Anda di halaman 1dari 50

1

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP,


SIFAT DAN HAKEKAT HK.
PERBURUHAN/HK.
KETENAGAKERJAAN

09 Januari 2018 FH - UPH Medan


ISTILAH-ISTILAH :
buruh, pekerja, karyawan, pegawai, majikan dan
pengusaha.
2

Buruh : dulu identik dengan pekerjaan kasar, pendidikan rendah, dan penghasilan yg rendah (= istilah
kuli), kini sering dipakai sebagai sebutan utk kelompok tenaga kerja yg sedang memperjuangkan
program organisasinya.
Pekerja : untuk menunjukkan status hubungan kerja, seperti pekerja kontrak, pekerja tetap, pekerja harian,
pekerja honorer dsb.
Pengertian pekerja sangat luas, yakni setiap orang yg melakukan pekerjaan, baik di dalam hubungan
kerja maupun swapekerja.
Karyawan /Pegawai : lebih sering digunakan untuk data administrasi. Istilah yg sepadan dgn. pekerja
adalah karyawan, yakni org yg berkayra atau bekerja yg diidentikkan pada pekerjaan nonfisik, sifat
pekerjaannya halus, contoh karyawan bank dsb. Pegawai lebih sering digunakan untuk org yg bekerja
pada pemerintahan, Pegawai Negeri.

Undang-Undang menyamakan istilah Buruh dengan Pekerja : UU


UU No.
No. 22/57
22/57 dan
dan UU
UU No.12/64
No.12/64 sdh
sdh tdk
tdk berlaku
berlaku

 UU No. 23 Tahun1948 tentang Pengawasan Perburuhan;



 UU No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan

 UU No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta.

 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Defenisi Hukum Perburuhan/Hukum
Ketenagakerjaan
3

MOLENAAR
HUKUM PERBURUHAN
ADALAH SUATU BAGIAN DARI HUKUM
YANG BERLAKU, YANG MENGATUR
HUBUNGAN ANTARA BURUH DENGAN
BURUH, BURUH DENGAN MAJIKAN, BURUH
DENGAN PENGUASA.
MG. LEVENBACH
4

 HUKUM PERBURUHAN
ADALAH HUKUM YANG BERKENAAN
DENGAN HUBUNGAN KERJA, DIMANA
PEKERJAAN DILAKUKAN DIBAWAH
SUATU PIMPINAN, DAN DENGAN
KEADAAN KEHIDUPAN YANG
LANGSUNG BERSANGKUT PAUT
DENGAN HUBUNGAN ITU.
IMAN SOEPOMO
5

 HUKUM PERBURUHAN
ADALAH HIMPUNAN PERATURAN, BAIK
TERTULIS MAUPUN TIDAK TERTULIS YANG
BERKENAAN DENGAN SUATU KEJADIAN DI
MANA SESEORANG BEKERJA PADA ORANG
LAIN DENGAN MENERIMA UPAH.
RACHMAT TRIJONO
6

Hukum Ketenagakerjaan
adalah merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis maupun
tidak tertulis yg mengatur mengenai ketenagakerjaan.
Peraturan tertulis a.l : UU, PP, Perpres, Permen dan Perda,
Yurisprudensi, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
Perjanjian Kerja Bersama.
Peraturan tidak tertulis a.l : Adat dan Kebiasaan

Defenisi ketenagakerjaan : segala hal yg berhubungan dengan


tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja.
Prof. Dr. ALOYSIUS UWIYONO, SH., MH.
7

Hukum Ketenagakerjaan adalah : Hukum tertulis/tidak


tertulis yang mengatur Hak & Kewajiban antara:
 Penerima Kerja yang bekerja dibawah pimpinan Pemberi Kerja
yang berhak atas hasil pekerjaan yang dilakukan, dengan
 Pemberi Kerja yang mempekerjakan Penerima Kerja yang
berhak atas upah, dan
 Pemerintah yang mengatur hak / kewajiban Penerima Kerja dan
Pemberi Kerja, yang berlaku secara sektoral, regional, nasional,
maupun
internasional, baik yang terjadi sebelum, pada saat, atau
sesudah hubungan kerja, dan bersifat perdata, publik, dan
pidana.
SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
ditinjau dari sifatnya :
8

KAEDAH OTONOM : KAEDAH HETERONOM :


Ketentuan Hukum yang dibuat Ketentuan Hukum yang dibuat oleh
oleh para pihak yang terikat Pihak Ketiga di luar para pihak yang
dalam suatu hubungan kerja. terikat dalam suatu hubungan kerja.
Pihak Ketiga disini yang paling
dominan adalah Pemerintah.

Bentuk : Bentuk :
Perjanjian Kerja Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perusahaan Ketenagakerjaan
Perjanjian Kerja Bersama Perjanjian Internasional : Perjanjian Bilateral /
Multilateral
Kebiasaan.
Konvensi Inti (Core Convention ILO): Conv. 87,
98, 29, 105, 100, 111, 138, 182.
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH OTONOM
9

 Pasal 1338 BW:


“Semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat seperti
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya”.
 Pasal 1320 BW:
 “Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:
 Sepakat
 Cakap membuat suatu perikatan
 Suatu hal tertentu
 Suatu sebab yang halal.

 “HUKUM PERDATA”
LANDASAN TEORITIS
KAEDAH HETERONOM
10

 Campur tangan Pemerintah dalam hubungan


kerja antara pekerja dan pengusaha melalui
penetapan Sandard Minimum dan Standard
Maximum untuk menciptakan Industrial Peace di
tempat kerja.
 Bersifat Memaksa dengan ancaman sanksi
Administratif dan Pidana.
 “Hukum Publik
 “Hukum Pidana
Ruang lingkup

11

HK. KETENAGAKERJAAN HK. KETENAGAKERJAAN


PERDATA PUBLIK (HTUN)

HUKUM KETENAGAKERJAAN PIDANA


HUKUM KETENAGAKERJAAN PERDATA
12

 Perjanjian Kerja dimana Penerima Kerja mengikatkan


diri untuk bekerja dibawah pimpinan Pemberi Kerja,
dan Pemberi Kerja mengikatkan diri untuk
mempekerjakan Penerima Kerja dengan kewajiban
membayar upah.
 Perjanjian Kerja dibuat antara Suami dengan Istrinya
adalah batal demi hukum (Ps.1601i BW).
 Perjanjian Kerja yang dibuat oleh anak yang belum
dewasa adalah sah jika dibuat atas kuasa
walinya/orang tuanya (Ps. 1601g BW).
HUKUM KETENAGAKERJAAN PUBLIK
13

 Menciptakan Ketentuan Abstrak dan Berlaku Umum


(Regelling) a.l:
 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
 Kepmenaker No. 100 Tahun 2004 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.
 Menciptakan Ketentuan Konkrit untuk Subyek tertentu:
 Bestuur (Pemerintahan): Perijinan, Pembebanan, penentuan
status/kedudukan, pembuktian.
 Politie (Pengawasan): pencegahan dan penindakan.
 Rechtspraak (Peradilan): Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase dan PHI.
HUKUM KETENAGAKERJAAN PIDANA
14

 Tindak Pidana Pelanggaran:


 Ps. 186 (1) UU No. 13 Tahun 2003 : “Barang siapa melanggar ketentuan sebagamana
dimaksud Ps. 35 (2) dan (3), Pasal 92 (2), dikenakan pidana penjara paling singkat 1
(satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda ............ dst.
 Ps. 186 (2) UU No. 13 Tahun 2003 : Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan tindak pidana pelanggaran.

 Tindak Pidana Kejahatan:


 Ps. 183 (1) UU No. 13 Tahun 2003 : “Barang siapa melanggar ketentuan..Ps.74
dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda........ dst.
 Ps. 183 (2) UU No. 13 Tahun 2003 : Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan tindak pidana kejahatan.
PERKEMBANGAN HUKUM
KETENAGAKERJAAN
15

 Campur tangan Negara dalam hubungan kerja


mempengaruhi perkembangan Hukum
Ketenagakerjaan itu sendiri. Semakin dominan
Negara campur tangan dalam hubungan kerja,
maka Hukum Ketenagakerjaan semakin bersifat
Publik.
 Sebaliknya jika campur tangan Negara semakin
rendah, maka Hukum Ketenagakerjaan semakin
bersifat perdata.
Pembentukan Hukum Ketenagakerjaan
(UU No. 13 Tahun 2003)

Konsiderans :
Value Hukum
Ketenagakerjaan

Perlindungan
Perlindungan
terhadap
terhadap
pekerja/buruh dan 3 “s” perkembangan
keluarganya sesuai
kemajuan dunia
harkat & martabat
usaha
kemanusiaan

16
Kedudukan Pekerja dgn
Pengusaha

g:
Perusahaan
n
m ba
i
PEKERJA k se ial,
a s i,
Tid so om
kon tik.
e oli
p
kompensasi

Pembatasan-
pembatasan
hukum
17
Hakikat Hk. Ketenagakerjaan
 Perlindungan terhadap tenaga kerja, yakni
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa
diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan
dunia usaha.
(konsiderans huruf d UU No.13 Tahun 2003)

18
Tujuan Hk. Ketenagakerjaan
secara yuridis

 Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja


secara optimal dan manusiawi.
 Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yg sesuai dengan kebutuhan
pembangunan nasional dan daerah.
 Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan,
 Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.

19
Perlindungan Ketenagakerjaan

 Perlindungan Sosial:

 Perlindungan yang bertujuan agar pekerja dapat menikmati dan


mengembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada
umumnya dan khususnya sebagai anggota keluarga, misalnya:
seorang perempuan yang berkedudukan sebagai ibu atau calon
ibu, seorang anak yang harus mengembangkan jasmani maupun
rohaninya. Dengan kata lain pekerja tidak hanya dipandang
sebagai faktor produksi belaka, melainkan juga harus dihargai
harkat dan martabatnya sebagai manusia pada umumnya.
 Ketentuan Sosial : tentang anak, remaja, perempuan, tempat
kerja, perumahan pekerja, waktu kerja, istirahat, dan cuti,
kesempatan ibadah, dan lain-lain.

20
 Perlindungan Ekonomis:

Perlindungan yang bertujuan agar pekerja dapat


menikmati penghasilan secara layak yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
baik bagi diri sendiri maupun bagi anggota
keluarganya secara layak.
Ketentuan Ekonomis: Upah dan Jaminan Sosial,
Jaminan Hari Tua, Pensiun, Pesangon, dan lain-
lain.

21
 Perlindungan Teknis:

Perlindungan yang bertujuan agar pekerja


terhindar dari resiko bahaya yang mungkin
timbul di tempat kerja baik disebabkan oleh
alat-alat atau bahan-bahan yang dikerjakan.
Ketentuan Perlindungan Teknis: Pencegahan
timbulnya penyakit, keracunan, kebakaran,
peledakan, penyebar-luasan debu, kotoran,
asap, gas beracun, suhu udara yang terlalu
panas, kewajiban menggunakan alat-alat
keselamatan kerja.

22
POLITIK HUKUM
PERBURUHAN/KETENAGAKERJA
AN BERDASARKAN SEJARAH

FH - UPH Medan
23
SEJARAH HUKUM
KETENAGAKERJAAN

• Periode sebelum
- proklamasi 17 Agustus
1945.

• Periode setelah
- proklamasi 17 Agustus
1945.

24
Periode sebelum Proklamasi 17 Agustus
1945

• Perbudakan
• Perhambaan dan
peruluran
• Rodi
• Poenale sanksi.
• Penjajahan
Jepang

25
PERBUDAKAN
 Perbudakan terjadi apabila orang melakukan
pekerjaan pada orang lain dengan tidak mempunyai
hak apapun melainkan hanya mempunyai kewajiban
untuk melakukan segala pekerjaan dan melakukan
segala perintah, sedangkan majikan sebagai pihak
yang berkuasa mempunyai hak penuh tidak saja
terhadap perekonomiannya melainkan juga
terhadap hidup dan matinya budak tersebut;
 Sir Thomas Stampord Raffles (Gubernur Jendral
Inggris 1811-1816) mendirikan The Java Benevolent
Institution 1816, suatu lembaga yang bertujuan
menghapus perbudakan;
26
Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan :

S 1817 No. 42 yang berisi larangan untuk memasukkan budak-


budak ke Pulau Jawa ;

Regreling Reglimen (RR)1818, khususnya ketentuan psl. 114


dan 115.
Psl 114 : berisi larangan jual beli budak dan larangan
mendatangkan budak dari luar Indonesia (Hindia Belanda);
Psl 115 : berisi perintah untuk mengadakan peraturan-
peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak;

S 1815 No.44 tentang peraturan pelaksanaan RR 1818;

RR 1836 dan RR 1854, dalam pasal 115 s/d 117 tegas-tegas


menghendaki agar perbudakan segera dihapuskan paling
lambat tanggal 1 Januari 1860;
27
BEDA PERULURAN DNG.
PERHAMBAAN
 Peruluran adalah  Perhambaan adalah
ketidakbebasan bekerjanya seseorang
seseorang karena pada orang lain tanpa
terikatnya pada upah karena orang itu
suatu kebun pernah meminjam
tertentu. uang kepada orang
lain tersebut.
Pekerjaan ini terhenti
apabila orang tersebut
telah mengembalikan
uang yang dipinjam;

28
PERHAMBAAN
 Thn. 1616 - larangan VOC untuk melakukan
perhambaan;
 Thn. 1808 - Daendels melakukan pelarangan
perhambaan;
 RR 1854, khususnya psl 118 dinyatakan larangan
beralihnya penghambaan pada anak-anak hamba
yang berutang dan larangan pengangkatan hamba
melalui laut;
 S No. 43 thn. 1859 berisi larangan bagi 8 daerah di
luar Jawa untuk menerima perhambaan;

29
RODI ( KERJA PAKSA )

 Rodi/Kerja paksa, semula adalah pekerjaan gotong


royong oleh semua penduduk suatu Desa/anggota suku
tertentu untuk kepentingan Desa/suku tsb, kemudian
dimanfaatkan oleh penjajah menjadi suatu kerja paksa
untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda beserta
pembesar-pembesarnya;
 Ada 3 (tiga ) gol. Rodi :
1 Rodi Gubernemen yaitu rodi untuk Gubernur dan para
pegawainya;
2 Rodi perorangan yaitu rodi untuk kepentingan Kepala
Daerah dan pembesar-pembesar org. Indonesia;
3 Rodi Desa yaitu rodi untuk kepentingan Desa;

30
• Masa pendudukan Inggris TS Rafles, Rodi dilarang
karena mengganggu ketentraman penduduk dan banyak
menimbulkan korban jiwa bagi penduduk;
• Pemerintahan Hindia Belanda:
a. RR 1830 Psl. 80 memberikan kesempatan para
Penguasa menjalankan Rodi di bidang Perkebunan;
b. RR 1854 dikeluarkan ketentuan mengenai
pelaksanaannya di tiap-tiap daerah ditentukan sifat,
luas, macam, cara dan syarat-syaratnya;
 Gubernur Jenderal D VAN TWIST tgl 3 September 1864
ditentukan adanya Rodi Umum dan Rodi Khusus;

31
 S 1882 No.136 pada intinya melarang dilakukannya
Pancen/Rodi ;
 S 1882 No.137 menetapkan :

1. Setiap orang yang ingin terbebas dari Rodi/Pancen


diharuskan membayar semacam ganti rugi sebesar 1 golden;
2. Mengurangi jenis pekerjaan Rodi yang boleh dibebankan
kepada penduduk yaitu dengan menghapuskan :
a. Rodi umum untuk pembuatan, perbaikan, dan
pemeliharaan penjara, pesangrahan dll;
b. Rodi khusus untuk penjagaan
gudang negara, pengantaran surat dsb;
3. Jumlah hari wajib Rodi semula 52 hari dalam setahun
dikurangi menjadi 42 hari setahun;

32
• Konvensi ILO No. 29 telah diratifikasi Pemerintah
Hindia Belanda dengan S 1933 No. 261, berisi :
a. Mewajibkan setiap negara anggota ILO untuk
menghapuskan Rodi secepat mungkin;
b. Pemerintah tidak boleh mengizinkan adanya Rodi
untuk kepentingan perorangan, perusahaan
/perkumpulan;
c. Hanya orang laki-laki yang sehat dan berumur
antara 18-45 tahun yang boleh dikenakan wajib
Rodi, kecuali terhadap guru, murid-murid sekolah
dan Pejabat Pemerintah pada umumnya;
d. Harus dilakukan segala macam tindakan untuk
menjaga kesehatan pekerja Rodi;

33
POENALE SANCTIE
• Algemene Politea Strafreglement 1872 No. 111
menentukan : seorang yg tiada alasan yg dapat
diterima meninggalkan atau menolak melaksanakan
pekerjaannya dapat dipidana dengan denda antara
16 sampai 25 rupiah atau denda rodi 7 sampai 12
hari;
• Koeli Ordonantie 1880 No.133 yg pada intinya sbb:
a. Perjanjian kerja harus dilakukan secara tertulis
untuk jangka waktu 3 tahun;
b. Pekerja dgn. alasan apapun tidak diperkenankan
memutuskan hubungan kerja secara sepihak;
c. Perjanjian kerja harus terdaftar pada daerah
setempat;

34
Poenale sanctie dihapuskan pada tanggal 1
Januari 1942.
Akibatnya maka PHK secara sepihak oleh buruh
baik karena melarikan diri atau tidak mau kerja lagi
tidak lagi dikenakan pidana tetapi dikenakan
sanksi perdata berupa ganti rugi dengan cara
mengajukan gugatan perdata;
Untuk memungkinkan gugatan tersebut diaturlah
dalam psl 1601 s/d 1603 BW lama;

35
ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Romusha
Semacam kerja paksa yang dilakukan diluar batas
kemanusiaan, hanya mementingkan pemerasan
tenaga kerja tanpa memperhatikan keadaan tenaga
kerja, dilakukan secara terus menerus tanpa upah,
makanan yang diberikan kurang, banyak tenaga kerja
yang mati kelaparan atau dibunuh;

36
PERIODE SETELAH PROKLAMASI 17
AGUSTUS 1945

 Orde lama
 Orde baru
 Era Reformasi :
- Habibi
- Gus Dur
- Megawati
- SBY
- Jokowi

37
ama : Pembentukan UU di bid. Perburuhan sangat progresif yg
Orde l sangat protektif melindungi kaum buruh :

1. Psl 27 ayat (1) UUD 1945;


2. UU Kerja No.12 Tahun1948
3. UU Pengawasan Perburuhan No.23 Tahun 1948
4. UU No.33 Tahun 1947 ttg. Kecelakaan Kerja.
5. UU No.21 Tahun 1954 ttg. Perjanjian Perburuhan.

6. UU No. 23 Tahun 1953 tentang Kewajiban Melaporkan Perusahaan;


7. UU No.18 Tahun 1956 ttg. Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 mengenai Dasar-dasar dari Hak
untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama
8. UU No. 22 Tahun 1957 ttg. Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
9. UU No. 12 Tahun 1964 ttg. PHK di Perusahaan Swasta.

Kondisi politik berubah, bawa perubahan yg membatasi gerak politik & ekonomis
buruh :
Larangan mogok kerja (Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 4 Tahun 1960 ttg.
Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (lock out) di perusahaan2, jawatan2 dan
badan2 vital.
UU No.7 PRP/1063 ttg. Pencegahan Pemogokan dan/atau dan/atau Penutupan (lock out) di
perusahaan2, jawatan2 dan badan2 vital. 38
ar u
Ord eB

Masalah berat bid. Ketenagakerjaan adalah penciptaan kesempatan kerja.


Repelita I dimulai, melalui Tap MPRS No.28 Tahun 1966 :

1. Usaha-usaha utk menciptakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran dan


menampung pertambahan tenaga kerja);
2. Pembinaan dan penyediaan tenaga kerja dalam jumlah yg cukup dan keahlian yg diperlukan
sesuai dengan perkembangan dlm kegiatan ekonomi dan penyediaan kesempatan kerja.
3. Peningkatan dan perbaikan hubungan perburuhan serta jaminan sosial.

Peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan :


UU No.14 Tahun 1969 ttg. Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
UU No.1 Tahun 1970 ttg. Keselamatan Kerja.
UU No.2 Tahun 1971 ttg. Kecelakaan Kerja.
UU No.3 Tahun1992 ttg. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Semua Serikat Buruh ditunggalkan menjadi satu yaitu : SPSI


Peran militer sangat besar di bidang ketenagakerjaan, misalnya dlm
penyelesaian perselisihan perburuhan;
39
Era Reformasi

Reaksi thd. krisis


ekonomi, kondisi
sosial dan politik

membengkak ekonomi
nya utang biaya tinggi
luar negeri,
kredit
perbankan yg pemusatan
tdk kekuasaan KKN
terkendali eksekutif
/krisis
perbankan

40
Era Habibi (1998-1999)

 Keppres No. 83 tahun 1998 yaitu Pengesahan


Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 ttg. Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk
Berorganisasi

 UU No.20 Tahun 1999 ttg. Ratifikasi Konvensi ILO


No.138 Tahun 1973 ttg. Usia Minimum untuk
diperbolehkan Bekerja yg memberi perlindungan
thd. Hak asasi anak dgn membuat batasan usia
utk boleh bekerja.

 UU No.39 Tahun 1999 ttg. HAM dan Perpu No. 1


Tahun 1999 ttg. Peradilan HAM
41
Era Gus Dur (1999-2001)

 Memperbaiki iklim Demokrasi termasuk di sektor


ketenagakerjaan khususnya kebebasan berserikat
bagi Pekerja/Buruh.

 UU No.21 Tahun 2000 ttg. Serikat Pekerja/Serikat


Buruh

42
Era Megawati (2001-2004)

Memperbaiki Hukum Ketenagakerjaan yg sangat


fundamental :

 UU No. 13 Tahun 2003 ttg. Ketenagakerjaan yg


menggantikan 15 peraturan ketenagakerjaan, sehingga
UU ini menjadi payung hukum bagi peraturan lainnya.
 UU No. 2 Tahun 2004 ttg. Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (PPHI)
 UU No. 39 Tahun 2004 ttg. Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri.
 UU No. 40 Tahun 2004 ttg. Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

43
Era SBY (2004-2009) :
Intinya mempersiapkan kelembagaan, sistem dan tenaga kerja dlm
menghadapi pasar kerja yg fleksibel, terutama di era perdagangan bebas

 Memberlakukan UU No. 2 Tahun 2004 ttg. Penyelesaian


Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) sejak tanggal 14
Januari 2006.
 UU No. 23 Tahun 2004 ttg. Badan Nasional Sertifikasi
Profesi.
 UU No. 1 Tahun 2008 ttg. Pengesahan Konvensi ILO
No.185 mengenai Dokumen Identitas Pelaut.
 Keppres No.107 Tahun 2004 ttg. Dewan Pengupahan
 Perpres No.50 Tahun 2005 ttg. Lembaga Produktivitas
Nasional.

44
Lanjutan....
 Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2005 ttg. Tata Kerja
dan Susunan Organisasi Lembaga Kerja Sama (LKS)
Tripartit.
 Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2008 ttg. Perubahan
atas PP No.8 Tahun 2005 ttg. Tata Kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit.
 Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006 ttg. Sistem
Pelatihan Kerja Nasional.
 Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2007 ttg. Cara
Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penusunan
serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja.

45
Era JOKOWI (2014-sekarang)

 Pembentukan BPJS berdasarkan UU No. 24 Tahun


2011
 UU No. 18 Tahun 2017 ttg. Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia menggantikan UU No. 39 Tahun
2004 ttg. Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar
Negeri.
 PP No. 78 Tahun 2015 ttg. Pengupahan
 Permenakertrans No. 1 Tahun 2017 ttg.Struktur dan
Skala Upah.

46
Lanjutan ..
Nawacita :
 Kebijakan : Kartu Sehat dan Kartu Pintar
 Pembangunan infrastruktur mulai dari daerah pinggiran
agar biaya distribusi barang dan jasa lebih efektif dan
efisien.

 Pemberian Dana Pembangunan Desa/Kelurahan Rp.1,5


M / Desa/Kelurahan, agar peredaran uang di daerah-
daerah pinggiran semakin banyak sehingga
menghidupkan perekonomian rakyatnya yg akhirnya dpt
menyerap tenaga kerja di daerah tidak berpindah ke kota.
 Tantangan Fleksibilitas Hubungan Kerja.

47
Keputusan politik Kepentingan
politik/kepenti-
penguasa ngan rakyat?

Hukum / UU
̴ Moment
Opnaam
ketenagakerja
an

Hukum
Ketenagakerjaan

48
 Pertanyaan :
1. Apa hakekat hk. Ketenagakerjaan?
2. Mengapa pemerintah harus memberikan perlindungan yg
seimbang kepada pekerja dan pengusaha?
3. Jelaskan ruang lingkup Hk. Ketenagakerjaan disertai dengan
penjelasannya.
4. Mengapa buruh/pekerja perlu dilindungi? Dan bagaimana UU
Ketenagakerjaan memberikan perlindungan kpd.
Buruh.pekerja?
5. Apa perlunya anda belajar Hk. Ketenagakerjaan?
6. Jelaskan mengapa Hk. Ketenagakerjaan itu disebut moment
opnaam, ditinjau dari sejarah.
7. Coba anda buat defenisi Hk. Ketenagakerjaan secara lengkap.
8. Pada masa pemerintahan siapa Hk. Ketenagakerjaan
mengalami perkembangan yg paling pesat? Berikan
argumentasi anda terhadap jawaban anda.

49
50

Anda mungkin juga menyukai