1
WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT
(PSL. 77-85 UU NO.13/2003 )
Psl. 78
(1) Pengusaha yg mempekerjakan melebihi ketentuan waktu
kerja (lembur), harus memenuhi syarat :
a. Persetujuan pekerja/buruh.
b. Lembur maks. 3 jam sehari dan 14 jam seminggu (tidak
berlaku utk sektor usaha atau pekerjaan tertentu).
(Psl. 188, bila dilanggar = t.p pidana pelanggaran, sanksi pidana :
denda min Rp.5 jt maks Rp.50 jt).
Psl. 79
(1) Pengusaha memberi waktu ISTIRAHAT DAN CUTI kepada Pekerja/Buruh.
(2) Wkt. istirahat & cuti :
a. Istirahat antar jam kerja : min ½ jam setelah 4 jam bekerja terus menerus
& wkt istirahat tsb tdk termasuk jam kerja.
b. Istirahat mingguan : 1 hr utk 6 hr kerja dlm seminggu & 2 hr utk 5 hr kerja
dlm seminggu bekerja. (Psl. 84: berhak atas upah)
c. Cuti tahunan, min 12 hr kerja setelah pekerja/buruh bekerja selama 12
bulan secara terus menerus. (diatur dalam PK, PP / PKB)
(Psl. 84: berhak atas upah)
d. Istirahat panjang, min 2 bln dan dilaksanakan pd tahun ke-7 dan ke-8
masing-masing 1 bln, bagi Pekerja/Buruh yg telah bekerja selama 6 tahun
secara terus menerus pd perusahaan yg sama, Pekerja/Buruh ybs tdk
berhak cuti tahunan 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku setiap
kelipatan 6 tahun. (hanya berlaku bagi Pekerja/Buruh yg kerja di
perusahaan tertentu, lihat Kepmenakertrans)
(Psl. 84: berhak atas upah)
(Psl. 187, bila dilanggar = t.p pidana pelanggaran, sanksi pidana : kurungan
min. 1 bln maks 12 bln dan/atau denda min Rp.10 jt maks Rp.100 jt). 4
4
PEKERJA/BURUH MELAKSANAKAN IBADAH
Psl. 80 :
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya
kepada Pekerja/Buruh utk melaksanakan ibadah yang diwajibkan
oleh agamanya. (Kesempatan yg secukupnya = menyediakan
tempat ibadah yg memungkinkan pekerja/buruh dapat
melaksanakan ibadahnya secara baik, sesuai dengan kondisi dan
kemampuan perusahaan).
(Psl. 185, bila dilanggar = t.p pidana kejahatan, sanksi pidana :
penjara min. 1 tahun maks 4 tahun dan/atau denda min Rp.10 0jt
maks Rp.400 jt).
5
5
PEKERJA/BURUH PEREMPUAN DLM
MASA HAID
6
6
CUTI MELAHIRKAN
Psl.82 (1)
Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama
1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan
1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan. (Psl. 84 : Berhak atas
upah penuh)
Psl.82 (2)
Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah)
bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan
atau bidan. (Psl. 84 : Berhak atas upah penuh)
(Psl. 185, bila dilanggar = t.p pidana kejahatan, sanksi pidana :
penjara min. 1 tahun maks 4 tahun dan/atau denda min Rp.10 0jt
maks Rp.400 jt). 7
7
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(PSL.86 - 87)
Pasal 86 :
(1) Pekerja/Buruh berhak memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Moral dan kesusilaan;
c. Perlakuan yg sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yg optimal
diselenggarakan upaya K3. (jaminan keselamatan &
meningkatkan derajat kesehatan para Pekerja/Buruh
dgn. cara pencegahan kecelakaan & penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
pengobatan dan rehabilitasi).
8
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(PSL.86 - 87)
Pasal 87 :
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yg
terintegrasi dgn sistem manajemen perusahaan.
(pengendalian risiko yg berkaitan dgn kegiatan
kerja sehingga terciptanya tempat kerja yg aman,
efisien dan produktif)
9
JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
ERA BARU : BPJS KETENAGAKERJAAN
10
Amanah Penyelenggaraan
Sistem Jaminan Sosial Nasional UUD 45, Pasal 28 H
Ayat (3)
Setiap orang berhak atas UU 24/2011
jaminan sosial yang tentang
memungkinkan Badan
pengembangan dirinya Penyelenggara
secara utuh sebagai Jaminan Sosial
manusia yang bermartabat
(BPJS)
11
11
11
Transformasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Sesuai UU No. 24 Tahun 2011
120
12
12
Proses Transformasi
Pasal 61 huruf a UU/24/2011 – PENGALIHAN PROGRAM JPK KE BPJS KESEHATAN
Menyiapkan pengalihan program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) kepada BPJS Kesehatan
Pasal 61 huruf b UU/24/2011– MENYIAPKAN OPERASIONAL BPJS
KETENAGAKERJAAN
JAMINAN
KECELAKAAN KERJA JAMINAN
(JKK) JAMINAN HARI PENSIUN (JP)
TUA (JHT)
JAMINAN JAMINAN KESEHATAN
KEMATIAN
Pasal 18 UU 40/2004
(JKM)
Pasal 6 ayat (2) UU 24/2011
Pasal 6 ayat (1) UU 24/2011
Pasal 14 UU 24/2011
15
15
15
Kewajiban
Perusahaan/Pemberi
Kerja Dalam Sistem
Jaminan Sosial
17
17
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
PP 44/2015
19 19
PERUBAHAN ATURAN / MANFAAT PROGRAM
PROGRAM JKK
e rl a k u untuk
B yang
e l ak a a n
kec 1 Juli
terja d i p e r PP. 14 th 1993 dan turunannya.
n
2015 da
t e r u s nya.
s e
Grand Direction
PERUBAHAN – 3/24/21/ MANFAAT PROGRAM
ATURAN 20
PERUBAHAN ATURAN / MANFAAT PROGRAM
PROGRAM JKK
untu k
e r laku yang PP. 14 th 1993 dan turunannya.
B kaan li 2015
la
kece er 1 Ju a.
rj adi p erusny
te n set
d a
Ditanggung biaya
pengobatan & perawatan
Tidak ada kadaluarsa Jasa tabib/sinshe/ Tidak ada manfaat
Klaim tradisional, yg telah ada Beasiswa
izin resmi dari instansi
yang berwenang.S
Grand Direction
PERUBAHAN – 3/24/21/ MANFAAT PROGRAM
ATURAN 21
2. Jaminan Kematian (JKM)
PP 44/2015
22
PERUBAHAN ATURAN / MANFAAT PROGRAM
PROGRAM JKM
Grand Direction
PERUBAHAN – 3/24/21/ MANFAAT PROGRAM
ATURAN 23
PERUBAHAN ATURAN / MANFAAT PROGRAM
IURAN PROGRAM
PENERIMA MANFAAT
(Pasal 28)
a. Peserta
b. 1 (satu) orang istri atau
suami yang sah menurut
peraturan perundang-
undangan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia
c. Paling banyak 2 (dua) orang
anak yaitu anak kandung,
anak tiri, atau anak angkat Manfaat pensiun berkala diterima
yang sah maksimal usia 23 setelah mencapai masa
tahun/ menikah/ bekerja; pembayaran iuran minimal 180
dan
bulan (15 tahun) atau pemberian
d. 1 (satu) orang tua terdiri dari
manfaat secara Lumpsum apabila
ayah kandung, ibu kandung,
ayah tiri, ibu tiri, ayah membayar iuran kurang dari 180
angkat, atau ibu angkat. bulan
26 26
4. Jaminan Hari Tua (JHT)
PP 46/2016
Mekanisme
Tabungan wajib penyelenggaraan Asuransi sosial
28
Implementasi
Pengawasan dan Pemeriksaan
Era Baru BPJS Ketenagakerjaan
1. Belum diberi wewenang untuk mengangkat Diberi wewenang untuk mengangkat Petugas
Petugas Pemeriksa Pemeriksa Sesuai Pasal 14 Ayat (1) PP No. 86 Tahun
2013
2. Belum mempunyai otoritas melakukan Pengawasan Diberikan Otoritas Untuk Melakukan Pengawasan dan
dan Pemeriksaan Pemeriksaan sesuai Pasal 11 huruf (C) UU No. 24
Tahun 2011
3. Pemberi kerja yang tidak memungut dan menyetor Pemberi kerja yang tidak memungut dan menyetor
iuran diancam Pidana dengan Hukuman Kurungan iuran di ancam Pidana dengan Hukuman paling lama 8
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda (delapan) tahun dan atau denda paling banyak Rp.
setinggi-tingginya Rp. 50.000.000 Sesuai Pasal 29 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) sesuai Pasal 55 UU
Ayat (1) jo Pasal 22 UU No.3 Tahun 1992 no. 24 Tahun 2011
4. Pemberi kerja yang tidak mendaftarkan Pekerjanya Pemberi kerja yang tidak mendaftarkan Pekerjanya dan
diancam Pidana dengan Hukuman Kurungan dirinya dikenakan sanksi administratif berupa :
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda • Surat teguran
setinggi-tingginya Rp. 50.000.000 Sesuai Pasal 29 • Sanksi Denda
Ayat (1) jo Pasal 4 Ayat (1) jo Pasal 3 Ayat (1) UU • Tidak Mendapat Pelayanan Publik Tertentu (TMP2T)
No.3 Tahun 1992 ttg Jaminan Sosial Tenaga Kerja Sesuai Pasal 17 Ayat (2) UU No. 24 Tahun 2011 ttg
(Jamsostek) BPJS
31
Tanggung Jawab
Petugas Pemeriksa
Per BPJS 01/2014
32
Wewenang Petugas Pemeriksa
(Per BPJS 01/2014)
33
Hak Petugas Pemeriksa
(Per BPJS 01/2014)
35
Proses Pengawasan dan Pemeriksaan
1 2 3
Pemeriksaan Data
Validasi Data
T . Iuran
dan Rencana
PDS Kerja
PWBD
Pemeriksaan Data
6 5 4
BAP ,
THP ,
SPMI
Pemeriksaan
Lapangan
Pengenaan sanksi ti
dak mendapat
pelayanan publik te
rtentu dilakukan
oleh unit pelayan
Sanksi Teguran Tertulis dan an publik pada
instansi Pemerintah
, pemerintah daera
Denda dikenakan oleh provinsi, atau peme h
rintah daerah
BPJS Ketenagakerjaan kabupaten/kota.
37
37
Laporan Tindak Pidana
1. Pemberi Kerja Wajib Memungut Iuran yang Menjadi beban
peserta dari pekerjanya dan menyetorkan kepada BPJS (Pasal
19 Ayat (1) UU 24 /2011)
38
Koordinasi dengan Instansi yang Berwenang
39