Anda di halaman 1dari 5

Mohamad Asa Aryasoma Perdana

11000120140449

Kelas Hukum Acara Pidana (F)

Resume 4

Pasal 7 Kuhap

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a mempunyai tugas dan wewenang:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang terjadinya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa surat atau tanda pengenal diri yang bersangkutan;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, dan


penyadapan;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau diminta keterangan sebagai saksi;

g. mendengarkan keterangan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. melakukan penghentian penyidikan;

i. melakukan pengamatan secara diam-diam terhadap suatu tindak pidana; dan

j. melakukan tindakan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dan huruf c karena kewajibannya mempunyai
wewenang berdasarkan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
berkoordinasi dengan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dan huruf c dalam melaksanakan upaya paksa
dapat meminta bantuan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan koordinasi dan permintaan bantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan/atau peradilan (Pasal 1 butir 20 KUHAP).

Saksi tidak boleh ditangkap, tetapi boleh disandera. Saksi juga wajib disumpah pada saat
pemeriksaan di pengadilan, tetapi dapat menolak secara sah.

TANGKAP/TAHAN = PEDANG BERMATA DUA


Dalam hubungannya dengan masalah ini, Van Bemmelen mengatakan bahwa penahanan adalah
sebagai suatu pedang yang memenggal kedua belah pihak karena tindakan yang bengis ini
dapat dikenakan pada orang-orang yang belum menerima keputusan dari hakim sehingga
mungkin pula terkena pada orang-orang yang sama sekali tidak bersalah

Bukti-bukti yang dikumpulkan harus cukup dan meyakinkan bahwa orang yang bersangkutan
memang bersalah, baru kemudian melakukan penangkapan dan penahanan agar tidak
merugikan pihak yang tidak bersalah.

BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP


Pasal 17 KUHAP: perintah penangkapan dilakukan terhadap orang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dalam penjelasan tersebut, yang
dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah bukti permulaan untuk menduga
adanya tindak pidana sesuai bunyi Pasal 1 butir 14 KUHAP. Pasal ini menunjukkan bahwa
perintah penangkapan tidak dilakukan dengan sewenang-wenang, melainkan hanya dapat
ditujukan kepada mereka yang benar-benar melakukan tindak pidana.

Unus testis nullus testis


Secara praktis, penafsiran dari bukti permulaan yang cukup itu harus ditafsirkan adanya
minimum dua alat bukti. Hal ini sesuai dengan salah satu asas dalam hukum acara pidana, yaitu
“unus testis nullus testis” atau “een getuige is geen getuige“ (satu saksi bukan saksi).
FUNGSI TANGKAP/TAHAN
Adalah untuk perlindungan masyarakat terhadap kejahatan (prevensi general), tetapi tidak
menutup kemungkinan terkena juga pada orang-orang yang sama sekali tidak bersalah tersebut.
Oleh karena itu, aparat penegak hukum dalam menggunakan wewenang yang mereka miliki itu
harus dilandasi oleh keyakinan adanya presumption of guilt (praduga bersalah).

In dubio pro reo


Berarti bahwa sebelum aparat penegak hukum menentukan sikapnya untuk menahan
tersangka, ia harus terlebih dahulu mencari fakta-fakta atau bukti-bukti yang cukup kuat
sehingga timbul keyakinan (overtuiging) atas kesalahan tersangka.

CARA PENANGKAPAN (PASAL 18 KUHAP)


Pelaksanaan penangkapan harus dilakukan oleh petugas Polri dan hanya sah apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut.
• Dengan menunjukkan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh penyidik atau
penyidik pembantu;
• Dengan memberikan surat perintah penangkapan kepada tersangka yang
mencantumkan identitas tersangka, alasan penangkapan, serta uraian singkat mengenai
kejahatan yang dipersangkakan terhadap tersangka dan mengenai tempat tersangka akan
diperiksa;
• Dengan menyerahkan tembusan surat perintah penangkapan kepada keluarga tersangka
setelah penangkapan dilakukan.

JANGKA WAKTU TANGKAP


Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) KUHAP, terkait jangka waktu penangkapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 KUHAP dapat dilakukan untuk paling lama satu hari. Berdasarkan Pasal 1 angka
30 KUHAP, satu hari adalah waktu selama dua puluh empat jam dan satu bulan adalah waktu
selama tiga puluh hari.
PENAHANAN
Menurut Pasal 20 KUHAP, para pihak yang berwenang melakukan penahanan adalah penyidik
dan penyidik pembantu atas perintah penyidik untuk kepentingan penyidikan, penuntut umum
untuk kepentingan penuntutan, dan hakim untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan. Adapun syarat-syarat untuk melakukan penahanan adalah:
• Syarat objektif (gronden van rechtmatigheid)
 Dasar (alasan) penahanan ditinjau dari segi tindak pidananya, yaitu tindak pidana apa
yang dapat dikenakan penahanan.
 Bersifat absolut, artinya bahwa apabila tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka atau
terdakwa tidak termasuk dalam rumusan Pasal 21 ayat (4) KUHAP, maka tersangka atau
terdakwa tidak dapat dikenakan penahanan.
• Syarat subjektif (gronden van noodzakelijkheid)
 Dasar (alasan) penahanan ditinjau dari segi perlunya tersangka atau terdakwa itu
ditahan.
 Menurut Pasal 21 ayat (1) KUHAP, perlunya tersangka atau terdakwa untuk ditahan
dikarenakan adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa:
- Tersangka atau terdakwa akan melarikan diri;
- Merusak atau menghilangkan barang bukti;
- Mengulangi tindak pidana.
 Bersifat alternatif, artinya tidak perlu ketiga syarat tersebut terpenuhi, tetapi salah
satunya saja sudah cukup.

JENIS PENAHANAN MENURUT PASAL 22 KUHAP:


• Penahanan rumah tahanan negara;
• Penahanan rumah (huis-arrest);
• Penahanan kota (stad-arrest).

Masa penahanan dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan:


• Penahanan kota: 1/5 dari jumlah lamanya penahanan;
• Penahanan rumah: 1/3 dari jumlah lamanya penahanan;
• Penahanan rutan: dikurangkan seluruhnya.

JANGKA WAKTU PENAHANAN


• Penyidik (Pasal 24 KUHAP)
20 hari + 40 hari = 60 hari
• Penuntut Umum (Pasal 25 KUHAP)
20 hari + 30 hari = 50 hari
• Hakim PN (Pasal 26 KUHAP)
30 hari + 60 hari = 90 hari
• Hakim PT (Pasal 27 KUHAP)
30 hari + 60 hari = 90 hari
• Hakim MA
Pasal 28 KUHAP: 50 hari + 60 hari = 110 hari
Pasal 29 KUHAP: 30 hari + 30 hari = 60 hari

Anda mungkin juga menyukai