Anda di halaman 1dari 83

Hukum Perbankan

Departemen Hukum Dagang


Dasar Hukum
• K.U.H.PERD & K.U.H.D
• U.U no.7 tahun 1992 jo. UU no. 10 tahun
1998
• UU no. 23 tahun 1999 jo.UU no. 3 tahun
2004 tentang BI
Lanjutan…….
• UU.no. 25 – 1992 ttg Koperasi
• UU. No 40 – 2007 ttg P.T
• UU.no. 42 – 1999 ttg Fidusia.
• UU.no. 37 - 2004 ttg Kepailitan.
• PP. no.28 – 1999 ttg Merger, Konsulidasi dan
Akuisisi Bank.
• PP. no. 71 – 1992 ttg BPR
• Yurisprudensi: Putusan M.A 1 Sept 1971 ttg fidusia
thd brg tetap batal demi hk
Menurut UU no.7 -1992.
• Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Fungsi Bank adalah;
1. Menghimpun dana yang berasal dari 3 sumber
pokok, yaitu:
a) Dana dari masyarakat,
b) Dari pengiriman uang dari nasabah yang belum
diambil,
c) Dan dari dunia usaha.

2. pemberian kredit.
3. memperlancar lalulintas pembayaran, seperti,
pemberian jaminan bank,pengiriman uang dari
daerah satu ke daerah lain, pembukaan L/C dsbnya.
Fungsi Bank
4. sebagai media kebijaksanaan moneter, baik
sebagai penerima simpanan giro yang
mempunyai kemampuan untuk menciptakan
uang.
5. sebagai penyedia informasi, pemberian
konsultasi dan bantuan penyelenggaraan
administrasi.
JENIS BANK,
menurut pasal 5 UU no.7-1992 jo. UU no. 10-1998

1. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan


kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat(BPR), yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran
Kegiatan usaha Bank Umum berdasar ps 7 uu no.7-1992

1. Bank Umum dpt melakukan kegiatan dlm valas


2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada
Bank atau perusahaan di bidang keuangan,
spt;sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan effek, asuransi dlsbnya
3. Melakukan penyertaan modal sementara utk
mengatasi akibat kegagalan kredit, dgn syarat
harus menarik kembali penyertaannya
4. Bertindak sbg pendiri dana pensiun dan
pengurus dana pensiun.
Kegiatan usaha BPR, a.l;
1. Menghimpun dana dari masyarakat dlm bentuk
simpanan berupa; deposito berjangka, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang disamakan dgn itu
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dgn
ketentuan yang ditetapkan dlm PP
4. Menempatkan dananya dlm bentuk Sertifikat Bank
Indonesia(SBI), deposito berjangka, sertifikat
deposito dan/atau tabungan lainnya
Larangan bagi BPR
(pasal 14 UU no.7 -1992)
1. Dilarang menerima simpanan dlm bentuk giro
dan ikut serta dlm lalu lintas pembayaran
2. Melakukan usaha dlm valas
3. Melakukan penyertaan modal
4. Melakukan usaha perasuransian
Bentuk Hukum Bank
Menurut Pasal 21 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, bentuk hukum dari suatu Bank Umum dapat berupa:
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi
3. Perusahaan daerah

Bentuk hukum dari suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari:
1. Perusahaan daerah
2. Koperasi
3. Perseroan terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 21 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan)

Hk Perbankan DRN-DWK 11
KEPEMILIKAN BANK
Kepemilikan bank
• Menurut Pasal 22 UU No. 10 Tahun 1998 Bank Umum dapat didirikan oleh:
1. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia atau
2. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan Warga Negara Asing
dan atau badan hukum asing secara kemitraan
• Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia (WNI), badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya WNI, Pemerintah
Daerah atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya (Pasal 23 UU No. 7 Tahun 1992).

Hk Perbankan DRN-DWK 12
Prinsip dan Sifat Hubungan Hukum Antara Bank dan Nasabah
(didasari dengan hubungan bank dengan nasabah)

• Prinsip kepercayaan (fiduciary


principle,fiduciary relation )
• Prinsip kerahasiaan (confidential principle,
confidential relation)
• Prinsip kehati-hatian (prudential principle,
confidential relation)
• Prinsip mengenal nasabah ( Know Your
Customer Principle ).
13
Prinsip Kepercayaan
(fiduciary principle )

• Mengingat status bank yang unik : sebagai “a place of special


safety and probity”, ( keamanan dan kejujuran ), maka sifat
hubungan hukum antara bank dengan nasabah adalah hubungan
“fiduciary” ( kepercayaan ). Oki “ kepercayaan “ mrpkn prinsip yg
hrs dipegang teguh dalam pengelolaan perbankan.
• Secara normatif “ fiduciary relation “ dapat di pahami melalui
penjelasan Pasal 29 UU No.7 Thn 1992 jo UU No.10 Thn 98 ( UU
Perbankan ) : “bank terutama bekerja dengan dana masyarakat
yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank
perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan
masyarakat padanya”.

14
Prinsip Kerahasiaan
( Confidential principle )
• Prinsip rahasia bank menjadi sangat penting dijaga dalam industri perbankan
karena prinsip tersebut merupakan jiwa dari industri perbankan. Stabilitas sistem
keuangan akan dapat goyah , jika bank tidak menganut prinsip kerahasiaan.
• Apabila nasabah dan simpanannya di bank dg mudah dibocorkan keluar, akan
dapat mengancam perekonomian dan sistem perbankan nasional. Kepercayaan
masyarakat akan goyah, rush, dapat menular ke industri bank yang lain.
• Rahasia bank mnrt UU No.10 Thn 98 : segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

15
Pengecualian dalam Prinsip Kerahasian
• UUP mencantumkan 7 jenis kepentingan umum sbg alasan utk menerobos prinsip
rahasia bank :
(1) kepentingan pajak;
(2) penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara;
(3) kepentingan peradilan perkara pidana;
(4) dalam sengketa perdata antara bank dg nasabah;
(5) informasi antar bank;
6) kepentingan ahli waris;
(7) adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah (Baca . Ps 41 – 44 A UUP).

16
Prinsip kehati-hatian
(prudential principle)
• Dalam UU No. 10 Th. 1998 tidak disebutkan secara tegas
mengenai pengertian dari prinsip kehati-hatian, Pasal 2 UU
No. 10 Th 1998 menyebutkan bahwa perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, definisi prinsip
kehati-hatian dari berbagai sumber dapat disimpulkan yaitu
pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara
konsisten.

• Dalam bahasa Inggris “Prudence is carefullness, precaution


attentiveness and good judgement, as applied to action or
conduct, that degree of care required by the exigencies or
circumstances under which it is to be exercised (Black’s Law
Dictionary).
17
Prinsip kehati-hatian
Pasal 2 :
• “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahnya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian.”
• Saat ini bagi calon pemohon fasilitas kredit apabila usahanya dapat menimbulkan dampak
negatif maka bank mensyaratkan agar dalam penjelasan umum undang-undang tersebut
menyatakan bahwa prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh, khusus kegiatan
menyalurkan dana masyarakat berupa kredit disempurnakan dengan peningkatan peranan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

18
Misalnya BMPK
1. BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank adalah 20% dari
modal bank.
2. BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank
adalah 20% dari modal bank.
3. BMPK bagi pihak terkait dengan pihak bank adalah 10% dari modal bank.

• Bagi bank yang melanggar BMPK ini akan dikenakan sanksi pidana yaitu
hukuman 6 tahun dan denda paling banyak Rp 6.000.000.000,00(enam milyar
rupiah).

19
PRINSIP (KYC)
• Prinsip KYC adalah prinsip yg diterapkan bank untuk mencermati dan
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk pelaporan transaksi yang diduga mencurigakan (suspicious
transaction)
• Tujuan :
1. Mengenal profil dan karakter transaksi nasabah sehingga secara dini bank
dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan tsb;
2. Meminimalisasi operasional risk, legal risk, concentration risk dan
reputation risk.
• Transaksi keuangan yang mencurigakan:
– Transaksi keuangan yang menyimpan dari profil, karakteristik atau
kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan (UU Tindak
Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 7.

20
• Tambahan: Kelembagaan Perbankan
• OJK
• BI
• LPS
Otoritas Jasa Keuangan
• OJK merupakan lembaga independen dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, bebas
dari campur tangan pihak lain.
• Fungsi, tugas, wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud UU No. 21 tahun 2011
(UU OJK)
• OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sector
jasa keuangan.

(Pasal 5 UU OJK)
• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap:
a) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
b) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;
c) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Wewenang OJK
• Pengaturan dan Pengawasan mengenai
kelembagaan bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan
bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek
kehati-hatian bank
• Pemeriksaan bank
Wewenang OJK
• Menetapkan peraturan dan kebijakan;
• Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap
Lembaga Jasa Keuangan, pelaku dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan;
• Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga jasa keuangan
• Menetapkan sanksi administratif terhadap pelanggar
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
Bank Indonesia
• Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik
Indonesia
• Bank Indonesia hanya memiliki satu tujuan,
yaitu untuk “mencapai dan memelihara
stabilitas Rupiah”
• Untuk mencapai stabilitas rupiah, Bank
Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter;
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran;
c. Mengatur dan mengawasi Bank
Tugas BI – Kebijakan Moneter
• Lender of the Last Resort
• Kebijakan nilai tukar
• Mengelola cadangan devisa
Tugas BI – Kelancaran Sistem
Pembayaran
• Kegiatan kliring antar bank
• Penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dalam
mata uang rupiah/valas
• Menetapkan uang sebagai alat pembayaran yang sah
• Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, sekaligus
mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran
Tugas BI – mengatur dan mengawasi Bank?
• Memberi dan mencabut izin usaha Bank
• Pengawasan Bank
• Mengenakan sanksi terhadap Bank

Dengan adanya OJK, tugas mengatur dan mengawasi


Bank tidak lagi berada di bawah BI, melainkan OJK
Tugas Pengawasan BI dan OJK
Bank OJK
Indonesia
Pengawasan terhadap risiko sistemik
Pengawasan terhadap risiko sistemik
• Macro-prudential
pada stabilitas sistem keuangan • Micro-prudential
pada kesehatan lembaga keuangan
secara individual
Lembaga Penjamin Simpanan
• Fungsi LPS
– Menjamin simpanan nasabah penyimpan; (guaranters)
sifatnya penjaminannya terbatas pada nilai (value)
terntentu yang dimiliki oleh nasabah  tugas utamanya
– Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya
(Pasal 4 UU LPS)
Peserta LPS
• Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah NKRI wajib menjadi peserta
Penjaminan (Pasal 8 UU LPS)
Simpanan yang Dijamin
• LPS menjamin Simpanan nasabah bank yang
berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu
(Pasal 10 UU LPS)
Nilai Maksimum Penjaminan
• Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS paling
tinggi sebesar 2 milyar per nasabah per bank
sejak tanggal 13 Oktober 2008.
Kepailitan
Departemen Hukum Dagang
Dasar Hukum
• Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata
• UU No. 4 tahun 1998 yang menetapkan Perpu No. 1 tahun 1998
menjadi UU tersebut
• UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan
• Staatsblad 1905 no. 217 ada Peraturan Kepailitan diganti 1998
karena terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang colaps, IMF
WB bantu Indo dengan persyaratan termsauk revisi uu kepailitan
(pendanaan indo tidak memperhtikan hak2 kreditur sehingga buat
perpu 1/1998)
Utang
• Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang, baik dlm mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yg akan timbul di kemudian hari, yang timbul karena perjanjian
atau undang-undang yg wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada Kreditor untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta
kekayaan Debitur.
• Secara ekonomis seseorang atau suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika
keadaan dalam neraca menunjukkan bahwa posisi pasivanya lebih rendah atau
tidak sebanding dengan posisi aktiva.
– Dengan kata lain rugi, sehingga ada sementara pandapat yang tidak setuju jika istilah “pailit”
itu diterjemahkan dengan “bangkrut”.
Pengertian Kepailitan
• Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas
sebagaimana diatur dalam UU Kepailitan
(Pasal 1 (1) UU Kepailitan)
Syarat Kepailitan (Material)
• Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor
(hutang); dan
• Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

(Pasal 2 (1) UU Kepailitan)


Permohonan Pailit
(Persayaratan Formal) oleh:

Menteri
Debitor Kreditor Bank Indonesia
Badan Pengawas
Pasar Modal Keuangan

•Perusahaan Efek •Perusahaan

•Ban
•Bursa Efek Asuransi
•Lembaga Kliring •Perusahaan
dan Penjamnan Reasuransi
•Lembaga •Dana Pensiun

k Penyimpanan
dan
Penyelesaian
•BUMN di bidang
kepentingan
publik
Tujuan Kepailitan
• Mengadakan pembagian kekayaan seseorang
debitor (yang diperuntukkan membayar
hutang-hutangnya), oleh Kurator kepada para
Kreditornya dengan memperhatikan hak-
haknya (seimbang dengan hak-hak para
kreditornya)
Macam-macam Kreditor
1. Kreditor Separatis (Secured creditor)
Mempunyai Piutang dengan ikatan tertentu seperti para pemegang hipotek/hak
tanggungan, pemegang hak gadai, fiducia, dsb. (haknya dijamin untuk dipenuhi
secara penuh seolah2 tidak ada kepailitan) misal piutangnya dipegang dengan
hak yang dijaminkan (gadai, hipotik, fidusia, dll) sehingga debitor painit tidak bisa
ngembaliin prosesnya bisa dieksekusi jaminan yang sudah diberikan.
2. Kreditor Preferen (Preferred Creditor)
Mempunyai hak untuk didahulukan pemenuhannya dari kreditor lainnya
(didahulukan haknya dari kreditor bersaing)
3. Kreditor Konkuren (Concurrent Creditor) atau kreditor bersaing
Mempunyai tagihan tanpa ikatan tertentu, tidak punya prioritas apapun. Sulit
dapat pengembalian.
Alat Kelengkapan Organisasi Kepailitan
• Hakim Pengawas: pihak yang diajuka pengadilan niaga mengawasi (supervisi)
pemeliharaan dan penyelesaian atau pemberesan harta pailit (boedel pailit) yang
diselenggarakan oleh kurator termasuk pada proses pengamblian pada utang2 ke
kreditor sampai proses akhir kepailitan
• Kurator: melakukan pemberesan harta pailit
• Panitia Para Piutang (kreditor)
• Rapat verifikasi (rapat antara kurator debitor dan kreditor): pencocokan piutang-
piutang dari utang-utang serta para kreditornya. Di sini ditentukan masing2
besar kecil dari pengembalian dana yang akan diberikan apd apara kreditor, di
sini akan ada perhitungan dari kreditor hak dijaminkan, didahulukan, sampai
yang bersaing
PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT
• Ditetapkan oleh Peng. Niaga yg wilayah hukum tempat berkedudukan debitur.
• Pembentuk UU Kepailitan menghendaki agar putusan pernyataan pailit dapat
diputuskan secepat mungkin dan secepatnya pula dapat dieksekusi.
– Pasal 8 Ayat (4), “Permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat
fakta atau keadaan terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dlm pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi”.
– Pasal 8 Ayat (7), “……putusan pailit dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum”.
• Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan
pernyataan pailit adalah Kasasi ke Mahkamah Agung.
• AKIBAT KEPAILITAN
– Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan
debitur dimasukkan ke dalam harta pailit—status harta
debitur berubah menjadi harta pailit—dengan beberapa
pengecualian seperti barang / benda kebutuhan sehari-
hari (pakaian) dll.

– Debitur tidak lagi berwenang untuk mengurus dan


melakukan perbuatan hukum apapun yang menyangkut
hartanya itu—dinyatakan dlm pengampuan sepanjang
menyangkut harta kekayaanya.
• PENGURUSAN HARTA PAILIT
– Pengurusan dan pemberesan dilakukan oleh
KURATOR yg telah diangkat dlm putusan
pernyataan pailit.
– Dalam menjalankan tugasnya, kurator diawasi oleh
HAKIM PENGAWAS yang ditunjuk dlm putusan
pernyataan pailit.
• BERAKHIRNYA KEPAILITAN
– Segera setelah kepada kreditor yang telah dicocokan
(deverifikasi) piutangnya dibayarkan;
– Untuk selanjutnya kurator berkewajiban:
• Membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam
BNRI dan Surat Kabar;
• Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Hakim Pengawas;
• Menyerahkan semua buku dan dokumen kepada debitur dgn tanda
bukti penerimaan yang sah.
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN HUTANG (PKPU)

• Pasal 222 Ayat 2 UU Kepailitan/PKPU menentukan


bahwa debitor yang tidak dapat atau memperkirakan
tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohonkan PKPU, dengan maksud untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang
kepada kreditor.
Pengajuan PKPU
• PKPU dapat diajukan oleh
– Debitor yang memiliki lebih dari 1 kreditor
– Kreditor
– Lembaga sebagaimana dimaksud pasal 2 UU
Kepailitan (Bank Indonesia, BPPM, Menteri
Keuangan)
Pasal 222 (1) jo 223 UU Kepailitan
Selama proses PKPU
• Debitur tidak dapat dipaksa membayar utang-
utangnya; semua tindakan eksekusi yang
tengah dimulai guna mendapatkan pelunasan
utang, harus ditangguhkan
Selama proses PKPU
“Selama penundaan kewajiban pembayaran
utang berlangsung, terhadap Debitor tidak dapat
diajukan permohonan pailit”

(Pasal 260 UU Kepailitan)


Alternative Dispute Resolution
Departemen Hukum Dagang
PENGERTIAN APS
• Istilah APS merupakan merupakan istilah yang umum dipergunakan
sebagai terjemahan dari Alternative Dispute Resolution (ADR).

• Ada berbagai istilah yang dipakai untuk menunjuk pada bentuk


penyelesaian sengketa di luar pengadilan, seperti:
– Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS),
– Pilihan Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan.
– UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam Pasal 30 bahkan tidak mempergunakan istilah khusus,
tetapi hanya menyebut Penyelesaian Sengketa di luar
Pengadilan.

• .
• Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli
(Pasal 1 Angka 10 UU No. 30/1999).
BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA
No SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA PROSES (KARAKTERISTIK) BENTUK-BENTUK

1 LITIGASI (AJUDIKASI) • sangat formal -


• pengadilan sebagai the first
resort dan the last resort

2 NON LITIGASI

A ARBITRASE SEBAGAI ADR • sedikit formal -


• arbiterase sebagai first
resort
• litigasi sebagai the last
resort

B BENTUK-BENTUK ADR • tanpa formalitas - Konsultasi


LAINNYA • penyelewengan oleh para - Negosiasi
pihak - Mediasi
•Pihak ketiga sebagai - Penilaian ahli
intervensi netral - Hibrid Dispute
Resolution (Private
Judging, Neutral Expert
Fact Finding, Mini Trial,
Ombudsman, Summary
Jury Trial )
ALASAN MUNCUL PENDEKATAN NON LITIGASI

• Penyelesian secara konvensional (litigasi) dianggap tidak lagi


memuaskan kalangan dunia usaha.

• Penelitian yang dilakukan oleh Central of Legal Studies menyebutkan


sebenarnya para pelaku bisnis tidak menyukai penyelesaian sengketa
melalui pengadilan, karena:
1. memakan biaya yang tidak murah
2. terbuka untuk umum, sehinga dapat merugikan nama baik pihak-pihak yang
bersengketa;
3. Putusan pengadilan sulit diduga.
4. Dalam praktek Indonesia misalnya, menurut penelitian Panggabean (hakim),
untuk persidangan dan pemutusan suatu perkara hutang piutang diperlukan
waktu antara tiga sampai sembilan tahun.
KELEBIHAN ADR DIBANDING LITIGASI
• Waktu, melalui Penyelesaian Sengketa Alternatif waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaian suatu sengketa relatif singkat;
• Biaya, karena waktu dan mekanismenya relatif sederhana sehingga
membawa akibat biaya yang dikeluarkanpun lebih murah;
• Keahlian, pihak yang turut serta dalam membantu proses penyelesaian
sengketa berasal dari kalangan ahli di bidangnya, sehingga keputusan
yang diambil relatif dapat dipertanggungjawabkan;
• Kerahasiaan, karena mekanisme penyelesaian tidak dipublikasikan,
sehingga kerahasiaan dari masing-masing pihak tetap terjaga.
• Borderless trade  penyelesaian sengketa yang lebih homogen,
menguntungkan, memberikan rasa aman dan keadilan
• Win-win solution, penyelesaian sengketa melalui ADR memperhatikan
kepentingan kedua belah pihak
DASAR HUKUM APS
Dasar hukum APS Indonesia
• RV (Reglement op de Burgerlijke Rechwordering )
• Konvensi Washington  UU 5/1968; Konvensi New York 
Keppres 34/1981
• UU No. 4/2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman  Pasal 3, 14 ayat
(1)  BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)
• UU 30/1999 Tentang Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa
 mostly arbitrase. Jenis ADR lain hanya ada di Pasal 6
BENTUK-BENTUK ADR
Arbitrase
Pasal 6 UU No. 30/1999—terdapat 6 Tata cara APS:
Konsultasi
Negosiasi
Mediasi
Konsiliasi
Pemberian Pendapat Hukum
Hibrid Dispute Resolution
Private Judging
Neutral Expert Fact Finding
Mini Trial
Ombudsman
Summary Jury Trial
ARBITRASE
• Arbitrase/pewasitan merupakan salah satu metode
penyelesaian sengketa yang berasal dari sengketa
atas sebuah kontrak dalam bentuk:
– perbedaan penafsiran tentang pelaksanaan
perjanjian
– pelanggaran perjanjian
– pengakhiran kontrak
– klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi
atau perbuatan melawan hukum
• Kebanyakan sistem arbitrase (bersifat privat) menyediakan hal-hal
sebagai berikut:
• Joint selection and payment of the arbitrator
• Objective standards on which the arbitrator’s decision is to be
based (typically the term of an agreement between parties, the
customs of the trade in which they conduct business, the
applicable law, or some combination of these).
• Procedural rules to be applied by the arbitrator/
PENGATURAN Arbitrase (“UU No. 30/1999”)

 Arbitrase adalah cara penyelesaian


suatu sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh pihak yang
bersengketa (Pasal 1 Angka 1 UU
No. 30/1999).
DASAR HUKUM ARBITRASE
• Pasal 3 UU No. 4/2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman: bahwa penyelesaian
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap
diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan
eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi ( executoir)
dari pengadilan
• Dasar pemeriksaan arbitrase
– Pasal 615-651 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de
Rechtsvorerdering, Staatsblad 1847:52 – Rv)
– Pasal 377 Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui (Het Herziene
Indonesisch Reglement, Staatsblad 1941:44 – HIR)
– Pasal 705 Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa Dan Madura
(Rechtreglement Buitengewesten, Staatsblad 1927:227 – RBg)
• Konvensi Washington  UU 5/1968  ratifikasi International Convention on the
Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States
• Konvensi New York  Keppres 34/1981 Indonesia menjadi anggota
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards 1958
PERJANJIAN ARBITRASE
• Dapat dibuat sebelum terjadi sengketa, disebut PACTUM
DE COMPROMITTENDO klausula perjanjiannya dimuat di
kontrak utama (untuk klausula penyelesaian sengketanya
pakai arbitrase)
• Dapat dibuat setelah terjadi sengketa; disebut AKTA
KOMPROMIS (kesepakatan mengenai arbitrase tidak di
perjanjian utama tapi di perjanjian tersendiri yag
disepakati setelah sengketa muncul).
ISI AKTA KOMPROMIS, sbb;
1. Masalah yg dipersengketakan
2. Nama lengkap & tempat tinggal para pihak
3. Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter
4. Tempat arbiter akan mengambil keputusan
5. Nama lengkap sekretaris
6. Jangka waktu penyelesaian sengketa
7. Pernyataan kesediaan diri pihak2 yg bersengketa utk menanggung
segala biaya yg diperlukan utk penyelesaian sengketa melalui
arbiter.
SENGKETA YG DPT DISELESAI-KAN MELALUI ARBITRASE;

• YAITU;
1. Sengketa-sengketa yang masuk dalam bidang
perdagangan
2. Mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa (Pasal 5 UU No. 30/1999)
Ruang lingkup hk perniagaan
Kegiatan-kegiatan di bidang:
• Perniagaan
• Perbankan
• Keuangan
• Penanaman Modal
• Industri
• Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKi)
KARAKTERISTIK YURIDIS ARBITRASE

• Kontroversi di antara para pihak


• Kontroversi diajukan kepada arbiter
• Arbiter diajukan oleh para pihak/ditunjuk oleh
badan tertentu
• Arbiter: pihak di luar badan peradilan umum
• Dasar pengajuan sengketa ke arbitrase: perjanjian
• Arbiter melakukan pemeriksaan perkara
• Setelah memeriksa perkara, arbiter akan
memberikan putusan arbitrase yang mengikat
para pihak
Sifat Putusan Arbitrase

 putusan arbitrase pada prinsipnya


bersifat final and binding. (Pasal 60 UU
No. 30/1999).
 Contoh: PERTAMINA Vs KARAHA
BODAS
KONSULTASI
 Black’s Law Dictionary – Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara
suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak
konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan
dan kebutuhan kliennya tersebut
 Tidak ada sifat keterkaitan atau kewajiban bagi klien untuk mengikuti pendapat konsultan
 Klien bebas menentukan sendiri keputusannya walaupun tidak menutup kemungkinan klien
mengikuti pendapat konsultan
 Peran konsultan sama sekali tidak dominan, hanya memberikan pendapat hukum, dan
penyelesaian sengketa tetap di tangan para pihak
NEGOSIASI
• Negosiasi merupakan proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian
dengan pihak lain, dengan suatu proses interaksi dan komunikasi yang
dinamis. Para pihak dapat mengendalikan proses dan hasil; inilah yang
merupakan keunggulan dari negosiasi.
• Pasal 6 ayat (2) UU No. 30/1999: pada dasarnya para pihak dapat dan
berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul di antara
mereka
• Kesepakatan di atas harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui
oleh para pihak
• ~ Pasal 1851-1864 Bab XVIII Buku III KUH Perdata Tentang Perdamaian –
wajib dibuat tertulis dengan ancaman tidak sah
• Beda
– Negosiasi: ADR di luar pengadilan
– Perdamaian: sebelum proses persidangan mulai/setelah, di luar/di dalam
pengadilan
Lanjutan (Negosiasi)
• Upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses peradilan
bertujuan mencapai kesepakatan atas dasar kerja sama yang lebih
harmonis & kreatif
• Penjajakan kembali akan hak & kewajiban para pihak yang bersifat win-win
• Melepaskan/memberikan kelonggaran (concession) atas hak-hak tertentu
berdasarkan asas timbal balik
• Dituangkan secara tertulis, bersifat final dan mengikat para pihak
• Pasal 6 ayat (7) UU No. 30/1999 – kesepakatan tertulis tersebut wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung
sejak ditandatangani, dan dilaksanakan dalam waktu 30 hari terhitung
sejak pendaftaran Pasal 6 ayat (8) UU tersebut
• Kesepakatan tertulis negosiasi dapat dibatalkan: kekhilafan mengenai
orangnya, mengenai pokok sengketa, atau ada penipuan/paksaan atau
kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian
dinyatakan palsu
MEDIASI
Mediasi:
: suatu proses dimana para pihak dengan bantuan seseorang
atau beberapa orang, secara sistematis menyelesaikan
permasalahan yang disengketakan untuk mencari alternatif
dan mencapai penyelesaian yang dapat mengakomodasi
kebutuhan mereka (Folberg & Taylor, 1986)

Elemen-elemen
• sukarela
• intervensi/bantuan
• pihak ketiga tidak memihak
• pengambilan keputusan secara konsensus
• partisipasi aktif
Lanjutan (Mediasi)
Tujuan
 menghasilkan kesepakatan ke depan dan dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak
 mempersiapkan para pihak menerima konsekuensi dari keputusan-keputusan yang mereka buat
 mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif dari konflik dengan mencapai konsensus
 mengurangi hambatan komunikasi
 memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan para pihak

Mediator berfungsi sebagai


 katalisator, pendidik, nara sumber, penyandang berita jelek, penyampai pesan
 pembuka jalur informasi, fasilitator proses, pembahas masalah, pemimpin
CIRI KHAS MEDIASI
• Sukarela (voluntary).
• Mediator.
• Kesepakatan Penyelesaian
• Non-coercive.
• Kesetaraan status para pihak.
• Itikad baik.
• Adanya unsur kepercayaan (trust) kepada mediator.
• Bersifat fleksibel, adaptable to business disputes.
• Jika tercapai kesepakatan, dapat dilaksanakan layaknya perjanjian (if agreement,
enforceable as contract).
• Pihak ketiga (fasilitator) dipilih dan disepakati oleh para pihak yang bersengketa
(party-selected outside facilitator).
• Cara penyelesaian secara privat (it is a private process).
KONSILIASI
• UU No. 30/1999 tidak memberikan suatu rumusan atau defenisi
tentang konsiliasi. Istilah conciliation (bahasa Inggris) dapat
diterjemahkan sebagai “perdamaian”.

• Black’s Law Dictionary, “conciliation is the adjustment and settlement


of a disputes in a friendly, unantogonistic manner used in court before
trial with a view toward avoiding trial and in labor disoutes before
arbitration”. Dari defenisi yang terakhir, memang agak berbeda
dengan makna konsiliasiUU APS,dimana konsiliasi dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk APS di luar pengadilan dalam suatu
tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan.

• Tidak seperti mediator yang memberikan solusi, seorang konsiliator


tidak memberikannya tetapi hanya sebagai fasilitator.
Lanjutan…
• Usaha mempertemukan keinginan para pihak yang berselisih
untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan
perselisihan.
• Langkah awal perdamaian sebelum sidang peradilan (litigasi)
dilaksanakan atau dalam setiap tingkat peradilan yang
sedang, kecuali telah terdapat putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap

Prinsip-prinsip konsiliator
• tidak memihak (impartial)
• kesamaan (equity)
• keadilan (justice
Lanjutan..(konsilasi)
Proses
• permohonan konsiliasi
• penunjukkan konsiliator
• argumentasi oleh para pihak
• ending:
– berdasarkan persetujuan untuk berakhir
– berdasarkan hasil laporan bahwa konsiliasi tidak berhasil
– berdasarkan pemberitahuan kepada konsiliator oleh para pihak
bahwa perkara tidak lagi diselesaikan melalui konsiliasi
PENILAIAN AHLI
(Pemberian Pendapat Hukum)
 Lembaga Arbitrase tidak hanya bertugas menyelesaikan sengketa antara
para pihak dalam suatu perjanjian pokok
 Dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini/pendapat hukum atas
permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya
 Opini ini merupakan masukan bagi para pihak dalam menyusun atau
membuat perjanjian yang akan mengatur hak & kewajiban para pihak
dalam perjanjian; penafsiran/pendapat terhadap salah satu atau lebih
ketentuan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak untuk
memperjelas pelaksanaannya
Lanjutan (Pendapat Hukum)
 Dasar: Pasal 1 ayat (8) UU No. 30/1999
 Pendapat hukum ini bersifat mengikat (Pasal 52) karena
pendapat ini tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
pokoknya; bersifat final (Pasal 53), tidak dapat dilakukan
perlawanan dalam bentuk upaya hukum
 Pendapat hukum lembaga arbitrase ini termasuk dalam
pengertian atau bentuk putusan lembaga arbitrase
REFERENSI
• Adi Sulistiyono, 2006, Mengembangkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia, Sebelas Maret
University Press.
• Gunawan Widjaja, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Rajawali Pers, Jakarta
• Gatot Soemartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia.
• Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti,
Bandung
• Golberg, B Stephen, al.lt, Dispute Resolution: Negotiation, Mediation, and Other Processes, Third
Edition, Asean Law & Business, A Division of Aspen Publisher, Inc, New York

Anda mungkin juga menyukai