah Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat tinggal penggugat.
• Forum rei sitae : Jika objek sengketa terdiri dari benda tidak bergerak, sengketa jatuh menjadi
kewenangan relatif Pengadilan Negeri di tempat barang itu terletak.
• Forum rei sitae dengan hak opsi : Jika objek sengketa benda tidak bergerak terdiri dari beberapa
buah, dan masing-masing terletak di daerah hukum Pengadilan Negeri yang berbeda, penggugat
dibenarkan mengajukan gugatan kepada salah satu Pengadilan Negeri tersebut.
• Domisili pilihan : Para pihak boleh menyepakati salah satu Pengadilan Negeri yang diberi
wewenang secara relatif untuk menyelesaikan sengketa yang timbul diantara mereka. Dalam hal
demikian, terdapat dua kompetensi relatif yang dapat dimanfaatkan, yaitu: Dapat berdasarkan
patokanFormal
Eksepsi actor sequitur
/ Eksepsiforum rei, atau
Prosesual Dapat
di Luar diajukan
Eksepsi ke Pengadilan
Kompetensi : terdiriNegeri yang dipilih
dari beberapa jenis, di
antaranya :

a. Eksepsi obscuur libel : eksepsi yang menyatakan gugatan penggugat kabur. Hal ini terjadi karena
: a. Posita tidak jelas/kabur, sebab dasar hukum yang menjadi dasar gugatan tidak jelas/tidak ada
atau salah satu dari dasar hukum yang dijadikan dasar gugatan tidak jelas. b. Objek sengketa di
dalam gugatan tidak jelas. c. Penggabungan dua atau lebih gugatan yang masing-masing tidak ada
kaitan atau pada hakekatnya berdiri sendiri-sendiri. d. Pertentangan antara posita dengan petitum.

b. Eksepsi rei judicatie : eksepsi yang menyatakan bahwa perkara sudah pernah diputus dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (nebis in idem). Nebis in idem terjadi apabila (i) Pokok perkara
baru yang dituntut sama dengan pokok perkara lama yang sudah diputus, (ii) Alasan atau dasar
yang didalam gugatan sama dengan perkara yang lama (iii) Diajukan oleh pihak-pihak yang sama
terhadap pihak yang sama pula (iv) Hubungan hukum di antara para pihak sama dengan hukum
Bentuk-bentuk eksepsi di luar
38 para pihak pada perkara lama.
kewenangan (formil dan materil)
c. Eksepsi declinatoir : eksepsi yang menyatakan gugatan merupakan perkara yang sama dan masih
dalam proses di pengadilan serta belum ada putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

d. Eksepsi diskualifikasi : eksepsi yang menyatakan bahwa penggugat adalah orang yang tidak
mempunyai kualitas/berhak untuk mengajukan gugatan.

e. Eksepsi error in persona. : eksepsi yang menyatakan bahwa yang seharusnya digugat adalah
orang lain bukan Tergugat

f. Eksepsi plurium litis consortium : eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan kurang pihak.

g. Eksepsi koneksitas: eksepsi yang menyatakan bahwa perkara yang bersangkutan masih ada
hubungan dengan perkara lain yang sedang ditangani oleh pengadilan/instansi lain dan belum ada
Cara memeriksa eksepsi
eksepsi kewenangan diperiksa sebelum pokok perkara - eksepsi di luar kewenangan diperiksa
39 kewenangan dan di luar
bersama -sama dengan pokok perkara
kewenangan:
reperte adalah Jika tergugat tidak mengakui dan juga tidak membantah gugatan penggugat, segala
gugatan penggugat diserahkan sepenuhnya kepada hakim dengan menyatakan “terserah kepada
bapak hakim sajalah”, maka dalam hal ini seperti tidak perlu diadakan pembuktian lagi, walaupun
Pengertian: mengakui, membantah,
40 hakim tidak mengetahui sekalipun alasan-alasan tergugat. c. Dalam hal mengakui gugatan
dan reperte.
penggugat Jika tergugat mengakui dalil gugat dari penggugat, maka gugatan penggugat itu tidak
perlu dibuktikan lagi, segala gugatan penggugat dianggap telah terbukti, jadi tidak perlu dibuktikan
lagi kebenaran dalil gugat penggugat lebih lanjut.

Gugatan rekonvensi diatur dalam pasal 132 HIR huruf (a), Pasal 158 RBg angka 1 dan 3 dan pasal
Gugatan balik (rekonvensi):
245 RV, yang menegaskan gugatan rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh Tergugat sebagai
41 pengertian, tujuan dan syarat -
gugatan balik terhadap gugatan yang diajukan Penggugat. Gugatan rekonvensi diajukan pada saat
syaratnya
berlangsungnya proses pemeriksaan gugatan (konvensi) yang diajukan Penggugat.

Voeging, yaitu ikut sertanya pihak ketiga atas inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata
untuk membela salah satu pihak penggugat atau tergugat. Tussenkomst, yaitu ikut sertanya pihak
Pengertian, bentuk, dan syarat -
ketiga atas inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata, akan tetapi tidak memihak salah
42 syarat intervensi (voeging,
satu pihak, baik penggugat atau tergugat, tetapi demi membela kepentingannya sendiri. Vrijwaring
vrijwaring, dan tussenkomst)
atau penjaminan, yaitu ikut sertanya pihak ketiga dalam pemeriksaan sengketa perdata karena
ditarik oleh salah satu pihak untuk ikut menanggungnya.

Voeging, yaitu ikut sertanya pihak ketiga atas inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata
untuk membela salah satu pihak penggugat atau tergugat. Tussenkomst, yaitu ikut sertanya pihak
Perbedaan antara voeging,
ketiga atas inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata, akan tetapi tidak memihak salah
43 vrijwaring, dan tussenkomst
satu pihak, baik penggugat atau tergugat, tetapi demi membela kepentingannya sendiri. Vrijwaring
beserta contohnya .
atau penjaminan, yaitu ikut sertanya pihak ketiga dalam pemeriksaan sengketa perdata karena
ditarik oleh salah satu pihak untuk ikut menanggungnya.

Pembuktian dalam Perkara Perdata adalah upaya untuk memperoleh kebenaran formil (formeel
waarheid). Kebenaran formil didasarkan pada formalitas-formalitas hukum sehingga akta otentik
Pembuktian 44.Pengertian dan memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. asal 163 HIR dan 283 RDG
44
dasar hukum pembuktian disebutkan “barangsiapa mengatakan ia mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu perbuatan
untuk menguatkan haknya itu atau untuk membantah hak orang itu harus membuktikan adanya
hak atau kejadian itu.

1. Asas Audi Et Alteram Partem adalah hakim mendengar kedua belah pihak berperkara di
persidangan.
2. Asas Ius Curia Novit adalah hakim dianggap tahu hokum.
Pengertian beberapa asas 3. Asas Nemo Testis Indoneus In Propris Causa adalah tidak seorang pun yang boleh menjadi saksi
45
pembuktian dalam perkaranya sendiri.
4. Asas Nemo Judex in Causa sua adalah sas yang menyatakan bahwa tidak seorang pun dapat
menjadi hakim yang baik dalam perkaranya sendiri.
Macam -macam alat bukti dalam Berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata/pasal 164 HIR, alat bukti yang diakui dalam perkara perdata
46
hukum perdata terdiri dari bukti tulisan, bukti saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.

Pengertian alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda baca
47 Pengertian alat bukti tertulis
dimaksud mencurahkan isi hati dan buah pikiran dipergunakan sebagai pembuktian.

Alat bukti tertulis dapat digolongkan menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan. Akta otentik
adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu, sedangkan akta
48 Macam -macam alat bukti tertulis
dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian tanpa bantuan dari pihak yang
berwenang.

Akta Otentik Sempurna (volleding) dan mengikat (bindende), sedangkan ABT tidak seluas dan
49 Kekuatan hukum alat bukti tertulis
setinggi derajat AO

adalah kesaksian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang
50 Pengertian alat bukti saksi
disengketakan oleh orang yang bukan salah satu dari pihak yang terlibat dalam perkara.

Pada Pasal 169 HIR Keterangan dari seorang saksi saja, dengan tidak ada suatu alat bukti yang lain,
51 Batas minimal alat bukti saksi didalam hukum tidak dapat dipercaya. Pada Pasal 306 RBg Keterangan satu orang saksi tanpa
disertai alat bukti lain, menurut hukum tidak boleh dipercaya.

Kekuatan alat bukti saksi di


52
persidangan

Pengakuan mempunyai dasar hukum sebagaimana diatur dalam pasal 174,175 dan 176 HIR,
311,312 dan 313 R.Bg dan pasal 1923-1928 BW. Menurut Prof. MR.A.Pitlo sebagaimana yang
53 Pengertian alat bukti pengakuan dikutip oleh Teguh Samudera,SH mengemukakan bahwa: Pengakuan adalah keterangan sepihak
dari salah satu pihak dalam suatu perkara, dimana ia mengakui apaapa yang dikemukakan oleh
pihak lawan.

lasifikasi pengakuan yang terjadi di dalam sidang pengadilan ( Pasal 311 RBg/174 HIR, Pasal 1925,
Pasal 1926 KUHPerdata ) :
1. Pengakuan murni adalah pengakuan yang sifatnya sederhana dan sesuai sepenuhnya dengan
tuntutan pihak lawan. Pengakuan tersebut mutlak, tidak ada syarat apapun. Dengan demikian
pengakuan tersebut harus dinyatakan terbukti oleh hukum.
2. Pengakuan dengan kualifikasi adalah pengakuan yang disertai dengan sangkalan terhadap
Macam -macam pengakuan (murni,
54 sebagian tuntutan si penggugat. dengan kata lain, pengakuan ini adalah jawaban tergugat yang
berkualifikasi, berklausula)
memuat sebagian berupa pengakuan dan sebagian lagi berupa sangkalan atau bantahan.
3. Pengakuan dengan Klausula adalah pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan yang
bersifat membebaskan. Keterangan tambahan atau klausula semacam itu dapat berupa
pembayaran, pembebasan atau kompensasi. Pengakuan ini sebenarnya adalah jawaban tergugat
tentang hal pokok yang diajukan oleh penggugat, tetapi disertai dengan penjelasan tambahan yang
menjadi dasar penolakan gugatan.
Syarat formil keabsahan pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam pasal 1923 dan pasal 1925
KHUPER, dan pasal 174 HIR.
a. Dilakukan di Muka Hakim.
Pengakuan yang diberikan di hadapan Hakim, merupakan suatu bukti yang sempurna terhadap
orang yang telah memberikannya, baik sendiri maupun dengan perantaraan seseorang yang diberi
kuasa khusus untuk itu. (Pasal 1925)
Pasal 174 HIR Pengakuan yang diucapkan di hadapan Hakim, cukup menjadi bukti untuk
Kekuatan hukum alat bukti memberatkan orang yang mengaku itu, baik yang diucapkannya sendiri, maupun dengan
55
pengakuan pertolongan orang lain, yang istimewa dikuasakan untuk itu.
b. Nilai Kekuatan pembuktiannya.
- Daya mengikatnya, menjadi bukti yang memberatkan bagi pihak yang melakukan pengakuan;
- Nilai kekuatan pembuktian yang sempurna kepada pihak yang melakukan nya.
- Apabila pengakuan murni, kualitas nilai kekuatan pembuktian yang bersifat sempurna itu meliputi
juga daya kekuatan mengikat (bindende) dan menentukan (beslissende)

Sumpah, merupakan alat bukti yang terakhir yang digunakan oleh para pihak dalam berperkara di
56 Pengertian alat bukti sumpah
pengadilan, dengan atas perintah Majelis Hakim, atau atas perintah salah satu pihak.

Decisoir/sumpah pemutus yaitu sumpah yang oleh pihak satu (boleh penggugat atau tergugat)
diperintahkan kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara atas
pengucapan atau pengangkatan sumpah.

Suppletoir/sumpah tambahan yaitu sumpah tambahan atas perintah hakim kepada salah satu
pihak yang berperkara supaya dengan sumpah itu dapat diputuskan perkara itu atau dapat
57 Macam -macam alat bukti sumpah
ditentukan jumlah uang yang dikabulkan.

Aestimatoire/sumpah penaksir adalah sumpah yang diterapkan untuk menentukan jumlah ganti
rugi atau harga barang yang digugat.

Kekuatan alat bukti sumpah Sumpah juga memiliki daya kekuatan pembuktian yang sempurna
Kekuataan hukum alat bukti (Volleding), mengikat (Binden) dan menentukan (Beslissen), oleh karena itu benar atau tidak pihak
58
sumpah yang bersumpah tidak boleh hakim menilai sebagai sumpah palsu kecuali dapat dibuktikan
berdasarkan adanya putusan pidana.

Pengertian alat bukti persangkaan terdapat dalam Pasal 1915 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPerdata”) yang berbunyi: Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-undang
59 Pengertian alat bukti persangkaan
atau oleh hakim ditarik dari satu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak
terkenal.
Persangkaan Menurut Undang-Undang
Disebut juga persangkaan hukum (rehtsvermoeden) atau persangkaan undang-undang (wettelijke
vermoeden). Dalam penulisan sering juga disebut presumtiones juris (presumption of law). Bentuk
persangkaan undang-undang terbagi menjadi 2 (dua), yakni:
1. Persangkaan menurut undang-undang yang tidak dapat dibantah atau irrebuttable presumption
of law; dan
2. Persangkaan menurut undang-undang yang dapat dibantah atau rebuttable presumption of law.
Menurut Subekti sebagaimana dikutip oleh Yahya Harahap dalam buku yang sama (hlm. 688-689),
pengertian persangkaan dalam undang-undang digariskan pada Pasal 1916 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer), yakni Persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus undang-undang
berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa tertentu.

Lebih lanjut kemudian dijelaskan pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 1916 Burgerlijk Wetboek
(BW) menyatakan bahwa persangkaan-persangkaan yang oleh ketentuan yang diatur dalam
Macam -macam dan kekuatan
60 peraturan perundang-undangan dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan tertentu yang
hukum alat bukti persangkaan
diantaranya yaitu:
1. Perbuatan yang oleh ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dinyatakan
batal karena dari sifat dan keadaannya saja dapat diduga dilakukan untuk menghindari ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
2. Peristiwa-peristiwa yang menurut ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
dapat dijadikan kesimpulan guna mendapatkan hak kepemilikan atau bebas dari hutang;
3. Kekuatan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan kepada keputusan hakim (res
judicata); dan
4. Kekuatan yang diberikan peraturan perundang-undangan oleh pengakuan atau sumpah dari
salah satu pihak.
Persangkaan Hakim atau Persangkaan yang Tidak Berdasarkan Undang-Undang
Pengaturan tentang Persangkaan Hakim terdapat dalam Pasal 1922 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPer) yang menyatakan bahwa Persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang
sendiri diserahkan kepada pertimbangan dan kewaspadaan Hakim yang dalam hal ini tidak boleh

Pemeriksaan Setempat atau descente ialah pemeriksaan mengenai perkara oleh Hakim karena
Pengertian dan tujuan pemeriksaan jabatannya yang dilakukan di luar gedung tempat kedudukan pengadilan, agar Hakim dengan
61
setempat (decente) melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang
peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.

Pasal 1866 KUHPER dan 164 HIR tidak mencantumkan ahli sebagai alat bukti, sehingga menurut
hokum pembuktian, tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian.
PAsal 154 ayat (2) HIR dan pasal 229 RV
- Hakim tidak wajib mengikuti pendapat ahli, jika pendapatnya tersebut berlawanan dengan
keyakinannya.
- Kalau begitu sebaliknya, hakim dapat mengikuti pendapatt ahli, apabila pendapat itu tidak
Kedudukan keterangan ahli bertentangan dengan keyakinannya.
62
dalam persidangan perdata Dari acuan trsebut, uu memberi kebebasan kpd hakim untuk mengikuti atau tidak pendapat ahli
- Kalau hakim mengikuti, dia mengambil alih pendapat itu menjadi pendapatnya sendiri, dan
dijadikan sebagai bagian pertimbangan dalam putusan
- Sebaliknya apabila tidak mengiktui, pendapat itu disingkirkan dan diangkap tidak ada.
Istilah-istilah penting dalam pembuktian:
- Unus testis nullus testis adalah Satu saksi bukan saksi". dalam hukum Indonesia asas tersebut
diatur dalam Pasal 300 HIR/
- Saksi de auditu adalah kesaksian atau keterangan karena mendengar dari orang lain.
- Onsplitsbaar eveu adalah Pengakuan onsplitbaar aveau (pengakuan tidak boleh dipisah), yaitu
ketidakbolehan undang-undang untuk melarang melakukan pemisahan antara bagian keterangan
Istilah-istilah penting dalam yang berisi pengakuan dan keterangan yang berisi keterangan bersyarat dan keterangan tambahan
pembuktian: - Unus testis nullus yang berisi sangkalan atas gugatan.
testis - Saksi de auditu - - Aveu pur et simple adalah Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg sifatnya
63 Onsplitsbaar eveu - Aveu pur et sederhana & sesuai sepenuhnya dgn tuntutan pihak lawan.
simple - Decissoired - Delat - - Decissoir ed adalah Sumpah decisoir atau pemutus adalah sumpah yang dibebankan atas
Deferent - Litis decisoire - permintaan salah satu pihak kepada lawannya.
Desecente - Facta sun servanda - Delat adalah pihak yang harus bersumpah disebut delaat.
- Deferent adalah Pihak yang minta lawannya mengucap sumpah
- Litis decisoire adalah sumpah yang mengakhiri sengketa
- Facta sun servanda adalah perjanjian yang telah dibuat berlaku mengikat bagi masing-masing
pihak.
-

Musyawarah Majelis dan Putusan


Musyawarah Majelis Hakim adalah merupakan perundingan yang dilaksanakan untuk mengambil
64 64.Maksud dan asas hukum
keputusan terhadap suatu perkara yang diajukan kepadanya dan sedang dalam proses persidangan
musyawarah majelis

Dissenting Opinion digunakan jika terjadi perbedaan pendapat antara seorang hakim dengan
Makna disenting opinion dan
65 hakim lain yang putusannya bersifat mayoritas. Pendapat hakim yang berbeda dengan putusan
tujuannya
tersebut akan ikut dilampirkan dalam putusan dan menjadi Dissenting Opinion.

Putusan Deklarator
Putusan deklarator atau deklaratif (declatoir vonnis) adalah pernyataan hakim yang tertuang
dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang
sesuatu hak atau titel maupun status. Pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau diktum
putusan.[5]
Misalnya, putusan deklarator yang menyatakan ikatan perkawinan sah,
Putusan Konstitutif
Putusan konstitutif (constitutief vonnis) adalah putusan yang memastikan suatu keadaan hukum,
baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan keadaan hukum
baru.[7]
Contoh putusan konstitutif antara lain, putusan perceraian, merupakan putusan yang meniadakan
Maksud putusan declaratoir, keadaan hukum, yakni tidak ada lagi ikatan antara suami dan istri,
66 constitutif, dan condemnatoir serta Putusan Kondemnator
contoh Putusan kondemnator (condemnatoir) adalah putusan yang memuat amar yang menghukum salah
satu pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator merupakan bagian yang tidak
terpisah dari amar deklaratif atau konstitutif.[10]
Oleh karena itu dapat dikatakan amar kondemnator adalah asesor (tambahan) dengan amar
deklarator atau konstitutif, karena amar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa didahului amar
deklaratif yang menyatakan bagaimana hubungan hukum di antara para pihak. Sebaliknya amar
yang bersifat deklaratif dapat berdiri sendiri tanpa amar putusan kondemnator.[11]
ebagai contoh putusan condemnatoir, dalam sengketa harta warisan. Amar kondemnator yang
menghukum tergugat menyerahkan dan melakukan pembagian harta warisan, harus didahului
amar deklarator yang menyatakan penggugat dan tergugat adalah ahli waris, dan objek perkara
adalah harta warisan pewaris serta penguasaan tergugat adalah tanpa hak
Pengertian:
- Tidak dapat diterima (niet onvantkelijk veerklaard) adalah putusan yang menyatakan bahwa
gugatan tidak dapat diterima karena alasan gugatan mengandung cacat formil. Ini artinya, gugatan
tersebut tidak ditindaklanjuti oleh hakim untuk diperiksa dan diadili sehingga tidak ada objek
gugatan dalam putusan untuk dieksekusi.
- Dikabulkan adalah dengan syarat bila dalil gugatnya dapat dibuktikan oleh penggugat sesuai alat
Pengertian: - Tidak dapat diterima bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(niet onvantkelijk veerklaard) - (“KUHPerdata”)/Pasal 164 Het Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”).
67
dikabulkan - ditolak - digugurkan - - Ditolak adalah bila penggugat dianggap tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya,
dicoret dan akibat h - Digugurkan adalah Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah
dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari ketiga penggugat tidak
hadir lagi, perkara nya tidak bisa digugurkan (pasal 124 HIR).
- dicoret adalah ketika panjar perkara habis, namun penggugat sudah ditegur dan tidak membayar,
maka perkara dicoret dari register.

putusan sela adalah putusan yang bersifat sementara dan bukan merupakan putusan akhir. Lebih
lanjut, putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung mengenai pokok perkara yang
terdapat di dalam suatu dakwaan. Putusan sela ini harus diucapkan dalam persidangan dan hanya
dilakukan dalam surat pemberitaan persidangan.
Tujuan atau fungsi putusan sela adalah untuk mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara
yang akan atau sedang dilakukan. Perihal putusan sela ini disinggung dalam Pasal 185 ayat (1) HIR
atau Pasal 48 Rv yang ketentuannya menyatakan bahwa hakim dapat mengambil atau
menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan
berlangsung.
Namun, perlu diperhatikan bahwa putusan sela tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan
Putusan sela dan putusan akhir satu kesatuan dengan putusan akhir mengenai pokok perkara.
68 (pengertian, unsurunsur dan empat jenis putusan, yakni putusan preparatoir, putusan interlocutoir, putusan insidentil, dan
perbedaannya) putusan provisionil.
1. Putusan sela preparatoir adalah putusan yang dijatuhkan hakim guna mempersiapkan atau
mengatur jalannya pemeriksaan perkara.
2. Putusan sela interlocutoir adalah bentuk khusus putusan sela yang dapat berisi bermacam-
macam perintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai hakim.
3. Putusan sela insidentil adalah putusan sela yang berkaitan dengan adanya insiden atau kejadian
yang menunda jalannya proses pemeriksaan perkara.
4. Putusan provisionil, yaitu putusan yang bersifat sementara yang berisi tindakan sementara
menunggu sampai putusan akhir mengenai pokok perkara dijatuhkan.

etentuan mengenai upaya hukum verzet terhadap putusan verstek diatur lebih lanjut dalam Pasal
129 HIR/153 RBg dan SEMA Nomor 9 Tahun 1964. Dalam Pasal 129 HIR ayat (1) ditentukan bahwa,
Putusan verstek dan upaya “Tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu dapat
69
hukumnya mengajukan perlawanan atas keputusan itu.” Pada pasal 129 ayat (2) juga ditentukan bahwa, “Jika
putusan itu diberitahukan kepada yang dikalahkan itu sendiri, maka perlawanan itu dapat diterima
dalam tempo 14 (empat belas) hari sesudah pemberitahuan itu.
Putusan contradictoir merupakan putusan yang menyatakan bahwa tergugat pernah hadir dalam
persidangan, namun dalam persidangan selanjutnya tergugat atau salah satu tergugat tidak pernah
walaupun sudah dipanggil secara patut.
Secara yuridis hakim yang menangani perkara ini dapat menjatuhkan putusan contradictoir. Baik
tergugat atau pihak tergugat tidak diperkenankan mengajukan perlawanan atas putusan
Putusan contradictoir dan upaya pengadilan negeri, tetapi perlawanan hanya dilakukan dalam tingkat banding ke pengadilan tinggi,
70
hukumnya hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 127 HIR.
Putusan contradictoir juga disebut lawan dari putusan verstek. Putusan contradictoir diberikan
akibat tergugat atau para tergugat yang pernah hadir dipersidangan sedangkan putusan verstek
diberikan hakim terhadap tergugat karena tidak pernah hadir dalam persidangan.

1. Kekuatan mengikat. Untuk dapat melaksanakan atau merealisir suatu hak secara paksa
diperlukan suatu putusan atau akta otentik yang menetapkan hak itu. Suatu putusan dimaksudkan
untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya. Dengan
demikian putusan hakim mempunyai kekuatan mengikat, yaitu mengikat kedua belah pihak (pasal
1917 BW).
2. Kekuatan pembuktian
Putusan adalah berbentuk tertulis yang merupakan akta otentik yang bertujuan untuk dapat
digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak yang mungkin diperlukan untuk mengajukan banding,
kasasi atau pelaksanaannya.
Putusan pidana yang isinya menghukum dan telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti dapat
Macam-macam kekuatan putusan: - digunakan sebagai bukti dalam perkara perdata mengenai peristiwa yang telah terjadi, kecuali
71 mengikat - pembuktian - apabila ada bukti lawan. Dalam hal ini kekuatan pembuktiannya mengikat.
eksekutorial 3. Kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk dilaksanakan
Putusan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetapkan hak
atau hukumnya termasuk pula realisasi dan pelaksanaannya (eksekusinya) secara paksa. Kekuatan
mengikat saja dari putusan tidak berarti apabila tidak dapat dilaksanakan. Oleh karenanya putusan
hakim mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan
dalam putusan dengan paksa oleh alat-alat negara.
Persyaratan suatu putusan memperoleh kekuatan eksekutorial dalam peradilan di Indonesia
adalah dilakukan ”Demi Keadilan berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa” (pasal 4 ayat 1 UU No.
14 tahun 1970)

Ketentuan putusan berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) sudah dipahami dan
dipraktikkan selama ini dengan penghitungan 14 (empat belas) hari setelah putusan diucapkan
Pemberitahuan putusan dan atau setelah putusan diberitahukan kepada pihak yang tidak hadir. Jika hari ke-14 (empat belas)
72 perhitungan masa in kracht (BHT) ternyata hari libur, maka diperpanjang sampai hari kerja berikutnya. Surat Edaran Mahkamah
putusan Agung Nomor 5 Tahun 2021, tanggal 28 Desember 2021, dalam Rumusan Hukum Kamar Agama
angka 5 huruf c memberikan pedoman, “Untuk menghitung putusan telah berkekuatan hukum
tetap (BHT) dipergunakan hari kalender, bukan hari kerja.”
Tenggang Waktu untuk mengajukan Verzet/Perlawanan :
1. Dalam waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan (Pasal 129 (2) HIR).
2. Sampai hari ke 8 setelah teguran seperti dimaksud Pasal 196 HIR; apabila yang ditegur itu datang
menghadap.
3. Kalau tidak datang waktu ditegur sampai hari ke 8 setelah eksekutarial (pasal 129 HIR).

Berikut Syarat-syarat pengajuan perkara verzet :


1. Tergugat/para tergugat yang dihukum dengan verstek berhak mengajukan verzet atau
perlawanan dalam waktu 14 hari terhitung setelah tanggal pemberitahuan putusan verstek itu
kepada tergugat semula jika pemberitahuan tersebut langsung disampaikan sendiri kepada yang
bersangkutan (Pasal 391 HIR/Pasal 719 RBg). Dalam menghitung tenggat waktu dimulai tanggal
hari berikutnya.(Pasal 129 HIR/153 RBg).
2. Jika putusan itu tidak langsung diberitahukan kepada tergugat sendiri dan pada waktu
aanmaning tergugat hadir, maka tenggat waktu perlawanan adalah 8 (delapan) hari sejak
Upaya hukum verzet (pengertian,
73 dilakukan aanmaning (peringatan) (Pasal 129 HIR/Pasal 153 RBg).
batas waktu dan syarat -syaratnya
3. Jika tergugat tidak hadir pada waktu aanmaning, maka tenggat waktunya adalah hari kedelapan
sesudah eksekusi dilaksanakan (Pasal 129 ayat (2) jo Pasal 196 HIR dan Pasal 153 ayat (2) jo Pasal
207 RBg). Kedua perkara tersebut (perkara verstek dan verzet terhadap verstek) didaftar dalam
satu nomor perkara.
4. Perkara verzet sedapat mungkin dipegang oleh majelis hakim yang telah menjatuhkan putusan
verstek.
5. Pemeriksaan verzet dapat dilakukan walaupun ketidak hadiran tergugat dalam proses sidang
verstek tidak memiliki alasan yang dibenarkan hukum.
6. Hakim yang melakukan pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek harus memeriksa
gugatan yang telah diputus verstek tersebut secara keseluruhan. Pemeriksaan perkara verzet
dilakukan secara biasa (Pasal 129 ayat (3) HIR/Pasal 153 ayat (3) RBg dan Surat Edaran Mahkamah
Agung (SEMA).
7. Jika dalam pemeriksaan verzet pihak penggugat asal (terlawan) tidak hadir, maka pemeriksaan
dilanjutkan secara kontradiktur, akan tetapi Jika pelawan yang tidak hadir, maka Hakim

Permohonan banding dapat diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan
diucapkan, atau setelah diberitahukan, dalam hal putusan tersebut diucapkan diluar hadir.
Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut diatas, tetap
dapat diterima dan dicatat dengan membuat surat keterangan Panitera, bahwa permohonan
banding telah lampau.
Pernyataan banding dapat diterima, apabila panjar biaya perkara banding yang ditentukan dalam
SKUM oleh Meja Pertama, telah dibayar lunas. Apabila panjar biaya banding yang telah dibayar
lunas, maka Pengadilan wajib membuat akta pernyataan banding, dan mencatat permohonan
banding tersebut dalam Register Induk Perkara Perdata dan Register Banding.
Upaya hukum banding (pengertian,
74 Permohonan banding dalam waktu 7 (tujuh) hari harus telah disampaikan kepada lawannya.
batas waktu dan syarat -syaratnya)
Tanggal penerimaan memori dan kontra memori banding harus dicatat, dan salinannya
disampaikan kepada masing-masing lawannya, dengan membuat relas pemberitahuan/
penyerahannya.
Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi, harus diberikan kesempatan kepada kedua
belah pihak untuk mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage) dan dituangkan dalam akta.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan banding diajukan, berkas banding berupa
berkas A dan B harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi.
ermohonan kasasi dapat diajukan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan diucapkan
atau diberitahukan, dalam hal putusan tersebut diucapkan diluar hadir. Pernyataan kasasi dapat
diterima, apabila panjar biaya perkara kasasi yang ditentukan dalam SKUM oleh Meja Pertama,
telah dibayar lunas. Setelah pemohon membayar biaya perkara, Pengadilan pada hari itu juga
wajib membuat akta pernyataan kasasi yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat
permohonan kasasi tersebut dalam register induk perkara dan register kasasi. Permohonan kasasi
dalam waktu 7 (tujuh) hari harus sudah disampaikan kepada pihak lawan. Memori kasasi, selambat-
Upaya hukum kasasi (pengertian,
75 lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah pernyatan kasasi, harus sudah diterima
batas waktu dan syarat -syaratnya)
pada kepaniteraan Pengadilan Negeri. Panitera wajib memberikan tanda terima atas penerimaan
memori kasasi, dan dalam waktu selambat -lambatnya 30 (tiga puluh) hari salinan memori kasasi
tersebut disampaikan kepada pihak lawan dalam perkara yang dimaksud. Jawaban kontra memori
kasasi, selambat-Iambatnya 14 (empat betas) hari sesudah disampaikannya memori kasasi, harus
sudah diterima pada kepaniteraan Pengadilan Negeri untuk disampaikan pihak lawannya. Dalam
waktu 30 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas kasasi berupa berkas A dan B harus
dikirim ke Mahkamah Agung.

PROSEDUR :
Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali (PK) :
1. Mengajukan permohonan PK kepada Mahkamah Agung secara tertulis atau lisan melalui
Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah.

2. Pengajuan PK dalam tenggang waktu 180 hari sesudah penetapan atau putusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum tetap atau sejak diketemukan bukti adanya kebohongan/bukti bar,
dan bila alasan Pemohon PK berdasarkan bukti baru (Novum), maka bukti baru tersebut
dinyatakan dibawah sumpah dan sisahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 69 Undang Undang
No. 14 tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004).

3. Membayar biaya perkara PK (Pasal 70 Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang telah diubah
dengan Undang Undang No. 45 tahun 2004, Pasal 89 dan 90 Undang Undang No.7 tahun 1984).
Upaya hukum peninjauan kembali
76 (pengertian, batas waktu dan syarat 4. Panitera pengadilan tingkat pertama memberitahukan dan menyampaikan salinan memori PK
-syaratnya) kepada pihak lawan dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari.

5. Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap memori PK dalam tenggang waktu 30
(tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya salinan permohonan PK.

6. Panitera pengadilan tingkat pertama mengirimkan berkas PK ke Mahkamah Agung selambat-


lambatnya dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari.

7. Panitera Mahkamah Agung menyampaikan salinan putusan PK kepada Pengadilan


Agama/Mahkamah Syari’ah.

8. Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah menyampaikan salinan putusan PK kepada para pihak


selambat-lambatnya dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari.
1. Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada ke dalam keadaan
penjagaan;
2. Tindakan paksa penjagaan yang dilakukan secara resmi berdasarkan perintah pengadilan atau
hakim;
3. Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut berupa barang yang disengketakan dan bisa
juga barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitur atau
tergugat dengan cara menjual lelang barang yang disita tersebut;
4. Penetapan dan penjagaan barang yang disita berlangsung selama proses pemeriksaan sampai
dikeluarkannya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan sah atau
tidak tindakan penyitaan itu.
edangkan tujuan dilakukannya penyitaan ada 2, yaitu (hal. 285 – 286):

1. Agar gugatan tidak illusoir


Tujuan utama dari penyitaan adalah agar barang harta kekayaan tergugat tidak dipindahkan
F. Penyitaan 78.Pengertian dan
77 kepada orang lain melalui jual beli, penghibahan, dan sebagainya maupun tidak dibebani dengan
tujuan sita/penyitaan
sewa menyewa atau diagunkan kepada pihak ketiga.

Sehingga keutuhan dan keberadaan harta kekayaan tergugat tetap utuh seperti semula agar pada
saat putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, barang yang disengketakan dapat diserahkan
dengan sempurna kepada penggugat. Oleh karenanya, gugatan penggugat menjadi tidak illusoir
atau tidak hampa.

2. Objek eksekusi sudah pasti


Pada saat permohonan sita diajukan, penggugat harus menjelaskan dan menunjukkan identitas
barang yang hendak disita misalnya letak, jenis, ukuran, dan batas-batasnya.

Atas permohonan tersebut, pengadilan melalui juru sita memeriksa dan meneliti kebenaran
identitas barang pada saat penyitaan dilakukan. Hal ini secara langsung memberi kepastian atas
objek eksekusi apabila putusan telah berkekuatan hukum tetap.

sita jaminan merupakan tindakan persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan
kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata dengan
menguangkan atau menjual barang debitur yang disita guna memenuhi tuntutan penggugat.

Kemudian objek yang dapat dimohonkan sita jaminan tersebut antara lain (hal. 341):
1. Perkara utang piutang yang tidak dijamin dengan agunan tertentu. Sita jaminan dapat diletakkan
atas seluruh harta kekayaan tergugat meliputi barang bergerak maupun tidak bergerak;
.Sita jaminan (conservatoir beslag):
2. Objek sita jaminan dalam perkara ganti rugi dapat diletakkan atas seluruh harta kekayaan
78 pengertian, objek, dan syarat -
tergugat. Tuntutan ganti rugi ini timbul dari wanprestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1243
syaratnya
– Pasal 1247 KUH Perdata atau perbuatan melawan hukum dalam bentuk ganti rugi materiil dan
imateriil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 KUH Perdata;
3. Sengketa hak milik atas benda tidak bergerak yang hanya terbatas atas objek yang
diperkarakan/disengketakan;
4. Dapat diletakkan pada barang yang telah diagunkan sebelumnya.
M. Yahya Harahap (hal. 326) menjelaskan sita revindikasi (revindicatoir beslag) termasuk kelompok
sita yang mempunyai kekhususan tersendiri terutama terletak pada objek barang sitaan dan
kedudukan penggugat atas barang itu:
a. Hanya terbatas barang bergerak yang ada di tangan orang lain (tergugat),
b. Barang itu, berada di tangan orang lain tanpa hak, dan
c. Permintaan sita diajukan oleh pemilik barang itu sendiri agar dikembalikan kepadanya.

Oleh karena yang meminta dan mengajukan penyitaan adalah pemilik barang sendiri, maka lazim
disebut penyitaan atas permintaan pemilik. Jadi, sita revindikasi merupakan upaya pemilik barang
yang sah untuk menuntut kembali barang miliknya dari pemegang yang menguasai barang itu
tanpa hak (hal. 326).

Pasal 226 Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”) dan Pasal 714 Reglement op de Rechtsvordering
(“Rv”), yaitu:
Sita revindikator: pengertian, objek,
79
dan syarat -syaratnya
a. Objek sengketa adalah barang bergerak
Alinea Pertama Pasal 226 HIR menyatakan, objek sita revindikasi adalah barang bergerak dan
barang bergerak yang dimaksud berada di tangan orang lain (tergugat).

b. Pemohon adalah pemilik barang


Alasan yang dibenarkan untuk meminta sita revindikasi adalah pemohon merupakan pemilik
barang. Sita ini tidak dapat diajukan penyewa atau peminjam. Hal ini sesuai dengan pengertian
maupun tujuan sita revindikasi, yaitu menuntut kembali barang milik penggugat yang berada di
tangan dan penguasaan tergugat.

c. Barang berada di bawah penguasaan tergugat tanpa hak berdasarkan jual beli maupun pinjam
meminjam
1. Berdasarkan penguasaan tanpa hak
Penguasaan tanpa hak, misalnya pencurian atau tindakan lain yang bertentangan dengan hukum.

sita marital bertujuan utama untuk membekukan harta bersama suami istri melalui penyitaan, agar
tidak berpindah kepada pihak ketiga selama proses perkara atau pembagian harta bersama
berlangsung.
Pasal 78 huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (“UU Peradilan
Agama”) jo. Pasal 95 dan Pasal 136 ayat (2) Lampiran Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam (“KHI”).

Sita marital/harta bersama: Perlu diketahui bahwa Pasal 95 ayat (1) KHI memungkinkan untuk dilakukan sita marital oleh
80 pengertian, objek, dan seorang suami/istri dalam suatu perkawinan tanpa melakukan gugatan perceraian apabila salah
syaratsyaratnya satu melakukan perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama seperti judi,
mabuk, boros dan sebagainya.

Pasal 136 ayat (2) KHI menyatakan bahwa pelaksanaan sita marital hanya dapat dilakukan oleh
seorang suami/istri yang masih terikat dalam ikatan perkawinan dengan cara mengajukan
permohonan sita marital kepada Pengadilan Agama.
sita eksekusi atau executoriale beslag merupakan tahap lanjutan dari peringatan dalam proses
eksekusi pembayaran sejumlah uang (hal. 67).

Sita eksekusi bermakna sebagai pengganti dan jaminan jumlah uang yang diperoleh setelah barang
yang disita dijual lelang. Sehingga dapat dipahami bahwa sita eksekusi dilakukan pada tahap
proses (hal. 68 – 69):
1. Perkara yang bersangkutan telah mempunyai putusan yang berkekuatan hukum tetap; dan
2. Penyitaan dilakukan pada tahap proses eksekusi.
Sita eksekusi: pengertian, objek,
81
dan syarat-syaratnya Perlu digarisbawahi bahwa dengan adanya sita jaminan yang telah dilaksanakan terlebih dahulu,
maka tahap sita eksekusi menurut hukum dengan sendirinya dikecualikan dan dihapuskan (hal. 69
– 70).

Hal ini dikarenakan pada saat diletakkan sita jaminan, tidak diperlukan lagi tahap sita eksekusi
sebab asasnya otomatis beralih menjadi sita eksekusi pada saat perkara yang bersangkutan
mempunyai putusan yang berkekuatan hukum tetap.

derden verzet atas sita jaminan (CB) dapat diajukan pemilik selama perkara yang dilawan belum
mempunyai putusan yang berkekuatan hukum tetap. Apabila perkara yang dilawan sudah
memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap, upaya hukum yang dapat dilakukan pihak
ketiga atas penyitaan itu, bukan derden verzet, tetapi gugatan perdata biasa. Demikian
dikemukakan dalam Putusan MA No. 996 K/Pdt/1989, bahwa derden verzet yang diajukan atas CB
Pengertian perlawanan pihak ketiga yang diletakkan PN dalam suatu perkara perdata, dapat dibenarkan selama putusan perkara yang
82
terhadap sita dilawan (perkara pokok) belum mempunyai kekuatan hukum tetap serta CB tersebut belum
diangkat (hal. 300).
untuk dapat dikabulkannya perlawanan pihak ketiga diperlukan terpenuhinya 2 (dua) unsur, yaitu:
1. Adanya kepentingan dari pihak ketiga
2. Secara nyata hak pihak ketiga dirugikan
M. Yahya Harahap dari buku yang sama, menguraikan bahwa barang yang telah disita, tidak boleh
disita, tetapi dapat diletakkan sita penyesuaian. Apabila atas permintaan penggugat atau kreditur
telah diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag), sita revindicatoir, sita eksekusi (executorial
beslag), atau sita marital (maritaal beslag), maka (hal. 317):
1. Pada waktu yang bersamaan, tidak dapat dilaksanakan penyitaan terhadap barang itu atas
permintaan penggugat atau kreditur lain, sesuai dengan asas bahwa pada waktu yang bersamaan
hanya dapat diletakkan 1 kali saja penyitaan terhadap barang yang sama;
2. Permintaan sita yang kedua dari pihak ketiga, harus ditolak atau tidak dapat diterima atas alasan
pada barang yang bersangkutan telah diletakkan sita sebelumnya atas permintaan penggugat atau
kreditur terdahulu;
Pengertian dan kedudukan sita
83 3. Yang dapat dikabulkan kepada pemohon yang belakangan hanya berbentuk sita penyesuaian.
penyesuaian
Selain itu, barang agunan atau barang yang dijadikan jaminan utang tidak boleh disita tetapi dapat
diterapkan sita penyesuaian (hal. 319). Sehingga berlaku tolok ukur sebagai berikut (hal. 320):
1. Pengadilan atau hakim dilarang mengabulkan dan meletakkan sita jaminan terhadap barang
yang diagunkan dan dijaminkan pada waktu yang bersamaan;
2. Permohonan sita terhadap barang yang sedang diagunkan harus ditolak, demi melindungi
kepentingan pihak pemegang agunan;
3. Yang dapat diberikan pengadilan atas permintaan sita tersebut, hanya sebatas sita penyesuaian.

84 Pengangkatan sita dan tujuannya

Eksekusi merupakan pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau
pasti. Artinya putusan tersebut telah final karena tidak ada upaya hukum dari pihak lawan perkara
sehingga yang dieksekusi dapat berupa putusan : Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kasasi
dan/atau Peninjauan Kembali.
Dalam pelaksanaan eksekusi, terdapat asas-asas yang digunakan dalam pelaksanaan eksekusi. Asas-
asas tersebut antara lain:
1. Putusan yang dapat dijalankan adalah putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
G. Eksekusi 86.Pengertian dan asas-
85 Terhadap asas ini terdapat beberapa pengecualian yaitu:
asas eksekusi
a. Pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu
b. Pelaksanaan putusan provisi
c. Akta perdamaian
d. Eksekusi terhadap grosse akta.
2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela
3. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat condemnatoir

Pelaksanaan putusan hakim (eksekusi) dalam perkara perdata dilakukan oleh panitera dan jurusita
Pelaksana dan penanggung jawab
86 yang dipimpin oleh ketua pengadilan negeri (Pasal 36 ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,
eksekusi di pengadilan
Pasal 197 ayat 2 HIR/Pasal 209 ayat 1 RBg).
a. Eksekusi pembayaran sejumlah uang (vide Pasal 196 HIR/ Pasal 208 RBg)
Eksekusi ini mewajibkan Pihak yang kalah/ Termohon Eksekusi dalam suatu perkara untuk
membayar sejumlah uang kepada Pihak yang menang. Apabila Termohon Eksekusi tidak berkenan
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada Pihak yang menang/ Pemohon Eksekusi, maka
harta benda Termohon Eksekusi yang sebelumnya telah dijatuhkan sita jaminan akan dieksekusi
oleh Pemohon Eksekusi melalui Ketua Pengadilan Negeri/ Agama. Eksekusi dimulai dari benda
bergerak dan apabila benda bergerak tidak cukup untuk melunasi utang dari Termohon Eksekusi,
maka diputuskan untuk mengeksekusi benda tidak bergerak milik Termohon Eksekusi (vide Pasal
197 ayat 1 HIR).
2. Eksekusi putusan untuk melakukan perbuatan tertentu (vide Pasal 225 HIR/ 259 RBg)
Eksekusi putusan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, mengatur bahwa apabila Termohon
Eksekusi setelah 8 (delapan) hari diberikan teguran/ aanmaning tetap tidak bersedia melaksanakan
perbuatan yang telah diputuskan maka atas permohonan Pemohon Eksekusi baik secara tertulis
atau lisan, Ketua Pengadilan Negeri/ Agama dapat mengubah diktum putusan mengenai perbuatan
Macam-macam eksekusi (riil dan
87 hukum tertentu diganti dengan sejumlah uang. Selanjutnya Pihak yang berwenang untuk menilai
pembayaran sejumlah uang)
besaran nominal uang sebagai pengganti eksekusi melaksanakan suatu perbuatan tersebut adalah
Ketua Pengadilan Negeri/ Agama. Perubahan eksekusi yang sebelumnya eksekusi untuk melakukan
suatu perbuatan tertentu menjadi eksekusi tersebut dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri/
Agama dalam suatu persidangan insidentil yang dihadiri kedua belah Pihak Pemohon dan
Termohon Eksekusi dengan dibuat Berita Acara dan Penetapan, serta besarnya nilai uang
pengganti suatu perbuatan tersebut harus diberitahukan kepada Termohon Eksekusi, selanjutnya
eksekusi dijalankan sesuai eksekusi pembayaran sejumlah uang.

3. Eksekusi Riil (vide Pasal 1033 Rv, 200 ayat 11 HIR/ Pasal 218 ayat 2 RBg)
Dilakukan terhadap eksekusi benda tetap/ tidak bergerak yang dilakukan dengan cara
mengosongkan benda tetap kepada Termohon Eksekusi. Eksekusi ini dilakukan dengan cara Ketua
Pengadilan Negeri/ Agama membuat surat perintah kepada Juru Sita untuk mengeksekusi benda
tetap/ tidak bergerak milik Termohon Eksekusi untuk meninggalkan dan mengosongkan benda
tersebut. Apabila
Sehubungan dengan diperlukan pelaksanaan
pertanyaan eksekusi
Anda, apabila ini dapat
putusan meminta
perkara bantuan
perdata dari pihak
yang telah memasuki
tahap sita eksekusi dinyatakan non-executable oleh hakim, apakah eksekusi harus dihentikan?
Kami jelaskan sebagai berikut:

Terhadap suatu penetapan pengadilan negeri, masih dapat diajukan suatu upaya hukum kasasi
sebagaimana ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang berbunyi:

(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-
pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:
a. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
Pengertian dan akibat hukum dari
88 (2) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim agung wajib menyampaikan pertimbangan atau
eksekusi yang non eksekutable
pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari putusan.
(3) Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat bulat, pendapat hakim agung
yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.
(4) Pelaksanaan lebih lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
oleh Mahkamah Agung.

Berdasakan penjelasan hal-hal tersebut di atas, pada saat eksekusi ditetapkan oleh hakim dalam
suatu penetapan menjadi non-executable, maka eksekusi berhenti setelah adanya penetapan non-
executable tersebut. Namun demikian, pihak yang tidak puas dengan penetapan non-executable
tersebut masih dapat mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung.

Anda mungkin juga menyukai