Anda di halaman 1dari 24

Mengenal Sistem Peradilan di

Indonesia

HASRIL HERTANTO,SH.MH
MASYARAKAT PEMANTAU PERADILAN INDONESIA

DISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN MONITORING PERADILAN KBB,


PADA SELASA 29 OKTOBER 2013 DI HOTEL GREN ALIA CIKINI
Kekuasaan Kehakiman

 Pasal 24 UUD 1945


1. Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan
tata usaha negara.
2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Agung

 Pengaturan: Pasal 24 A UUD 1945


 Kewenangan:
 Mengadili perkara pada tingkat kasasi

 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-


undang terhadap undang-undang
 Kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Peradilan Agama
• Pengaturan:
– UU No. 7 Tahun 1989
– UU No. 3 Tahun 2006
– UU No. 50 Tahun 2009
• Kewenangan:
Memeriksa, mengadili, dan memutus perkara perdata tertentu
untuk warga negara beragama Islam, dalam bidang Perkawinan,
harta, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi
syari'ah.
• Pelaksana:
– Pengadilan Tinggi Agama
– Pengadilan Agama
• Hukum Acara:
– Hukum Acara Perdata Peradilan Agama
– Kompilasi Hukum Islam (KHI)
 Hukum acara yang digunakan mengikuti hukum
acara perdata pada peradilan umum.
 Ruang lingkup pengadilan agama:
 Pemeriksaan sengketa perkawinan
 Cerai talak
 Cerai gugat
 Cerai karena alasan zina

 Memberikan istbat kesaksian ru’yat hilal


Peradilan Militer

• Pengaturan:
UU No. 31 Tahun 1997 ttg Peradilan Militer
• Kewenangan:
1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh prajurit atau yang
dianggap sebagai prajurit
2. Memeriksa, memutus, dan mengadili perkara sengketa tata usaha
agkatan bersenjata
• Pelaksana:
1. Pengadilan militer
2. Pengadilan militer tinggi
3. Pengadilan militer utama
4. Pengadilan militer pertempuran
• Hukum Acara:
Diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.
Peradilan Tata Usaha Negara
• Pengaturan:
1. UU No. 5 Tahun 1986
2. UU No. 9 Tahun 2004
3. UU No. 51 Tahun 2009
• Kewenangan:
Memeriksa, memutus, dan mengadili perkara sengketa tata
usaha negara
• Pelaksana:
1. Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
• Hukum Acara:
Berdasarkan undang-undang peradilan tata usaha negara
dan perubahannya.
Hukum Acara PTUN

• Pengaturan:
1. UU No. 5 Tahun 1986
2. UU No. 9 Tahun 2004
3. UU No. 51 Tahun 2009
• Ruang lingkup: keputusan pejabat tata usaha negara
yang bersifat individual, konkrit, dan final.
• Subjek Hukum:
– Subjek hukum orang
– Badan hukum perdatas
PTUN
• Alasan Pengajuan:
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
mengeluarkan keputusannya untuk tujuan lain dari
maksud diberikannya wewenang tersebut;
3. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu
mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan
setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang
tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak
sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan
keputusan tersebut.
• Gugatan diajukan ke PTUN yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan tergugat.
• Gugatan diajukan 90 hari sejak keputusan diterima
atau diumumkan.
• Pengajuan gugatan dikenakan biaya, namun dalam
kondisi tertentu dapat diberikan secara Cuma-Cuma.
• Dismissal process.
• Pemeriksaan persiapan yang dilakukan sebelum
pemeriksaan pokok perkara.
• Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN.
• Keputusan pengadilan dibacakan dalm sidang yang
terbuka untuk umum.
• Dalam waktu 60 hari sejak dibacakan dan tergugat
tidak melaksanakan putusan pengadilan, maka
keputusan TUN tersebut tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat.
Peradilan Umum

• Pengaturan:
– UU No. 2 Tahun 1986
– UU No. 8 Tahun 2004
– UU No. 48 Tahun 2009

• Kewenangan:
memeriksa, memutus dan mengadili perkara pidana dan perkara perdata.
• Pelaksana:
– Pengadilan Tinggi
– Pengadilan Negeri
– Pengadilan Khusus
– Pengadilan Anak

• Hukum Acara:
– Hukum Acara Pidana , diatur dalam KUHAP dan Hukum Acara Pidana
khusus
– Hukum Acara Perdata, diatur dalam HIR
Hukum Acara Pidana

• Pengaturan:
1. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
2. UU lain yang mengatur secara khusus.
3. Ratifikasi konvensi Internasional
• Ruang lingkup: seluruh tindak pidana yang diatur di
dalam KUHP atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
• Pelaksana:
– Penyidik dan PPNS
– Jaksa Penuntut Umum
– Hakim
– Petugas Lapas dan Bapas
– Petugas lainnya
 KUHAP menganut kompartemen sistem dengan
adanya diferensiasi fungsional.
 Proses Penyelesaian Perkara Pidana
 Penyelidikan
 Penyidikan
 Penuntutan
 Pemeriksaan persidangan
 Upaya hukum
 Pelaksanaan putusan pengadilan/ eksekusi
Penyelidikan

 Dilakukan untuk menemukan adanya peristiwa


hukum pidana atau tidak.
 Dilakukan oleh penyelidik
 Tidak ada batasan waktu
Penyidikan

• Dilakukan untuk membuat terang peristiwa hukum pidana


dengan mencari pelaku, barang bukti, dan alat bukti.
• Dilakukan oleh penyidik, jaksa, atau penyidik BNN
• Tidak ada batasan waktu, kecuali diatur lain oleh undang-
undang.
• Sudah dapat dilakukan upaya paksa terhadap pelaku
• Upaya paksa terdiri dari:
– Penangkapan
– Penahanan
– Penggeledahan
– Penyitaan
– Pemeriksaan surat
– penyadapan
Penuntutan

• Dilakukan oleh penuntut umum atau penyidik atau


kuasa penuntut umum.
• Dimulai dengan pembuatan surat dakwaan sampai
dengan pembacaan surat dakwaan di persidangan.
• Jaksa peneliti dapat mengembalikan BAP yang
sudah diserahkan oleh penyidik untuk
disempurnakan kembali
• BAP yang sudah disetujui akan diproses lebih lanjut
dengan penyusunan surat dakwaan.
Praperadilan

• Kewenangan pengadilan untuk memeriksa


1. Sah atau tidaknya penangkapan dan/ atau penahanan
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan
3. Ganti kerugian dan rehabilitasi
• Pihak yang mengajukan:
1. Penuntut umum
2. Penyidik
3. Tersangka
4. Pihak ketiga yang berkepentingan
• Pemeriksaan dilakukan sebelum sidang perkara pokok
dimulai.
• Pemeriksaan praperadilan merupakan kuasi perdata.
Pemeriksaan Persidangan

 Macam acara pemeriksaan


1. Acara pemeriksaan biasa
2. Acara pemeriksaan singkat
3. Acara pemeriksaan cepat
1. Pemeriksaan tindak pidana ringan
2. Pemeriksaan pelanggaran lalulintas
Pembuktian
• Dalam menjatuhkan putusan pemidanaan haris
berdasarkan dua alat bukti yang disertai keyakinan
hakim
• Alat bukti berbeda dengan barang bukti
• Alat bukti yang sah:
– Keterangan saksi
– Keterangan ahli
– Alat bukti surat
– petunjuk
– Keterangan terdakwa
– Informasi elektronik, dokumen elektronik, dan cetakannya
• Keterangan saksi dan ahli memiliki nilai pembuktian
apabila disampaikan di persidangan
Upaya Hukum

 Upaya Hukum Biasa


 Perlawanan terhadap penetapan hakim

 Upaya hukum banding

 Upaya hukum kasasi

 Upaya Hukum Luar Biasa


 Upaya hukum Peninjauan kembali

 Upaya hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum


Pelaksanaan Putusan Pengadilan/ Eksekusi

• Putusan Pengadilan:
– Membebaskan

– Melepaskan

– Menghukum

• Eksekusi dilakukan setelah putusan berkekuatan


hukum tetap
• Eksekusi dilakukan oleh Jaksa
• Eksekusi pidana penjara dilakukan di Lapas,
sedangkan eksekusi mati dilakukan oleh pasukan
Brimob.
Hukum Acara Perdata

• Pengaturan: HIR, RBg, dan buku keempat BW


• Ruang lingkup: memeriksa, memutus, dan mengadili
perkara perdata
• Subjek hukum: subjek hukum orang dan badan
hukum.
• Alasan pengajuan:
1. Gugatan
1. Perbuatan melawan hukum
2. sengketa
2. Permohonan
• Asas dalam hukum acara perdata
1. Hakim bersifat pasif
2. Hakim bersikap menunggu
3. Persidangan terbuka
4. Mendengar keduabelah pihak
5. Putusan disertai dengan alasan-alasan
6. Beracara dikenakan biaya
7. Tidak ada keharusan diwakilkan
8. Mengutamakan perdamaian
• Alat bukti:
– Surat
– Saksi
– Persangkaan-persangkaan
– Pengakuan
– Sumpah
Proses Persidangan

• Jawab menjawab
– Pembacaan gugatan
– Eksepsi
– Replik
– Duplik
• Pembuktian
• Kesimpulan
• Putusan
• Upaya hukum biasa
• Eksekusi
• Perlawanan terhadap penetapan eksekusi
• Upaya hukum luar biasa

Anda mungkin juga menyukai