Anda di halaman 1dari 31

KEMAHIRAN HUKUM PIDANA

PENYIDIKAN
Penyidikan diartikan sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur alam UU, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang
dengan bukti itu membuat terangnya tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (Pasal 1 butir 2 KUHP).

Penyidikan tindak pidana adalah suatu kegiatan atau upaya yang


dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu peristiwa yang juga merupakan tindak
pidana, dengan kata lain penyidikan tindak pidana adalah merupakan suatu upaya
penegakan hukum dalam rangka memulihkan terganggunya ketertiban dan
ketertiban masyarakat.

Tindakan-tindakan yang perlu dalam penyidikan tindak pidana adakalanya


bersifat membatasi/mengekang hak-hak asasi seseorang. Oleh sebab itu penyidikan
tindak pidana harus dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Secara prosedural penyidikan tindak pidana proses/tahapan proyurikasi yakni


sebagai proses pemeriksaan pendahuluan guna untuk persiapan penangkapan dan
penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan, dengan demikian pemeriksaan
tindak pidana pada tahap penyidikan sangat penting artinya dan menentukan
sebagai penuntutan dan perencanaan sidang pengadilan. Jadi penyidikan tindak
pidana harus dilakukan secara cermat dan harus menurut ketentuan perundangan.

Suatu kegiatan penyidikan dilakukan setelah penyidik mengetahui terjadinya


peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana.
Juga terjadinya suatu Tindak Pidana bisa diketahui Penyidik antara lain :
1. LAPORAN
Yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh saksi/saksi korban.

2. PENGADUAN
Yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh orang yang dirugikan/dimalukan
dalam delik aduan.

3. TERTANGKAP TANGAN
Yaitu peristiwa yang berupa:
 Tertangkap seseorang pada saat sedang melakukan tindak pidana, atau
 Dengan segera tertangkap tangan setelah melakukan tindak pidana ;
 Sesaat kemudian diserahkan kepada khalayak ramai sebagai seorang yang
melakukannya ;

1|Page
 Sebagai seorang yang melakukannya ;
 Sesaat kemudian padanya ditemukan tanda yang diduga itu menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya ;
 Diketahui sendiri melalui orang atau media ;
 Dari mulut ke mulut ;
 Kegiatan-kegiatan pokok dalam penyidikan tindak pidana antara lain adalah
penyelidikan, pemeriksaan, penyelesaian berkas perkara dan pelimpahan
berkas-berkas.

PENYELIDIKAN
Diartikan sebagai serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya penyidikan, dengan demikian penyelidikan tidak dapat
dipisahkan dari penyidikan. Penyelidikan bagian dari penyidikan dan penyelidikan
adalah awal dari penyidikan.

Yang berwenang melakukan penyelidikan adalah pejabat polisi negara


yang khusus ditugaskan dalam penyelidikan, tugas penyelidikan dilaksanakan
dengan surat perintah penyelidikan setelah dimulai penyelidikan itu.
Penyidik memberitahukan kepada penuntut umum dengan melampirkan
a. Laporan polisi ;
b. Berita acara pemeriksaan ;
Penyelidikan dimaksud untuk mencari keterangan, petunjuk, bukti, identitas
tersangka/saksi, apakah peristiwa yang terjadi benar tindak pidana sehingga dapat
dilakukan penindakan, hasil penyelidikan kemudian dituangkan dalam bentuk
laporan polisi.

Laporan polisi adalah sebagai dasar pertimbangan setiap tindakan


selanjutnya. Oleh sebab itu harus diberisikan keterangan mengenai identitas orang
yang melapor, peristiwa yang dilaporkan, tempat dan waktu terjadinya, orang yang
melakukan, serta orang yang menjadi korbannya, jalannya kejadian waktu peristiwa
itu dilaporkan, keterangan tentang barang bukti, tindakan yang telah diambil oleh
petugas dan kemudian laporan ditandatangani oleh petugas penerima laporan dan si
pelapor serta diketahui oleh pejabat penyidik selanjutnya kepada pelapor oleh
petugas diberikan surat tanda penerimaan laporan.

PENINDAKAN
Adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik
pembantu terhadap orang atau barang yang ada kaitannya dengan suatu tindak
pidana.
Tindakan-tindakan tersebut antara lain berupa :

2|Page
A. Pemanggilan Tersangka/Saksi
Yang berwenang mengeluarkan surat perintah adalah komando kesatuan
atau pejabat yang ditunjuk, setelah penyidik atau penyidik pembantu dan
penyampaian kepada yang bersangkutan dilakukan oleh anggota polisi negara dalam
hal yang dipanggil tidak berada di tempat, surat panggilan dapat diterima :
1. Keluarganya ;
2. Ketua lingkungan atau kepala desa ;
3. Orang lain yang dapat jaminan bahwa surat panggilan tersebut akan
disampaikan kepada yang bersangkutan ;

Tersangka/saksi yang tidak memenuhi panggilan pertama dengan tidak


memberikan alasan yang jelas dan wajar dapat dipanggil lagi untuk kedua kali dan
bila perlu dapat disertai surat perintah. Membawa surat perintah harus
mencantumkan identitas.

B. Penangkapan
Yang berwenang melakukan penangkapan adalah petugas kepolisian Negara,
Penangkapan dapat dilakukan terhadap seseorang yang dengan bukti permulaan
yang cukup, diduga keras telah melakukan tindak pidana kejahatan.

Pelaku tindak pidana pelanggaran tidak dilakukan penangkapan kecuali sudah


dipanggil 2 x tidak menghadap tanpa alasan yang jelas dan wajar, bagi petugas
kepolisian yang melaksanakan penangkapan harus dilengkapi dengan surat perintah
tugas dan surat penangkapan yang sah, kecuali penangkapan dilaksanakan sendiri
oleh penyidik, cukup dengan surat perintah penangkapan saja. Pelaksanaan
tindakan penangkapan ditulis dalam surat berita acara yang disebut berita acara
penangkapan.

Berita acara penangkapan ditandatangani oleh petugas yang


melaksanakannya dan orang yang dikenakan penangkapan, setelah penangkapan
dilakukan, lembaran surat penangkapan segera diberikan kepada orang yang
dikenakan penangkapan dan/kepada keluarganya.

Lama masa penangkapan dibatasi yaitu 1 x 24 jam, oleh sebab itu terhadap
seseorang yang dikenakan penangkapan segera dilakukan pemeriksaan, dalam
berita acara harus disebutkan identitas orang yang ditangkap, tindak pidana yang
dipersangkakan saat penangkapan dilaksanakan.

C. Penahanan
Diartikan penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hukum menurut perundangan yang berlaku,
Orang yang dapat dikenakan tindakan penahanan adalah diduga keras berdasarkan
bukti yang cukup melakukan atau percobaan melalui cara atau membantu tindakan
pidana.

3|Page
Tersangka yang dapat dikenakan tindakan penahanan adalah yang
melakukan tindak pidana yang diancam pidana maksimal 5 tahun dan tindak pidana
tertentu sebagai mana ditentukan dalam KUHP pasal :
 Pasal 283 ayat 3
 Pasal 296
 Pasal 335 ayat 1
 Pasal 372
 Pasal 351 ayat 1
 Pasal 378
 Pasal 453
 Pasal 454
 Pasal 455
 Pasal 459
 Pasal 480
 Pasal 506
Tindak pidana terhadap seorang tersangka dilakukan dengan pertimbangan
atau alasan sebagai berikut :
 Tersangka akan melarikan diri ;
 Tersangka dapat merusak/menghilangkan barang bukti ;
 Tersangka yang dikecualikan mengulangi suatu tindak pidana.
Jenis/bentuk penahanan yang dilakukan adalah :
 Penahanan rumah ;
 Tahanan Negara ;
 Tahanan kota.
Setiap tindakan penahanan yang dilakukan harus dilengkapi dengan
surat perintah penahanan dan berita acara pelaksanaan, demikian juga dengan
pengalihan jenis tahanan penangguhan penahanan dan pengeluaran tahanan.
Penahanan untuk kepentingan penyelidikan dapat dilakukan oleh penyidik
selama 20 hari dan dapat diperpanjang untuk paling lama 40 hari atas izin penuntut
umum jika penyidikan belum selesai.
Surat perintah penahanan berisikan keterangan mengenai pertimbangan :
1. Dasar tindakan ;
2. Identitas orang yang diperintah untuk menjalankan tahanan serta ;
3. Tindak pidana yang disangkakan ;
4. Jenis tahanan yang digunakan ;
5. Lamanya masa tahanan, kemudian
6. Ditandatangani oleh penyidik.

Berita acara penahanan harus berisikan keterangan tentang :


1. Waktu berita acara dibuat ;
2. Identitas pejabat yang melakukan ;
3. Identitas orang yang dikenakan tindakan penahanan ;
4. Lamanya pelaksanaan penahanan ;
5. Ditandatangani oleh orang yang dikenakan tindakan penahanan dan
petugas pelaksana.

4|Page
D. Penggeledahan dan penyitaan
Penggeledahan dapat dilakukan terhadap :
1. Rumah ;
2. Tempat tertutup lainnya ;
3. Pakaian ;
4. Badan.
Khusus Penggeledahan Rumah hanya bisa dilakukan oleh petugas Kepolisian
dengan surat perintah penggeledahan, setelah mendapat izin Ketua PN setempat
pada waktu pelaksanaan penggeledahan rumah harus disaksikan oleh kepala desa
dan 2 orang saksi kecuali dalam keadaan mendesak dan sangat perlu didahului
penggeledahan.

Dalam waktu 2 hari sesudah penggeledahan dilakukan harus dibuatkan berita


acara penggeledahan yang salinannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni
rumah yang bersangkutan, dalam kasus tertangkap tangan, penggeledahan tidak
harus dengan surat perintah penggeledahan serta surat izin Ketua Pengadilan
Negeri.

E. Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan dengan surat perintah penyitaan, setelah mendapat
izin dari Ketua Pengadilan setempat kecuali dalam keadaan sangat terdesak dan
perlu penyitaan terhadap benda bergerak, dapat dilakukan tanpa surat perintah
penyitaan dan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri.

Akan tetapi setelah penyitaan dilakukan harus dilaporkan kepada Pengadilan


Negeri setempat untuk mendapatkan persetujuan. Setiap pelaksanaan tindakan
penyitaan harus dibuatkan berita acaranya yang ditandatangani oleh petugas dan
orang dari siapa barang sitaan itu disita serta saksi dan salinannya disampaikan
pada orang yang bersangkutan dan keluarganya.

F. Pemeriksaan Tersangka
Secara umum pemeriksaan dapat diartikan Suatu kegiatan untuk
mendapatkan keterangan atau penjelasan identitas tersangka/saksi dan barang bukti
maupun mengenai unsur-unsur tempat pidana telah terjadi.

Pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi adalah untuk memperoleh


keterangan yang diperlukan dalam kaitannya dengan tindak pidana yang terjadi.
Pada pemeriksaan tersangkanya terlebih dahulu wajib diberitahukan akan hak-hak
terutama sekali hak untuk didampingi oleh penasehat hukum. Terdakwa pada
pemeriksaan penyidikan itu sedang berlangsung hanya boleh mengikuti jalannya
pemeriksaan secara pasif.

5|Page
Pada tingkat penyidikan saksi diperiksa tanpa sumpah kecuali cukup alasan
bahwa saksi yang bersangkutan tidak dapat hadir pada saat dilangsungkannya
sidang pengadilan jika yang diperiksa adalah saksi ahli yang memiliki keahlian
khusus pada bidang tertentu maka yang bersangkutan harus disumpah keterangan
yang diberikan orang ahli bisa diwujudkan dalam bentuk berita acara ataupun
keterangan secara tertulis berupa visum et repertum.

Berita acara tersangka/saksi adalah merupakan bagian dari berkas yang


disampaikan kepada penuntut umum untuk kepentingan peradilan. Berita acara ini
merupakan catatan/tulisan yang bersifat otentik dibuat dalam bentuk tertentu oleh
penyidik atau penyidik pembantu dan tersangka dan saksi ahli (orang yang
diperiksa) menurut uraian tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
yang disangkakan dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan. Pada waktu
tindak pidana dilakukan, identitas pemeriksa dan yang diperiksa, keterangan yang
diperiksa, catatan mengenai akta dan atau benda atau segala, serta segala sesuatu
yang dianggap perlu untuk kepentingan penyelesaian satu perkara.

Pembuatan BAP terhadap tersangka dan saksi ahli adalah merupakan


kewajiban penyidik/penyidik pembantu sebagai akibat hukum dari dilakukannya
pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi ahli dalam rangka penyidikan tindak
pidana. Berita acara ini harus memenuhi unsur-unsur formal dan materil yang
merupakan salah satu upaya yang sah menurut UU.

Syarat-syarat formal :
 Pada halaman pertama sebelah sudut kiri atas disebutkan nama dan komando
kesatuan, dibawahnya nama kesatuan ditulis kata-kata PRO JUSTITIA ;
 Pada tengah-tengah pertama atas halaman ditulis kata-kata BAP dan
dibawahnya antara (dituliskan tersangka/saksi) isinya dimulai dibawahnya ;
 Di sebelah kiri dari setiap lembaran BAP dikosongkan selembar ¼ halaman
yang maksudnya untuk tempat perbaikan apabila terjadi kekeliruan dalam
penulisan materinya ;
 Pada pendahuluan BAP dicantumkan :
 Hari, tanggal, bulan dan tahun pembuatan ,
 Nama, pangkat, NRP, jabatan dan kesatuan dari pada pemeriksa ,
 Nama (nama lengkap) termasuk nama kecil, alias dan nama panggilan,
tempat tinggal dan tanggal lahir (umur, agama, kewarganegaraan,
tempat tinggal atau kediaman dan pekerjaan dari tersangka/saksi
berdasarkan keterangannya dan kontrol dengan KTP/Paspor/kartu
pengenal lainnya ,
 Diperiksa sebagai tersangka/saksi
 Alasan pemeriksaan (dalam hubungan dengan tindak pidana yang
terjadi dengan menyebutkan no dan tanggal laporan polisinya.
 Pada akhir BAP terdapat kolom tanda tangan yang diperiksa dan penutup BAP
dengan kolom tanda tangan pemeriksa. Bila yang diperiksa tidak dapat
membuat tanda tangan, maka kolom tanda tangan diberi cap jempol/ 3 jari
tangan telunjuk, jari tengah, jari manis kiri tangan sesuai dengan keadaan
yang memungkinkan diperiksa.

6|Page
 Setiap halaman kecuali halaman terakhir yang memuat tanda tangan yang
diperiksa harus diberi paraf yang diperiksa di pojok kanan bawah ;
 Dalam hal pemeriksaan belum dapat diselesaikan maka pemeriksaan maupun
pembuat BAP dapat dihentikan tersebut oleh yang diperiksa dan yang
memeriksa.

Syarat-syarat Material :
Keseluruhan isi/materi BAP agar memenuhi jawaban atas :
“ Siapakah “ yang mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan antara lain sebagai berikut :
 Siapa yang melaporkan/mengadukan ,
 Siapa yang pertama-tama mengetahui ,
 Siapa korban/yang dirugikan ,
 Siapa yang terlibat ,
 Siapa yang dapat menambah keterangan.

“Apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan antara lain


sebagai berikut :
 Apa yang telah terjadi ,
 Apakah perbuatan tersebut menimbulkan kerugian baik jiwa/harta
benda ,
 Apakah yang telah dilakukan oleh petugas, oleh khususnya di tempat
kejadian peristiwa ,
 Apakah perbuatan tersebut merupakan tindak pidana atau bukan.

“Dimanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan


antara lain :
 Dimanakah tempat kejadian itu ,
 Dimanakah korban berada pada waktu kejadian ,
 Dimanakah letak benda-benda yang mempunyai nilai pembuktian ,
 Dimanakah saksi-saksi ketika tindak pidana terjadi ,
 Dimanakah tersangka pada waktu tindak pidana terjadi .

“Dengan apakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-


pertanyaan antara lain :
 Dengan alat apakah tersangka melakukan tindak pidana.

“Mengapakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-


pertanyaan antara lain :
 Mengapakah perbuatan itu dilakukan ,
 Mengapa menggunakan cara-cara demikian.
“Bagaimanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan antara lain :
 Bagaimanakah  cara melakukan perbuatan itu ,
 Bagaimanakah perbuatan itu terjadi ,
 Bagaimanakah kebiasaan tersangka ,

7|Page
 Bagaimanakah akibat yang ditimbulkan
“Bilamanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan antara lain :
 Bilamanakah perbuatan/tindak pidana dilakukan/terjadi ,
 Bilamanakah kejadian tersebut dilaporkan
Keseluruhannya agar memuat uraian keterangan yang memenuhi unsur-unsur
pada Tindak Pidana yang dipersangkakan.

BERITA ACARA PEMERIKSAAN


BAP baik tersangka maupun saksi pada dasarnya berisikan gambaran/ konstruksi
suatu tindak pidana dapat digolongkan menjadi 3 macam :
A. Bentuk cerita/pernyataan Berita Acara
Dalam bentuk cerita/pernyataan adalah serangkaian jawaban atas pernyataan
lisan yang diajukan oleh pemeriksa terhadap yang diperiksa. Disusun dalam
kalimat sehingga merupakan suatu jawaban atas pertanyaan “Tujuh (7) kah di
atas” serta memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang terjadi.

B. Bentuk tanya jawab


BAP tanya jawab disusun dalam bentuk tanya jawab antara pemeriksa
dengan yang diperiksa sehingga memberikan gambaran kejadiannya secara jelas
dan memenuhi jawaban-jawaban atas pertanyaan.

C. Bentuk gabungan cerita dan tanya jawab


BAP dalam bentuk gabungan cerita dan tanya jawab merupakan gabungan
antara bentuk huruf a dan b di atas yang pada hakekatnya disusun dalam bentuk
tanya jawab dan dalam hal tertentu diselingi dengan bentuk cerita/pertanyaan.

D. Penyelesaian dan Pelimpahan Berkas Perkara


Penyelesaian perkara dan pelimpahan berkas perkara kepada penuntut umum
merupakan bagian terakhir kegiatan proses penyidikan tindak pidana.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penyelesaian perkara dan
pelimpahan perkara pidana kepada penuntut antara lain adalah :
a. Hasil Pemeriksaan Tersangka dan Saksi ;
b. Apakah unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan sudah terpenuhi ;
c. Apakah bukti-bukti cukup dan memenuhi syarat kegiatan yang tercakup
dalam penyelesaian perkara.
Antara lain terdiri atas :
1. Pembuatan Resume
Yaitu kegiatan penyidik membuat/menyusun kesimpulan dari hasil penyidikan
suatu tindak pidana. Pembuatan resume disusun dan berisikan antara lain :
1. Dasar pembuatan ;
2. Ringkasan perkara yang disangkakan ;
3. Fakta-fakta yang berupa hasil penindakan dan pemeriksaan yang dilakukan

8|Page
4. Pembahasan dan kesimpulan.

2. Pemberkasan
Adalah merupakan kegiatan berkas segala surat-surat atau berita acara yang
berhubungan dengan perkara tersebut.
Menurut syarat-syarat dan penyelesaian tersebut susunan berkas perkara
yang lengkap adalah sebagai berikut :
1. Sampul berkas perkara ;
2. Isi berkas perkara ;
3. Resume ;
4. Laporan polisi ;
5. BAP di tempat kejadian perkara (TKP) ;
6. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) ;
7. Berita acara sesuai dengan pasal 75 KUHP ;
8. Berita acara dibuat untuk tindakan lihat pasal 75 KUHAP ;
9. Surat panggilan ;
10.Surat perintah membawa ;
11.Surat izin/penggeledahan/penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat ;
12.Surat perintah penangkapan (Sprinkap) ;
13.Surat perintah penggeledahan ;
14.Surat perintah penyitaan ;
15.Keterangan ahli (visum et repertum) ;
16.Dokumen-dokumen bukti ;
17.Daftar tersangka ;
18.Daftar saksi ;
19.Daftar barang bukti (BB) ;
20.Petikan surat putusan pemidanaan.

3. Pelimpahan berkas perkara


Adalah kegiatan penyerahan berkas perkara hasil berita acara pemeriksaan
Tersangka dan saksi serta barang bukti kepada penyidik. Pelimpahan perkara
dilakukan dalam 2 tahap :
1. Penyidik menyerahkan berkas perkara saja (dalam hal ini perlu
diperhatikan pada pasal 109; pasal 138 KUHAP) ;
2. Penyidik menyerahkan tersangka dan BB.
Pelimpahan perkara dilakukan dengan penyidikan melalui surat pengiriman
berkas perkara yang berisikan no perkara, identitas tersangka, tindak pidana yang
disangkakan, status tersangka, dan barang bukti.

PENUNTUTAN
Apakah yang dimaksud dengan tindakan penuntutan ? KUHAP dalam pasal 1
butir ke 7 menyatakan sebagai berikut :
“Tindakan penuntutan adalah melimpahkan perkara pidana ke PN yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus hakim di sidang pengadilan”.

9|Page
A. Cara Pelimpahan Perkara di Pengadilan
Untuk dapat mendalami dan memahami cara pelimpahan perkara di
pengadilan perlu dilihat dalam pasal 139 KUHP.

Setelah menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik dia
segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk
dapat atau tidak dilimpahkan di pengadilan. Bilamana memenuhi syarat maka dalam
waktu secepatnya membuat surat dakwaan. Bilamana tidak cukup bukti segera
membuat surat ketetapan penghentian penuntutan.

1. Fungsi Surat Dakwaan


Menyusul surat dakwaan adalah suatu pekerjaan yang mudah karena
mempunyai seni dan teknik sendiri, Pada saat menyusun surat dakwaan harus
terlebih dahulu dapat membayangkan meja persidangan di pengadilan yang dihadiri
terdakwa dan dengan penasehat hukumnya, para saksi dan hakim. Dengan demikian
pembuat surat dakwaan (Jaksa Penuntut Umum) harus memahami betul bahwa
fungsi surat dakwaan mempunyai tujuan yang prinsip.

Fungsi surat dakwaan bagi terdakwa adalah untuk mengetahui sejauh mana
Terdakwa dilibatkan dalam persidangan dengan memahami surat dakwaan yang
dibuat jaksa penuntut umum atas dakwaan tersebut adalah dasar pembelaan bagi
dirinya.

Karena surat dakwaan adalah dasar pembelaan dari Terdakwa sudah barang
tentu surat dakwaan akan mendapat sorotan dari terdakwa/penasehat hukumnya.
Bilamana ada ditemukan sedikit saja kelemahan dalam surat dakwaan.

Fungsi surat dakwaan bagi Hakim adalah bahan atau objek pemeriksaan di
persidangan yang akan memberi corak dan warna terhadap keputusan pengadilan
yang akan dijatuhkan.

Fungsi surat dakwaan bagi Jaksa Penuntut Umum adalah bahwa surat
dakwaan menjadi dasar surat tuntutan (requisotoir), Sesudah pemeriksaan di
sidang pengadilan dinyatakan selesai (ditutup) oleh hakim, maka penuntut umum
membuat kesimpulan bagian-bagian mana dan pasal-pasal mana dari dakwaan
yang dinyatakan terbukti dan berdasarkan hal tersebut jaksa penuntut umum
meminta tuntutan luar kepada hakim, juga surat dakwaan dasar pemeriksaan
sidang/dasar tuntutan sidang.

2. Dasar dari suatu dakwaan


Apa yang menjadi syarat-syarat surat dakwaan dalam pasal 143 (3) KUHP
menyatakan bilamana surat dakwaan seperti tercantum dalam pasal 143 (2) huruf b
KUHP tidak dipenuhi maka surat dakwaan batal demi hukum.
Syarat-syarat surat dakwaan ada 2 macam yaitu :
1. Syarat formal diatur dalam pasal 143 (2) a KUHP

10 | P a g e
Syarat formal diberi tanggal dan ditandatangani oleh jaksa penuntut umum
serta berisi :
a. Nama lengkap
b. Umur/tanggal lahir
c. Jenis kelamin
d. Kebangsaan/kewarganegaraan
e. Tempat tinggal
f. Agama
g. Pekerjaan

2. Syarat materil diatur dalam pasal 143 (2) b KUHP


Uraian secara cermat tindak pidana yang didakwakan pembuat UU dalam
penjelasan pasal 143 KUHP tidak menjelaskan hanya Namun :
a. Sebagai pegangan bahwa kecermatan itu meliputi Keseluruhan surat
dakwaan mengenai syarat formal, kecermatan dalam syarat formal
dan batang tubuh surat dakwaan. Jadi jaksa penuntut umum dalam
membuat surat dakwaan bersikap cermat, kreatif dan teliti.
b. Uraian secara jelas
Adalah penguraian atau penempatan uraian kejadian atas fakta kejadian
dan cara pembuatan dilakukan harus jelas. Dalam surat dakwaan
sebagai terdakwa dengan mudah memahami apa yang didambakan
terhadap dirinya.
c.  Uraian secara lengkap
Dari isi dakwaan yang menguraikan tindak pidana melukiskan fakta
kejadian didalamnya sudah tertulis semua unsur-unsur tindak pidana
yang didakwakan.
d.  Waktu
 Pentingnya mengetahui waktu apakah pada waktu terjadinya perbuatan
telah ada peraturan itu yang menghukumnya atau sesuatu peraturan
yang telah diatur sebelumnya ;
 Untuk menentukan umur terdakwa apakah masih anak-anak atau
dewasa ;
 Pentingnya waktu untuk kadaluarsa atau veerjarig terhadap perbuatan
pidana tersebut ;
 Pentingnya waktu untuk menentukan dapat dihukumnya suatu
perbuatan disyaratkan misalnya dilakukan pada waktu perang ;
 Untuk menentukan penentuan adanya resedive ;
 Apakah tindak pidana pada waktu melakukan perbuatan mengalami
gangguan ingatan ;
 Apakah pencurian pada waktu malam menurut pasal 33 KUHP.
e.  Tempat kejahatan
Bahwa tempat kejadian kejahatan adalah penting untuk menentukan
hal-hal sebagai berikut :
 Kompetensi relatif oleh Hakim ;
 Penentuan berlakunya hukum pidana di Indonesia ;
 Penentuan sesuatu kejahatan harus dilakukan di tempat yang terlarang ;
 Penentuan bahwa suatu kejahatan itu harus dilakukan di muka umum ;
 Untuk dapat menghukum sesuatu disyaratkan pada suatu tempat.

11 | P a g e
3. Bentuk-bentuk surat dakwaan
Dalam praktek perkembangan dewasa ini dikenal bentuk surat dakwaan yaitu:
1.  Tunggal
a. Perbuatan yang dilakukan terdakwa hanya merupakan satu tindak pidana
saja ;
b.Terdakwa melakukan/perbuatan tetapi termasuk dalam beberapa
ketentuan-ketentuan pidana pasal 63 (1) KUHP ;
c. Terdakwa melakukan perbuatan yang berlanjut, pasal 64 (1) KUHP.

2.  Komulatif
Dalam surat dakwaan beberapa tindak pidana yang masing-masing berdiri
sendiri artinya tidak ada hubungan antara ….. yang satu terhadap yang lain
didakwakan secara…… juga penting dalam hal ini bahwa subjek pelaku……
adalah terdakwa yang sama. Konsekuensi pembuktiannya adalah masing-
masing dakwaan harus dibuktikan, sedangkan bagi yang tidak terbukti secara
tegas harus dituntut bebas atau lepas dari tuntutan dan sebaliknya apabila
semua surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum dianggap terbukti maka
tuntutan pidananya sejalan dengan ketentuan pasal 65 KUHP. Di antara
dakwaan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan kata-kata “Dan”
Ex : Pertama pasal 340 KUHP dan pasal 365 KUHP.

3.  Subsider
Dalam surat dakwaan perlu beberapa tindak pidana dan perumusan ini
disusun sedemikiannya secara bertingkat dari dakwaan yang berat s/d dakwaan
yang paling ringan.
Jadi pada hakekatnya dalam bentuk surat dakwaan subsider ini hanya tindak
pidana saja yang sebenarnya akan dibuktikan kepada terdakwa, konsekuensi
pembuktiannya pertama-tama harus diperiksa lebih dahulu dakwaan primer
apabila tidak terbukti baru beralih kepada dakwaan subsider dan demikian
seterusnya. Tetapi sebaliknya apabila dakwaan primer telah terbukti maka
dakwaan subsider tidak perlu.
Contoh : Primer pasal 338 KUHP
                Subsider pasal 353 KUHP

4.  Alternatif
Dalam surat dakwaan beberapa perumusan tindak pidana tetapi pada
hakekatnya yang merupakan tujuan utama hanya ingin membuktikan satu
tindak pidana saja.
Konsekuensi pembuktiannya adalah apabila dakwaan yang ke I terbukti
maka yang lain tidak dapat ditunda lagi. Jadi jaksa langsung dapat membuktikan
bahwa dakwaan dianggap terbukti tanpa terkait oleh urutan dakwaan yang
tercantum dalam surat dakwaan.
Apabila dakwaan ke I terbukti maka yang lain tidak dapat ditunda lagi, jadi
Jaksa langsung dapat membuktikan bahwa dakwaan dianggap terbukti tanpa
terkait oleh urutan dakwaan yang tercantum dalam surat dakwaan. Jadi disini
ada faktor memilih dakwaan yang mana yang dapat dibuktikan.

12 | P a g e
5.  Kombinasi
Bentuk surat dakwaan yang disusun secara kombinasi yang didalamnya
mengandung bentuk dakwaan kumulatif yang masing-masing dapat terdiri dari
dakwaan subsider dan atau alternatif atau dapat juga antara bentuk subsider
dan kumulatif.

EKSEPSI
Apabila di sidang pengadilan dalam perkara pidana setelah penuntut umum
membacakan surat dakwaan, maka terdakwa mempunyai hak menyatakan
keberatan atau tidak menyetujui isi surat dakwaan. Inilah yang dinamakan Eksepsi.

Dasar hukum bagi terdakwa mengajukan eksepsi adalah pasal 156 : 1 KUHP
yang berbunyi :
 “Dalam hal terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan maka setelah diberi kesempatan
kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya. Hakim
mempertimbangkan keberatan untuk selanjutnya mengambil keputusan”. 

Kesimpulan dari pasal 156 ayat 1 KUHP, yang dapat dimintakan Eksepsi
adalah yang merupakan isi eksepsi adalah :
1. Pengadilan tersebut tidak berhak mengadili perkara tersebut untuk
pembakaran ini sedang dikembangkan dengan hak pengadilan secara
Absolut dan Relatif.
2. Surat dakwaan tidak dapat diterima, hal ini dihubungkan dengan keadaan
daluarsa dan tidak memenuhi syarat formil.
3. Surat dakwaan harus dibatalkan, hal ini dihubungkan bila tidak memenuhi
syarat materil.

Sesuai dengan kalimat terakhir pasal 156 : 1 KUHP Hakim harus memberikan
keputusan terhadap eksepsi tersebut.
Hakim bisa mengambil salah satu dari ketiga keputusan mengenai Eksepsi yaitu :
1.  Eksepsi diterima akibat dari keputusan ini persidangan tidak dapat
dilanjutkan lagi dan berkas perkara dikembalikan kepada penyidik.
Penuntut umum juga boleh mengajukan perlawanan kepada Pengadilan
Tinggi mengenai keputusan eksepsi diterima.
2.  Eksepsi ditolak, jika eksepsi ditolak persidangan dilanjutkan dalam arti
kata dilakukan pemeriksaan oleh hakim dan diberi keputusan akhir.
3.  Eksepsi diputuskan untuk diberi keputusan bersamaan dengan pokok
perkara maka persidangan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan
kemudian baru hakim menjatuhkan keputusan mengenai eksepsi tersebut.
Jadi dalam putusan yang ketiga ini sebelum hakim memberikan keputusan
akhir dari perkara yang disidangkan, hakim terlebih dahulu harus
memutuskan mengenai eksepsi yang diajukan oleh penasehat hukum.

13 | P a g e
TUNTUTAN PIDANA
Dasar hukum dari penuntut umum mengajukan tuntutan requisitoir adalah
pasal 182 : 1 huruf a KUHAP yang berbunyi :
“Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai penuntut umum mengajukan tuntutan
pidana (requisitoir)”.

Bagaimana cara membuat requisitoir tuntutan tidak diatur dalam KUHP hanya
berlaku ketentuan-ketentuan dalam praktek sehari-hari, Hal ini sama dengan cara
bagaimana menyusun surat dakwaan yakni Lahirnya dari ilmu pengetahuan hukum
dan kemudian berkembang dalam praktek dengan mempunyai sistematika sebagai
berikut :
1.  Pendahuluan
Dalam pengetahuan harus dimasukkan :
a. Identitas dari jaksa penuntut umum ;
b. Identitas terdakwa ;
c. Isi surat dakwaan ;

2.   Fakta yang terungkap di persidangan, disini harus dimasukkan :


a. Keterangan saksi/saksi korban/saksi biasa/saksi ahli ;
b. Keterangan terdakwa ;
c. Pemeriksaan barang bukti ;

3.  Pembahasan yuridis dari pasal-pasal yang di dapat, maksudnya


bagian ini harus dibahas secara harfiah/menurut hukum pidana mengenai
unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwa. Dalam pembahasan unsur ini
harus dimasukkan pendapat para sarjana dan yurisprudensi mengenai unsur
tersebut.

4.   Pembahasan pokok-pokok dan yuridis


Maksudnya adalah pembahasan disini diurutkan dengan pembahasan no 2
dan 3 sehingga tergambar dari bukti-bukti yang disampaikan di sidang
pengadilan terhadap unsur tindak pidana yang didakwakan terbukti.

5.   Kesimpulan
Dalam penutup ini dicantumkan ucapan terima kasih kepada majelis hakim
dan ditutup dengan kata-kata ‘dengan pengharapan kiranya hakim ketua
dan majelis hakim atas pendapat sependapat dengan kami’.

PEMBELAAN : PLEDOI
Dasar hukum bagi penasehat hukum terdakwa untuk menyampaikan
pembelaan adalah pasal 182 ayat 1 huruf b.
Yang berbunyi :
“Tuntutan seseorang atas pembelaan dilakukan secara teknis dan setelah dibacakan
segera diserahkan kepada Ketua Sidang dan turunannya kepada pihak yang
berkepentingan”

14 | P a g e
isi pokok dari pembelaan adalah melemahkan isi dari tuntutan (requisitoir)
penuntut umum dengan kata lain jika isi requisitoir berusaha membuktikan
kesalahan terdakwa dengan alat bukti yang diajukan di sidang pengadilan dengan
melihat isi pledoi/pembelaan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
karena bukti-bukti yang diajukan ke sidang pengadilan tidak cukup.
Bahan untuk membuat pembelaan bagi penasehat hukum adalah :
1. Berkas perkara/berita acara ;
2. Surat dakwaan ;
3. Berita acara persidangan ;
4. Requisitoir.

Sistematik pembelaan adalah sebagai berikut :


1. Pendahuluan, dalam pendahuluan ini harus dimasukkan
a. Identitas yang jelas ;
b. No surat kuasa dari terdakwa ;
c. Ucapan terima kasih ;
d. Nomor perkara ;
e. Identitas perkara ;
f.  Ulasan surat dakwaan.

2. Fakta yang terungkap di persidangan yang harus dimasukkan :


a. Keterangan-keterangan saksi korban dan ahli ;
b. Keterangan terdakwa ;
c. Pengesahan barang bukti di persidangan.

3. Pembahasan yuridis
Disini dibahas mengenai unsur tindak pidana yang didakwakan.

4. Pembahasan fakta-fakta dan yuridis


Untuk pembahasan no 2 dan dihubungkan dengan no 3 di akhir ditutup
menyimpulkan bahwa di persidangan ini tidak terbukti dengan syah unsur-
unsurnya tindak pidana yang didakwakan.

5. Kesimpulan, Harus dimasukkan :


a. Pernyataan dengan tegas bahwa dakwaan tidak terbukti sama sekali ;
b. Apa yang dimohonkan ;
c. Putusan pembebasan dari surat dakwaan ;
d. Putusan pelepasan dari tuntutan hukum.

6. Penutup
Dalam penutup dicantumkan kata-kata : ‘Jika hakim ketua dan majelis hakim
berpendapat lain dengan kami maka kami mohonkan hukuman yang
seringan-ringannya’.

15 | P a g e
PUTUSAN
Setelah pembacaan tuntutan dan penyampaian pledoi dari terdakwa adalah
penasehat hukum dan replik jaksa penuntut umum serta duplik dari penasehat
hukum maka hakim mengatakan pemeriksaan-pemeriksaan telah dianggap selesai.
Dengan demikian hakim akan memberikan keputusan.
Bahan-bahan untuk membuat keputusan adalah :
1. Berkas hasil perkara penyidikan
2. Surat dakwaan
3. Berita acara sidang
4. Tuntutan/requisitoir
5. Pembelaan/pledoi
6. Replik/duplik

Hakim akan membuat keputusan harus memperhatikan pasal 191, 192, 193,
196, 197, 199. Proses dalam sistem Peradilan Pidana :
1. Penyelidikan dan Penyidikan
Penyelidikan dan Penyidikan adalah tahapan dalam sistem Peradilan
Pidana Indonesia yang menjadi kewenangan Kepolisian, sedangkan
Penyelidikan adalah serangkaian Tindakan Penyidik untuk mencari dan
menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak Pidana guna menentukan
dapat tidaknya dilakukan Penyidikan.

Penyidikan berarti tindakan yang dilakukan pejabat Penyidik sesuai


dengan cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari dan
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat atau menjadi terang
Tindak Pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan Tersangka nya atau
Pelaku Tindak Pidana.

Pada tahap Penyidikan titik berat tekanannya diletakkan pada tindakan


mencari serta mengumpulkan bukti agar dapat menemukan dan menentukan
pelakunya.

Wewenang Penyidikan
Penyidik memiliki kewenangan untuk menghentikan Penyidikan yang
telah dimulai sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 109 ayat 2 KUHAP dengan
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup ;
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan Tindak Pidana ;
3. Penghentian Penyidikan demi Hukum.
Bahwa kewenangan untuk menghentikan Penyidikan diberikan kepada
Penyidik dengan beberapa pertimbangan diantaranya :
1. Untuk menegakkan prinsip Peradilan yang cepat, tepat dan biaya
ringan dan sekaligus untuk tegaknya kepastian Hukum ;

16 | P a g e
2. Supaya Penyidikan terhindar dari kemungkinan tuntutan ganti rugi,
sebab kalau Perkaranya diteruskan tetapi ternyata tidak cukup bukti
atau alasan untuk menuntut atau menghukum atau menuntut ganti
kerugian sebagaimana dalam Pasal 95 k.

2. Penuntutan
Sebelum melimpahkan berkas Pengadilan secara garis besar Penuntut
Umum dalam proses penuntutan harus benar-benar mempelajari dan meneliti
berkas Perkara yang dijatuhkan oleh Penyidik, apakah telah cukup kuat dan
terdapat cukup bukti bahwa Terdakwa telah melakukan Tindak Pidana, dan
setelah berkas lengkap dan cukup bukti tentang adanya Tindak Pidana dan
setelah diperoleh gambaran yang jelas dan adanya Tindak pidana, maka
Penuntutan/Penuntut membuat Surat Dakwaan.

Tahapan Penuntutan dibagi menjadi dua (2) yaitu :


1. Tahap Pra Penuntutan dengan cara menyusun Surat Dakwaan, kalau
berkas Perkara yang diajukan oleh Penyidik sudah jelas dan lengkap
ditetapkan menjadi P-21, P-21 berarti berkas Perkaranya siap
dilimpahkan ke Pengadilan untuk diperiksa dan di sidangkan ;

2. Kalau berkas Perkara yang diajukan oleh Penyidik ke Penuntut


Umum dalam proses Pra Penuntutan, KUHAP menyebutkan bahwa
masih ada yang belum dituangkan oleh Penyidik atau belum lengkap
berkasnya masih perlu adanya penyempurnaan, maka Penuntut
Umum sebagaimana dalam Pasal 14 sub b KUHAP masih perlu ada
penjabaran lebih lengkap, maka Pra Penuntutan mengembalikan
atau menyampaikan kekurangan tersebut kepada Penyidik
sebagaimana dalam Pasal 110 ayat 3, 4 KUHAP ;

3. Bahwa jika berkas Perkara Penyidikan telah dinyatakan lengkap oleh


Penuntut Umum, maka tahapan dilanjutkan ke proses Penuntutan
yang ditandai dengan penyusunan Surat Dakwaan, bahwa Surat
Dakwaan disusun oleh Penuntut Umum berdasarkan berkas Perkara
yang disusun oleh Penyidik.
Surat Dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum haruslah memenuhi dua
(2) syarat :
1. Syarat Formal
2. Dan syarat Materil
 Syarat Formal Surat Dakwaan adalah Surat dakwaan tersebut harus
diberi tanggal dan ditanda tangani serta harus lengkap identitasnya.

 Sedangkan syarat materil adalah uraian secara singkat, cermat dan


lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan serta menyebut
waktu dan tempat Tindak Pidana dilakukan (Locus Delictie).

17 | P a g e
Dalam tahap Penyidikan dan dalam tahap Penuntutan, seorang Penuntut
Umum diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk menghentikan
Penuntutan atau pengesampingan Perkara sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 140 ayat 2 KUHAP, alasan untuk penghentian Penuntutan adalah :
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup ;
2. Peristiwa yang disangakakan bukan merupakan Tindak Pidana ;
3. Penghentian penuntutan demi Hukum.

Penuntut Umum memiliki kewenangan untuk menghentikan


Penuntutan, Jaksa Agung sebagai atasan dari Penuntut Umum meneliti
kewenangan untuk menyampingkan Perkara demi kepentingan umum
sebagaimana diatur dalam Pasal 35 huruf C Uu No. 16/2004 tentang
Kejaksaan.apabila proses Penuntutan tidak dikesampingkan demi kepentingan
umum, maka proses Perkara tetap dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Perkara
di sidang Pengadilan.
Bahwa proses Penuntutan dibagi menjadi (2) proses yaitu :
1. Tahap Pra Penuntutan ;
2. Tahap Penuntutan.

Yang menganut sistem Common Law maupun Civil Law juga berbeda-beda,
seperti di Belanda menganut Civil Law, Inggris dan Amerika Common Law.
 Bahwa di Belanda dikenal dengan tahap Pemeriksaan pendahuluan ;
 Sedangkan di Inggris dengan tahap Decision to prosecute ;
 Di Amerika dikenal dengan tahap Initial Appearance dan Preliminary
Hearing.
Semuanya disebut awal pemeriksaan oleh Kejaksaan untuk
memastikan apakah Perkara tersebut dapat dilanjutkan ke Persidangan atau
Perkara tersebut dihentikan dengan alasan-alasan yang layak.
Perbedaan :
 Jika di Indonesia disebut tahap Pra-Penuntutan masih berada di
wilayah Penyidikan (Kepolisian) sedangkan tahap Penuntutan berada
di wilayah Penuntutan (Kejaksaan), Sedangkan Negara Amerika,
Inggris, Belanda bahwa proses sebelum Penuntutan sudah diserahkan
hasil pemeriksaan kepada Kejaksaan dengan itu proses Pra
Penuntutan juga sudah berada di wilayah Kejaksaan, bukan di
Kepolisian.
 Sedangkan proses Penuntutan merupakan kewenangan tunggal dari
Kejaksaan di Indonesia, begitu juga dengan di Belanda dan Amerika
tetapi tidak di Inggris, karena seorang penduduk sipil atau
perseorangan dapat mengajukan Penuntutan kepada pelaku
kejahatan atau pelanggar Hukum.

3. Pemeriksaan Perkara di Pengadilan.


Suatu Perkara Pidana telah selesai disusun Surat Dakwaannya, maka
Perkara tersebut diajukan ke Pengadilan (KUHAP), pada umumnya Tindak
Pidana yang ancamannya 5 tahun keatas berbeda cara pembuktiannya dengan
Perkara yang ancamannya ringan serta pembuktian Tindak Pidana nya dinilai
mudah dan diperiksa secara singkat dan cara cepat.
18 | P a g e
Sistem Peradilan Pidana di Inggris, Belanda dan Amerika juga mengenal
perbedaan Acara pemeriksaan di Amerika, contohnya :
 Membedakan pemeriksaan perkara Felonies dengan Perkara
misdemeanor, begitu juga di Inggris membedakan pemeriksaan
Perkara berdasarkan Pengadilannya, yaitu Pengadilan Magistrate
untuk Tindak Pidana ringan dan biasa, sedangkan Pengadilan kerajan
untuk Tindak Pidana yang lebih serius dan diancam dengan Pidana
yang lebih besar atau berat.
 Di Indonesia ditinjau dari segi pengaturannya Acara pemeriksaan
biasa yang paling utama dan paling luas pengaturannya, hal ini
didasarkan pada pernyataan bahwa dalam Acara pemeriksaan biasa
inilah dilakukan pemeriksaan Tindak Pidana kejahatan berat sehingga
fokus pengaturan acara pemeriksaan pada umumnya.

4. Bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP ada beberapa sistem
pembuktian dalam Perkara Pidana adalah sebagai berikut :
1. Convictim Intime artinya sistem pembuktian dimana proses
menentukan salah atau tidaknya Terdakwa semata-mata ditentukan
oleh penilaian keyakinan Hakim, bahwa Hakim tidak terikat oleh
macam-macam alat bukti yang ada, dan Hakim hanya memakai alat
bukti tersebut untuk memperoleh keyakinan atas kesalahannya
Terdakwa atau dapat mengabaikan alat bukti tersebut dengan
hanya menggunakan keyakinannya.

2. Conviction In Rasionee sitem pembuktian yang menekankan pada


keyakinan Hakim berdasarkan alasan yang jelas, jika sistem
pembuktian Convictim Intime memberikan keleluasaan kepada
Hakim tanpa adanya pembatasan darimana keyakinan tersebut
muncul, bahwa sistem pembuktian Conviction In Rasionee
memberikan batasan keyakinan Hakim tersebut haruslah
berdasarkan alsan yang jelas.

3. Pembuktian menurut Undang-undang secara negative sistem


pembuktian campuran antara Conviction In Rasionee dengan
sistem pembuktian menurut Undang-undang secara posotif,
rumusan dari sistem pembuktian secara positif ini adalah salah satu
tidaknya seorang Terdakwa ditentukan oleh keyakinan Hakim
didasarkan kepada alat-alat bukti yang sah menurut Undang-
undang.

4. Pembuktian menurut Undang-undang secara positif, maksudnya


adalah bahwa pembuktian hanya dapat disimpulkan dari alat-alat
bukti yang ditentukan oleh Undang-undang tanpa adanya
campuran tangan keyakinan Hakim, ketika perbuatan Terdakwa
dapat dibuktikan berdasarkan alat-alat bukti yang sah, maka
Terdakwa dinyatakan bersalah oleh karenanya dijatuhi Hukuman.

19 | P a g e
Menurut KUHAP sistem pembuktian menurut Undang-undang secara
Negatif sebagaimana dalam Pasal 183 KUHAP berbunyi : Hakim tidak boleh
menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya (2) alat bukti yang sah dan dia memperoleh bahwa suatu Tindak
Pidana benar-benar terjadi, bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Didalam pasal 183 KUHAP tegas menyatakan jika salah satu unsur
tidak terpenuhi maka hakim tidak dapat menjatuhkan Putusan Pemidanaan
kepada Terdakwa.

Bentuk-bentuk Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim sebagaimana disebutkan


dibawah ini :
1. Putusan bebas berarti Terdakwa dijatuhi putusan bebas atau
dinyatakan bebas dari segala tuntutan Hukum (Vrijsprack)
sebagaimana diatur dalam Pasal 191 ayat 1 KUHAP ;
2. Putusan pelepasan dari segala tuntutan Hukum (onslag van recht
vervolging) sebagaimana diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP
artinya perbuatan ada atau terbukti, akan tetapi bukan merupakan
perbuatan Pidana, maka Terdakwa diputus lepas dari segala
tuntutan hukum ;
3. Putusan pemidanaan, berarti Terdakwa dijatuhi Hukuman Pidana
sesuai dengan ancaman yang ditentukan dalam pasal Tindak
Pidana yang didakwakan kepadanya sesuai dengan Pasal 193 ayat
(1) KUHAP.

5. Upaya Hukum
Upaya Hukum ada (2) yaitu biasa dan luar biasa :
1. Upaya Hukum biasa, terdiri dari Banding, Kasasi ;
2. Upaya Hukum Luar biasa yang terdiri dari Kasasi dan Peninjauan
kembali (PK).

Perbedaan antara upaya Hukum biasa dan luar biasa :


1. Upaya Hukum biasa diajukan terhadap Putusan Pengadilan yang
memiliki kekuatan Hukum tetap, sedangkan upaya hukum luar
biasa diajukan terhadap Putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap ;
2. Upaya hukum biasa tidak memerlukan syarat yang bersifat khusus,
sedangkan upaya hukum luar biasa memerlukan syarat-syarat
khusus ;
3. Upaya hukum biasa tidak selamanya ditujukan ke Mahkamah
Agung, sedangkan upaya Hukum luar biasa ditujukan kepada
Mahkamah Agung dan diperiksa serta diputus Mahkamah Agung
sebagai Instansi pertama dan terakhir.

20 | P a g e
Bahwa upaya Hukum yang ada di Indonesia sama persis dengan upaya
Hukum yang dikenal di Belanda, sedangkan di Inggris dan Amerika upaya
hukum yang dapat dilakukan adalah Banding ke Pengadilan Banding
sebagaimana telah diuraikan mengenai susunan Pengadilan.

6.Pelaksanaan Putusan Pengadilan.


Pelaksanaan Putusan pengadilan adalah bagian terakhir dalam sistem
Peradilan Pidana, Putusan pengadilan dilaksanakan oleh Jaksa, sebagaimana
diatur dalam Pasal 270 KUHAP dan Pidana penjara di pemasyarakatan dan
tanggung jawab beralih kepada lembaga pemasyarakatan sebagai salah satu
komponen dalam sistem peradilan pidana di Indonesia.

7.Penghapusan Pidana.
Sistem Peradilan kita di Indonesia ada (2) alasan untuk penghapus Pidana
sebagaimana dalam Pasal 191 KUHAP.
1. Apabila unsur objektif (perbuatan melawan Hukum menurut Hukum
Pidana yang tidak ada sifat melawan hukumnya dihapuskan/hilang,
maka bunyi Putusan Hakim menurut doktrin dan menurut aliran
dualistis Terdakwa dibebaskan.
2. Apabila unsur subjektif (kesalahan pelaku yang dihapuskan/tidak
ada atau pelakunya tidak dapat dipertanggung jawabkan maka
bunyi Putusan Hakim menurut doktrin dan aliran dualistis Terdakwa
dilepas dari segala tuntutan Hukum (ada alasan pemaaf) Pasal 191
KUHAP
Berdasarkan alasan peniadaan/penghapus Hukuman yang umum dan yang
khusus :
1. Alasan penghapus Pidana sebagai ketentuan umum yang terdapat
dalam buku ke I KUHPidana terdiri dari Pasal 44, 48, dan 51
KUHPidana .
2. Alasan penghapus Pidana yang berlaku sebagai ketentuan khusus
yang terdapat dalam buku ke II KUHPidana terdiri dari Pasal 110, 4
Pasal 166, Pasal 186 ayat 1, Pasal 221 ayat (2), Pasal 310, 3 dan
Pasal 314 ayat 1 .
Alasan penghapus Pidana yang bersumber dari hukum yang tidak tertulis juga
dibagi (2), yaitu :
1. Alasan penghapus pidana diluar KUHPidana yang berlaku secara
umum yang sifatnya melawan Hukum materil .
2. Alasan penghapus Pidana diluar KUHPidana yang berlaku secara
khusus yaitu seperti hak mendidik dari orang tua, wali atau guru,
hak jabatan dari dokter gigi dan lain sebagainya.

21 | P a g e
Bahwa penghapus pidana dapat digambarkan melalui skema seperti dibawah ini :

Sebagai alasan pemaaf


Doktrin
Sebagai alasan pembenar

Subjektif dalam diri pelaku kesalahan


terdakwa / pelakunya yang dihapus
Unsurnya
Objektif diluar diri pelaku sifat melawan
hukumnya perbuatan yang di hapus

Alasan
Bebas
Penghapus Putusan
Pidana Hakim Lepas dari segala tuntutan hukum

Internal dan Ekternal


Personal dan tidak personal
Pembuat Tidak dapat dipidananya tindakan pelaku
UU Alasan pembenar dan alasan penyiadan
pidana yang umum
Dan yang khusus

Sumbernya Dari dalam UU KUHPidana

Dari luar UU Yurisprudensi

22 | P a g e
A. Alasan Penghapus Pidana.
Alasan penghapus Pidana mengalami perkembangan baik dari sudut
pemikiran dalam konsep, pengaturan dalam perundang-undangan maupun dalam
hal penerapannya oleh Pengadilan, perkembangan ini terjadi baik di Negara
Belanda maupun yang terjadi di Negara kita sendiri.

Adapun perkembangan penghapus Pidana adalah sebagai berikut :


1. adalah karena dorongan hati nurani, terjadi di Negara Belanda, pada
mulanya tidak menjadi pertimbangan Hakim, terjadi bagi warga yang
memasuki wajib militer, karena alasan itu merupakan desakan/dorongan
hati nurani nya yang menolak wajib militer, akan tetapi alasan tersebut
ditolak oleh Hakim dan dijatuhi hukuman kepada orang yang menolak wajib
militer berdasarkan desakan hati nurani putusan tersebut terdapat dalam
HR (Hoograadt) tanggal 26 Juni 1916.

2. Bahwa kemudian setelah Tahun 50 an telah terjadi perubahan pandangan


Hakim mengenai desakan/dorongan hati nurani antara lain :
a. Hakim tidak lagi dapat mengabaikan diam-diam pembelaan hati
nurani dan ia harus memeriksa apakah perlawanan tersebut
tercakup dalam alasan penghapus pidana yang umum .
b. Perlawanan atas dasar keberatan hati nurani khususnya terhadap
kewajiban militer tidak dapat dikualifikasikan sebagai keadaan
darurat tanpa melihat sejauh mana pelaku dapat dipersalahkan atas
perbuatannya.

3. Alasan agama dorongan religious, dalam hal karena tekanan/dorongan


agama yang dianut seseorang juga dapat melakukan perbuatan yang
melanggar hukum .

4. Alasan dalam keadaan mabuk, keracunan narkotika, sekarang ini berlaku di


Indonesia maupun di Belanda tidak ada alasan dapat menghapus pidana
bagi pelaku yang mabuk atau narkotika.

B. Penyertaan (Deelneming) Comlicity.


Dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHAP menyebutkan ada (4) golongan yang
dapat dipidana :
1. Pelaku atau pleger
2. Menyuruh melakukan atau doenpleger
3. Turut serta atau medepleger
4. Penganjur atau Vitlokker

Ad.1. Pelaku atau disebut Pleger.


Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi
delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas kejahatan adalah sebagai
berikut :

23 | P a g e
a. Orang yang bertanggung jawab ;
b. Orang yang mempunyai kekuasaan, kemampuan untuk
mengakhiri keadaan terlarang, akan tetapi membiarkan keadaan
yang dilarang berlangsung ;
c. Orang yang berkewajiban mengakhiri keadaan terlarang.

Ad. 2. Orang yang menyuruh melakukan (Doenpleger).


Doenpleger adalah orang yang melakukan perbuatan dengan perantara
orang lain, sedangkan perantara itu hanya gunakan sebagai alat dengan unsur-
unsurnya :
a. Alat yang dipakai adalah manusia ;
b. Alat yang dipakai berbuat ;
c. Alat yang dipakai tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Ad. 3. Orang yang turut serta (Medepleger).


Medepleger menurut MVT adalah orang yang dengan sengaja turut
berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu, oleh karena itu kualitas
masing-masing peserta Tindak Pidana adalah sama.

Ad. 4. Penganjur (Vitlokker).


Penganjur adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk
melakukan suatu tindak Pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang
ditentukan oleh Undang-undang secara limitative yaitu memberi atau
menjanjikan sesuatu menyalahgunakan kekuasaan atau martabat kekerasan
ancaman atau penyesatan dengan memberi kesempatan dan sarana.

Ad.5. Pembantuan (Medeplictige).


Sebagaimana disebut dalam Pasal 56 KUHP pembantuan ada (2) jenis :
1. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan atau turut serta.
2. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan yang dilakukan dengan cara
memberi kesempatan sarana atau keterangan ini mirip sengan
penganjuran.

Praktek membuat Surat-surat penting dalam praktek Perkara Pidana :


1. Cara membuat Surat Kuasa bantuan Hukum ditingkat Penyidikan s/d
Peradilan di Pengadilan Negeri ;
2. Mengajukan Eksepsi dan tanggapan atas Eksepsi dari JPU;
3. Perlawanan terhadap Putusan Sela ;
4. Nota Pembelaan dan Duplik ;
5. Menyusun Memori Banding dan Kontra Banding ;
6. Mengajukan Memori Kasasi & Kontra Kasasi sebagai upaya Hukum.

24 | P a g e
Ad. 1. Cara membuat Surat Kuasa Pendampingan.
Dalam prakteknya sebagai Pengacara/Advokat, setiap pendampingan
Perkara di tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan siding Pengadilan harus dibuat
Surat Kuasa mendampingi pada saat pemeriksaan ditingkat Kepolisian,
Kejaksaan, dan Pengadilan, baik sebagai saksi maupun sebagai Terdakwa dan
juga sebagai Tersangka, setiap tingkatan harus berganti atau berbeda-beda
Surat Kuasa, karena setiap proses Penyidikan masing-masing berbeda isinya
dan nomor Perkara sampai proses Pengadilan.

Bahwa didalam Surat Kuasa disemua tingkat pemeriksaan harus jelas


dicantumkan si Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa, dan khusus dalam Surat
Kuasa harus jelas disebutkan pasal-pasal yang dilanggar dan juga Nomor
Registrasi Perkara di Pengadilan mana juga disebutkan dan kemudian harus
disebutkan dan dijelaskan untuk keperluan apa Surat Kuasa tersebut diberikan
dan diberikan kepada siapa Surat Kuasa tersebut. Apakah hanya mendampingi
di tingkat Kepolisian atau di tingkat Kejaksaan dan Pengadilan, juga disebutkan
dengan jelas dan berikut Nomor Perkara, kemudian Surat Kuasa tersebut di
tanda tangani oleh Pemberi Kuasa yang didampingi dan Advokat sebagai
pendamping.

Ad.2. Eksepsi dan tanggapan oleh Jaksa Penuntut Umum atas


jawaban dan Eksepsi Penasehat Hukum.
Bahwa setiap Perkara yang di proses dan diadili di tingkat Pengadilan
Negeri, pada saat sidang pertama Jaksa membacakan dakwaan atas Perkara
yang diajukan atau dilimpahkan oleh Jaksa Penuntut Umum ke Pengadilan.

Dakwaan jaksa Penuntut Umum di Eksepsi oleh Penasehat


Hukum/Pengacara, dan diajukan Eksepsi terhadap Dakwaan jaksa tersebut.
Bahwa Eksepsi itu adalah hak dari Terdakwa dalam pembelaan terhadap dirinya
karena apa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa berhak
membantah, ingkar atau melawan kalau dirinya merasakan tidak sesuai dengan
aturan atau Hukum Acara yaitu mengenai syarat-syarat Surat Dakwaan
sebagaimana dalam Pasal 143 ayat 2 dan Pasal 143 ayat 2 b.

Bahwa apabila Eksepsi dikabulkan berkas Perkaranya dapat


dikembalikan kepada pihak Kejaksaan untuk diperbaiki dan juga dapat
dihentikan perkaranya dan si Terdakwa dikeluarkan dari tahanan bebas demi
Hukum, kalau ditolak Eksepsi tentu perkara dilanjutkan prosesnya sampai
dengan Putusan akhir Perkara atas nama Terdakwa tersebut, di hukum atau
dibebaskan dari segala tuduhan maupun Dakwaan.

25 | P a g e
Contoh Surat Kuasa Pendampingan di Kepolisian.
SURAT KUASA KHUSUS
No. : 08/ SK/ JS & A/ X/ 2019

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pemberi Kuasa :


Nama : ANDI PRAYOGO
Jabatan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Jamin Ginting, No. 80 Medan
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal
ini dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
1. Dr.JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
2. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Advokat & Legal Consultant dan berkantor di Jalan Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur
Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera Utara ;--------------------------------------------------------------
KHUSUS :
Untuk mewakili/membela, mendampingi kepentingan Hukum Pemberi Kuasa dalam
Pemeriksaan atau memberi keterangan di Reskrim Polrestabes Medan atas dugaan
pelanggaran Tindak Pidana penyediaan tenaga listrik tanpa izin operasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) UU RI No.30 tahun 2009 ;---------------------------------------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
- Melakukan segala perbuatan dan tindakan untuk dan atas nama kepentingan Hukum Klien/Pemberi
Kuasa;---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Menghadap ke Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, Kepolisian
Negara, Balai Harta Peninggalan, Badan Pemerintah Sipil maupun Militer, Kedutaan Besar Negara
Asing dan bila perlu menghadap ke Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Mahkamah Agung
Republik Indonesia ;---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Membuat, suruh buat, menandatangani, mengajukan dan atau menjalankan Surat Perjanjian, Surat
Perdamaian, Surat Permohonan, Surat Pengaduan, Surat Pemberitahuan/Somasi, Surat Gugatan,
Surat Gugat Rekonpensi, Surat Sanggahan, Verzet/Perlawanan, Risalah Banding, Risalah Kasasi,
Eksploit Juru Sita, dan surat
lainnya;------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan, menolak atau menerima bukti-bukti atau saksi-saksi di Persidangan, meminta, menolak
atau menyuruh jalan Sita, meminta atau mencabut Eksekusi, mengajukan Verzet/Perlawanan terhadap
Eksekusi yang sedang dijalankan, dan bila diperlukan berhak mencabut Gugatan dan mengadakan
perdamaian;-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Meminta Banding, Pemeriksaan Ulang atau Kasasi ke Mahkamah Agung RI atas putusan Hakim dan
untuk itu menandatangani permintaannya, membuat dan mengirim keberatan dan surat-surat yang
diperlukan untuk itu;---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas segel
bermaterai dan mengemukakan alasannya dan Pemberi Kuasa telah melunaskan seluruh biaya untuk
mengurus kepentingan Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan Penerima Kuasa ataupun seluruh
Honorarium yang telah diperjanjikan secara tertulis, dan untuk itu Penerima Kuasa mempunyai hak
untuk menahan segala surat-surat penting lain sampai biaya/kewajiban Pemberi Kuasa
dipenuhi/dibayar lunas ;----------------------------------------------------------------------------------------------------------

KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.
Yang Menerima Kuasa, Medan,28 Oktober 2019
Yang Memberi Kuasa

DR.JAPANSEN SINAGA, SH., M.HUM ANDI PRAYOGO

CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH.,

26 | P a g e
Contoh Surat Kuasa Perdata .

SURAT KUASA KHUSUS


No. : 19/ SK/ JS & A/ III / 2020

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pemberi Kuasa :


Nama : DESI
T/Tgl Lahir : Sigotom/ 30 November 1984
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Teratai No.9 Kel. Sarirejo Kec.Medan Polonia-Kota Medan
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal ini
dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
1. Dr.JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
2. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Bahwa semuanya adalah Warga Negara Indonesia, Advokat & Legal Consultant dan berkantor di
Jalan Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera Utara;-
KHUSUS : Untuk mewakili kepentingan Hukum Pemberi Kuasa mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum terhadap ANITA, dkk atas penjualan dan penguasaan sebidang tanah seluas 313 M 2 yang terletak di
Jalan Teratai Ling. V Kel. Sari Rejo, Kec.Medan Polonia Kota Medan sesuai Surat Keterangan Tanah (SKT) No.
594/015/SKT/SR/I/2007 tanggal 31 Januari 2007 dan sebagaimana tertuang dalam Pelepasan Hak atas tanah
dengan ganti rugi No. 57/W/JP/I-II/2017 tanggal 29 Maret 2017 yang dibuat dihadapan Notaris MARIA, SH.,
M.Kn ke Pengadilan Negeri Medan ;--------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
- Melakukan segala perbuatan dan tindakan untuk dan atas nama kepentingan Hukum Klien/Pemberi Kuasa;--------
- Menghadap ke Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, Kepolisian Negara, Balai
Harta Peninggalan, Badan Pemerintah Sipil maupun Militer, Kedutaan Besar Negara Asing dan bila perlu
menghadap ke Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Mahkamah Agung Republik Indonesia ;-----------------
- Membuat, suruh buat, menandatangani, mengajukan dan atau menjalankan Surat Perjanjian, Surat Perdamaian,
Surat Permohonan, Surat Pengaduan, Surat Pemberitahuan/Somasi, Surat Gugatan, Surat Gugat Rekonpensi,
Surat Sanggahan, Verzet/Perlawanan, Risalah Banding, Risalah Kasasi, Eksploit Juru Sita, dan surat lainnya;----------
- Mengajukan, menolak atau menerima bukti-bukti atau saksi-saksi di Persidangan, meminta, menolak atau
menyuruh jalan Sita, meminta atau mencabut Eksekusi, mengajukan Verzet/Perlawanan terhadap Eksekusi yang
sedang dijalankan, dan bila diperlukan berhak mencabut Gugatan dan mengadakan perdamaian;----------------------
- Meminta Banding, Pemeriksaan Ulang atau Kasasi ke Mahkamah Agung RI atas putusan Hakim dan untuk itu
menandatangani permintaannya, membuat dan mengirim keberatan dan surat-surat yang diperlukan untuk itu;--
- Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas segel bermaterai
dan mengemukakan alasannya dan Pemberi Kuasa telah melunaskan seluruh biaya untuk mengurus kepentingan
Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan Penerima Kuasa ataupun seluruh Honorarium yang telah diperjanjikan
secara tertulis, dan untuk itu Penerima Kuasa mempunyai hak untuk menahan segala surat-surat penting lain
sampai biaya/kewajiban Pemberi Kuasa dipenuhi/dibayar lunas ;-----------------------------------------------------------------

KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera Utara
Yang Menerima Kuasa, Medan, 16 Maret 2020
Yang Memberi Kuasa

DR.JAPANSEN SINAGA, SH., M.HUM. DESI

CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.

27 | P a g e
SURAT KUASA PIDANA
No.10/SK/LO-JS&A/V/2017
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Amin
Tanggal Lahir : 04 Desember 1967
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Budha
Alamat : Jln. Pukat Banting 1 No.19 Kel. Bantam Kec.Medan Tembung
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal
ini dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
1.Dr.JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
2. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.

Bahwa semuanya adalah Warga Negara Indonesia, Advokat & Legal Consultant dan
berkantor di Jalan Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara ;----------------------------------------------------------------------------------------------------
KHUSUS : Untuk membela, dan mendampingi/ mewakili Terdakwa dalam Perkara Tindak Pidana,
sebagaimana yang di Dakwakan melanggar Pasal 374 Subs pasal 372 KUHPidana atau
(Penggelapan dalam Jabatan) dalam Proses Peradilan di Pengadilan Negeri Medan ;---------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
- Mendampingi Saksi/Tersangka/Terdakwa dalam Pemeriksaan pendahuluan dihadapan pihak Kepolisian
atau Kejaksaan, di dalam Persidangan Pengadilan Negeri, baik di tingkat Banding maupun tingkat
Kasasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan eksepsi, nota pembelaan (pledoi) dan duplik terhadap replik yang diajukan oleh Jaksa
Penuntut
Umum.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Bilamana perlu Penerima Kuasa dapat memohon kepada Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan
Negeri, Pengadilan Tinggi maupun Instansi lainnya, agar kepada Saksi/Tersangka/Terdakwa diberi
tahanan
luar.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Memohon agar Saksi/Tersangka/Terdakwa segera diperiksa oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan, maupun
pihak Pengadilan Negeri atau instansi lain, supaya ada kepastian hukum bagi
Saksi/Tersangka/Terdakwa.-----------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan permintaan banding maupun kasasi dari semua keputusan Pengadilan, penetapan
pemerintah dan membuat sekaligus mengajukan memori banding, memori kasasi, memori peninjauan
kembali, menandatangani akte banding, akte kasasi, akte peninjauan kembali dan semua surat-surat
yang dianggap perlu untuk kepentingan lainnya.--------------------------------------------------------------------------
- Penerima Kuasa diberi hak menggunakan segala upaya hukum menurut HIR/R.Bg/KUHAP, hak retensi,
hak substitusi, hak menerima honorarium & hak untuk menggugat kembali/Rekonpensi, apabila perlu.---
- Pencabutan Kuasa di Persidangan dalam perkara tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh Pemberi
Kuasa apabila pihak Jaksa Penuntut Umum belum membacakan surat-surat dakwaan/tuntutan
pidana.--
- Pencabutan Kuasa oleh si Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas
segel dan dibubuhi materai dan mengemukakan segala alasannya dan si Pemberi Kuasa wajib
melunaskan seluruh biaya untuk mengurus kepentingan si Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan si
Penerima Kuasa ataupun Honorarium, sesuai Undang-Undang.—---------------------------------------------------
- Segala tindakan Penerima Kuasa yang dipandang perlu menurut Hukum walaupun belum disebut
dalam Surat Kuasa ini, sudah termasuk di dalam Surat kuasa ini dan disetujui oleh Pemberi Kuasa.------
Demikianlah Surat Kuasa ini diberikan dengan segala hak untuk membela dan mendampingi Pemberi
Kuasa baik ditingkat Kepolisian dan Kejaksaan maupun tingkat Persidangan Pengadilan Negeri dan
Kuasa ini juga berlaku untuk mengajukan banding, kasasi dan request civil (Peninjauan Kembali).
Medan, 18 Mei 2017
Pemberi Kuasa Penerima Kuasa

Dr.JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum. AMIN

28 | P a g e
CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Contoh Surat Kuasa mengajukan Banding.

SURAT KUASA KHUSUS


No. : 10/ SK/ JS & A/ X/ 2019

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pemberi Kuasa :


Nama : SHANDY
T.Tgl Lahir : Medan, 19-02-1970
Agama : Budha
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kapten Muslim, No.12 Medan
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal
ini dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
1. Dr. JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
2. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Bahwa semuanya adalah Warga Negara Indonesia, Advokat & Legal Consultant dan
berkantor di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera
Utara ;-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KHUSUS : Untuk mewakili kepentingan Hukum Pemberi Kuasa menandatangani Akta Banding
dan mengajukan Memori Banding dalam Perkara No.783/Pdt.G/2018/PN-Mdn tertanggal 22
Oktober 2019 ke Pengadilan Tinggi Medan ;-------------------------------------------------------------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
Melakukan segala perbuatan dan tindakan untuk dan atas nama kepentingan Hukum Klien/Pemberi Kuasa;-------
- Menghadap ke Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, Kepolisian
Negara, Balai Harta Peninggalan, Badan Pemerintah Sipil maupun Militer, Kedutaan Besar Negara Asing
dan bila perlu menghadap ke Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Mahkamah Agung Republik
Indonesia ;---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Membuat, suruh buat, menandatangani, mengajukan dan atau menjalankan Surat Perjanjian, Surat
Perdamaian, Surat Permohonan, Surat Pengaduan, Surat Pemberitahuan/Somasi, Surat Gugatan, Surat
Gugat Rekonpensi, Surat Sanggahan, Verzet/Perlawanan, Risalah Banding, Risalah Kasasi, Eksploit Juru
Sita, dan surat
lainnya;------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan, menolak atau menerima bukti-bukti atau saksi-saksi di Persidangan, meminta, menolak
atau menyuruh jalan Sita, meminta atau mencabut Eksekusi, mengajukan Verzet/Perlawanan terhadap
Eksekusi yang sedang dijalankan, dan bila diperlukan berhak mencabut Gugatan dan mengadakan
perdamaian;--------
- Meminta Banding, Pemeriksaan Ulang atau Kasasi ke Mahkamah Agung RI atas putusan Hakim dan
untuk itu menandatangani permintaannya, membuat dan mengirim keberatan dan surat-surat yang
diperlukan untuk
itu;------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas segel
bermaterai dan mengemukakan alasannya dan Pemberi Kuasa telah melunaskan seluruh biaya untuk
mengurus kepentingan Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan Penerima Kuasa ataupun seluruh
Honorarium yang telah diperjanjikan secara tertulis, dan untuk itu Penerima Kuasa mempunyai hak untuk
menahan segala surat-surat penting lain sampai biaya/kewajiban Pemberi Kuasa dipenuhi/dibayar lunas ;----

KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.

Yang Menerima Kuasa, Medan, 31 Oktober 2019


Yang Memberi Kuasa

29 | P a g e
Dr. Japansen Sinaga, SH., M.Hum

SHANDY

Chrise H. Simangunsong, SH., MH

Contoh Surat Kuasa mengajukan Kasasi.

SURAT KUASA KHUSUS


No. : 12/ SK/ JS & A/ XI/ 2019

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pemberi Kuasa :


Nama : WILIAM
T.Tgl Lahir : Medan, 19-02-1970
Agama : Budha
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kapten Muslim, No.12 Medan
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal
ini dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
3. Dr. JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
4. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Bahwa semuanya adalah Warga Negara Indonesia, Advokat & Legal Consultant dan
berkantor di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera
Utara ;-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KHUSUS : Untuk mewakili kepentingan Hukum Pemberi Kuasa menandatangani Akta Kasasi
dan mengajukan Memori Kasasi dalam Perkara No.783/Pdt.G/2018/PN-Mdn Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Medan No. 134/Pdt/2020/PT.Mdn tanggal 30 April 2020 ke Mahkamah Agung
Republik Indonesia di Jakarta ;-------------------------------------------------------------------------------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
Melakukan segala perbuatan dan tindakan untuk dan atas nama kepentingan Hukum Klien/Pemberi Kuasa;-------
- Menghadap ke Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, Kepolisian
Negara, Balai Harta Peninggalan, Badan Pemerintah Sipil maupun Militer, Kedutaan Besar Negara Asing
dan bila perlu menghadap ke Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Mahkamah Agung Republik
Indonesia ;---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Membuat, suruh buat, menandatangani, mengajukan dan atau menjalankan Surat Perjanjian, Surat
Perdamaian, Surat Permohonan, Surat Pengaduan, Surat Pemberitahuan/Somasi, Surat Gugatan, Surat
Gugat Rekonpensi, Surat Sanggahan, Verzet/Perlawanan, Risalah Banding, Risalah Kasasi, Eksploit Juru
Sita, dan surat
lainnya;------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan, menolak atau menerima bukti-bukti atau saksi-saksi di Persidangan, meminta, menolak
atau menyuruh jalan Sita, meminta atau mencabut Eksekusi, mengajukan Verzet/Perlawanan terhadap
Eksekusi yang sedang dijalankan, dan bila diperlukan berhak mencabut Gugatan dan mengadakan
perdamaian;--------
- Meminta Banding, Pemeriksaan Ulang atau Kasasi ke Mahkamah Agung RI atas putusan Hakim dan
untuk itu menandatangani permintaannya, membuat dan mengirim keberatan dan surat-surat yang
diperlukan untuk
itu;------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas segel
bermaterai dan mengemukakan alasannya dan Pemberi Kuasa telah melunaskan seluruh biaya untuk
mengurus kepentingan Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan Penerima Kuasa ataupun seluruh
Honorarium yang telah diperjanjikan secara tertulis, dan untuk itu Penerima Kuasa mempunyai hak untuk
menahan segala surat-surat penting lain sampai biaya/kewajiban Pemberi Kuasa dipenuhi/dibayar lunas ;----

KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.

30 | P a g e
Yang Menerima Kuasa, Medan, 12 Maret 2018
Yang Memberi Kuasa

Dr. Japansen Sinaga, SH., M.Hum

WILIAM

Chrise H. Simangunsong, SH., MH

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai