Anda di halaman 1dari 6

BAB I

BERKAS PENYIDIKAN

Rangkaian penyelesaian peradilan pidana terdiri atas beberapa tahapan, suatu proses

penyelesaian peradilan dimulai dari adanya suatu peristiwa hukum, namun untuk menentukan
apakah

peristiwa hukum itu merupakan suatu tindak pidana atau bukan haruslah diadakan suatu
penyelidikan.

Alur untuk mengetahui adanya suatu tindak pidana adalah melalui :

a. Pengaduan, yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada

pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seseorang yang telah melakukan tindak

pidana (delik) aduan yang merugikan (Pasal 1 angka 25 KUHAP).

b. Laporan, yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban

berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau diduga akan

terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 angka 24 KUHAP).

c. Tertangkap tangan, yaitu tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana,

atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian

diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian

padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana

itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan

tindak pidana itu.

Menurut pasal 1 butir 5 KUHAP, penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik

untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh
undangundang. Adapun pihak yang berwenang untuk melakukan penyelidikan menurut pasal 4
KUHAP

adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.

Dalam melaksanakan penyelidikan, penyelidik memiliki kewajiban dan kewenangan.

Penyelidik karena kewajibannya memiliki kewenangan antara lain sebagai berikut :

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

2. Mencari keterangan dan barang bukti;

3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan seta memeriksa tanda pengenal

diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab;

5. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :

a. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penahanan;

b. Pemeriksaan dan penyitaan surat;

c. Mengambil sidik jari dan memotret orang;

d. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.

6. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana

tersebut diatas;

Apabila setelah melalui tahap penyelidikan dapat ditentukan bahwa suatu peristiwa

merupakan suatu peristiwa pidana, maka dilanjutkan dengan Tahap Penyidikan. Menurut pasal 1

angka 2 KUHAP yang dimaksud penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undnag ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

diatur dalam undang-undang ini yang mana dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana

yang terjadi dan guna menemkan tersangkanya.

Pihak yang berwenang melakukan penyidikan menurut pasal 6 KUHAP adalah pejabat

polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

khusus oleh undang-undang. Penyidik karena kewajibannya memiliki kewenangan sebagai berikut

1. Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya tindak pidana;

2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

9. Mengadakan penghentian penyidikan;

10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab;

11. Dalam melakukan tugasnya penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku;

12. Membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan;

13. Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;


14. Penyerahan berkas perkara dilakukan :

a. Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;

b. Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas

tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

15. Berita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang :

a. Pemeriksaan tersangka;

b. Penangkapan;

c. Penahanan;

d. Penggeledahan;

e. Pemasukan rumah;

f. Penyitaan benda;

g. Pemeriksaan surat;

h. Pemeriksaan saksi;

i. Pemeriksaan di tempat kejadian;

j. Pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan;

k. Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang.

16. Melakukan penyidikan tambahan, jika penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk

dilengapi sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum;

17. Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik dapat mengadakan penangguhan
penahanan

dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan;

18. Karena jabatannya hakim sewaktu-waktu dapat mencabut penangguahan penahanan dalam hal

tersangka atau terdakwa melanggar syarat yang sudah ditentukan;

19. Melakukan penyidikana tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum, jika penuntut

umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi;

20. Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidanan sebelum dimulainya pemeriksaan

oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan

bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum.

Ketika melaksanakan penyelidikan dan penyidikan, para aparat penegak hukum melakukan

suatu upaya paksa, yaitu serangkaian tindakan untuk kepentingan penyidikan yaitu :

a. Penangkapan, menurut pasal 1 angka 20 KUHAP, penangkapan adalah suatu tindakan penyidik
berupa penangkapan sementara waktu kebebasan tersangka apabila terdapat cukup bukti guna

kepentingan penyidikan atau penntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam undang-undang;

b. Penahanan, menurut pasal 1 angka 21 KUHAP, penahanan adalah penempatan tersangka atau

terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan

penetapannya, dalam serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang;

c. Penyitaan, menurut pasal 1 angka 16 KUHAP, penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik

untuk mengambil alih dan/atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak

bergerak, berwujud dan/atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,

penuntutan dan peradilan;

d. Penggeledahan rumah, menurut pasal 1 angka 17 KUHAP, penggeledahan rumah adalah

tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk

melakukan tindakan pemeriksaan dan/atau penyitaan dan/atau penangkapan dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang;

e. Penggeledahan badan, menurut pasal 1 angka 18 KUHAP, penggeledahan badan adalah

tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan/atau pakaian tersangka untuk

mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita

Setiap tindakan yang dilakukan oleh Penyidik harus dibuat Berita Acara dan penyidik dalam

memproses suatu perkara Pidana harus membuat Berkas Perkara tingkat Penyidikan. Dalam modul

ini contoh berkas yang dibuat adalah berkas penyidikan tindak pidana narkotika

23. Rekontruksi Peristiwa

REKONSTRUKSI PERISTIWA

(1)

1. Pada sekitar bulan Oktober 2012 Terdakwa mendapatkan bantuan dana dari Dhanan Salvatrucha

mengirim Shabu (Metamfetamina) seberat 150 kg yang disisipkan di ikan Makarel dari

Pelabuhan Guangzhou menuju Pelabuhan Tunon Taka di Tarakan Indonesia yang kemudian

Terdakwa mengecek keadaan ikan yang disisipi Shabu tersebut

(2)
2. Pada sekitar bulan Desember 2012 saat pergantian malam tahun baru, Terdakwa bersama

dengan Wawan Suryawan, Lee Mislie, Cristian Hereira, Bonsak Ponsana dan Yura melakukan

pertemuan di Hotel Giayu Western di daerah Nusa Dua Bali yang kemudian menyepakati bahwa

Terdakwa akan memproduksi Shabu (Metamfetamina) dan kemudian akan disebarkan kepada

mereka.

Anda mungkin juga menyukai