PENYIDIKAN
Penyidikan diartikan sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur alam UU, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang
dengan bukti itu membuat terangnya tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (Pasal 1 butir 2 KUHP).
2. PENGADUAN
Yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh orang yang dirugikan/dimalukan
dalam delik aduan.
3. TERTANGKAP TANGAN
Yaitu peristiwa yang berupa:
Tertangkap seseorang pada saat sedang melakukan tindak pidana, atau
Dengan segera tertangkap tangan setelah melakukan tindak pidana ;
Sesaat kemudian diserahkan kepada khalayak ramai sebagai seorang yang
melakukannya ;
1|Page
Sebagai seorang yang melakukannya ;
Sesaat kemudian padanya ditemukan tanda yang diduga itu menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya ;
Diketahui sendiri melalui orang atau media ;
Dari mulut ke mulut ;
Kegiatan-kegiatan pokok dalam penyidikan tindak pidana antara lain adalah
penyelidikan, pemeriksaan, penyelesaian berkas perkara dan pelimpahan
berkas-berkas.
PENYELIDIKAN
Diartikan sebagai serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya penyidikan, dengan demikian penyelidikan tidak dapat
dipisahkan dari penyidikan. Penyelidikan bagian dari penyidikan dan penyelidikan
adalah awal dari penyidikan.
PENINDAKAN
Adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik
pembantu terhadap orang atau barang yang ada kaitannya dengan suatu tindak
pidana.
Tindakan-tindakan tersebut antara lain berupa :
2|Page
A. Pemanggilan Tersangka/Saksi
Yang berwenang mengeluarkan surat perintah adalah komando kesatuan
atau pejabat yang ditunjuk, setelah penyidik atau penyidik pembantu dan
penyampaian kepada yang bersangkutan dilakukan oleh anggota polisi negara dalam
hal yang dipanggil tidak berada di tempat, surat panggilan dapat diterima :
1. Keluarganya ;
2. Ketua lingkungan atau kepala desa ;
3. Orang lain yang dapat jaminan bahwa surat panggilan tersebut akan
disampaikan kepada yang bersangkutan ;
B. Penangkapan
Yang berwenang melakukan penangkapan adalah petugas kepolisian Negara,
Penangkapan dapat dilakukan terhadap seseorang yang dengan bukti permulaan
yang cukup, diduga keras telah melakukan tindak pidana kejahatan.
Lama masa penangkapan dibatasi yaitu 1 x 24 jam, oleh sebab itu terhadap
seseorang yang dikenakan penangkapan segera dilakukan pemeriksaan, dalam
berita acara harus disebutkan identitas orang yang ditangkap, tindak pidana yang
dipersangkakan saat penangkapan dilaksanakan.
C. Penahanan
Diartikan penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hukum menurut perundangan yang berlaku,
Orang yang dapat dikenakan tindakan penahanan adalah diduga keras berdasarkan
bukti yang cukup melakukan atau percobaan melalui cara atau membantu tindakan
pidana.
3|Page
Tersangka yang dapat dikenakan tindakan penahanan adalah yang
melakukan tindak pidana yang diancam pidana maksimal 5 tahun dan tindak pidana
tertentu sebagai mana ditentukan dalam KUHP pasal :
Pasal 283 ayat 3
Pasal 296
Pasal 335 ayat 1
Pasal 372
Pasal 351 ayat 1
Pasal 378
Pasal 453
Pasal 454
Pasal 455
Pasal 459
Pasal 480
Pasal 506
Tindak pidana terhadap seorang tersangka dilakukan dengan pertimbangan
atau alasan sebagai berikut :
Tersangka akan melarikan diri ;
Tersangka dapat merusak/menghilangkan barang bukti ;
Tersangka yang dikecualikan mengulangi suatu tindak pidana.
Jenis/bentuk penahanan yang dilakukan adalah :
Penahanan rumah ;
Tahanan Negara ;
Tahanan kota.
Setiap tindakan penahanan yang dilakukan harus dilengkapi dengan
surat perintah penahanan dan berita acara pelaksanaan, demikian juga dengan
pengalihan jenis tahanan penangguhan penahanan dan pengeluaran tahanan.
Penahanan untuk kepentingan penyelidikan dapat dilakukan oleh penyidik
selama 20 hari dan dapat diperpanjang untuk paling lama 40 hari atas izin penuntut
umum jika penyidikan belum selesai.
Surat perintah penahanan berisikan keterangan mengenai pertimbangan :
1. Dasar tindakan ;
2. Identitas orang yang diperintah untuk menjalankan tahanan serta ;
3. Tindak pidana yang disangkakan ;
4. Jenis tahanan yang digunakan ;
5. Lamanya masa tahanan, kemudian
6. Ditandatangani oleh penyidik.
4|Page
D. Penggeledahan dan penyitaan
Penggeledahan dapat dilakukan terhadap :
1. Rumah ;
2. Tempat tertutup lainnya ;
3. Pakaian ;
4. Badan.
Khusus Penggeledahan Rumah hanya bisa dilakukan oleh petugas Kepolisian
dengan surat perintah penggeledahan, setelah mendapat izin Ketua PN setempat
pada waktu pelaksanaan penggeledahan rumah harus disaksikan oleh kepala desa
dan 2 orang saksi kecuali dalam keadaan mendesak dan sangat perlu didahului
penggeledahan.
E. Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan dengan surat perintah penyitaan, setelah mendapat
izin dari Ketua Pengadilan setempat kecuali dalam keadaan sangat terdesak dan
perlu penyitaan terhadap benda bergerak, dapat dilakukan tanpa surat perintah
penyitaan dan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri.
F. Pemeriksaan Tersangka
Secara umum pemeriksaan dapat diartikan Suatu kegiatan untuk
mendapatkan keterangan atau penjelasan identitas tersangka/saksi dan barang bukti
maupun mengenai unsur-unsur tempat pidana telah terjadi.
5|Page
Pada tingkat penyidikan saksi diperiksa tanpa sumpah kecuali cukup alasan
bahwa saksi yang bersangkutan tidak dapat hadir pada saat dilangsungkannya
sidang pengadilan jika yang diperiksa adalah saksi ahli yang memiliki keahlian
khusus pada bidang tertentu maka yang bersangkutan harus disumpah keterangan
yang diberikan orang ahli bisa diwujudkan dalam bentuk berita acara ataupun
keterangan secara tertulis berupa visum et repertum.
Syarat-syarat formal :
Pada halaman pertama sebelah sudut kiri atas disebutkan nama dan komando
kesatuan, dibawahnya nama kesatuan ditulis kata-kata PRO JUSTITIA ;
Pada tengah-tengah pertama atas halaman ditulis kata-kata BAP dan
dibawahnya antara (dituliskan tersangka/saksi) isinya dimulai dibawahnya ;
Di sebelah kiri dari setiap lembaran BAP dikosongkan selembar ¼ halaman
yang maksudnya untuk tempat perbaikan apabila terjadi kekeliruan dalam
penulisan materinya ;
Pada pendahuluan BAP dicantumkan :
Hari, tanggal, bulan dan tahun pembuatan ,
Nama, pangkat, NRP, jabatan dan kesatuan dari pada pemeriksa ,
Nama (nama lengkap) termasuk nama kecil, alias dan nama panggilan,
tempat tinggal dan tanggal lahir (umur, agama, kewarganegaraan,
tempat tinggal atau kediaman dan pekerjaan dari tersangka/saksi
berdasarkan keterangannya dan kontrol dengan KTP/Paspor/kartu
pengenal lainnya ,
Diperiksa sebagai tersangka/saksi
Alasan pemeriksaan (dalam hubungan dengan tindak pidana yang
terjadi dengan menyebutkan no dan tanggal laporan polisinya.
Pada akhir BAP terdapat kolom tanda tangan yang diperiksa dan penutup BAP
dengan kolom tanda tangan pemeriksa. Bila yang diperiksa tidak dapat
membuat tanda tangan, maka kolom tanda tangan diberi cap jempol/ 3 jari
tangan telunjuk, jari tengah, jari manis kiri tangan sesuai dengan keadaan
yang memungkinkan diperiksa.
6|Page
Setiap halaman kecuali halaman terakhir yang memuat tanda tangan yang
diperiksa harus diberi paraf yang diperiksa di pojok kanan bawah ;
Dalam hal pemeriksaan belum dapat diselesaikan maka pemeriksaan maupun
pembuat BAP dapat dihentikan tersebut oleh yang diperiksa dan yang
memeriksa.
Syarat-syarat Material :
Keseluruhan isi/materi BAP agar memenuhi jawaban atas :
“ Siapakah “ yang mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan antara lain sebagai berikut :
Siapa yang melaporkan/mengadukan ,
Siapa yang pertama-tama mengetahui ,
Siapa korban/yang dirugikan ,
Siapa yang terlibat ,
Siapa yang dapat menambah keterangan.
7|Page
Bagaimanakah akibat yang ditimbulkan
“Bilamanakah” mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan antara lain :
Bilamanakah perbuatan/tindak pidana dilakukan/terjadi ,
Bilamanakah kejadian tersebut dilaporkan
Keseluruhannya agar memuat uraian keterangan yang memenuhi unsur-unsur
pada Tindak Pidana yang dipersangkakan.
8|Page
4. Pembahasan dan kesimpulan.
2. Pemberkasan
Adalah merupakan kegiatan berkas segala surat-surat atau berita acara yang
berhubungan dengan perkara tersebut.
Menurut syarat-syarat dan penyelesaian tersebut susunan berkas perkara
yang lengkap adalah sebagai berikut :
1. Sampul berkas perkara ;
2. Isi berkas perkara ;
3. Resume ;
4. Laporan polisi ;
5. BAP di tempat kejadian perkara (TKP) ;
6. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) ;
7. Berita acara sesuai dengan pasal 75 KUHP ;
8. Berita acara dibuat untuk tindakan lihat pasal 75 KUHAP ;
9. Surat panggilan ;
10.Surat perintah membawa ;
11.Surat izin/penggeledahan/penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat ;
12.Surat perintah penangkapan (Sprinkap) ;
13.Surat perintah penggeledahan ;
14.Surat perintah penyitaan ;
15.Keterangan ahli (visum et repertum) ;
16.Dokumen-dokumen bukti ;
17.Daftar tersangka ;
18.Daftar saksi ;
19.Daftar barang bukti (BB) ;
20.Petikan surat putusan pemidanaan.
PENUNTUTAN
Apakah yang dimaksud dengan tindakan penuntutan ? KUHAP dalam pasal 1
butir ke 7 menyatakan sebagai berikut :
“Tindakan penuntutan adalah melimpahkan perkara pidana ke PN yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus hakim di sidang pengadilan”.
9|Page
A. Cara Pelimpahan Perkara di Pengadilan
Untuk dapat mendalami dan memahami cara pelimpahan perkara di
pengadilan perlu dilihat dalam pasal 139 KUHP.
Setelah menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik dia
segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk
dapat atau tidak dilimpahkan di pengadilan. Bilamana memenuhi syarat maka dalam
waktu secepatnya membuat surat dakwaan. Bilamana tidak cukup bukti segera
membuat surat ketetapan penghentian penuntutan.
Fungsi surat dakwaan bagi terdakwa adalah untuk mengetahui sejauh mana
Terdakwa dilibatkan dalam persidangan dengan memahami surat dakwaan yang
dibuat jaksa penuntut umum atas dakwaan tersebut adalah dasar pembelaan bagi
dirinya.
Karena surat dakwaan adalah dasar pembelaan dari Terdakwa sudah barang
tentu surat dakwaan akan mendapat sorotan dari terdakwa/penasehat hukumnya.
Bilamana ada ditemukan sedikit saja kelemahan dalam surat dakwaan.
Fungsi surat dakwaan bagi Hakim adalah bahan atau objek pemeriksaan di
persidangan yang akan memberi corak dan warna terhadap keputusan pengadilan
yang akan dijatuhkan.
Fungsi surat dakwaan bagi Jaksa Penuntut Umum adalah bahwa surat
dakwaan menjadi dasar surat tuntutan (requisotoir), Sesudah pemeriksaan di
sidang pengadilan dinyatakan selesai (ditutup) oleh hakim, maka penuntut umum
membuat kesimpulan bagian-bagian mana dan pasal-pasal mana dari dakwaan
yang dinyatakan terbukti dan berdasarkan hal tersebut jaksa penuntut umum
meminta tuntutan luar kepada hakim, juga surat dakwaan dasar pemeriksaan
sidang/dasar tuntutan sidang.
10 | P a g e
Syarat formal diberi tanggal dan ditandatangani oleh jaksa penuntut umum
serta berisi :
a. Nama lengkap
b. Umur/tanggal lahir
c. Jenis kelamin
d. Kebangsaan/kewarganegaraan
e. Tempat tinggal
f. Agama
g. Pekerjaan
11 | P a g e
3. Bentuk-bentuk surat dakwaan
Dalam praktek perkembangan dewasa ini dikenal bentuk surat dakwaan yaitu:
1. Tunggal
a. Perbuatan yang dilakukan terdakwa hanya merupakan satu tindak pidana
saja ;
b.Terdakwa melakukan/perbuatan tetapi termasuk dalam beberapa
ketentuan-ketentuan pidana pasal 63 (1) KUHP ;
c. Terdakwa melakukan perbuatan yang berlanjut, pasal 64 (1) KUHP.
2. Komulatif
Dalam surat dakwaan beberapa tindak pidana yang masing-masing berdiri
sendiri artinya tidak ada hubungan antara ….. yang satu terhadap yang lain
didakwakan secara…… juga penting dalam hal ini bahwa subjek pelaku……
adalah terdakwa yang sama. Konsekuensi pembuktiannya adalah masing-
masing dakwaan harus dibuktikan, sedangkan bagi yang tidak terbukti secara
tegas harus dituntut bebas atau lepas dari tuntutan dan sebaliknya apabila
semua surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum dianggap terbukti maka
tuntutan pidananya sejalan dengan ketentuan pasal 65 KUHP. Di antara
dakwaan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan kata-kata “Dan”
Ex : Pertama pasal 340 KUHP dan pasal 365 KUHP.
3. Subsider
Dalam surat dakwaan perlu beberapa tindak pidana dan perumusan ini
disusun sedemikiannya secara bertingkat dari dakwaan yang berat s/d dakwaan
yang paling ringan.
Jadi pada hakekatnya dalam bentuk surat dakwaan subsider ini hanya tindak
pidana saja yang sebenarnya akan dibuktikan kepada terdakwa, konsekuensi
pembuktiannya pertama-tama harus diperiksa lebih dahulu dakwaan primer
apabila tidak terbukti baru beralih kepada dakwaan subsider dan demikian
seterusnya. Tetapi sebaliknya apabila dakwaan primer telah terbukti maka
dakwaan subsider tidak perlu.
Contoh : Primer pasal 338 KUHP
Subsider pasal 353 KUHP
4. Alternatif
Dalam surat dakwaan beberapa perumusan tindak pidana tetapi pada
hakekatnya yang merupakan tujuan utama hanya ingin membuktikan satu
tindak pidana saja.
Konsekuensi pembuktiannya adalah apabila dakwaan yang ke I terbukti
maka yang lain tidak dapat ditunda lagi. Jadi jaksa langsung dapat membuktikan
bahwa dakwaan dianggap terbukti tanpa terkait oleh urutan dakwaan yang
tercantum dalam surat dakwaan.
Apabila dakwaan ke I terbukti maka yang lain tidak dapat ditunda lagi, jadi
Jaksa langsung dapat membuktikan bahwa dakwaan dianggap terbukti tanpa
terkait oleh urutan dakwaan yang tercantum dalam surat dakwaan. Jadi disini
ada faktor memilih dakwaan yang mana yang dapat dibuktikan.
12 | P a g e
5. Kombinasi
Bentuk surat dakwaan yang disusun secara kombinasi yang didalamnya
mengandung bentuk dakwaan kumulatif yang masing-masing dapat terdiri dari
dakwaan subsider dan atau alternatif atau dapat juga antara bentuk subsider
dan kumulatif.
EKSEPSI
Apabila di sidang pengadilan dalam perkara pidana setelah penuntut umum
membacakan surat dakwaan, maka terdakwa mempunyai hak menyatakan
keberatan atau tidak menyetujui isi surat dakwaan. Inilah yang dinamakan Eksepsi.
Dasar hukum bagi terdakwa mengajukan eksepsi adalah pasal 156 : 1 KUHP
yang berbunyi :
“Dalam hal terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan maka setelah diberi kesempatan
kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya. Hakim
mempertimbangkan keberatan untuk selanjutnya mengambil keputusan”.
Kesimpulan dari pasal 156 ayat 1 KUHP, yang dapat dimintakan Eksepsi
adalah yang merupakan isi eksepsi adalah :
1. Pengadilan tersebut tidak berhak mengadili perkara tersebut untuk
pembakaran ini sedang dikembangkan dengan hak pengadilan secara
Absolut dan Relatif.
2. Surat dakwaan tidak dapat diterima, hal ini dihubungkan dengan keadaan
daluarsa dan tidak memenuhi syarat formil.
3. Surat dakwaan harus dibatalkan, hal ini dihubungkan bila tidak memenuhi
syarat materil.
Sesuai dengan kalimat terakhir pasal 156 : 1 KUHP Hakim harus memberikan
keputusan terhadap eksepsi tersebut.
Hakim bisa mengambil salah satu dari ketiga keputusan mengenai Eksepsi yaitu :
1. Eksepsi diterima akibat dari keputusan ini persidangan tidak dapat
dilanjutkan lagi dan berkas perkara dikembalikan kepada penyidik.
Penuntut umum juga boleh mengajukan perlawanan kepada Pengadilan
Tinggi mengenai keputusan eksepsi diterima.
2. Eksepsi ditolak, jika eksepsi ditolak persidangan dilanjutkan dalam arti
kata dilakukan pemeriksaan oleh hakim dan diberi keputusan akhir.
3. Eksepsi diputuskan untuk diberi keputusan bersamaan dengan pokok
perkara maka persidangan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan
kemudian baru hakim menjatuhkan keputusan mengenai eksepsi tersebut.
Jadi dalam putusan yang ketiga ini sebelum hakim memberikan keputusan
akhir dari perkara yang disidangkan, hakim terlebih dahulu harus
memutuskan mengenai eksepsi yang diajukan oleh penasehat hukum.
13 | P a g e
TUNTUTAN PIDANA
Dasar hukum dari penuntut umum mengajukan tuntutan requisitoir adalah
pasal 182 : 1 huruf a KUHAP yang berbunyi :
“Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai penuntut umum mengajukan tuntutan
pidana (requisitoir)”.
Bagaimana cara membuat requisitoir tuntutan tidak diatur dalam KUHP hanya
berlaku ketentuan-ketentuan dalam praktek sehari-hari, Hal ini sama dengan cara
bagaimana menyusun surat dakwaan yakni Lahirnya dari ilmu pengetahuan hukum
dan kemudian berkembang dalam praktek dengan mempunyai sistematika sebagai
berikut :
1. Pendahuluan
Dalam pengetahuan harus dimasukkan :
a. Identitas dari jaksa penuntut umum ;
b. Identitas terdakwa ;
c. Isi surat dakwaan ;
5. Kesimpulan
Dalam penutup ini dicantumkan ucapan terima kasih kepada majelis hakim
dan ditutup dengan kata-kata ‘dengan pengharapan kiranya hakim ketua
dan majelis hakim atas pendapat sependapat dengan kami’.
PEMBELAAN : PLEDOI
Dasar hukum bagi penasehat hukum terdakwa untuk menyampaikan
pembelaan adalah pasal 182 ayat 1 huruf b.
Yang berbunyi :
“Tuntutan seseorang atas pembelaan dilakukan secara teknis dan setelah dibacakan
segera diserahkan kepada Ketua Sidang dan turunannya kepada pihak yang
berkepentingan”
14 | P a g e
isi pokok dari pembelaan adalah melemahkan isi dari tuntutan (requisitoir)
penuntut umum dengan kata lain jika isi requisitoir berusaha membuktikan
kesalahan terdakwa dengan alat bukti yang diajukan di sidang pengadilan dengan
melihat isi pledoi/pembelaan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
karena bukti-bukti yang diajukan ke sidang pengadilan tidak cukup.
Bahan untuk membuat pembelaan bagi penasehat hukum adalah :
1. Berkas perkara/berita acara ;
2. Surat dakwaan ;
3. Berita acara persidangan ;
4. Requisitoir.
3. Pembahasan yuridis
Disini dibahas mengenai unsur tindak pidana yang didakwakan.
6. Penutup
Dalam penutup dicantumkan kata-kata : ‘Jika hakim ketua dan majelis hakim
berpendapat lain dengan kami maka kami mohonkan hukuman yang
seringan-ringannya’.
15 | P a g e
PUTUSAN
Setelah pembacaan tuntutan dan penyampaian pledoi dari terdakwa adalah
penasehat hukum dan replik jaksa penuntut umum serta duplik dari penasehat
hukum maka hakim mengatakan pemeriksaan-pemeriksaan telah dianggap selesai.
Dengan demikian hakim akan memberikan keputusan.
Bahan-bahan untuk membuat keputusan adalah :
1. Berkas hasil perkara penyidikan
2. Surat dakwaan
3. Berita acara sidang
4. Tuntutan/requisitoir
5. Pembelaan/pledoi
6. Replik/duplik
Hakim akan membuat keputusan harus memperhatikan pasal 191, 192, 193,
196, 197, 199. Proses dalam sistem Peradilan Pidana :
1. Penyelidikan dan Penyidikan
Penyelidikan dan Penyidikan adalah tahapan dalam sistem Peradilan
Pidana Indonesia yang menjadi kewenangan Kepolisian, sedangkan
Penyelidikan adalah serangkaian Tindakan Penyidik untuk mencari dan
menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak Pidana guna menentukan
dapat tidaknya dilakukan Penyidikan.
Wewenang Penyidikan
Penyidik memiliki kewenangan untuk menghentikan Penyidikan yang
telah dimulai sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 109 ayat 2 KUHAP dengan
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup ;
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan Tindak Pidana ;
3. Penghentian Penyidikan demi Hukum.
Bahwa kewenangan untuk menghentikan Penyidikan diberikan kepada
Penyidik dengan beberapa pertimbangan diantaranya :
1. Untuk menegakkan prinsip Peradilan yang cepat, tepat dan biaya
ringan dan sekaligus untuk tegaknya kepastian Hukum ;
16 | P a g e
2. Supaya Penyidikan terhindar dari kemungkinan tuntutan ganti rugi,
sebab kalau Perkaranya diteruskan tetapi ternyata tidak cukup bukti
atau alasan untuk menuntut atau menghukum atau menuntut ganti
kerugian sebagaimana dalam Pasal 95 k.
2. Penuntutan
Sebelum melimpahkan berkas Pengadilan secara garis besar Penuntut
Umum dalam proses penuntutan harus benar-benar mempelajari dan meneliti
berkas Perkara yang dijatuhkan oleh Penyidik, apakah telah cukup kuat dan
terdapat cukup bukti bahwa Terdakwa telah melakukan Tindak Pidana, dan
setelah berkas lengkap dan cukup bukti tentang adanya Tindak Pidana dan
setelah diperoleh gambaran yang jelas dan adanya Tindak pidana, maka
Penuntutan/Penuntut membuat Surat Dakwaan.
17 | P a g e
Dalam tahap Penyidikan dan dalam tahap Penuntutan, seorang Penuntut
Umum diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk menghentikan
Penuntutan atau pengesampingan Perkara sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 140 ayat 2 KUHAP, alasan untuk penghentian Penuntutan adalah :
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup ;
2. Peristiwa yang disangakakan bukan merupakan Tindak Pidana ;
3. Penghentian penuntutan demi Hukum.
Yang menganut sistem Common Law maupun Civil Law juga berbeda-beda,
seperti di Belanda menganut Civil Law, Inggris dan Amerika Common Law.
Bahwa di Belanda dikenal dengan tahap Pemeriksaan pendahuluan ;
Sedangkan di Inggris dengan tahap Decision to prosecute ;
Di Amerika dikenal dengan tahap Initial Appearance dan Preliminary
Hearing.
Semuanya disebut awal pemeriksaan oleh Kejaksaan untuk
memastikan apakah Perkara tersebut dapat dilanjutkan ke Persidangan atau
Perkara tersebut dihentikan dengan alasan-alasan yang layak.
Perbedaan :
Jika di Indonesia disebut tahap Pra-Penuntutan masih berada di
wilayah Penyidikan (Kepolisian) sedangkan tahap Penuntutan berada
di wilayah Penuntutan (Kejaksaan), Sedangkan Negara Amerika,
Inggris, Belanda bahwa proses sebelum Penuntutan sudah diserahkan
hasil pemeriksaan kepada Kejaksaan dengan itu proses Pra
Penuntutan juga sudah berada di wilayah Kejaksaan, bukan di
Kepolisian.
Sedangkan proses Penuntutan merupakan kewenangan tunggal dari
Kejaksaan di Indonesia, begitu juga dengan di Belanda dan Amerika
tetapi tidak di Inggris, karena seorang penduduk sipil atau
perseorangan dapat mengajukan Penuntutan kepada pelaku
kejahatan atau pelanggar Hukum.
4. Bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP ada beberapa sistem
pembuktian dalam Perkara Pidana adalah sebagai berikut :
1. Convictim Intime artinya sistem pembuktian dimana proses
menentukan salah atau tidaknya Terdakwa semata-mata ditentukan
oleh penilaian keyakinan Hakim, bahwa Hakim tidak terikat oleh
macam-macam alat bukti yang ada, dan Hakim hanya memakai alat
bukti tersebut untuk memperoleh keyakinan atas kesalahannya
Terdakwa atau dapat mengabaikan alat bukti tersebut dengan
hanya menggunakan keyakinannya.
19 | P a g e
Menurut KUHAP sistem pembuktian menurut Undang-undang secara
Negatif sebagaimana dalam Pasal 183 KUHAP berbunyi : Hakim tidak boleh
menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya (2) alat bukti yang sah dan dia memperoleh bahwa suatu Tindak
Pidana benar-benar terjadi, bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Didalam pasal 183 KUHAP tegas menyatakan jika salah satu unsur
tidak terpenuhi maka hakim tidak dapat menjatuhkan Putusan Pemidanaan
kepada Terdakwa.
5. Upaya Hukum
Upaya Hukum ada (2) yaitu biasa dan luar biasa :
1. Upaya Hukum biasa, terdiri dari Banding, Kasasi ;
2. Upaya Hukum Luar biasa yang terdiri dari Kasasi dan Peninjauan
kembali (PK).
20 | P a g e
Bahwa upaya Hukum yang ada di Indonesia sama persis dengan upaya
Hukum yang dikenal di Belanda, sedangkan di Inggris dan Amerika upaya
hukum yang dapat dilakukan adalah Banding ke Pengadilan Banding
sebagaimana telah diuraikan mengenai susunan Pengadilan.
7.Penghapusan Pidana.
Sistem Peradilan kita di Indonesia ada (2) alasan untuk penghapus Pidana
sebagaimana dalam Pasal 191 KUHAP.
1. Apabila unsur objektif (perbuatan melawan Hukum menurut Hukum
Pidana yang tidak ada sifat melawan hukumnya dihapuskan/hilang,
maka bunyi Putusan Hakim menurut doktrin dan menurut aliran
dualistis Terdakwa dibebaskan.
2. Apabila unsur subjektif (kesalahan pelaku yang dihapuskan/tidak
ada atau pelakunya tidak dapat dipertanggung jawabkan maka
bunyi Putusan Hakim menurut doktrin dan aliran dualistis Terdakwa
dilepas dari segala tuntutan Hukum (ada alasan pemaaf) Pasal 191
KUHAP
Berdasarkan alasan peniadaan/penghapus Hukuman yang umum dan yang
khusus :
1. Alasan penghapus Pidana sebagai ketentuan umum yang terdapat
dalam buku ke I KUHPidana terdiri dari Pasal 44, 48, dan 51
KUHPidana .
2. Alasan penghapus Pidana yang berlaku sebagai ketentuan khusus
yang terdapat dalam buku ke II KUHPidana terdiri dari Pasal 110, 4
Pasal 166, Pasal 186 ayat 1, Pasal 221 ayat (2), Pasal 310, 3 dan
Pasal 314 ayat 1 .
Alasan penghapus Pidana yang bersumber dari hukum yang tidak tertulis juga
dibagi (2), yaitu :
1. Alasan penghapus pidana diluar KUHPidana yang berlaku secara
umum yang sifatnya melawan Hukum materil .
2. Alasan penghapus Pidana diluar KUHPidana yang berlaku secara
khusus yaitu seperti hak mendidik dari orang tua, wali atau guru,
hak jabatan dari dokter gigi dan lain sebagainya.
21 | P a g e
Bahwa penghapus pidana dapat digambarkan melalui skema seperti dibawah ini :
Alasan
Bebas
Penghapus Putusan
Pidana Hakim Lepas dari segala tuntutan hukum
22 | P a g e
A. Alasan Penghapus Pidana.
Alasan penghapus Pidana mengalami perkembangan baik dari sudut
pemikiran dalam konsep, pengaturan dalam perundang-undangan maupun dalam
hal penerapannya oleh Pengadilan, perkembangan ini terjadi baik di Negara
Belanda maupun yang terjadi di Negara kita sendiri.
23 | P a g e
a. Orang yang bertanggung jawab ;
b. Orang yang mempunyai kekuasaan, kemampuan untuk
mengakhiri keadaan terlarang, akan tetapi membiarkan keadaan
yang dilarang berlangsung ;
c. Orang yang berkewajiban mengakhiri keadaan terlarang.
24 | P a g e
Ad. 1. Cara membuat Surat Kuasa Pendampingan.
Dalam prakteknya sebagai Pengacara/Advokat, setiap pendampingan
Perkara di tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan siding Pengadilan harus dibuat
Surat Kuasa mendampingi pada saat pemeriksaan ditingkat Kepolisian,
Kejaksaan, dan Pengadilan, baik sebagai saksi maupun sebagai Terdakwa dan
juga sebagai Tersangka, setiap tingkatan harus berganti atau berbeda-beda
Surat Kuasa, karena setiap proses Penyidikan masing-masing berbeda isinya
dan nomor Perkara sampai proses Pengadilan.
25 | P a g e
Contoh Surat Kuasa Pendampingan di Kepolisian.
SURAT KUASA KHUSUS
No. : 08/ SK/ JS & A/ X/ 2019
KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.
Yang Menerima Kuasa, Medan,28 Oktober 2019
Yang Memberi Kuasa
26 | P a g e
Contoh Surat Kuasa Perdata .
KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan, Sumatera Utara
Yang Menerima Kuasa, Medan, 16 Maret 2020
Yang Memberi Kuasa
27 | P a g e
SURAT KUASA PIDANA
No.10/SK/LO-JS&A/V/2017
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Amin
Tanggal Lahir : 04 Desember 1967
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Budha
Alamat : Jln. Pukat Banting 1 No.19 Kel. Bantam Kec.Medan Tembung
Dengan ini memberikan Kuasa Khusus kepada Advokat & Legal Consultant, yang dalam hal
ini dilimpahkan untuk menangani perkara kepada :
1.Dr.JAPANSEN SINAGA, SH., M.Hum.
2. CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Bahwa semuanya adalah Warga Negara Indonesia, Advokat & Legal Consultant dan
berkantor di Jalan Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara ;----------------------------------------------------------------------------------------------------
KHUSUS : Untuk membela, dan mendampingi/ mewakili Terdakwa dalam Perkara Tindak Pidana,
sebagaimana yang di Dakwakan melanggar Pasal 374 Subs pasal 372 KUHPidana atau
(Penggelapan dalam Jabatan) dalam Proses Peradilan di Pengadilan Negeri Medan ;---------------------
Dan untuk itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak untuk :
- Mendampingi Saksi/Tersangka/Terdakwa dalam Pemeriksaan pendahuluan dihadapan pihak Kepolisian
atau Kejaksaan, di dalam Persidangan Pengadilan Negeri, baik di tingkat Banding maupun tingkat
Kasasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan eksepsi, nota pembelaan (pledoi) dan duplik terhadap replik yang diajukan oleh Jaksa
Penuntut
Umum.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Bilamana perlu Penerima Kuasa dapat memohon kepada Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan
Negeri, Pengadilan Tinggi maupun Instansi lainnya, agar kepada Saksi/Tersangka/Terdakwa diberi
tahanan
luar.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Memohon agar Saksi/Tersangka/Terdakwa segera diperiksa oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan, maupun
pihak Pengadilan Negeri atau instansi lain, supaya ada kepastian hukum bagi
Saksi/Tersangka/Terdakwa.-----------------------------------------------------------------------------------------------------
- Mengajukan permintaan banding maupun kasasi dari semua keputusan Pengadilan, penetapan
pemerintah dan membuat sekaligus mengajukan memori banding, memori kasasi, memori peninjauan
kembali, menandatangani akte banding, akte kasasi, akte peninjauan kembali dan semua surat-surat
yang dianggap perlu untuk kepentingan lainnya.--------------------------------------------------------------------------
- Penerima Kuasa diberi hak menggunakan segala upaya hukum menurut HIR/R.Bg/KUHAP, hak retensi,
hak substitusi, hak menerima honorarium & hak untuk menggugat kembali/Rekonpensi, apabila perlu.---
- Pencabutan Kuasa di Persidangan dalam perkara tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh Pemberi
Kuasa apabila pihak Jaksa Penuntut Umum belum membacakan surat-surat dakwaan/tuntutan
pidana.--
- Pencabutan Kuasa oleh si Pemberi Kuasa baru sah bila diberitahukan secara tertulis di atas kertas
segel dan dibubuhi materai dan mengemukakan segala alasannya dan si Pemberi Kuasa wajib
melunaskan seluruh biaya untuk mengurus kepentingan si Pemberi Kuasa yang telah dikeluarkan si
Penerima Kuasa ataupun Honorarium, sesuai Undang-Undang.—---------------------------------------------------
- Segala tindakan Penerima Kuasa yang dipandang perlu menurut Hukum walaupun belum disebut
dalam Surat Kuasa ini, sudah termasuk di dalam Surat kuasa ini dan disetujui oleh Pemberi Kuasa.------
Demikianlah Surat Kuasa ini diberikan dengan segala hak untuk membela dan mendampingi Pemberi
Kuasa baik ditingkat Kepolisian dan Kejaksaan maupun tingkat Persidangan Pengadilan Negeri dan
Kuasa ini juga berlaku untuk mengajukan banding, kasasi dan request civil (Peninjauan Kembali).
Medan, 18 Mei 2017
Pemberi Kuasa Penerima Kuasa
28 | P a g e
CHRISE H. SIMANGUNSONG, SH., MH.
Contoh Surat Kuasa mengajukan Banding.
KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.
29 | P a g e
Dr. Japansen Sinaga, SH., M.Hum
SHANDY
KUASA ini diberikan dengan hak untuk memindahkan kepada orang lain (retensi) dan memilih tempat
kediaman (domisili) di Jl. T.Amir Hamzah Komplek Griya Riatur Blok A No.118 Kota Medan,
Sumatera Utara.
30 | P a g e
Yang Menerima Kuasa, Medan, 12 Maret 2018
Yang Memberi Kuasa
WILIAM
31 | P a g e