MEMENANGKAN
PERKARA: Teori dan
Praktek Peradilan
Pidana.
DR. LUHUT M.P PANGARIBUAN,
SH.,LL.M
KETUM DPN PERADI, DOSEN FHUI.
A. REFERENSI
1. DUA TOKOH SEBAGAI ROLE MODEL,
2. BUKU-BUKU
A.1. ROLE MODEL
MENANG MENURUT DR. MR. YAP THIAM HIEN.
“JIKA INGIN MENANG JANGAN DATANG KE SAYA TAPI JIKA HAKNYA
D I P E R J U A N G K A N D A T A N G LA H K E S A Y A ”.
ADNAN BUYUNG NASUTION , “ U U TIDAK SENANTIASA ADIL, KARENA ITU
ADVOKASI PERLU DILAKUKAN”
(1) YAP THIAM
HIEN.
Mendapatkan gelar ‘Mr” dari Universiteit
Leiden, Belanda.
Dan DR (HC)
Advokat dan tokoh Organisasi Advokat
Peradin, Ikadin.
Pendiri UKI, YLBHI
Aktif di PGI.
Tokoh Baperki dan ikut Dalam rapat
BPUPKI. Kemudian keluar karena berbeda
pendapat al dengan Oei Tjoe Tat.
Pembela Subandrio tokoh G30S di
Mahmilub.
(2) ADNAN
BUYUNG
NASUTION
Sarjana hukum UI dan DR dari
Universiteit Utrech, Belanda.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Menjadi Jaksa sebelum Advokat.
Pernah jadi anggota DPR/MPR dari KASI
Kantor lawfirm pertama di Indonesia
“NLH”.
Mendirikan LBH dan YLBHI.
Profesor di University of Melbourne,
Australia.
Menulis banyak buku.
Tokoh Peradin, Ikadin
A.2. TIGA BUKU
MEMBACA HUKUM ACARA PIDANA DALAM PRAKTEKNYA TIDAK
CUKUP HANYA BACA KUHAP TAPI JUGA HARUS BACA PERPOL, PERJA,
PERMA, SEMA DAN PERATURAN PELAKSANA DARI APH LAINNYA.
B. KONSEP DAN
STRUKTUR SPP
INDONESIA
I NKUSITORIAL DAN NON-ADVERSARIAL SERTA “ASSEMBLY -LINE JUSTICE”
CRIME CONTROL MODEL BUKAN DUE PROCESS MODEL
KUHAP: DIFERENSIASI FUNGSIONAL DAN I NTEGRATED CRIMINAL JUSTICE SYSTEM
B.1. KUHAP: “assembly-line justice”.
Pra-P Upaya
Pembuktian Paksa
SPDP
Bisa disidik?
Upaya SD
BAP ST Putusan
Paksa
(1) Orang (2) Saksi (3) Tersangka (4) Terdakwa (5) Terpidana
bebas
Hak Hak Hak
Peristiwa
Hukum Pidana • Surat Keberatan • Remisi,
• Pra Peradilan • Eksepsi • Asimilasi
• Surat Pengalihan/ • Pledoi • Pelepasan
Penangguhan Penahanan bersyarat
dengan jaminan uang atau
orang dengan kompensasi
uang Pasca-Ajudikasi:
terima atau upaya
hukum, biasa &
Pra-Ajudikasi Ajudikasi luarbiasa
B.2. Upaya Hukum: PN dan PT Iudex factie dan MA Iudex
Iurist
Banding
(Ps. 67, 233 s/d 243 KUHAP)
• Pengadilan Negeri
• Pengadilan Tinggi Mahkamah Agung
(Judex Factie) (Judex Juris)
C. PRA-AJUDIKASI
PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN DAN PRAPENUNTUTAN.
PRODUK AKHIR BAP DAN SD.
PRODUK ADVOKAT: SURAT K EBERATAN, PRAPERADILAN, DAMPINGAN DAN “LO”
C.1. Dasar
Kewenangan
Advokat: Surat
Kuasa Khusus
KUHAP, KUHPerdata, UU Advokat.
SEMA 1988:6 Tentang SKK dari
Terdakwa dan Terpidana In Absentia
tidak dilayani.
C.2. Pra-Ajudikasi: 1. Inti pra-ajudikasi: menemukan bukti permulaan yang cukup
yang dituangkan dalam BAP.
Penyelidikan,
Penyidikan Serta 2. Penyelidikan: tertutup, untuk mengidentifikasi suatu
peristiwa hukum guna melihat apakah penyidikan dapat
Prapenuntutan. dilakukan. Belum ada status, dan blm pro-iustitia.
KUHAP,
UU Kekuasaan Kehakiman, 3. Penyelidik: KUHAP, setiap polisi. Penyidik: Polisi (min. Iptu &
UU Kepolisian, di bid.penyidikan min. 2 thn) dan PPNS (min. gol III/a & masa
UU Kejaksaan, kerja min. 2 thn).
UU Advokat
4. Penyidikan: membuat terang tindak pidana dan menemukan
UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia. tersangka, berdasarkan “bukti permulaan yang cukup”.
ICCPR yi UU NO 12 Tahun 2005,
5. Bukti permulaan: Putusan MK No.21/PUU-XII/2014 tanggal
Perkap 6 Tahun 2019
28 April 2015, dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184
Perja No 15 Tahun 2020
KUHAP dan disertai dengan pemeriksaan calon tersangkanya.
Tentang Penghentian Penuntutan
Berdasarkan Keadilan Restorative
Justice.
C.3. PENYELIDIK dan PENYIDIK:
Perbandingan Kewenangan
PENYELIDIK PENYIDIK
1. penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RI. 1. penyidik adalah (a) pejabat polisi negara RI, (b)
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
2. karena kewajibannya mempunyai wewenang: wewenang khusus oleh undang-undang,
2.1 menerima laporan atau pengaduan dari 2. syarat kepangkatan penyidik diatur lebih lanjut
seseorang tentang adanya tindak pidana. dalam PP. Dalam PP ditentukan, “berpangkat paling
2.2 mencari keterangan dan barang bukti. rendah Inspektur dua Polisi dan berpendidikan
paling rendah strata satu atau yang setara” dan
3. atas perintah penyidik dapat melakukan PPNS “berpangkat paling rendah penata
tindakan berupa, (a) penangkapan, larangan muda/golongan IIIa dan berpendidikan paling
meninggalkan tempat, penggeledahan dan rendah sarjana hukum atau sarjana lain yang
penyitaan, (b) pemeriksaan dan penyitaan surat,(c) setara”(PP 2010:58 ps 2A dan 3B).
mengambil sidik jari dan memotret seseorang, (d)
membawa dan menghadapkan seseorang pd 3. punya kewenangan untuk melakukan penyidikan
penyidik. berdasarkan UU.
1. Upaya paksa ialah kewenangan APH berdasarkan KUHAP berupa
tindakan hukum yang sifatnya memaksa untuk keperluan
pemeriksaan suatu perkara pidana.
C.4. UPAYA 2. Tindakan ini yakni Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan
PAKSA Badan, Pemasukan rumah, Penyitaan rumah, Penyitaan dan
Pemeriksaan Surat.
3. Selain itu MK juga menambahkan tindakan lain sebagai upaya
Penangkapan, penahanan, paksa seperti penggeledahan dan penyitaan (vide Putusan No
penggeledahan badan, pemasukan 65/PUU-VII/2010), penetapan tersangka (Putusan No 21/PUU-
rumah, penyitaan rumah, penyitaan XII/2014)
dan pemeriksaan surat.
Upaya paksa dilakukan untuk 4. Upaya paksa adalah asesor terhadap pemeriksaan pokok
kepentingan pemeriksaan. perkara, syaratnya dua yaitu ada (1) “keperluan (nesesitas)” dan
(2) “dasar yuridis” .
Pre-trial detention pre-judice
terhadap asas peradilan yang 5. Atas upaya paksa dapat diajukan keberatan dan atau dilawan
seharusnya fair dan objektif.
dengan antara lain Praperadilan atau bail-system.
1. Tidak ada format baku dalam menyusun Permintaan Pemeriksaan
Praperadilan.
C.5. 2. Sistematika Surat Resmi Permintaan Pemeriksaan Praperadilan :
PRAPERADILAN. (i) Pendahuluan, biasanya berisi hal yang umum seperti asas dan teori
yang relevan dengan issunya.
(ii) Alasan-alasan mengajukan praperadilan: (a) sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan, (b) ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang
KUHAP, UU Kekuasaan Kehakiman,
UU Kepolisian, UU Kejaksaan, UU perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
HAM, ICPPR. penuntutan, (c) sah atau tidaknya penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan
Praperadilan adalah habeas corpus.
Instrumen Advokat menghadapi (iii) Fakta-fakta yang ditemukan.
“upaya paksa” dalam tahap pra-
ajudikasi (iv) Kesimpulan dan Permohonan,
Pasal 13
Penyebutan bagi hakim, penuntut umum dalam persidangan adalah yang
terhormat “Saudara Hakim” yang terhormat “Saudara Penuntut Umum”.
D.4. PEMERIKSAAN DI PENGADILAN NEGERI:
Bentuk, Urutan dan Cara serta Pemeriksaan
Bentuk Pemeriksaan: biasa, singkat, dan cepat (tipiring dan lalu lintas) serta penggabungan
perkara gugatan ganti rugi
Urutan proses: SD, Eksepsi, pendapat jaksa, Putusan sela, pembuktian; eksaminasi dan cross
eksaminasi, ST, Pledoi, replik, duplik, Putusan
Wajib mendengar keterangan yang menguntungkan (Pasal 65 jo. 160 ayat (1)c KUHAP)
D.5. Tahap Pembuktian: Standar, Alat Bukti, Barang Bukti dan
Keyakinan Hakim.
Eksepsi. (i) Pendahuluan: catatan tentang hal-hal yang bersifat umum sebagai
visi untuk melihat perkara,
(ii) Substansi (1) pengadilan tidak berwenang, (2) SD tidak dapat
KUHAP, ps 156 jo 143. diterima, (3) SD batal demi hukum atau harus dibatalkan . Substansi
no 3 sering disebut dengan eksepsi obscurum libelum.
Tentang Pembuatan Surat Dakwaan
(vide SE JA SE-004/J.A/11/1993); (iii) Analisa dikaitkan dengan Fakta dan Kesimpulan
Tunggal, Alternatif, Subsidair,
Kumulatif, Kombinasi. (iv) Permohonan: Tidak Dapat Diterima, Batal Demi hukum atau
harus dibatalkan dengan segala akibat hukumnya (a) jika ditahan
harus dimerdekakan, (b) ganti-rugi dan rehabilitasi.
3. Contoh Surat Keberatan (eksepsi) dapat dilihat dalam BAB IV Buku
Surat-Surat Resmi Di Pengadilan
D.9.
Eksepsi Sebagai 1. Berisi substansi daripada eksepsi dalam arti normatif.
“Opening Namun tetap disebut eksepsi yang berfungsi seagai “opening
Statement” statement”.
2. Temuan praktik peradilan sama seperti “walk-out”.
3. Biasanya karena dalam Proses Pendahuluan tidak
KUHAP dan Praktek.
berimbang, bukti a de charge tidak ditemukan dalam BAP atau
Karena BAP menjadi “dominus litis” bahkan ditolak sekalipun diajukan.
maka eksepsi sebagai opening
statement ini sering ditemukan Dalam 4. Dapat menjadi “pledoi” awal, dengan dasar
praktek.
tersangka/terdakwa selalu berhak berbicara terakhir
1. Penalaran Hukum Dalam Pledoi: Rumus: RxF=D
D.10. 2. Sistimatika Pledoi:
Surat Tuntutan (i) pendahuluan: catatan tentang penerapan hukum acara,
dan Pledoi (ii) question fact: deskriptif dan preskriptif;fakta dan fakta hukum.
(iii) question of law: pencocokan atau Analisa unsur delik dan fakta
hukum.
KUHAP, UU Kekuasaan Kehakiman,
UU Advokat, UU Kejaksaan. (iv) kesimpulan: bersalah atau tidak,
Versi Jaksa, Hukum Pembuktian (v) faktor pembenar atau pemaaf,
Dalam Perkara Pidana (vide SE
Kejagung 1997 No B-69/E/02/1997) (vi) permohonan: bebas, lepas atau klemensi
dan Pedoman Tuntutan Pidana (vide
SE JA RI No. SE-009/JA/12/1985 (vii) lampiran: bukti dan ad informandum
3. Contoh Surat Pembelaan (pledoi) dapat dilihat dalam BAB V Buku
Surat-Surat Resmi Di Pengadilan.
D.11.
Contoh Surat
Tuntutan
(i) Pendahuluan: Pernyataan Banding telah dilakukan dalam tenggang waktu yang
E.1. ditentukan dan kutipan amar putusan secara lengkap,
BANDING DAN (ii) Alasan-alasan mengajukan banding : (1) Kelalaian dalam penerapan hukum acara
atau (2) kekeliruan atau (3) ada yang kurang lengkap,
2. Tingkat Kasasi
Sistematika Surat Resmi Memori Kasasi :
(i) Pendahuluan: Pernyataan Kasasi telah dilakukan dalam tenggang waktu yang
ditentukan dan kutipan amar putusan tingkat banding secara lengkap,
(ii) Alasan-alasan mengajukan kasasi: (1) Suatu peraturan hukum tidak diterapkan
atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya; (2) cara mengadili tidak dilaksanakan
menurut ketentuan Undang-undang; (3) pengadilan telah melampaui batas
wewenangnya,
(iii) Kesimpulan dan permohonan
E.2. UPAYA HUKUM LUAR BIASA
1. Ada dua (1) Pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum oleh JA (Pasal 259 KUHAP) dan (2) Peninjauan
Kembali (“PK”) oleh terpidana atau ahli waris (ps 263 ayat (1)}.
2. Putusan MK Nomor 33/PUU-XIV/2016 tanggal 12 Mei 2016 : Jaksa tidak diperbolehkan mengajukan PK).
3. SEMA No.1 Tahun 2012 : Terpidana wajib hadir dalam permohonan PK .
4. SEMA No.10 Tahun 2009 dan Putusan MK No 16/PUU-VIII/2010 tgl 15 Desember 2010 : PK hanya dapat
diajukan satu kali.
5. Putusan MK No 34/PUU-XI/2013 tgl 6 Maret 2014 : PK dapat diajukan lebih dari satu kali.
6. SEMA No.7 Tahun 2014 : PK hanya dapat diajukan satu kali.
1. Permintaan PK yang diajukan oleh kuasas hukum terpidana tanpa
E.3. dihadiri oleh terpidana harus dinyatakan tidak dapat diterima. PK hanya
PENINJAUAN sekali oleh terpidana atau ahli warisnya (SEMA).
2. Sistematika Surat Resmi Memori .
KEMBALI (“PK”).
(i) Pendahuluan: Kutipan amar putusan yang mohon untuk ditinjau
kembali,
(ii) Alasan-alasan mengajukan PK:(1) Terdapat keadaan baru yang dapat
KUHAP (ps 263-269), Putusan MK menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan baru itu sudah diketahui
Nomor 33/PUU-XIV/2016, Putusan
MK No 16/PUU, No 34/PUU-XI/2013 pada waktu sidang masih berlangsung hasilnya akan berupa putusan
-VIII/2010, SEMA 01 Tahun 2012 bebas atau lepas dan tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau
terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan; (2)
UU Kejaksaan Baru Jaksa boleh
mengajukan PK apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dengan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan
satu dengan yang lain; (3) apabila putusan itu dengan jelas
memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata,
(iii) kesimpulan dan permohonan , (i) bebas, (2) lepas, (3) tdk dapat
menerima tuntutan, (4) lebih ringan.
F. JALAN HUKUM LAIN
(NON-AJUDIKASI)
GRASI, AMNESTI DAN REHABILITASI
REMISI, ASIMILASI DAN PELEPASAN BERSYARAT
1. Grasi diatur dalam Pasal 14 Ayat (1) UUD 1945 dan UU Grasi. Grasi merupakan
pemberian dari Presiden dalam bentuk pengampunan yang berupa perubahan,
peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan putusan kepada terpidana.
F.1. 2. Permohonan grasi tidak menunda pelaksanaan putusan, kecuali terhadap putusan
Grasi pidana mati.
3. Permohonan grasi hanya dapat diajukan 1 (satu) kali, kecuali untuk pidana tertentu
dan dengan syarat tertentu pengajuan permohonan grasi dapat diajukan 1 (satu) kali
lagi.
UUD 45 ps. 14 ayat (1). UU No 5 4. Pengecualian tersebut terbuka bagi terpidana yang pernah ditolak permohonan
tahun 2020 tentang Perubahan Atas grasinya dan telah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penolakan permohonan
Undang-Undang Nomor 22 tahun grasi tersebut, atau bagi terpidana yang pernah diberi grasi dari pidana mati menjadi
2002 tentang Grasi. pidana penjara seumur hidup dan telah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal
keputusan pemberian grasi diterima
5. Grasi diberikan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari MA.
6. Jika seseorang memohon grasi kepada Presiden dan dikabulkan, maka Presiden
mengampuni perbuatan yang bersangkutan. Kesalahan orang yang bersangkutan
tetap ada, namun hukuman pidananya saja yang dihilangkan.
F.2. 1. Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan
Remisi, Asimilasi kepada narapidana dan anak pidana yang telah berkelakuan
baik selama menjalani pidana terkecuali yang dipidana mati
dan Pelepasan atau seumur hidup.