0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan5 halaman
Alur pelaksanaan hukum acara pidana terdiri dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang pengadilan, eksekusi putusan, dan upaya hukum. Proses dimulai dari penyelidik menyelidiki laporan tindak pidana, dilanjutkan penyidik mengumpulkan bukti, kemudian jaksa menuntut terdakwa di pengadilan, diikuti pemeriksaan sidang untuk memutus kesalahan ter
Alur pelaksanaan hukum acara pidana terdiri dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang pengadilan, eksekusi putusan, dan upaya hukum. Proses dimulai dari penyelidik menyelidiki laporan tindak pidana, dilanjutkan penyidik mengumpulkan bukti, kemudian jaksa menuntut terdakwa di pengadilan, diikuti pemeriksaan sidang untuk memutus kesalahan ter
Alur pelaksanaan hukum acara pidana terdiri dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang pengadilan, eksekusi putusan, dan upaya hukum. Proses dimulai dari penyelidik menyelidiki laporan tindak pidana, dilanjutkan penyidik mengumpulkan bukti, kemudian jaksa menuntut terdakwa di pengadilan, diikuti pemeriksaan sidang untuk memutus kesalahan ter
NPM : 110110220232 Kelas : Pengantar Hukum Indonesia I. Hukum Acara Pidana Hukum Acara Pidana adalah aturan yang bersifat prosedural (formil) yang digunakan untuk melaksanaka aturan hukum pidana substantif (materiil). Konten hukum pidana sebagai hukum materil mengatur perbuatan apa saja yang dilarang, apa sanksi pidana yang berlaku jika pelarangan itu dilanggar, pertanggung jawaban pidana beserta pertanggungjawabannya. Hukum acara pidana mengatur proses yang berlaku untuk melaksanakan hukum materil, mulai proses penyelidikan hingga eksekusi putusan pengadilan. Hukum Acara Pidana dibagi di lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Milite II. Sumber Hukum Acara Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) No.8 tahun 1981. Sebelumnya, berlaku Herzien Inlandsch Reglement atau HIR yang merupakan warisan pemerintah kolonial hindia belanda –ada juga di Hukum Acara Perdata. III. Alur Acara Pidana 1. Penyelidikan Berdasarkan “Pasal 1 ayat 5 KUHAP”: Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagi tindakan pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang. Sehingga, bisa ditafsirkan : ➢ Jika ada seseorang yang melaporkan pelanggaran tindakan pidana maka seorang penyelidik bertugas untuk menelusuri laporan / aduan tersebut ➢ Kalau benar ada pelanggaran tindak pidana dengan bukti berupa laporan permulaan : maka berlanjut ke proses penyidikan ➢ Kewenangan penyelidik : - menerima laporan / pengaduan - mencari keterangan - mencari barang bukti ➢ Penyelidik tidak hanya dilakukan POLRI, tetapi juga Jaksa, KPK, PPNS, Komnas HAM ➢ Status untuk orang dalam proses penyelidikan dan penyidikan : Tersangka 2. Penyidikan Menurut Pasal 1 ayat 2 KUHAP Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyisik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan bukti yang dengan bukti itu terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya : • Locus delicti adalah tempat dimana seseorang melakuukan suatu tindak pidana. • Yang berwenang melakukan tindakan penyelidikan adalah POLRI, Jaksa, KPK, PPNS • Tugas penyidik adalah mencari alat bukti, mencari terangnya peristiwa, dan mencari tersangka Dalam rangka mengumpulkan bukti, seorang penyidik diberikan kewenangan untuk melakukan upaya paksa agar mempermudah proses pengumpulan bukti. Yang termasuk upaya paksa adalah tindakan menangkap, penahan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, dan pemanggilan. Setiap upaya tersebut harus berdasarkan surat perintah dan pelaksanaannya harus dilaporkan dalam bentuk berita acara.
• Penangkapan: ditujukan kepada orang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup (bukti untuk menduga adanya tindak pidana). Pelaksanaan penangkapan harus dilakukan dengan memperlihatkan dan memberikan surat perintah kepada tersangka yang dengan jelas mencantumkanidentitas tersangka. • Penahanan: penempatan tersangka/terdakwa ditempat tertentu. Penahanan bisa dilakukan oleh penyedik, penuntut umum, bahkan hakim –tergantung tahap yang sedang ditempuh. Tujuan penahanan adalah agar tersangka/terdakwa tidak melarikan diri, tidak berkesempatan untuk menghilangkan bukti, dan tersangka tidak mengulangi tindakpidananya. Ada tiga jenis penahanan, pertama penahanan di rumah tahanan, kedua penahanan rumah, dan ketiga penahanan kota • Penggeledahan: tindakan pemeriksaan untuk mengumpulkan barang, bukti, dan informasi yang berhubungan dengan perkara yang sedang diinvestigasi.Penggeledahan bisa saja dilakukan terhadap rumah, pakaian, ataupun badan. Biasanya penggeledahan diikuti dengan adanya penyitaan, yaitu tindakan untuk mengambil alih atau menyimpan barang bukti dengan tujuan kepentingan pembuktian yang akan dikemukakan dipersidangan. • Pemeriksaan surat: tindakan untuk memeriksa/menyita surat yang dikirim melalui kantor pos atau melalui jasa pengiriman yang diduga memiliki hubungan dengan tindak pidana 3. Penuntutan Merupakan tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. • Penuntutan dilakukan setelah selesainya penyidikan, • Tujuan penuntut adalah untuk menetapkan dakwaan terhadap tersangka yang sekarang menjadi terdakwa. • Isi dari dakwaan itu adalah identitas tersangka, penjelasan dugaan tindak pidana, daftar bukti, dan tuduhan terhadap tersangka yang sekarang menjadi terdakwa. • Penuntutan harus berdasarkan surat berita acara. • Penuntut umum adalah pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan penuntutan, yaitu Jaksa: Dimana penuntut umum pasti jaksa, tetapi setiap jaksa belum tentu penuntut umum 4. Pemeriksaan Sidang Pengadilan : Merupakan serangkaian tindakan hakim untuk mengadili (menerima, memeriksa, dan memutus) suatu perkata pidana • Pemeriksaan dilakukan setelah adanya dakwaan.○ • Tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah terdakwa bersalah atau tidak berdasarkan dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum dan juga berdasarkan alat bukti yang telah dikumpulkan sebelumnya. alat bukti yang telah dikumpulkan sebelumnya. • Proses pemeriksaan meliputi cross examination (proses pemeriksaan saksi terhadap saksi yang diajukan pihak lawan) terhadap alat bukti yang tellah dikumpulkan sebelumnya. Terdapat tiga asas yang penting, yaitu: • Presumption of innocence atau praduga tidak bersalah, artinya terdakwa harus diperlakukan/dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah. Hakim harus netral dan objektif • Burden of proof atau beban pembuktian yang dibebankan kepada Penuntut Umum. Artinya Penuntut Umum wajib menentukan bahwa terdakwa ini bersalah berdasarkan dakwaan yang telah diajukan olehnya. Dalam hal ini, terdakwa juga boleh membela dirinya. • Equality of art, artinya antara penuntut umum dan penasihat hukum harus diberikan kesempatan yang sama untuk memeriksa bukti yang telah diajukan dihadapan pengadilan dan tidak boleh berat sebelah. Pemeriksaan sidang pengadilan dibagi menjadi tiga: • Acara pemeriksaan biasaa. Berhubungan dengan tindak pidana umum • Acara pemeriksaan singkatb. Dilakukan karena adanya perlawanan penggugat tentang gugatannya yang tidak diterima atau tidak berdasar. Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat dilakukan upaya hukum • Acara pemeriksaan cepat. Dilakukan apabula terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak. Menggunakan hakim tunggal 5. Eksekusi Putusan Penngadilan ➢ Setelah adanya pemeriksaan persidangan, kemudian hakim telah mengeluarkan putusan pengadilan, baru muncul tahap eksekusi terhadap putusan pengadilan. ➢ Eksekusi putusan pengadilan dilakukan berdasarkan amar putusan (isinya mengadili). ➢ Yang melaksanakan putusan pengadilan adalah jaksa eksekutor.○ ➢ Putusan pengadilan ini hanya dapat dilakukan ketika putusan sudah sah dan tidak ada yang mengajukan upaya hukum. Eksekusi putusan pengadilan harus ditunsa saat PU/terdakwa melakukan upaya hukum. Ada beberapa macam bentuk eksekusi pengadilan, - eksekusi pidana mati (jaksa eksekutor harus berkoordinasi dengan polisi) - pidana penjara (jaksa eksekutor harus memastikan pemindahan terdakwa dari rutan ke lapas) - pidana bersyarat, pidana denda (terdakwa harus membayar sekian besar pidana denda) - pidana perampasan barang (dalam kasus narkotika, narkoba yang disita itu yang harus dihancurkan maka jaksa eksekutor harus berkoordinasi dengan polisi) - pidana biaya perkara (biasanya ditanggung oleh terdakwa). 6. Upaya Hukum Meruopakan upaya yang dilakukan karena adanya salah satu pihak yang tidak puas dangan hasil putusan dari pengadilan. Pada dasarnya, ada 2 jenis Upaya Hukum, yaitu : ▪ Upaya Hukum Biasa : - Naik Banding - Kasasi ▪ Upaya Hukum Luar Biasa : - Kasasi demi kepentingan hukum - Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap