- BLACK’S LAW: JUDICIAL REVIEW IS THE POWER OF COURTS TO REVIEW DECISIONS OF ANOTHER
DEPARTMENT OR LEVEL OF GOVERNMENT, especially the court’s power to invalidate legislative and
executive actions as being unconstitutional.
- JOHN ALDER (2005): JUDICIAL REVIEW, SOMETIMES CALLED THE SUPERVISORY JURISDICTION, IS
THE HIGH COURT’S POWER TO POLICE THE LEGALITY OF DECISIONS MADE BY PUBLIC BODIES.
….THEY ENSURE THAT ADMINISTRATIVE DECISIONS WILL BE TAKEN RATIONALLY IN ACCORDANCE
WITH A FAIR PROCEDURE AND WITHIN THE POWERS CONFERRED BY PARLIAMENT
Judicial Review umumnya diterapkan pada negara yang menganut Common Law System.
3.Constitutional Review
constitutional review adalah pengujian apakah
secara formil dan materiil suatu peraturan
perundang-undnagan bertentangan dengan
konstitusi ataukah tidak;
jadi konstitusi sebagai satu-satunya alat ukur.
Bila undang-undang diuji terhadap UUD, maka
disebut sebagai pengujian konstitusionalitas
undang-undang (constitutionality of
legislation).
• Norma dan Status Peraturan Perundang-Undangan
- Dalam hal norma yang diuji, bila normanya bersifat umum dan
abstrak berarti sifat dari norma ini adalah regeling dan hal ini
termasuk lingkup pengujian dalam konteks hukum tata negara.
Tetapi bila norma hukum yang diuji itu bersifat konkrit dan
individual, maka pengujian semacam itu masuk dalam ruang lingkup
peradilan administrasi (peradilan tata usaha negara). --- pandangan
ini terutama berkaitan dengan pembedaan antara peradilan umum
dan administrasi, terutama pada negara civil law system.
1. Prinsip Konstitusionalisme
2. Demokrasi pada dirinya sendiri harus
memproteksi dari tirani mayoritas
3. Prinsip Supremasi Konstitusi
Diskusi 2
SIAPA (LEMBAGA) YANG SEHARUSNYA
MELAKUKAN PENGUJIAN UNDANG-
UNDANG
Sejarah Perdebatan
• FTNI/Polri, Fraksi Bulan Bintang, Fraksi Golkar dan Fraksi
PKB menyatakan perlunya judicial review atas undang-
undang diberikan kewenanganya kepada MA sedangkan ahli
yang dimintai pendapat oleh MPR, yakni Dahlan Ranuwijaya
berpendapat kewenangan ini diberikan kepada MPR. Fraksi
PDI-P, selain pada awalnya sepakat dengan pemberian
kewenangan ini kepada MA, kemudian pada akhirnya
menguusulkan badan peradilan khusus, yakni Mahkamah
Konstitusi untuk melakukan pengujian terhadap undang-
undang.
(Tim Penyusun Naskah Komprehensif Proses dan Hasil
Perubahan UUD 1945, Naskah Komprehensif Perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahuan
1945, Buku VI Kekuasaan Kehakiman, Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
2010, h. 32 - 448 )
Saat UUD 1945 dirancang
• Anggota BPUPKI Prof. Muhammad Yamin menyampaikan
pendapat bahwa Mahkamah Agung (MA) perlu diberi
kewenangan untuk membanding Undang-Undang, yakni
apakah undang-undang yang dibuat oleh Dewan Perwakilan
Rakyat tidak melanggar Undang-Undang Dasar, atau
bertentangan dengan hukum adat yang diakui ataukah tidak
bertentangan dengan syariah agama Islam.