Anda di halaman 1dari 35

KONSTRUKSI PENDAPAT HUKUM

ARI WAHYUDI HERTANTO, S.H., M.H.


Pendapat Hukum
1. Suatu dokumen yang dipersiapkan oleh seorang
Advokat yang berisikan pemikiran dari segi
hukum mengenai suatu fakta yang disampaikan
kepadanya.
2. Berisi pemahaman dari sudut hukum yang
berlaku tentang suatu fakta atau transaksi.
3. Diberikan setelah dilakukan pemeriksaan
terhadap seluruh dokumen yang berkaitan
(Pemeriksaan dari Segi Hukum) sesuai dengan
prinsip-prinsip kewajaran.
Definisi Legal Opinion
A document in which an offcial such as a state
attorneygeneral, a city solicitor or a private
attorney, renders his or her understanding of the
law as applied to assumed facts. It may or may
not serve as protection to one acting on it,
depending on the nature of it and the law
governing such opinions. It may concern the state
of a real estate title on which a buyer or lender
may act.
Black’s Law Cidtionary, Abridged Sixth Edition,
Henry Campbell Black, M.A.
Maksud Pembuatan Pendapat Hukum
1. Memberikan pedoman dan/atau perlindungan secara hukum bagi
klien tentang akibat hukum dari suatu perbuatan hukum, transaksi
dan lain sebagainya.
2. Memberikan suatu fakta hukum bagi klien dan/atau maupun
terhadap pihak lainnya tentang suatu perbuatan dan/atau
peristiwa hukum dalam lalu lintas hukum berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku.
3. Untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan dalam
melakukan transaksi tertentu (antara lain misalnya di bidang
Perbankan dan Pasar Modal).
4. Untuk memenuhi ketentuan dalam suatu perjanjian.
5. Untuk memberikan penjelasan dari segi hukum atas suatu
perbuatan hukum.
Peruntukan Pendapat Hukum
1. Spesifik :
a. Pendapat Hukum harus khusus ditujukan untuk
kepentingan pihak tertentu.
b. Mengangkat fakta secara hukum dan tidak sebaliknya.
c. Tidak dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak lain
untuk melakukan perbuatan hukum tertentu.

2. Hubungan dengan Pasar Modal:


a. Tujuan utamanya adalah dalam rangka menegakkan
hukum dibidang Pasar Modal.
b. Dalam rangka pelaksanaan prinsip keterbukaan.
Peraturan
Yurisprudensi Dokumen Hukum Fakta Hukum
Perundang-undangan

Pemeriksaan / Penelitian Hukum

Pendapat Hukum

Pengguna
Ruang Lingkup Pendapat Hukum
1. Merupakan suatu “pendapat” bukan merupakan jaminan sehingga
tidak memberikan jaminan atas kemungkinan resiko yang mungkin
terjadi;
2. Hanya mengenai hal-hal yang bersifat formal yuridis yang
substansi penyusunannya adalah bersumber dari sumber hukum
materiil;
3. Batas kompetensi bagi praktisi yang berpraktek di Indonesia hanya
memberikan pendapat mengenai hukum nasional Indonesia
bukan mengenai hukum asing;
4. Berdasarkan hukum positif, sehingga selalu ada kemungkinan
terjadi resiko apabila terjadi perubahan atas hukum yang berlaku;
5. Apabila diberikan berdasarkan asumsi (-asumsi) maka pendapat
hukum tersebut tetap mengandung resiko.
Teknis Pembuatan Pendapat Hukum
1. Tahap Persiapan:
a. Melakukan pemeriksaan dari segi hukum dari berbagai aspek
atas perbuatan hukum yang akan dilakukan;
b. Memeriksa keabsahan dokumen yang telah ditandatangani
apabila berkaitan dengan suatu transaksi;
c. Mengumpulkan keterangan mengenai peraturan perundang-
undangan yang berlaku sehubungan dengan perbuatan hukum
tersebut.

2. Tahap Penerbitan:
Penerbitan Pendapat Hukum berdasarkan hasil penelitian
hukum yang dirangkum dalam laporan pemeriksaan terhadap
dokumen dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan transaksi.
Penguasaan informasi di bidang hukum secara umum
dan dalam kaitannya dengan penyusunan Legal
Opinion dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Bidang Litigasi, yang meliputi:
a. Perdata
b. Pidana
c. Niaga
d. Agama
e. Arbitrase
f. Sengketa Perburuhan
g. PTUN
h. Dan lain sebagainya.
2. Bidang Non-Litigasi, yang meliputi:
a. Korporasi
b. Penanaman Modal Asing
c. Perbankan
d. Lembaga Pembiayaan
e. Pasar Modal
f. Perdagangan lokal/Internasional
g. Kontraktor
h. Industri kecil/menengah/besar
i. Pertambangan
j. Dan lain sebagainya.
Pembidangan-pembidangan tersebut di atas jelas
memiliki konsekuensi logis, bahwa seorang
praktisi hukum dituntut untuk memiliki wawasan
yang luas.
Wawasan dimaksud adalah wawasan yang tidak
terbatas pada bidang bidang sosial melainkan
juga pada bidang-bidang eksakta.

Kemampuan seorang praktisi hukum terhadap


suatu bidang tertentu lazimnya timbul
berdasarkan intuisi ataupun minat dari diri yang
bersangkutan, yang kemudian oleh pihak
manajemen kantor hukum disikapi sebagai suatu
potensi yang dimiliki oleh seorang praktisi hukum
dalam rangka memenuhi kebutuhan para
kliennya.
Salah satu kualifikasi dalam konteks control terhadap kualitas produk
dinyatakan sebagai berikut:
Control of inspection, measuring and test equipment.
1. General a practice must maintain, or have easy access to, a legal
reference system suffcient to allow practitioners to engage ih their
practice competently.
2. Control procedures, all legal reference materials used by the practice,
including on-line services, statutes, reports, loaned material and in-
house generated materials (e.g., memoranda and briefs), must be
catalogued, kept up to date and properly stored. A practice must
maintain of have easy access to such reference equipment and
software (e.g., lexis, microfilm readers, computer databases) as is
required to practice law completely and must have personnel properly
trained on such equipment and software. Where reference equipment
or reference software is used, they must establish the extent and
frequency of such checks and must maintain records as evidence of
control which must be made available to clients on request.
Posisi bidang pengembangan sistem administrasi dan
teknologi informatika antara lain meliputi:
1. Mengembangkan dan memperkenalkan applied system
terhadap penggunaan teknologi informatika mengikuti
kebutuhan dan perkembangan yang terjadi.
2. Mengembangkan dan menerapkan pola-pola administrasi
dan pelayanan terhadap klien terhitung sejak masuk
kedalam lingkup dan tanggung jawab firma, proses, pada
saat, setelah selesai pekerjaan dan metode-metode
pengarsipan.
3. Mengawasi sistem teknologi informatika dan jaringan
komputer firma.
4. Melakukan koordinasi dengan para pengacara/konsultan
dan karyawan kantor hukum lainnya teknologi informatika
dalam rangka pemeliharaan jaringan komputer yang telah
tersedia.
5. Bertanggung jawab terhadap pola-pola pemeliharaan
jaringan komputer dan dokumentasi kamtor hukum.
6. Bertanggung jawab dalam hal pengawasan sistem administrasi dan
pelayanan terhadap para klien.
7. Melakukan inventarisir terhadap kebutuhan-kebutuhan firma baik
yang bersifat teknis maupun non-teknis dalam lingkup administrasi
firma dan teknologi informatika.
8. Bekerjasama dengan pustakawan dalam rangka mengelola data-data
dan dokumen-dokumen yang berada dalam pengawasan kantor
hukum.
9. Menentukan kebijakan terhadap pengelolaan dokumen-dokumen
yang dimiliki kantor hukum dengan terlebih dahulu melakukan
koordinasi dengan (para) partner yang bersangkutan dan
pustakawan.
10. Mempersiapkan format dan template terhadap administrasi firma
antara lain (a) surat; (b) faksimili; (c) legal opinion; (d) legal due
diligence; (e) internal memorandum; dan lain sebagainya, dimana
dalam penyusunannya akan merujuk pada referensi-referensi yang
baku dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam kantor hukum.
11. Lain-lain.
PUSTAKAWAN
1. Memberikan bantuan informasi tentang peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan
kebutuhan pengacara/konsultan hukum dalam menangani
kasus-kasus tertentu;
2. Selalu memperbaharui database, baik berupa buku-buku,
peraturan perundang-undangan, artikel, pengumuman-
pengumuman, jurnal dan lain sebagainya yang dapat
berbentuk buku maupun soft copy;
3. Menyusun katalog tentang buku, peraturan, artikel, jurnal
dan lain sebagainya secara tertata rapi dan lengkap;
4. Melakukan filling terhadap dokumen-dokumen kantor,
baik yang masih berjalan kasusnya maupun untuk tujuan
dokumentasi.
5. Menguasai dan terbiasa dengan teknologi internet;
6. Mengajukan anggaran terhadap buku-buku yang sekiranya
wajib dimiliki oleh kantor hukum;
7. Mensosialisasikan kepada seluruh
pengacara/konsultan hukum terhadap informasi-
informasi baru tentang buku, artikel, jurnal dan lain
sebagainya.
8. Bertanggung jawab dalam hal memberikan pinjaman
buku, sirkulasi buku dan pengembalian buku, serta
proses penggantian oleh peminjam bilamana buku
atau materi yang merupakan dokumen perpustakaan
tersebut hilang oleh si peminjam;
9. Mengetahui tentang kronologi peraturan perundang-
undangan dan dapat memberikan pemaparan singkat
tentang pencabutan, perubahan maupun segala
sesuatu hal yang berkaitan dengan subyek perunsang-
undangan dimaksud;
10. Dan lain-lain.
Posisi pustakawan dalam kantor hukum adalah
sebagai penunjang terhadap informasi dan akses
informasi, baik masalah hukum, ekonomi, sosial
kemasyarakatan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kasus yang ditangani. Dengan
adanya bantuan pustakawan, maka sudah barang
tentu akan menciptakan efisiensi dan pembagian
kerja yang bersifat praktis.
Karena apabila pengacara yang bersangkutan turun
langsung untuk melakukan riset, dilain pihak
tidak tertutup kemungkinan terjadi kemunduran
jadwal terhadap penanganan kasus utamanya,
Sedangkan, waktu adalah salah satu faktor utama
yang harus diperhatikan dalam pemberian
pelayanan jasa.
Pustakawan yang bersangkutan juga harus memiliki
jaringan dan kemampuan penelusuran dokumen
secara baik.
Artinya, dalam kerangka berpikirnya telah tertanam
logika hukum agar berkesesuaian antara kebutuhan
pengacara dan objek yang dibutuhkan.
Jaringan disini adalah bilamana di kantor tidak memiliki
data yang diperlukan, maka pustakawan yang
bersangkutan memiliki relasi yang bergerak di bidang
kepustakaan hukum dan dapat diandalkan untuk
saling bekerjasama dalam tukar menukar informasi.
Tugas Lainnya adalah untuk menjaga database
baik yang berbentuk hardcopy maupun
softcopy, Inisiatif dari pustakawan juga
dituntut dalam rangka menciptakan
terobosan-terobosan baru dalam pengelolaan
data yang dimiliki kantor maupun metode-
metode lainnya dibidang kepustakaan.
Beberapa hal utama yang penting untuk
diperhatikan dalam penyusnan Legal Opinion
antara lain adalah:
1. Hukum sebagai Landasan.
2. Keahlian/Kemampuan logika kritis seseorang
praktisi dalam menganalisa, mempergunakan,
maupun memanfaatkan hukum dalam rangka
penegakan hukum.
3. Pemahaman peraturan perundang-undangan,
literatur hukum maupun informasi-informasi
hukum lainnya.
4. Pengalaman.
5. dll.
Hukum sebagai agent of change dalam kehidupan
masyarakat memang semestinya dapat mengatasi
segala bentuk perubahan sosial maupun
kebudayaan didalam masyarakat yang kompleks
sekalipun.
Namun, apabila konsep-konsep hukum tersebut
tidak sepenuhnya dipahami, maka hukum pun
akan tetap menunjukkan keberadaannya.
Hal ini tidak lain dikarenakan masyarakat umum
yang menghendaki atau menciptakan suatu
perubahan dan setiap perubahan tersebut tidak
diiringi dengan pemahaman konsep yang
menyeluruh.
Akibat yang terjadi adalah implementasi hukum
didalam masyarakat menjadi tidak optimal,
dan tidak jarang perangkat hukum tersebut
justru disalahgunakan untuk maksud-maksud
maupun tujuan-tujuan tertentu, yang justru
memiliki tendensi untuk keuntungan pribadi
atau golongan
Unsur Hukum

D Ideal (Abstrak) Real (Kongkrit)


I
S Kebudayaan
Etika + Estetika Logika Alam Manusia
I - Kebendaan
P - Proses Sosial
Nilai - Metodik
L - Sistematik
I - Pengertian
Asas
N
Kaidah
H
U Ilmu Kenyataan Hukum
Filsafat Hukum Ilmu Kaidah Hukum Ilmu Pengertian - Sosiologi Hukum
K Pokok Dalam Hukum - Antropologi Hukum
U - Psikologi Hukum
Dogmatik Hukum - Perbandingan Hukum
M
- Sejarah Hukum
Politik Hukum
U
M Disiplin Sistem Tata Hukum:
Disiplin Sejarah Tata Teknologi / Keterampilan Hukum:
U Hukum:
-Disiplin HTN - Teknik RECHTSVORMING
-Disiplin Hk. Adm Negara
M - Pra Penjajahan
-Disiplin Hk. Pribadi
- REGELING
- Zaman Penjajahan - Teknik RECHTSVONDING:
-Disiplin Hk. Harta Kekayaan BESTUUR
- Kemerdekaan
-Disiplin Hk. Keluarga POLITIE
-Disiplin Hk. Waris RECHTSPRAAK
-Disiplin Hk. Pidana
-Disiplin Hk. Acara
Penerapan Mekanisme Rechtsvinding dan
Rechtsvorming
Kemungkinan ini terjadi dikarenakan ada 2 hal
utama, yaitu:
Tidak dipahami maksud dan ide dari peraturan
tersebut, yaitu suatu keadaan dimana isi
ketentuan tersebut tidak secara tegas-tegas
menyebutkan tentang maksud maupun batasan-
batasan, misalnya isi dari Pasal 7 Undang-undang
Dasar 1945, yaitu:
“Presiden dan Wakil Presiden Memegang
jabatannya selama 5 (lima) tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali”.
Merujuk pada isi dari Pasal 7 tersebut diatas,
tidak dijelaskan secara pasti mengenai
toleransi sampai dengan berapa kali pemilihan
diri yang bersangkutan dan diperkenankan
menurut Undang-undang tersebut.

“Kekosongan Hukum”

Kekosongan hukum disini tidak berarti sebagai


suatu keadaan dimana tidak terdapat
peraturan yang mengatur mengenai hal
dimaksud. Namun, cakupannya belum secara
terperinci dan mendalam.
Penerapan Asas
“Lex Specialis Derogaat Legi Generalis”

Negara Republik Indonesia tidak mentolerir adanya


kekosongan hukum dalam bidang apapun.
Oleh karenanya menyikapi keadaan ini, secara umum atau
apabila telah dinyatakan baik secara eksplisit maupun
implisit dalam peraturan tersebut, maka diberlakukan
Asas “Lex Specialis Derogaat Legi Generalis”.
Maksud dari asas ini adalah apabila tidak terdapat
ketentuan yang bersifat khusus mengatur, maka yang
berlaku adalah ketentuan yang bersifat umum.
Ketentuan umum sebagaimana dimaksud adalah
ketentuan setingkat Undang-undang atau peraturan
teknis yang kedudukannya diatas ketentuan terkait.
Terhadap kedua hal tersebut diatas pemecahan
yang lazim dilakukan adalah dengan
dilakukannya:
1. Interpretasi, yaitu penafsiran dan mencoba
untuk memahami arti dan ide yang diberikan
oleh pembuat undang-undang dan/atau
peraturan secara gramatikal;
2. Analogi, yaitu melakukan penafsiran lebih jauh
mengenai maksud dari isi ketentuan dan
melakukan pencocokan dengan keadaan yang
terjadi dilapangan, misalnya sebagaimana isi
dari Pasal 1576 KUHPerdata, yaitu berbunyi:
“Dengan dijualnya barang yang disewa, sewa yang
dibuat sebelumnya tidak diputuskan, kecuali
diperjanjikan pada waktu menyewakan barang”.
Analogi yang diberikan terhadap Pasal tersebut
di atas adalah terhadap barang yang statusnya
disewakan, tidak dapat dilakukan pengalihan
kepada pihak ketiga lainnya.
Terminologi yang diberikan oleh para ahli hukum
lainnya adalah dalam konteks ini adalah Pasal
1576 KUHPerdata dipersamakan dengan “Ide
Pengalihan”.
Sehingga dan oleh karenanya terhadap barang
yang statusnya sedang disewakan tidak dapat
dijual dan/atau dialihkan dalam bentuk
apapun juga kepada pihak ketiga lainnya.
Struktur Pendapat Hukum
1. Tentang Kronologis: Menguraikan secara lengkap mengenai
proses terjadinya suatu perbuatan hukum, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung mempunyai akibat hukum
terhadap para pihak;
2. Tentang Permasalahan: Menguraikan perlaksanaan dari suatu
peristiwa hukum sehingga timbulnya sengketa/pelanggaran;
3. Tentang Peraturan Hukum: Menguraikan tentang semua
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas;
4. Tentang Hubungan Kausalitas: Menguraikan mengenai
konsekuensi logis dari setiap fakta dan perbuatan dan peristiwa
hukum;
5. Tentang Klaim Hukum: Menguraikan sanksi dan kewajiban yang
timbul sebagai akibat perbuatan atau peristiwa hukum;
6. Tentang Penyelesaian Masalah: Menguraikan tentang
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah.
Susunan Pendapat Hukum

1. Bagian Pembuka
2. Bagian Pernyataan
3. Bagian Isi
4. Bagian Penutup
Bagian Pembuka
1. Nomor, Tanggal, Nama dan Alamat ke mana
Pendapat Hukum ditujukan, dan Judul Surat;
2. Hal-hal yang berkaitan dengan kantor hukum;
3. Kedudukan dan peran pembuat dalam
transaksi;
4. Istilah-istilah yang digunakan.
Bagian Pernyataan
1. Menganai hal-hal yang dilakukan Advokat dalam mempersiapkan
penerbitan Legal Opinion dan memuat asumsi-asumsi serta
kualifikasi dari Advokat dalam menerbitkan Pendapat Hukum.
2. Pernyataan tersebut a.l adalah:
a. Bahwa Advokat telah melakukan pemeriksaan;
b. Asumsi dan kualifikasi yang dipakai Advokat, mengenai:

 Salinan dokumen sesuai dengan aslinya;


 Dokumen yang diperiksa telah ditandatangani oleh pihak yang
mempunyai kewenangan untuk itu;
 Tanda tangan yang terdapat dalam dokumen adalah sesuai
dengan aslinya;
 Pendapat Hukum disusun berdasarkan hukum Indonesia;
 Hukum Indonesia yang berlaku adalah pada saat Pendapat Hukum
tersebut dibuat;
 Kualifikasi lain yang di awali dengan kata-kata “Sepanjang
pengetahuan kami...”.
Bagian Isi
1. Uraian mengenai peraturan perundang-
undangan yang berkenaan dengan
topik/kasus;
2. Uraian mengenai fakta hukum baik mengenai
subyek hukum maupun obyek hukum dalam
kasus yang bersangkutan;
3. Uraian mengenai dokumentasi transaksi;
4. Menguraikan kesimpulan dan rekomendasi
Advokat atas topik/kasus tersebut
Penutup
1. Penting untuk diungkapkan bahwa Pendapat
Hukum tersbut diterbitkan hanya untuk
kepentingan pihak-pihak terkait, dan apabila
hendak disampaikan kepada pihak lain
terlebih dahulu harus memperoleh izin dari
Advokat ybs.
2. Diakhiri dengan tanda tangan dan nama jelas
Advokat yang bertanggung jawab.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai