PENAHANAN
1) Pendahuluan
Dalam pembahasan sebelumnya hanya berfokus pada ruang lingkup
pembahasan yang berfokus pada wewenang aparat Polri dalam penyidikan,
namun dalam pembahasan tentang penahanan akan dibahas menyangkut
instansi penegak hukum lainnya, termasuk penuntut umum dan hakim atau
peradilan. Jadi masalah penahanan bukan hanya wewenang yang dimiliki oleh
penyidik saja (Polri), tapi juga meliputi wewenang yang diberikan undang-
undang kepada semua instansi dan tingkat peradilan (penuntut umum dan
hakim).
Masalah penahanan diatur dalam KUHAP, yaitu pada Bab V Bagian Kedua
dari Pasal 20 sampai dengan Pasal 31, kemudian dijumpai beberapa aturan-
aturan lainnya yang mengatur tentang penahanan. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas masalah penahanan sebagaimana pembahasan selanjutnya.
2) Pengertian
3) Tujuan Penahanan
1) Syarat Subjektif
diatur di dalam:
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
b. tindak pidana ancamannya kurang dari 5 tahun, tetapi sebagaimana
dimaksud dalam:
KUHPidana, yaitu Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1),
Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379
a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506;
Maka pada saat penahanan itu akan dilaksanakan, maka surat perintah
penahanan dan penahanan lanjutan tersebut di atas harus diserahkan kepada
tersangka/terdakwa dan kepada keluarganya setelah penahanan dilaksanakan
(sebagai tembusan). Adapun surat perintah/penetapan penahanan berisikan
antara lain:
b. Alasan penahanan;
b. penahanan rumah;
c. penahanan kota.
1. Tingkat Penyidikan
Menurut Pasal 24 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat
penyidikan, dapat dilakukan atas:
2. Tingkat Penuntutan
c. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum
berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan
sudah terpenuhi.
d. Setelah waktu enam puluh hari (60 hari) tersebut, penuntut umum
harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
c. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum
berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan
sudah terpenuhi.
d. Setelah waktu sembilan puluh hari (90 hari) walaupun perkara tersebut
belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi
hukum.
c. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum
berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan
sudah terpenuhi.
d. Setelah waktu sembilan puluh hari (90 hari) walaupun perkara tersebut
belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi
hukum.
c. Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelum
berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan
sudah terpenuhi.
a. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat,
yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau
Maka perpanjangan penahanan padsa ayat (1), yaitu paling lama tiga puluh
hari (30 hari) dan dalam hal penahanan tersebut masih diperlukan, dapat
diperpanjang lagi untuk paling lama tiga puluh hari. (60 hari) (ayat 2)
Perpanjangan penahanan tersebut pada ayat (2) di atas, atas dasar permintaan
dan laporan pemeriksaan dalam tingkat :
a. penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri;
Cara penahanan atau penahanan lanjutan, baik yang dilakukan oleh penyidik
maupun oleh penuntut umum serta oleh hakim ahíla dengan jalan memenuhi
ketentuan Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP, sebagai berikut:
a. Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut
umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat
perintah penahanan atau penetapan hakim.
1. Jaminan Uang
KUHAP, yaitu:
(1) Uang jaminan penangguhan penahanan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan tinggkat pemeriksaan, disimpan
di kepaniteraan pengadilan negeri.
(2) Apabila tersangkut atau terdakwa melarikan diri dan setelah lewat
waktu 3 (tiga) bulan tidak ditemukan uang jaminan tersebut menjadi
milik negara dan disetor ke Kas Negara.Mengenai nilai uang yang
dijadikan jaminan, tidak ada ketentuan secara jelas tentang berapa
besarannya nilai uang yang dijadikan jaminan, maka besarnya nilai
uanh jaminan ditentukan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
tingkat pemeriksaannya.
2) Jaminan Orang
Demikian pula apabila jaminan berupa orang, maka identitas orang yang
menjadi jaminan tersebut secara jelas dicamtumkan dalam perjanjian,
dengan ketentuan sebagaimana diatur Pasal 36 KUHAP, bahwa apabila
terjadi sesuatu atas
(1) Dalam hal jaminan itu adalah orang dan tersangka atau terdakwa
melarikan diri maka setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan tidak ditemukan,
penjamin diwajibkan membayar uang yang jumlahnya telah ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan.
(2) Uang yang dimaksud dalam ayat (1) harus disetor ke Kas Negera
melalui panitera pengadilan negeri.