Anda di halaman 1dari 63

Hukum Acara

Pengadilan Niaga
ERI HERTIAWAN, S.H., LL.M., MCIARB
Tugas dan Wewenang
Pengadilan Niaga

 PAGE 2
Kedudukan Peradilan Niaga

Pengadilan Umum

MA MK

Lingkungan Peradilan
Pengadilan
Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan Khusus
Agama Militer TUN
Umum Pengadilan
Pengadilan Umum Tipikor
Pengadilan Pengadilan
Pengadilan NIAGA Industrial
Khusus Pengadilan
Anak

Pengadilan
HAM

 PAGE 3
Hukum Acara Yang Berlaku

Hukum acara yg berlaku pada Pengadilan Niaga adalah Hukum Acara


Perdata, kecuali yang secara khusus diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Kewajiban (“UU No.
37/2004”):

Pasal 299 UU No. 37/2004


”Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini maka hukum
acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata”

 PAGE 4
Kompetensi Absolut

UU Kepailitan
• Sengketa Kepailitan dan PKPU

UU Di Bidang HaKI
• Sengketa Hak Cipta, Merk, Paten, Desain Industri, DTLST

RUU Pengadilan Niaga


• Sengketa Kepailitan dan PKPU
• Sengketa Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
• Perkara perniagaan lainnya

 PAGE 5
Kompetensi Relatif

Pengadilan Niaga pada PN Jakarta Pusat


• Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Propinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, dan Kalimantan Barat
Pengadilan Niaga pada PN Makassar
• Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Utara, Maluku, dan Papua
Pengadilan Niaga pada PN Medan
• Wilayah Propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan
Nanggroe Aceh Darussalam
Pengadilan Niaga pada PN Surabaya
• Wilayah Propinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
Pengadilan Niaga pada PN Semarang
• Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

 PAGE 6
Kewenangan Terhadap Arbitrase

Pasal 303 UU No. 37/2004


”Pengadilan tetap berwenang memberikan dan menyelesaikan
permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat perjanjian
yg memuat klausul arbitrase, sepanjang utang yg menjadi dasar
permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan dalam
Pasal 2 ayat (1) UU ini.”

 PAGE 7
Dasar Hukum
Pengadilan Niaga

 PAGE 8
Dasar Hukum

Pasal 8 UU No. 8/2004


”Di lingkungan Peradilan Umum dapat diadakan pengkhususan
yang diatur dengan undang-undang.”

Pasal 15 ayat (1) UU No. 4/2004


”Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu
lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 yang
diatur dengan undang-undang”

 PAGE 9
Dasar Hukum

Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU No. 4/2004


”[…] yang dimaksud dengan ‘pengadilan khusus’ dalam ketentuan ini
antara lain adalah pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan hak
asasi manusia, pengadilan tindak pidana korupsi, pengadilan hubungan
industrial yang berada di lingkungan peradilan umum dan pengadilan pajak
di lingkungan peradilan tata usaha negara”

Pasal 300 ayat (1) UU No. 37/2004


” Pengadilan Niaga selain memeriksa dan memutus permohonan
pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang, juga
berwenang memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan”

 PAGE 10
Perkara
Kepailitan

 PAGE 11
Definisi Kepailitan

Kepailitan secara sederhana


merupakan salah satu cara untuk
membayar hutang

Yaitu dengan menyita seluruh


harta milik debitur untuk
dilelang dan kemudian hasilnya
dibagikan kepada kreditur
untuk pembayaran hutang
 PAGE 12
Definisi Kepailitan

Pasal 1 ayat (1) UU No. 37/2004


”Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan
Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator dan dibawah pengawasan
Hakim Pengawas”

 PAGE 13
Syarat Kepailitan

Pasal 2 ayat (1) UU No. 37/2004:

• Debitor terhadap siapa permohonan itu diajukan harus paling


sedikit mempunyai dua kreditur atau lebih dikenal sebagai
concurcus creditorium.

• Debitor tidak membayar sedikitnya satu hutang kepada salah


satu kreditornya.

• Hutang yang tidak dibayar itu telah jatuh tempo dan telah
dapat ditagih.

 PAGE 14
Klasifikasi Kreditor

1. Kreditor Separatis:

• Kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,


hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya;

• Kreditur Separatis tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit


Debitur, artinya mereka tetap dapat menjalankan hak-hak
ekesekusi mereka seperti tidak ada kepailitan (Pasal. 55 ayat (1)
UU Kepailitan);

• Hak eksekusi tersebut ditangguhkan selama 90 hari sejak putusan


pernyataan pailit diucapkan (Pasal 56 ayat (1) UU Kepailitan)
kecuali penangguhannya diangkat sebelumnya

 PAGE 15
Klasifikasi Kreditor

2. Kreditor Preferen:

• Kreditur yang karena sifat piutangnya oleh undang-undang


diberi kedudukan istimewa.

• Kreditur preferen
Pajak : 1137 KUHPerdata
Khusus : 1139 KUHPerdata
Umum : 1149 KUHPerdata

• Preferen khusus kedudukannya lebih tinggi dari preferen umum.

 PAGE 16
Klasifikasi Kreditor

3. Kreditor Konkuren:

• Kreditur yang tidak dijamin dengan hak kebendaan


dan/atau tidak mempunyai kedudukan istimewa.

 PAGE 17
Proses Perkara Kepailitan

Proses Pemeriksaan Perkara di Pengadilan

Pengurusan Harta Pailit

Pemberesan Harta Pailit

 PAGE 18
Proses Pemeriksaan Perkara Kepailitan

 PAGE 19
Proses Pemeriksaan Perkara Kepailitan

Proses persidangan perkara kepailitan tidak jauh berbeda dengan


proses perkara perdata umum, hanya dalam sidang permohonan
pailit tidak ada tahap replik dan duplik:
1. Sidang pertama: Pemohon Pailit membacakan permohonannya.
2. Sidang selanjutnya: Jawaban/Tanggapan dari Termohon atau
Debitor dapat mengajukan PKPU
3. Sidang selanjutnya: Proses pembuktian, pemeriksaan saksi atau
ahli
4. Sidang selanjutnya: Kesimpulan dari para pihak
5. Sidang terakhir: Pembacaan Putusan.

 PAGE 20
Pembuktian Sederhana
Apa artinya

Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat


fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) telah
dipenuhi (Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan)

Pertanyaannya: Apakah perusahaan yang masih sehat tapi tidak


membayar utang yang telah jatuh tempo dan punya kreditor lain
dapat dipailitkan?
 PAGE 21
Tangkisan Terhadap Permohonan Pailit

•Tidak ada utang ;


•Utang belum jatuh tempo;
•Tidak ada kreditur lain ;
•Pembuktian tidak sederhana;
•Termohon pailit mengajukan PKPU ;
•Exceptio non adimpleti contractus.

 PAGE 22
Akibat Hukum Kepailitan

Harta debitur pailit dalam sita umum

Debtur kehilangan haknya utk menguasai / mengurus kekayaan harta pailit

Semua perikatan debitur setelah pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit

Tuntutan terhadap harta pailit diajukan ke kurator

Seluruh perkara yang sedang berjalan ditangguhkan

Gugatan perdata terhadap harta debitur gugur

Sita terhadap debitur diangkat

PHK pekerja debitur dapat dilakukan


 PAGE 23
Upaya Hukum Kasasi

 PAGE 24
Upaya Hukum Peninjauan Kembali

 PAGE 25
Pengertian PKPU

•Pemberian kesempatan kepada Debitur untuk


melakukan restrukturisasi utang-utangnya, yang
dapat meliputi pembayaran seluruhnya atau
sebagian kepada kreditur

 PAGE 26
Pihak Yang Dapat Mengajukan PKPU

1) Debitor yang memiliki lebih dari 1 (satu) Kreditor, dengan


syarat :
• Tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar
utang-utangnya (sedikitnya ada satu utang);
• Utang-utang tersebut sudah jatuh waktu dan dapat ditagih; dan
• Dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian untuk membayar
sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.

2) Kreditor (Pasal 222 ayat (3) UU Kepailitan), dengan syarat :


• Memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya;
• Utang-utangnya si Debitor sudah jatuh waktu dan dapat ditagih.

 PAGE 27
Akibat Hukum PKPU

1) Putusan penundaan sementara Kewajiban pembayaran


Utang
• Pasal 214 ayat 2 UU Kepailitan secara tegas mewajibkan pengadilan untuk
segeramengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang yang
disertai dengan penunjukan seorang hakim pengawas

2) PKPU secara tetap :


• Pasal 217 ayat 5 UU Kepailitan menentukan bahwa pemberian PKPU secara
tetap berikut perpanjangannya hanya dapat ditetapkan oleh Pengadilan jika hal
tersebut disetujuioleh lebih dari ½ kreditur konkuren

3) Perhitungan Utang piutang

 PAGE 28
PKPU Sementara

•Merupakan PKPU yang dikabulkan karena diajukan oleh


Kreditor.

•Penundaan kewajiban pembayaran utang sementara


berlaku sejak tanggal putusan penundaan kewajiban
pembayaran utang tersebut diucapkan dan berlangsung
sampai dengan tanggal sidang diselenggarakan.

 PAGE 29
PKPU Tetap

•Rapat Kreditur untuk menyetujui pemberian PKPU secara


tetap
•Persidangan PKPU
•Penyelenggaraan Daftar umum oleh pengadilan
•Hak-Hak kreditur preferen tidak dapat dilaksanakan

 PAGE 30
Perdamaian

a. Dalam hal rencana perdamaian diajukan bersamaan dengan permohonan PKPU,


maka Pengurus wajib untuk menyebutkannya dalam pengumuman perihal
putusan PKPU. Pengumuman tersebut dilakukan selambat-lambatnya 21 hari
sebelum tanggal sidang permusyawaratan (Pasal 226 ayat (2) UU Kepailitan);

b. Jika rencana perdamaian dilampirkan dalam permohonan PKPU atau telah


disampaikan sebelum sidang, maka pemungutan suara tentang rencana
perdamaian dapat dilakukan (Pasal 228 ayat (3) UU Kepailitan);

c. Dalam hal rencana perdamaian telah diajukan bersamaan dengan permohonan


PKPU, maka Hakim Pengawas harus menentukan : (i) hari terakhir tagihan harus
disampaikan kepada Pengurus dan (ii) tanggal dan waktu pembicaraan dan
pengambilan keputusan tentang rencana perdamaian (Pasal 268 ayat (1) UU
Kepailitan).

Harus ada rentang waktu 14 hari antara tanggal batas waktu pengajuan tagihan
dengan tanggal rapat kreditur yang membahas dan memutuskan rencana perdamaian.

 PAGE 31
Contoh Perkara Kepailitan

 PAGE 32
PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Pemohon: Heryono, Nugroho, Sayudi (Mantan pekerja PT DI)

Duduk Perkara:
• Pemohon adalah termasuk dari 6.561 orang pekerja yang di PHK
oleh PTDI berdasarkan putusan Panitia Penyelesaian Perburuhan
Pusat (P4 Pusat);
• Berdasarkan putusan P4 Pusat perhitungan dana pensiun menjadi
kewajiban PTDI untuk membayar kepada pemohon besarnya
adalah: Pemohon I: Rp 83.347.862,82; Pemohon II: Rp
69.958.079,22; dan Pemohon III: Rp 74.040.827,91
• Ada kreditur lain: Nelly Ratnasari, Sukriadi Djasa (pekerja lain
PTDI) dan Bank Mandiri

 PAGE 33
PT Dirgantara Indonesia (Persero)

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA:


Menyatakan PT DI Pailit dengan segala akibat hukumnya

Pertimbangan Hukum:

• PTDI tidak termasuk dalam kategori sebagi BUMN yang bergerak di


bidang kepentingan publik yang modalnya tidak terbagi atas saham,
dengan demikian Pemohon mempunyai kapasitas hukum untuk
mengajukan permohonan pailit terhadap termohon pailit PT. Dirgantara
Indonesia

• Tidak terdapat cukup alasan bagi majelis hakim untuk mempertahankan


eksistensi PTDI, hal ini dengan mendasarkan pada kinerja keuangan
PTDI belum menunjukkan perbaikan yang berarti.

 PAGE 34
PT Dirgantara Indonesia (Persero)
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
• Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
• Menolak permohonan Pemohon

Pertimbangan Hukum:

• Terbaginya modal PTDI atas saham yang pemegangnya adalah Menteri


Negara BUMN qq Negara RI dan Menteri Keuangan RI qq Negara RI
adalah untuk memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) Undang-
Undang No.1 Tahun 1995 tentang PT yang mewajibkan pemegang saham
suatu perseroan sekurang-kurangnya dua orang, karena itu terbaginya
modal atas saham yang seluruhnya dimiliki oleh Negara tidak
membuktikan bahwa PTDI adalah BUMN yang tidak bergerak di bidang
kepentingan publik

 PAGE 35
PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Pertimbangan Hukum:

• Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI


No.03/MIND/PER/4/2005 (bukti T33) disebutkan bahwa PTDI
adalah objek vital industri, dan yang dimaksud dengan objek vital
industri adalah kawasan lokasi, bangunan / instalasi dan atau
usaha industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
kepentingan Negara dan / atau sumber pendapatan Negara yang
bersifat strategis

• Maka PTDI hanya dapat dimohonkan pailit oleh Menteri


Keuangan

 PAGE 36
PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Pertimbangan Hukum:

• Pasal 50 UU Perbendaharaan Negara melarang pihak manapun


untuk melakukan penyitaan terhadap antara lain uang atau surat
berharga, barang bergerak dan barang tidak bergerak milik
Negara, sehingga kepailitan yang menurut Pasal 1 angka 1 UU
KPKPU merupakan sita umum atas semua kekayaan Debitur
Pailit, apabila kekayaan Debitur Pailit tersebut adalah kekayaan
Negara tentunya tidak dapat diletakkan sita, kecuali permohonan
pernyataan pailit diajukan oleh Menteri Keuangan

 PAGE 37
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Pemohon: Paul Sukran, S.H., selaku kurator PT Dharmala Sakti


Sejahtera, Tbk. (Dalam Pailit)

Duduk Perkara:
• Adanya kewajiban Manulife untuk membayarkan deviden tahun
buku 1999 berikut bunga-bunganya kepada PT DSS selaku
pemegang 40% saham pada Manulife yang tercatat untuk tahun
buku 1999 sejumlah Rp 32.789.856.000,00
• Ada kreditur lain: Eddy Salomon, Alaydrus berupa pembayaran
uang pertanggungan

 PAGE 38
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA:


Menyatakan Manulife Pailit dengan segala akibat hukumnya

Pertimbangan Hukum:

• Terbukti adanya utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih serta
terdapat dua/lebih kreditur

• Tidak terdapat cukup alasan bagi majelis hakim untuk


mempertahankan eksistensi PTDI, hal ini dengan mendasarkan
pada kinerja keuangan PTDI belum menunjukkan perbaikan yang
berarti.

 PAGE 39
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG


• Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
• Menolak Permohonan Pernyataan Pailit Pemohon

Pertimbangan Hukum:
• Pemohon selaku Kurator PT DSS tidak memperoleh izin dari Hakim
Pengawas, maka tindakan Kurator PT. Darmala Sakti Sejahtera, yang
mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT Asuransi Jiwa
Manulife Indonesia adalah tidak sah. Kurator dalam perkara ini tidak
mempunyai kapasitas selaku Pemohon Pailit. Sehingga dengan demikian
permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon tersebut
harus dinyatakan ditolak

 PAGE 40
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Pertimbangan Hukum:
• Pemeriksaan terhadap perkara ini tidak dapat dilakukan secara
sederhana sebab harus dibuktikan terlebih dahulu apakah memang ada
"Deviden tahun 1999"?, apakah terhadap deviden tersebut RUPS telah
memerintahkan untuk dibagikan?, apakah pembagian tersebut telah
sesuai menurut keputusan RUPS?, dan seterusnya.
• Lagi pula masih ada sengketa antara PT DSS dengan Perusahaan Roman
Gold Asset (RGA) mengenai kepemilikan saham, sebab RGA mengklaim
bahwa saham PT DSS adalah milik RGA;
• Dengan demikian, pembuktian dalam perkara ini tidak sederhana,
sehingga pemeriksaan terhadap perkara ini harus dilakukan melalui
gugatan Perdata pada Pengadilan Negeri, bukan melalui permohonan
kepailitan pada Pengadilan Niaga

 PAGE 41
Sengketa Hak Kekayaan
Intelektual

 PAGE 42
Penyelesaian Melalui Pengadilan

•Gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga, kecuali untuk perkara


Rahasia Dagang yang diajukan kepada Pengadilan Negeri

•Hukum Acara yang digunakan oleh Pengadilan Niaga selain hukum


Acara perdata HIR/RBG, dalam hal tertentu digunakan hukum acara
khusus berdasarkan aturan UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri, UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No. 15 Tahun
2001 tentang Merek, dan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, dengan demikian merupakan Lex Specialis dari HIR/RBG dan
hukum acara perdata lainnya

 PAGE 43
Klasifikasi HKI

HAK CIPTA

HAK KEKAYAAN MEREK


INTELEKTUAL
PATEN

DISAIN INDUSTRI

 PAGE 44
Klasifikasi HKI

Terbitnya Putusan Mahkamah


Terbitnya Putusan Pengadilan Niaga Agung setelah tanggal
setelah gugatan didaftarkan permohonan/berkas kasasi diterima

90 hari, dan dapat diperpanjang maksimal 30 90 hari setelah tanggal permohonan kasasi
Hak Cipta
hari atas persetujuan MA diterima

180 hari setelah tanggal berkas kasasi


Paten 180 hari
diterima

90 hari, dan dapat diperpanjang maksimal 30 90 hari setelah tanggal permohonan kasasi
Merek
hari atas persetujuan MA diterima

90 hari, dan dapat diperpanjang maksimal 30 90 hari setelah tanggal permohonan kasasi
Desain Industri
hari atas persetujuan MA diterima

Desain Tata Letak 90 hari, dan dapat diperpanjang maksimal 30 90 hari setelah tanggal permohonan kasasi
Sirkuit Terpadu hari atas persetujuan MA diterima

 PAGE 45
Hak Cipta

 PAGE 46
Putusan MA No. 2266 K/Pdt/1990

•Penggugat mengaku menciptakan lagu batak “Tillo-Tillo” dan


“Alatipang”
•Tergugat digugat karena merekam lagu dan memproduksi kaset atas
2 lagu tersebut tanpa izin Penggugat
•Bukti yang diajukan Penggugat adalah bukti tulisan tangan yg berisi
lirik 2 lagu tsb yg diklaim berusia 47 tahun
•Tidak ada saksi yang melihat atau mendengar langsung Penggugat
menciptakan 2 lagu tsb
•MA menganggap bukti tulisan tangan itu hanya permulaan
pembuktian, dan tidak cukup untuk membuktikan dalil gugatan (vide
Pasal 1871,1874, 1878, 1883 KUHPer)

 PAGE 47
Putusan MA No. 234/PDT.SUS/2012

“Pembatalan atas hak cipta yang telah terdaftar harus


didasarkan pada ketentuan Pasal 42 jo. Pasal 2 UU No.
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dalam hal mana
pihak yang berhak mengajukan gugatan pembatalan
hak cipta adalah Pencipta atau Pemegang Hak Cipta”

 PAGE 48
Merek

 PAGE 49
Persamaan Pada Pokoknya

Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf (a) UU Merek:


Kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang
menonjol antara merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat
menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai:
1. bentuk
2. cara penempatan;
3. cara penulisan; atau
4. kombinasi antara unsur-unsur; ataupun
5. Persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek
tersebut

 PAGE 50
Persamaan Pada Pokoknya

Konseptual

Visual

Fonetik

 PAGE 51
Paten

 PAGE 52
Invensi yang Dapat Diberi Paten

1. Paten diberikan untuk invensi yang baru dan


mengandung langkah inventif, serta dapat diterapkan
dalam industri
2. Paten Sederhana diberikan untuk invensi berupa
produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai
kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, konstruksi, atau komponennya

 PAGE 53
Hak Eksklusif Pemegang Paten

1. Dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan,


menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,
atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten
2. Dalam hal Paten-proses: menggunakan proses
produksi yang diberi paten untuk membuat barang
dan tindakan lainnya sebagaimana disebut dalam
huruf (a) di atas

 PAGE 54
Unsur “Baru”

1. Bukan sekedar berbeda ciri khas melainkan juga harus memiliki


fungsi/kegunaan yang lebih praktis dari invensi sebelumnya
(vide Put. MA No. 075 PK/Pdt.Sus/2009
2. Penggunaan invensi sebelum diajukan permohonan paten dapat
dijadikan dasar pembatalan paten dengan alasan tidak ada
kebaruan (vide Put. MA No. 018 K/N/HaKI/2005)
3. bukti bahwa invensi Penggugat memilik fungsi teknis tidak
berbeda secara signifikan dengan invensi Tergugat dan terdapat
prior art yang sama dengan invensi Tergugat menjadi dasar
pembatalan pendaftaran paten karena invensi yang tidak baru
(vide Put. MA No. 084 PK/Pdt.Sus/2008)

 PAGE 55
Putusan MA No. 016 K/N/HaKI/2006 (1)

1. Penggugat telah memperoleh hak paten atas produk herbisida berbahan


aktif metil metsulfuron yang penggunaannya untuk pengendalian
seperti gulma yang tidak diinginkan pada tanaman perkebunan kelapa
sawit, kopi, cokelat, karet, pisang dan jeruk. Produk tersebut dipasarkan
dengan merek dagang “X”, yang telah terdaftar dan memperoleh ijin
tetap pemasaran dari Departemen Pertanian.
2. Tergugat memperdagangkan herbisida berbahan aktif metil metsulfuron
dengan merek dagang “Biofuron 20 WDG”, yang telah terdaftar dan
memperoleh ijin tetap pemasaran dari Departemen Pertanian.
3. Penggugat menggugat Tergugat karena telah dengan sengaja dan tanpa
hak menggunakan dan memperdagangkan Paten milik Penggugat.

 PAGE 56
Putusan MA No. 016 K/N/HaKI/2006 (1)

Pertimbangan MA:

“… seharusnya Penggugat dalam gugatannya menjelaskan secara rinci dan


khusus mengenai pada bagian-bagian proses produksi herbisida mana
yang diberi paten tersebut dilanggar oleh Tergugat, apakah pada proses
pembuatan isi, kandungan atau formula herbisida ataukah pada bagian
proses penggunaannya, agar supaya dapat diperjelas ada tidaknya
perbedaan antara Paten Penggugat dengan herbisida milik Tergugat yang
telah memperoleh ijin dari Departemen Pertanian Republik Indonesia
tersebut”

“Karena hal tersebut tidak diperjelas oleh Penggugat dalam gugatannya,


maka sudah tepat Judex Facti menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard)”

 PAGE 57
Desain Industri

 PAGE 58
Putusan MA No. 801 K/Pdt.Sus/2011

“Bahwa telah benar bahwa adanya perbedaan


dalam bentuk dan konfigurasi dari dua desain
industri telah cukup untuk menunjukkan bahwa dua
desain industri tersebut adalah tidak sama”

 PAGE 59
Putusan MA No. 016/PK/N/HaKI/2005

“Penjualan barang sebelum desain barang didaftarkan sebagai


Desain Industri dapat dianggap pengungkapan sebelumnya
sehingga mempengaruhi unsur kebaruan (novelty)”

Bandingkan dengan Penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU No. 31 Tahun


2000 tentang Desain Industri disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pengungkapan adalah pengungkapan melalui media cetak
atau elektronik, termasuk juga keikutsertaan dalam suatu pameran

 PAGE 60
Putusan MA No. 076 PK/PDT.SUS/2009

“Pendaftaran desain industri yang memiliki kesamaan


bentuk dan konfigurasi dengan produk yang telah ada
sebelumnya, telah banyak beredar dan digunakan oleh
masyarakat luas sejak lama dapat dibatalkan dengan
dasar pendaftaran dengan itikad tidak baik (bad faith)”

 PAGE 61
Putusan MA No. 166 K/Pdt/Sus/2007

“Meskipun suatu pihak adalah pendaftar pertama dari suatu


Desain Industri dan telah memperoleh Sertifikat Desain Industri,
tetapi apabila ada fakta-fakta/bukti-bukti ternyata Desain Industri
yang didaftarkan tersebut bukan merupakan desain yang
baru atau tidak mempunyai nilai kebaruan, karena ada
produk dengan desain yang sama sudah beredar atau
diumumkan baik dalam iklan atau dipasar umum”

 PAGE 62
Not to be reproduced or disseminated without permisson.  PAGE 63

Anda mungkin juga menyukai