MODUL
UPAYA HUKUM TATA USAHA NEGARA
DISUSUN OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL
BADAN DIKLAT KEJAKSAAN R.I.
BAB I PENDAHULUAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara
atau pemerintah (vide Pasal 30 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan RI). Selain itu Kejaksaan juga dapat memberikan
pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya (vide
Pasal 34 UU Nomor 16 Tahun 2004).
Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (JAM DATUN) adalah
unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan tugas dan wewenang
Kejaksaan di bidang perdata dan tata usaha negara (vide Pasal 23 ayat (1) dan
Pasal 24 ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI sebagaimana diubah dengan Perpres
Nomor 29 Tahun 2016). Salah satu tugas dan fungsi dari JAM DATUN adalah
mewakili negara dan pemerintah dalam hal ini badan atau pejabat tata usaha
negara dalam rangka menjaga kewibawaan negara/pemerintah. Tugas dan
fungsi ini dilaksanakan oleh Direktorat Tata Usaha Negara pada JAM DATUN,
Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara cq Kepala Seksi Tata Usaha Negara
untuk tingkat Kejaksaan Tinggi dan Kepala Seksi DATUN untuk tingkat
Kejaksaan Negeri.
B. Deskripsi Singkat
Modul mata diklat ini disusun berdasarkan peraturan-peraturan sebagai berikut:
Apabila salah satu pihak sudah menerima dengan baik putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara, ia tidak dapat mencabut kembali pernyataan tersebut, meskipun
jangka waktu untuk mengajukan permohonan pemeriksaan banding belum lampau.
Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terhadap sengketa Tata
Usaha Negara yang dimohonkan banding tersebut dapat berupa :
1. Menguatkan putusan Hakim (tingkat pertama) dengan cara :
3. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah dalam rangka tugas
perbantuan (medebewind)
Permohonan kasasi diajukan oleh para pihak yang bersengketa atau (para)
kuasa hukumnya secara tertulis atau lisan dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan yang dimaksudkan diberitahukan
kepada Pemohon. Dalam SEMA Nomor 6/1994 diatur apabila dalam Surat uasa
Khusus tingkat pertama telah disebutkan bahwa Suarat Kuasa Khusus tersebut
termasuk untuk Kasasi, maka tidak diperlukan Surat Kuasa Khusus baru.
Prosedur untuk mengajukan permohonan kasasi adalah sebagai berikut :
1. Permohonan tersebut diajukan melalui Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara
(tingkat pertama) yang memutus perkara itu.
7. Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap memori kasasi (Kontra
Memori Kasasi) kepada Panitera dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi.
Berdasarkan SEMA Nomor 14 tahun 2010 ttg dokumen elektronik sebagai
kelengkapan permohonan Kasasi dan Peninjauan Kembali, Termohon Kasasi
diminta menyerahkan soft copy Kontra Memori Kasasi dan hard copy Kontra
Memori Kasasi.
8. Panitera mengirimkan seluruh berkas perkara (permohonan kasasi, memori kasasi,
kontra memori kasasi berkas yang lain) kepada Mahkamah Agung dalam
tenggang waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
3. Setelah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang memutus perkara dalam
tingkat pertama menerima permohonan Peninjauan Kembali, maka Panitera
berkewajiban untuk selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
memberikan atau mengirimkan salinan permohonan tersebut kepada pihak lawan
permohonan (Termohon), dengan maksud :
a. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali didasarkan atas alasan
sebagaimana dimaksudkan Pasal 67 huruf a atau huruf b agar pihak termohon
mempunyai kesempatan untuk mengajukan jawabannya ;
b. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali didasarkan atas salah satu alasan
yang tersebut dalam Pasal 67 huruf c sampai dengan huruf f agar dapat
diketahui.
4. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali didasarkan atas alasan sebagaimana
dimaksudkan Pasal 67 huruf a atau huruf b, pihak termohon diberi kesempatan
mengajukan jawabannya dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
tanggal diterimanya salinan permohonan Peninjauan Kembali.
5. Surat jawaban diserahkan atau dikirimkan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara
yang memutus perkara dalam tingkat pertama.
Berdasarkan SEMA Nomor 14 tahun 2010 ttg dokumen elektronik sebagai
kelengkapan permohonan Kasasi dan PK, Termohon diminta menyerahkan sof
copy Kontra Memori PK dan hard copy Kontra Memori PK.
6. Untuk surat jawaban yang telah diterima oleh Panitera, selanjutnya Panitera
berkewajiban :
1. Membubuhkan cap, hari, dan tanggal diterimanya jawaban tersebut pada
surat jawaban.
2. Menyampaikan atau mengirimkan salinan surat jawaban tersebut kepada
pihak pemohon untuk diketahui.
1. Gugatan ditolak
2. Gugatan dikabulkan.
3. Gugatan tidak diterima
4. Gugatan gugur.
B. Putusan yang dapat Dilaksanakan
Pasal115 Undang-undangNo.5 Tahun 1986joUUNo.9 tahun 2004, menyebutkan
hanya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat
dilaksanakan.
Putusan Peradilan TUN yang telah memperoleh kekuatan hukumt etap adalah:
1.Putusan Pengadilan TUN dalam tenggang waktuyang telah ditentukan tidak
diajukan upaya hukum apapun.
2.Putusan Pengadilan Tinggi TUNyang oleh pihak-pihak tidak diajukan Kasasi.
3. Putusan Pengadilan Tinggi TUN yang menurut pasal 45 ayat 2 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2004 tidak dapat diajukan Kasasi.
4.PutusanMahkamahAgungRI.
C. Pelaksana Putusan Pengadilan TUN
Pasal 97 ayat (8) dan ayat (9) mengatur bahwa dalam hal gugatan Pengguat
dikabulkan, amar Putusan Majelis Hakim dalam Pengadilan TUN dapat menetapkan
kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau PejabatTUN yang mengeluarkan
Keputusan TUN yang berupa:
1. PencabutanKeputusanTUN yangbersangkutan;atau
3. PenerbitanKeputusanTUN dalamhalgugatandidasarkanpadaPasal3.
SeseorangatauBadanHukumPerdatadalammengajukanGugatandi
PengadilanTataUsahaNegaradapatmenuntutganti rugisebagaimana diatur dalam
Pasal53 UU Peradilan TUN.
Pelaksanaan Pembayaran ganti rugi diatur dalam Pasal 120 UU Peradilan TUN jo.
Peraturan Pemerintah No.43 Tahun1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara
Pelaksanaannya pada Pengadilan Tata Usaha Negarajo. Keputusan Menteri
Keuangan R1 No.1129/ KKM.01/1991 tanggal 13 Nopember1991 tentang Tata
Cara Pembayaran Ganti Rugi Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara,
adalah sebagai berikut :
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 12 0ayat (3) tersebut oleh Pemerintah
telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1991tentang Ganti Rugi
danTata Cara Pelaksanaannya pada Pengadilan Tata Usaha Negarajo. Keputusan
Pelaksanaan Rehabilitasi diatur dalam Pasal 121 jo. Pasal 117 UU Peradilan TUN
jo. Bab III Peraturan Pemerintah No.43Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata
Cara Pelaksanaannya pada Pengadilan Tata Usaha Negara yang pada pokoknya
sebagai berikut :