Anda di halaman 1dari 18

Doktrin Modern dalam PT

Doktrin Modern dalam Perseroan Terbatas

▪ Pemegang saham tidak bertanggungjawab secara


pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan
▪ Pemegang saham tidak bertanggungjawab atas kerugian
perseroan melebihi nilai saham yang diambilnya serta
tidak meliputi harta kekayaan pribadinya/prinsip
limited liability
▪ Semua tindakan organ perseroan terbatas seperti
direksi dan komisaris menjadi tanggungjawab perseroan
terbatas.
Doktrin Modern dalam Perseroan Terbatas

 Pengecualian pemberlakuan Tanggung Jawab Terbatas


▪ Keadaan/ syarat-syarat/ peristiwa hukum tanggungjawab PT
beralih pada pemegang saham, direksi, maupun komisaris sampai
kepada harta pribadinya :
1. Piercing the corporate veil
2. Ultra vires
3. Intra vires
4. Fiduciary duty
5. Business judgment rule
6. Corporate Opportunity
7. Self dealing
8. Derivative action
Piercing The Corporate Veil

▪ Piercing: menembus, Veil: kerudung/ cadar, istilah hal ini cadar badan
hukum di tembus.
▪ kemungkinan membebankan tanggungjawab atas pihak lain yang bukan
perusahaan itu sendiri,
▪ meskipun perbuatan tersebut dilakukan secara sah oleh dan atas nama
perusahaan sebagai badan hukum,
▪ dalam hal ini tanggung jawab terbatas, dapat di tebus/dirobek
(fiercing)
▪ diterapkan jika terdapat perbuatan transfer piercing yang
menyebabkan perusahaan tidakada asetnya
▪ atau perusahaan melakukan transaksi besar sementara modalnya
sangat kecil
▪ Keadaan ini sangat tidak adil jika dalam hal demikian, tanggung jawab
hanya dimintakan pada perusahaan sebagai badan hukum semata-mata
▪ Sehingga diterapkan/ diberlakukan doktrin ini
Piercing The Corporate Veil
▪ Tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak adil, terutama bagi pihak luar
perseroan dari tindakan kesewenang-wenang atau tidak layak yang dilakukan
atas nama perseroan,
▪ Yang disebabkan pihak ketiga ataupun yang timbul dari perbuatan melawan
hukum.
▪ Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas mengatur tentang tanggungjawab terbatas pemegang saham.
▪ Pasal 3 ayat (2) menegaskan ruang lingkup doktrin piercing the corporate veil
disertai dengan pembatasan-pembatasan pemberlakuannya yaitu ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila:
✓ Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi
✓ Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan iktikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan
pribadi
✓ Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perrbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh perseroan
✓ Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum meggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan
kekayaan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
Ultra Vires
▪ Latin (arti melebihi kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki)
▪ Sebuah otoritas publik atau privat ketika megeluarkan putusan
yang melebihi kekuasaan ataupun kewenangan yang dimilikinya
menurut perundang-undangan menjadi tidak sah
▪ Kriteria diluar maksud dan tujuan perseroan terbatas :
✓Perbuatan tersebut secara tegas dilarang secara tegas dalam
anggaran dasar
✓Dengan memperhatikan keadaan-keadaan khusus, perbuatan
hukum yang bersangkutan tidak dapat dikatakan akan menunjang
kegiatan-kegiatanyang disebut dalam anggaran dasar
✓Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus, perbuatan
hukum yang bersangkutan tidak dapat diartikan sebagai tertuju
kepada kepentingan perseroan terbatas.
Ultra Vires
▪ prinsipnya tindakan dari pemegang saham atau organ perusahaan yaitu
RUPS, direksi, maupun komisaris yang dilakukan tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan dari perseroan dan dilakukan melebihi kewenangan
yang dimilikinya.
▪ penerapan ultra vires ini tidak hanya melakukan tindakan yang dilarang
dalam anggaran dasar, tetapi termasuk juga tindakan yang tidak dilarang
(melampaui yang diberikan)
▪ tidak hanya melampaui kewenangan baik yang tersirat maupun tersurat,
tetapi juga jika tindakan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan ketertiban umum
▪ kebijakan yang diambil pada prinsipnya tidak mengikat sebuah perseroan
apabila kebijakan tersebut melebihi kekuasaan yang dimilikinya yang
berakibat menjadi tanggungjawab secara pribadi atas kerugian yang
diderita oleh perseroan
▪ legitimasi dari peraturan perundang-undangan yang mengatur bahwa
semua tindakan pemegang saham atau organ perseroan harus sesuai
dengan kepentingan perseroan dan tidak bertentangan dengan peraturan
Perundangan dan anggaran dasar perseroan
Intra Vires
▪ perbuatan yang secara eksplisit atau implisit tercakup dalam
kecakapan bertindak perseroan terbatas (Latin)
▪ direksi dalam melakukan pengurusan perseroan tidak hanya terikat
apa yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha perseroan
▪ melainkan juga dapat menunjang atau memperlancar tugas-
tugasnya (sekunder), tetapi masih dalam batas yang dapat
diperkenankan atau masih dalam ruang lingkup tugas dan
kewajibannya.
▪ Tindakan tersebut dapat dibenarkan apabila sesuai dengan
kebiasaan, kewajaran, dan kepatutan (tidak ada Ultra Vires)
Fiduciary Duty
▪ Antara direksi dengan perseroan terdapat hubungan kepercayaan (fiduciary),
▪ pada dasarnya seorang direksi bertindak sama seperti seorang agen (trustee)
▪ dimana seorang direksi berkewajiban menjalankan kepercayaan yang diberikan
kepadanya untuk sebuah perseroan.
▪ Dalam pelaksanaan prinsip ini, maka seorang direksi dalam mengemban
amanah tersebut memegang dua tugas sekaligus yaitu manajemen dan
perwakilan dalam menjalankan sebuah perseroan.
▪ yang harus dilaksanakan oleh seorang direksi:
✓ Bertindak dengan iktikad baik
✓ Mementingkan kepentingan perseroan diatas kepentingan pribadi
✓ Melakukan kepengurusan perseroan dengan baik sesuai dengan tugas dan
kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan ketentuan bahwa seorang
direksi tidak diperkenankan untuk memperluas maupun mempersempit ruang
lingkup geraknya sendiri
✓ Tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan benturan kepentingan
antara kepentingan perseroan dengan kepentingan direksi
Fiduciary Duty

▪ Pasal 92 jo Pasal 97 : menentukan bahwa direksi menjalankan


pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan serta sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan juga dengan iktikad baik
dan tanggung jawab
▪ apabila direksi bersalah dalam menjalankan fiduciary duty ini
maka direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian perseroan.
▪ Jika direksi terdiri dari dua anggota direksi atau lebih maka
tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota direksi
Business Judgement Rules
▪ Seorang direktur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban
secara pribadi atas segala kerugian yang dialami oleh perseroan
terbatas
▪ dengan dalih bahwa tindakan tersebut diambil dengan iktikad baik
dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
▪ Keadaan demikian harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
✓Sesuai hukum yang berlaku
✓Dilakukan dengan iktikad baik
✓Dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose)
✓Mempunyai dasar-dasar yang rasional (rasional basis)
✓Dilakukan dengan kehati-hatian (due care) misalnya dengan
dilakukan oleh orang yang cukup hati-hati pada posisi yang
serupa.
✓Dilakukan dengan cara yang secara layak dipercayainya
(reasonable belief) sebagai yang terbaik (best interest) bagi
perseroan
Business Judgement Rules
▪ Pasal 97 ayat (5) undang-undang Perseroan terbatas, yang
menentukan bahwa anggota direksi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) apabila dapat membuktikan:
✓Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau
kelalaiannya
✓Telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik dan
kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan
✓Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan kepengurusan yang
mengakibatkan kerugian
✓Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut
Business Judgement Rules
▪ BJR adalah aturan dimana manajemen mendapat hak
imunitas selama manajemen melakukan setiap transaksi
dengan :
✓hati-hati,
✓iktikad baik,
✓ tak ada konflik kepentingan,
✓berdasarkan informasi yang cukup,
✓ada kejujuran
✓dan hanya untuk kepentingan perusahaan
Corporate Opportunity

▪ salah satu wujud dari prinsip Fiduciary Duty


▪ pemegang saham, direksi, maupun komisaris harus mengambil
tindakan yang memberikan kemajuan bagi perseroan
▪ dan tidak ada kepentingan pribadi (self interest) selain dari
kepentingan perseroan itu sendiri.
▪ sehingga doktrin ini menginginkan bahwa para organ dalam
perseroan tidak dibenarkan memanfaatkan keadaan yang ada
demi untuk keuntungan diri sendiri
▪ yang seharusnya menjadi keuntungan dari perseroan sendiri
Self Dealing
✓Tindakan seorang direksi dalam melakukan transaksi dengan
pihak ketiga diatas perseroan yang dipimpinnya
✓Tindakan penuh dengan kepentingan yang menguntungkan
pribadi direksi itu sendiri (interested transaction).
✓Tindakan ini tidak dapat dibenarkan baik secara langsung maupun
tidak langsung,
✓karena tindakan ini pada dasarnya bertentangan dengan Fiduciary
Duty dari seorang direksi itu sendiri.
✓Secara normative tidak ada pengaturan mengenai self dealing
dalam peraturan perundang-undangan.
✓Tetapi karena prinsip ini bertentangan dengan prinsip fiduciary
duty sendiri maka hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 97
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
Derivative Action
▪ merupakan gugatan yang dilakukan oleh pemegang saham perseroan
▪ mewakili 10 % pemegang saham dari jumlah keseluruhan pemegang saham
▪ untuk dan atas nama perusahaan kepada direksi
▪ karena adanya suatu kegagalan dalam sebuah perseroan
▪ pada umumnya dilakukan oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan
▪ karena adanya suatu kegagalan dalam sebuah perusahaan perseroan
▪ UU PT :
✓ atas nama perseroan maka pemegang saham
✓ yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara
✓ dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri
✓ terhadap anggota direksi
✓ yang karena kesalahan atau kelalaiannya
✓ menimbulkan kerugian pada perseroan
Case Study
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=piercing
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=business%20ju
dgement%20rule
perbuatan Participating Interest (PI) atas Lapangan atau Blok Basker
Manta Gummy (BMG) Australia tahun 2009
Alasan : Partisipasi Pertamina di sini dilakukan untuk dan atas nama
kepentingan korporasi, bukan kepentingan pribadi
Mahkamah Agung (MA) telah memutuskan dugaan korupsi atas nama
terdakwa Karen Agustiawan.
Mantan Dirut Pertamina divonis lepas dari tuntutan, yang berakibat ia
harus dikeluarkan dari tahanan Senin, 9 Maret 2020
Dissenting Opinion??
BUMN atau BUMD yang dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara yang telah menempatkan kekayaan yang
dipisahkan pada BUMN sebagai bagian dari keuangan negara dan
dipertegas melalui putusan Mahkamah Konstitusi No. 48 dan 62/PUU-
XI/2013 yang dibacakan tanggal 18 September 2014
Keahliannya sudah dilakukan?? dll
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai