Anda di halaman 1dari 3

Implementasi Upaya Paksa

Dalam menyelesaikan perkara kasus pidana, pejabat berwenang dapat mengambil tindakan
upaya paksa, meliputi: penahanan, penangkapan, penggeledahan dan penyitaan, yang mana upaya
paksa tersebut sesuai dengan kebutuhan dalam penyelesaian perkara yang dihadapi dan didasarkan
pada aturan yang berlaku.
1. Penahanan
 Dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan kepentingan penuntutan di
sidang pengadilan sebagaimana Pasal 20 KUHAP
 Implementasi penahanan, sebagai berikut:
- Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka/terdakwa yang melakukan
tindak pidana atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam hal :
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.
b. tindak pidana tertentu seperti yang tercantum dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b
KUHAP.
- Pejabat yang berwenang wajib menunjukan surat perintah penahanan dari penyidik atau
penutut umum atau hakim sebagaiman Pasal 21 ayat (2) KUHAP
- Menyerahkan surat tembusan perintah penahanan kepada keluarga tersangka
- Perhitungan pengurangan masa tahanan dari pidana yang dijatuhkan harus dimulai dari
sejak penahanan oleh penyidik/penuntut umum/hakim
- Penahanan dapat dilakukan pembataran, perpanjangan penahanan, dan dapat dilakukan
penangguhan penahanan
- mengeluarkan tersangka/ terdakwa demi hukum dari tahanan adalah pejabat ditempat
mana tersangka/ terdakwa ditahan.
- Jangka Waktu Penahanan
- Tingkat penyidikan: menahan tersangka selama 20 hari dan demi kepentingan
penyidikan dapat diperpanjang selama 40 hari
- ingkat penuntutan: menahan tersangka selama 20 hari dan demi kepentingan
pemeriksaan yanmg belum selesai dapat diperpanjang selama 30 hari
- Tingkat pengadilan: berwenang untuk mengeluarkan surat perintah penahanan
terhadap tersangka untuk paling lama 30 hari dan guna kepentingan
pemeriksaan dapat diperpanjang selama 60 hari
2. Penangkapan
 dasar hukumnya dalam melakukan penangkapan tertuang secara tegas pada Pasal 16s/d
Pasal 19 KUHAP. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman
Pasal 7 menentukan: “Tidak seorangpun dapat dikenakan penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan selain atas perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dalam
hal-hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang”.
 Penangkapan hanya dapat dilakukan 1x24 jam
 Penangkapan dapat dilakukan oleh penyidik (polri)
 Implementasi penangkapan oleh penyidik (polri) sebagaimana Pasal 17 ayat (1) Perkapolri
Nomor 8 Tahun 2009 jo Pasal 18 ayat (1) s/d ayat (3), antara lain:
- Menunjukan identitasnya sebagai petugas polri
- Menunjukan surat perintah dan surat tugas penangkapan kecuali dalam keadaan
tertangkap tangan
- Menjelaskan tindak pidana yang dipersangkakan termasuk ancaman hukuman kepada
tersangka pada saat penangkapan
- Menghormati harkat dan martabat
- Senantiasa melindungi hak privasi tersangka atau terdakwa yang ditangkap
- Memberitahukan hak-hak tersangka/terdakwa
- Setelah dilakukannya penangkapn, petugas memberitahu keluarga tersangka atau
terdakwa dengan memberikan tembusan surat perintah penangkapan.
3. Penggeledahan
 Wewenang diberikan kepada pihak penyidik
 Dapat dilakukan pada penggeledahan rumah dan badan sebagaimana Pasal 32 KUHAP
 Tujuan penggeledahan adalah untuk mencari dan menemukan benda yang ada
hubungannya dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh tersangka
 Dalam pelaksanaan penggeledahan terdapat dua sifat penggeledahan yang mana
berdasarkan kepada keadaan biasa dan keadaan mendesak
 Implementasi penggeledahan rumah, sebegai berikut:
a. Dalam keadaan biasa
- Penyidik harus memiliki surat izin dari Ketua Pengadilan setempat untuk melakukan
penggeledahan
- Menunjukan surat tugas penggeledahan kepada penghuni atau pemilik rumah yang
hendak digeledah
- Dalam hal seorang Tersangka ataupun penghuni rumah menyetujui dilakukannya
penggeledahan, maka harus disaksikan minimal oleh 2 (dua) orang saksi
- Apabila Tersangka maupun penghuni rumah tidak menyetujui atau menolak serta
tidak menghadiri penggeledahan tersebut, maka penggeledahan tetap bisa
dilaksanakan dengan cukup dihadiri oleh Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dengan
dihadiri 2 (dua) orang saksi
- Apabila penggeledahan telah selesai dilakukan, maka penyidik dalam waktu paling
lambat dua hari harus membuat berita acara penggeledahan
b. Dalam keadaan mendesak
- Penyidik dapat melakukan tindakan penggeledahan sekalipun tidak ada izin
pengadilan, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 34 ayat (1) KUHAP
- Dalam hal penggeledahan telah selesai dilakukan. Penyidik harus membuat berita
acara penggeledahan dalam tempo waktu paling lama dua hari dan setelahnya
penyidik berkewajiban untuk segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri
 Implementasi penggeledahan badan
- Penyidik harus memiliki surat izin dari Ketua Pengadilan setempat untuk melakukan
penggeledahan
- Menunjukan surat tugas penggeledahan
- Penyidik melakukan penggeledahan pada rongga badan dengan berdasar pada jenis
kelamin yang mana untuk tersangka yang berjenis kelamin wanita maka penyidik yang
memeriksa adalah seorang wanita dan begitupun sebaliknya
 Larangan dan ketentuan dalam mengimplementasikan penggeledahan, sebagai berikut:
- Penyidik dilarang untuk memasuki dan melakukan penggeledahan di dalam tempat yang
diistimewakan maupun tempat beribadah
- Penyidik dilarang memasuki dan melakukan penggeledahan tempat tersebut. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 35 KUHAP, yang menyatakan bahwa:
Penggeledahan yang dilakukan diluar wilayah kekuasaan penyidik, dimungkinkan untuk
dilakukan sepanjang tindakan penggeledahan tersebut diketahui oleh Ketua Pengadilan
Negeri dan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum dimana penggeledahan itu
dilakukan, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 36 KUHAP
4. Penyitaan
 Implementasi penyitaan, sebagai berikut:
- Penyidik memiliki surat izin dari ketua pengadilan negeri setempat
- Dalam pelaksanaan penyitaan penyidik wajib menunjukan identitas
- Penyitaan wajib disaksikan oleh kepala desa atau kepada lingkungan dengan dua orang
saksi
- Memperlihatkan benda yang akan disita
- Setelah penyitaan, penyidik wajib membuat berita acara penyitaan dan melaporakan
kepada ketua pengadilan negeri dengan membawa benda sitaan yang telah terbungkus
5. Pemeriksaan Surat
 Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor
pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkatan jika benda
tersebut dicurigai dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana
yang sedang diperiksa
 dengan izin khusus dari Ketua Pengadilan Negeri
 penyidik dapat meminta kepada kepala kantor pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau
perusahaan komunikasi atau pengangkutan lain untuk menyerahkan kepadanya surat yang
dimaksud dan diberikan surat tanda penerimaan (Pasal 47 ayat (1) dan (2) KUHAP)
 apabila sesudah dibuka dan diperiksa, ternyata bahwa surat itu hubungannya dengan
perkara yang sedang diperiksa, surat tersebut dilampirkan pada berkas perkara.
 Apabila sesudah diperiksa ternyata surat tidak ada hubungannya dengan perkara tersebut,
surat itu ditutup rapi dan segera diserahkan kembali ke kantor pos dan telekomunikasi,
jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan lain setelah dibubuhi cap yang
berbunyi “telah dibuka oleh penyidik” dengan dibubuhi tanggal, tandatangan beserta
identitas penyidik.

Anda mungkin juga menyukai