2. pemberian kredit.
3. memperlancar lalulintas pembayaran, seperti,
pemberian jaminan bank,pengiriman uang dari
daerah satu ke daerah lain, pembukaan L/C dsbnya.
Fungsi Bank
4. sebagai media kebijaksanaan moneter, baik
sebagai penerima simpanan giro yang
mempunyai kemampuan untuk menciptakan
uang.
5. sebagai penyedia informasi, pemberian
konsultasi dan bantuan penyelenggaraan
administrasi.
JENIS BANK,
menurut pasal 5 UU no.7-1992 jo. UU no. 10-1998
Bentuk hukum dari suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari:
1. Perusahaan daerah
2. Koperasi
3. Perseroan terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 21 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan)
Hk Perbankan DRN-DWK 11
KEPEMILIKAN BANK
Kepemilikan bank
• Menurut Pasal 22 UU No. 10 Tahun 1998 Bank Umum dapat didirikan oleh:
1. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia atau
2. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan Warga Negara Asing
dan atau badan hukum asing secara kemitraan
• Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia (WNI), badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya WNI, Pemerintah
Daerah atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya (Pasal 23 UU No. 7 Tahun 1992).
Hk Perbankan DRN-DWK 12
Prinsip dan Sifat Hubungan Hukum Antara Bank dan Nasabah
(didasari dengan hubungan bank dengan nasabah)
14
Prinsip Kerahasiaan
( Confidential principle )
• Prinsip rahasia bank menjadi sangat penting dijaga dalam industri perbankan
karena prinsip tersebut merupakan jiwa dari industri perbankan. Stabilitas sistem
keuangan akan dapat goyah , jika bank tidak menganut prinsip kerahasiaan.
• Apabila nasabah dan simpanannya di bank dg mudah dibocorkan keluar, akan
dapat mengancam perekonomian dan sistem perbankan nasional. Kepercayaan
masyarakat akan goyah, rush, dapat menular ke industri bank yang lain.
• Rahasia bank mnrt UU No.10 Thn 98 : segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
15
Pengecualian dalam Prinsip Kerahasian
• UUP mencantumkan 7 jenis kepentingan umum sbg alasan utk menerobos prinsip
rahasia bank :
(1) kepentingan pajak;
(2) penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara;
(3) kepentingan peradilan perkara pidana;
(4) dalam sengketa perdata antara bank dg nasabah;
(5) informasi antar bank;
6) kepentingan ahli waris;
(7) adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah (Baca . Ps 41 – 44 A UUP).
16
Prinsip kehati-hatian
(prudential principle)
• Dalam UU No. 10 Th. 1998 tidak disebutkan secara tegas
mengenai pengertian dari prinsip kehati-hatian, Pasal 2 UU
No. 10 Th 1998 menyebutkan bahwa perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, definisi prinsip
kehati-hatian dari berbagai sumber dapat disimpulkan yaitu
pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara
konsisten.
18
Misalnya BMPK
1. BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank adalah 20% dari
modal bank.
2. BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank
adalah 20% dari modal bank.
3. BMPK bagi pihak terkait dengan pihak bank adalah 10% dari modal bank.
• Bagi bank yang melanggar BMPK ini akan dikenakan sanksi pidana yaitu
hukuman 6 tahun dan denda paling banyak Rp 6.000.000.000,00(enam milyar
rupiah).
19
PRINSIP (KYC)
• Prinsip KYC adalah prinsip yg diterapkan bank untuk mencermati dan
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk pelaporan transaksi yang diduga mencurigakan (suspicious
transaction)
• Tujuan :
1. Mengenal profil dan karakter transaksi nasabah sehingga secara dini bank
dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan tsb;
2. Meminimalisasi operasional risk, legal risk, concentration risk dan
reputation risk.
• Transaksi keuangan yang mencurigakan:
– Transaksi keuangan yang menyimpan dari profil, karakteristik atau
kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan (UU Tindak
Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 7.
20
• Tambahan: Kelembagaan Perbankan
• OJK
• BI
• LPS
Otoritas Jasa Keuangan
• OJK merupakan lembaga independen dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, bebas
dari campur tangan pihak lain.
• Fungsi, tugas, wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud UU No. 21 tahun 2011
(UU OJK)
• OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sector
jasa keuangan.
(Pasal 5 UU OJK)
• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap:
a) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
b) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;
c) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Wewenang OJK
• Pengaturan dan Pengawasan mengenai
kelembagaan bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan
bank
• Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek
kehati-hatian bank
• Pemeriksaan bank
Wewenang OJK
• Menetapkan peraturan dan kebijakan;
• Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap
Lembaga Jasa Keuangan, pelaku dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan;
• Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga jasa keuangan
• Menetapkan sanksi administratif terhadap pelanggar
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
Bank Indonesia
• Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik
Indonesia
• Bank Indonesia hanya memiliki satu tujuan,
yaitu untuk “mencapai dan memelihara
stabilitas Rupiah”
• Untuk mencapai stabilitas rupiah, Bank
Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter;
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran;
c. Mengatur dan mengawasi Bank
Tugas BI – Kebijakan Moneter
• Lender of the Last Resort
• Kebijakan nilai tukar
• Mengelola cadangan devisa
Tugas BI – Kelancaran Sistem
Pembayaran
• Kegiatan kliring antar bank
• Penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dalam
mata uang rupiah/valas
• Menetapkan uang sebagai alat pembayaran yang sah
• Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, sekaligus
mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran
Tugas BI – mengatur dan mengawasi Bank?
• Memberi dan mencabut izin usaha Bank
• Pengawasan Bank
• Mengenakan sanksi terhadap Bank
Menteri
Debitor Kreditor Bank Indonesia
Badan Pengawas
Pasar Modal Keuangan
•Ban
•Bursa Efek Asuransi
•Lembaga Kliring •Perusahaan
dan Penjamnan Reasuransi
•Lembaga •Dana Pensiun
k Penyimpanan
dan
Penyelesaian
•BUMN di bidang
kepentingan
publik
Tujuan Kepailitan
• Mengadakan pembagian kekayaan seseorang
debitor (yang diperuntukkan membayar
hutang-hutangnya), oleh Kurator kepada para
Kreditornya dengan memperhatikan hak-
haknya (seimbang dengan hak-hak para
kreditornya)
Macam-macam Kreditor
1. Kreditor Separatis (Secured creditor)
Mempunyai Piutang dengan ikatan tertentu seperti para pemegang hipotek/hak
tanggungan, pemegang hak gadai, fiducia, dsb. (haknya dijamin untuk dipenuhi
secara penuh seolah2 tidak ada kepailitan) misal piutangnya dipegang dengan
hak yang dijaminkan (gadai, hipotik, fidusia, dll) sehingga debitor painit tidak bisa
ngembaliin prosesnya bisa dieksekusi jaminan yang sudah diberikan.
2. Kreditor Preferen (Preferred Creditor)
Mempunyai hak untuk didahulukan pemenuhannya dari kreditor lainnya
(didahulukan haknya dari kreditor bersaing)
3. Kreditor Konkuren (Concurrent Creditor) atau kreditor bersaing
Mempunyai tagihan tanpa ikatan tertentu, tidak punya prioritas apapun. Sulit
dapat pengembalian.
Alat Kelengkapan Organisasi Kepailitan
• Hakim Pengawas: pihak yang diajuka pengadilan niaga mengawasi (supervisi)
pemeliharaan dan penyelesaian atau pemberesan harta pailit (boedel pailit) yang
diselenggarakan oleh kurator termasuk pada proses pengamblian pada utang2 ke
kreditor sampai proses akhir kepailitan
• Kurator: melakukan pemberesan harta pailit
• Panitia Para Piutang (kreditor)
• Rapat verifikasi (rapat antara kurator debitor dan kreditor): pencocokan piutang-
piutang dari utang-utang serta para kreditornya. Di sini ditentukan masing2
besar kecil dari pengembalian dana yang akan diberikan apd apara kreditor, di
sini akan ada perhitungan dari kreditor hak dijaminkan, didahulukan, sampai
yang bersaing
PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT
• Ditetapkan oleh Peng. Niaga yg wilayah hukum tempat berkedudukan debitur.
• Pembentuk UU Kepailitan menghendaki agar putusan pernyataan pailit dapat
diputuskan secepat mungkin dan secepatnya pula dapat dieksekusi.
– Pasal 8 Ayat (4), “Permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat
fakta atau keadaan terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dlm pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi”.
– Pasal 8 Ayat (7), “……putusan pailit dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum”.
• Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan
pernyataan pailit adalah Kasasi ke Mahkamah Agung.
• AKIBAT KEPAILITAN
– Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan
debitur dimasukkan ke dalam harta pailit—status harta
debitur berubah menjadi harta pailit—dengan beberapa
pengecualian seperti barang / benda kebutuhan sehari-
hari (pakaian) dll.
• .
• Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli
(Pasal 1 Angka 10 UU No. 30/1999).
BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA
No SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA PROSES (KARAKTERISTIK) BENTUK-BENTUK
2 NON LITIGASI
• YAITU;
1. Sengketa-sengketa yang masuk dalam bidang
perdagangan
2. Mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa (Pasal 5 UU No. 30/1999)
Ruang lingkup hk perniagaan
Kegiatan-kegiatan di bidang:
• Perniagaan
• Perbankan
• Keuangan
• Penanaman Modal
• Industri
• Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKi)
KARAKTERISTIK YURIDIS ARBITRASE
Elemen-elemen
• sukarela
• intervensi/bantuan
• pihak ketiga tidak memihak
• pengambilan keputusan secara konsensus
• partisipasi aktif
Lanjutan (Mediasi)
Tujuan
menghasilkan kesepakatan ke depan dan dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak
mempersiapkan para pihak menerima konsekuensi dari keputusan-keputusan yang mereka buat
mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif dari konflik dengan mencapai konsensus
mengurangi hambatan komunikasi
memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan para pihak
Prinsip-prinsip konsiliator
• tidak memihak (impartial)
• kesamaan (equity)
• keadilan (justice
Lanjutan..(konsilasi)
Proses
• permohonan konsiliasi
• penunjukkan konsiliator
• argumentasi oleh para pihak
• ending:
– berdasarkan persetujuan untuk berakhir
– berdasarkan hasil laporan bahwa konsiliasi tidak berhasil
– berdasarkan pemberitahuan kepada konsiliator oleh para pihak
bahwa perkara tidak lagi diselesaikan melalui konsiliasi
PENILAIAN AHLI
(Pemberian Pendapat Hukum)
Lembaga Arbitrase tidak hanya bertugas menyelesaikan sengketa antara
para pihak dalam suatu perjanjian pokok
Dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini/pendapat hukum atas
permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya
Opini ini merupakan masukan bagi para pihak dalam menyusun atau
membuat perjanjian yang akan mengatur hak & kewajiban para pihak
dalam perjanjian; penafsiran/pendapat terhadap salah satu atau lebih
ketentuan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak untuk
memperjelas pelaksanaannya
Lanjutan (Pendapat Hukum)
Dasar: Pasal 1 ayat (8) UU No. 30/1999
Pendapat hukum ini bersifat mengikat (Pasal 52) karena
pendapat ini tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
pokoknya; bersifat final (Pasal 53), tidak dapat dilakukan
perlawanan dalam bentuk upaya hukum
Pendapat hukum lembaga arbitrase ini termasuk dalam
pengertian atau bentuk putusan lembaga arbitrase
REFERENSI
• Adi Sulistiyono, 2006, Mengembangkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia, Sebelas Maret
University Press.
• Gunawan Widjaja, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Rajawali Pers, Jakarta
• Gatot Soemartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia.
• Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti,
Bandung
• Golberg, B Stephen, al.lt, Dispute Resolution: Negotiation, Mediation, and Other Processes, Third
Edition, Asean Law & Business, A Division of Aspen Publisher, Inc, New York