Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Dosen Pengampu : Ani Triwati


Materi : Penahanan dan Penggeledahan

Penahanan
Syarat-syarat untuk bisa menahan :
a. Syarat obyektif, dasar penahanan yang dilihat /ditinjau dari segi tindak
pidananya. (Pasal 21 (4) KUHAP)

TP yang bisa ditahan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu


1. TP yang diancam hukuman 5 tahun atau lebih berat,
2. TP tertentu yang ancaman hukumannya di bawah 5 tahun tetapi secara
tegas telah dicantumkan dalam Pasal 21 ayat (4 sub b),
3. TP yang berupa percobaan maupun pembantuan dalam hal tersebut di atas.

b. Syarat subyektif, dasar-dasar penahanan dilihat dari segi keperluannya


(perlunya tersangka atau terdakwa) ditahan. Menurut Pasal 21 ayat(1) perlu
adanya penahanan adalah :
- apabila ada kekhawatiran tersangka akan melarikan diri;
- apabila ada kekhawatiran tersangka akan merusak atau menghilangkan
barang bukti;
- apabila ada kekhawatiran tersangka akan mengulangi TP lagi.
Syarat subyektif bersifat alternatif.

Jenis-jenis Penahanan, Pasal 22 ayat (1), ada 3 macam penahanan:


1. Penahanan pada Rumah Tahanan Negara,;
2. Tahanan Rumah;
3. Tahanan Kota.
Pasal 22 ayat (4), lamanya waktu tersangka/terdakwa ditahan harus
dipotongkan dengan hukuman yang dijatuhkan hakim.
Pasal 22 ayat (5) :

1
 Penahanan pada rumah tahanan negara, pemotongan/pengurangan dihitung
penuh;
 Tahanan rumah, pemotongan adalah 1/3 dari terdakwa di tahanan rumah;
 hanya diperhitungkan 1/5 dari tahanan kota.

Berdasarkan Pasal 24 :
 penahanan yang dilakukan penyidik berlaku 20 hari, bila belum selesai maka
penyidik bisa minta perpanjangan penahanan kepada PU dan dapat ditambah
selama 40 hari.
 Apabila belum selesai juga maka tersangka harus dikeluarkan demi hukum
karena merampas kemerdekaan.

Berdasarkan Pasal 25 :
 bila perkara sudah dilimpahkan ke kejaksaan, maka PU mengeluarkan surat
penahanan selama 20 hari, apabila belum selesai juga minta perpanjangan
kepada Ketua PN dan dapat ditambah 30 hari. Apabila belum selesai juga maka
tersangka harus dikeluarkan demi hukum.

Berdasarkan Pasal 26 :

 Perkara dilimpahkan ke pengadilan, surat perintah penahanan 30 hari, bila


belum diputus maka hakim minta perpanjangan kepada ketua PN, perpanjangan
selama 2x30 hari.
 Apabila pemeriksaan perkara di PN belum selesai juga maka terdakwa harus
dikeluarkan demi hukum.
Berdasarkan Pasal 27 ;
 apabila perkaranya banding ke PT, guna pemeriksaan banding dikeluarkan surat
perintah penahanan selama 30 hari, apabila pemeriksaan belum selesai dapat
diperpanjang oleh Ketua PT selama 2x30 hari.
 Apabila sudah 90 hari perkara belum diputus maka terdakwa harus dikeluarkan
demi hukum.

Berdasar Pasal 28 :

2
 Apabila perkara dilimpahkan pada MA, surat perintah penahanan selama 50 hari,
apabila belum selesai dapat diperpanjang selama 2x30 hari oleh ketua MA.
Apabila sudah 110 hari perkara belum diputus maka terdakwa harus dikeluarkan
demi hukum.

Pasal 29 ayat (1),


 Pengecualian terhadap jangka waktu yang terdapat dalam Pasal 24,25,26,27,28,
 guna kepentingan pemeriksaan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa
dapat diperpanjang dengan berdasarkan alasan :
1. tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat
yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau
2. perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara selama
sembilan tahun atau lebih.
 Masing-masing tahap pemeriksaan masih dapat ditambah lagi, tiap-tiap tahap
2x30 hari.

Penangguhan penahanan

Penangguhan penahanan :

a. Schorsing (tersangka/terdakwa sudah berada dalam tahanan);

b. Opschorsing (tersangka/terdakwa baru akan ditahan)

Pejabat yang berwenang menangguhkan penahanan :

a. Penyidik dalam tingkat penyidikan;

b. Penuntut Umum dalam tingkat penuntutan;

c. Hakim dalam tingkat pemeriksaan sidang.

Pasal 31 KUHAP

(1) Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau
hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan
penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan
syarat yang ditentukan.

3
(2) Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim sewaktu-waktu dapat
mencabut penangguhan penahanan dalam hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Lihat PP No. 27 Tahun 1983, Pasal 35 dan 36.

Syarat penangguhan :

1. Dapat dengan jaminan uang, jika orang ybs mampu dapat diberikan uang maksudnya
pihak yang menahan menetapkan jumlah jaminannya yang harus dibayar sehingga
apabila ybs melarikan diri uang jaminan ditetapkan oleh pengadilan menjadi milik
negara.

2. Dengan jaminan orang, ada pihak ke-3 yang sanggup membayar uang jaminan yang
ditetapkan oleh pihak yang menahan yang dituangkan dalam surat perjanjian (belum
dibayar tunai).

 Jika penjaminnya tidak membayar padahal tersangka melarikan diri maka penjaminnya
ditagih supaya membayar jaminan.

Penggeledahan (Lihat Pasal 33,34, 35, 36, 37)

Macamnya :

1. Penggeledahan rumah, menurut Pasal 33 penggeledahan harus dilakukan oleh penyidik


dengan surat izin dari Ketua PN setempat.

 Penggeledahan ini harus disertai dua orang saksi yang kemudian setelah
penggeledahan dibuat berita acara penggeledahan yang harus ditandatangani oleh
penyidik, dua orang saksi dan pemilik rumah.

 dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.

 Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua
lingkungan dengan dua orang saksi,

 Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau -menggeledah rumah, harus dibuat
suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah
yang bersangkutan.

4
Menurut Pasal 34,

 tanpa disertai surat izin pengadilan dalam keadaan mendesak penggeledahan rumah
dapat dilakukan

a. pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam

atau ada dan yang ada di atasnya;

b. pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;

c. di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya;

d. di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.

Pasal 35

 Ada tempat-tempat tertentu yang tidak boleh dilakukan penggeledahan kecuali


tertangkap tangan, misalnya gedung DPR/DPRD, tempat-tempat ibadah, ruang
sidang pengadilan, jika sedang ada kegiatan.

Pasal 36

 Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daerah hukumnya,
dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut dalarn Pasal 33, maka penggeledahan
tersebut harus diketahui oleh ketua pengadilan negeri dan didampingi oleh penyidik
dari daerah hukum di mana penggeledahan itu dilakukan.

2. Penggeledahan pakaian, Pasal 37.

3. Penggeledahan badan, Pasal 37.

 Pada waktu menangkap tersangka, penyelidik hanya berwenang menggeledah pakaian


termasuk benda yang dibawanya serta, apabila terdapat dugaan keras dengan alasan
yang cukup bahwa pada tersangka tersebut terdapat benda yang dapat disita.

 Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan
atau menggeledah badan tersangka.

5
6

Anda mungkin juga menyukai