PERTEMUAN 18
HUKUM PERBANKAN
A. TUJUAN PERKULIAHAN:
Setelah menyelesaikan pertemuan ke-18 Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan
menjelaskan Hukum Perbankkan
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Bank
Bank merupakan suatu usaha di bidang keuangan yang menarik dan membelanjakan
uang di masyarakat terutama dalam pemberian kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang. Sehingga regulasi dan dasar hukumnya sangat jelas, adapun menurut
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 ayat (2): “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan / atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
standar hidup masyarakat luas. " Pengertian Perbankan menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.
10/1998: “Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, baik itu
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam menjalankan kegiatan”. Ada dua
jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan. keuangan non
bank. Bank memiliki peran penting dalam transaksi serta cakupan ekonomi makro dan mikro
yaitu sebagai entitas yang melakukan kegiatan di bidang keuangan berupa upaya
penghimpunan dana, pemberian kredit, bertindak sebagai perantara dalam upaya memperoleh
sumber dana. pembiayaan, dan penyertaan modal usaha yang kesemuanya dilakukan secara
langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana terutama dengan menerbitkan kertas
yang diperkuat ga. Lembaga non-bank beroperasi di pasar uang dan modal. Aspek usaha
utama yang dilakukan adalah sektor pembiayaan pembangunan berupa penyaluran kredit
jangka menengah / panjang dan penyertaan modal. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di bidang tertentu, seperti pemberian pinjaman kepada masyarakat
dalam bentuk pegadaian.
Perbedaan dengan “bank lembaga keuangan bukan bank tidak diperkenankan
menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito maupun tabungan. Penghimpunan dana
hanya dapat dilakukan dengan pengeluaran kertas berharga. Jenis Lembaga Keuangan Bukan
Bank yaitu seperti Asuransi, Lembaga pembiayaan, Pegadaian dan Penyelenggara dana
pension. Bank merupakan lembaga yang legal di setiap suatu Negara termasuk di Indonesia,
adapun dasar hukum yang terdapat di Indonesia adalah:
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. UU No. 10 Tahun 1998 Tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
c. UU No. 23 Tahun 1999
d. UU No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia
Bank sebagai lembaga pembiayaan yang mampu menjadi suatu wadah intermediasi
antara yang membutuhkan uang dan yang kelebihan uang, dimana ada suatu kerja sama
secara tidak langsung melalui program-program kerja di tiap-tiap lembaga perbankan. Bank
juga memiliki suatu asas-asas dan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Asas-asas Perbankan Indonesia dapat dapat diketahui dalam UU No. 10/1998 tentang
Perbankan pada Pasal 2 yang berbunyi “Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”.
“Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan
Undang-undang Dasar 1945. Mengenai prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan
dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan, tidak ada penjelasan secara
resmi, tetapi kita dapat mengemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat
didalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan
usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat,
teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu bank
dalam menjalankan usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik.”
b. Fungsi Bank juga memiliki landasan yuridisnya dimana ini dapat kita lihat dan diatur
dalam Pasal 3 UU N0. 10/1998 yang berbunyi “Fungsi utama perbankan Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”.
Dari ketentuan ini terlihat fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana
(lacks of funds). Selain itu bankpun tidak berdiri dalam satu jenis melainkan ada beberapa jenis
tergantung segmentasi pasar dan daya pengeleolalaannya. Adapun “jenis-jenis bank dalam
ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Perbankan membagi bank dalam dua jenis, yaitu :
a. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Selanjutnya dilihat dari jenis bank pada segi kepemilikannya maka perbankan dimemiliki
beberapa jenis yaitu:
Pasal 16 (1) :
“Setia pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank
perkereditan rakyat dari pimpinan bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang”.
Pasal 16 (2)
“Untuk memperoleh izin usaha bank umum dan bank perkreditan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang :
b. permodalan
c. kepemilikan
Pasal 16 (3) :
Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Dalam suatu pendirian Bank Umum hanya dapat didirikan oleh Warga Indonesia, Badan
Hukum Indonesia dan Warga negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia dengan
warga negara asing atau Badan Hukum asing secara kemitraan (Joint Venture) (Pasal 22 ayat
(2)). Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,
Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemilikannya warga negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya. Persyaratan dan tata cara pendirian
Bank Umum yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/KEP/DIR
tentang Bank Umum. “Pasal 5 Kep. Direksi B I mengemukakan bahwa pemberian izin Bank
Umum harus melalui dua tahapan:
a. Tahapan Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan bank yang
bersangkutan.
b. Tahapan pemberian izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan usaha
setelah persiapan selesai dilakukan”
Ketentuan ini mengandung makna bahwa sebelum memperoleh izin usaha, pihak yang
telah menyetujui prinsip dilarang melakukan kegiatan usaha. Ketentuan ini mengandung makna
bahwa untuk dapat menyelenggarakan suatu bank secara sah harus terlebih dahulu
memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia. Untuk mendapatkan persetujuan prinsip, pemohon
harus mematuhinya :
Untuk mendapat izin usaha pemohon wajib menyampaikan laporan kesiapan pendirian
bank dengan melampiri:
c. Susunan organisasi;
d. Bukti pelunasan seluruh modal.
Pada prinsipnya sumber modal dari bank terdiri dari empat sumber yaitu modal yang
berasal dari bank itu sendiri dimana modal pemegang saham (pendiri bank) yang terdiri dari
modal disetor disebut “modal tetap”, karena tidak dapat ditarik kapan saja. Sedangkan bank
pemerintah terdiri dari dana / uang yang disisihkan dari anggaran. Modal yang bersumber dari
masyarakat adalah simpanan dari masyarakat yang dikelola bank dengan sebaik-baiknya untuk
memperoleh keuntungan, seperti giro, deposito, dan tabungan. Modal yang bersumber dari
Bank Indonesia adalah modal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui fasilitas kredit
kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan dijamin dengan agunan
yang berkualitas tinggi dan mudah ditarik. Modal yang berasal dari Lembaga Keuangan Bank
dan Lembaga Keuangan Non Bank, baik konvensional maupun syariah. Modal yang termasuk
dalam bentuk pinjaman antar bank, Call Money merupakan dana talangan yang bersumber dari
lembaga keuangan bank. Ini adalah dana dalam rupee yang dipinjamkan oleh bank lain dalam
waktu 7 hari yang dapat ditarik oleh bank pemberi pinjaman kapan saja tanpa dikenakan biaya
pinjaman dari luar negeri.
Penghimpunan dana merupakan jasa utama yang ditawarkan oleh dunia perbankan baik
Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan bank dalam usahanya menghimpun
dana antara lain meliputi :
a. Simpanan Giro.
Pengertian “Giro” menurut Pasal 1 butir 6 UU Perbankan adalah :
“Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik dua pemahaman tentang
giro, yaitu penarikan dapat dilaksanakan setiap saat, yang berarti bahwa penarikan
simpanan dalam bentuk giro dapat dilakukan oleh si penyimpan, pemilik girant
tersebut setiap saat selama kas bank buka. Cara penarikan menggunakan cek dan
bilyet giro. Namun dengan batas-batas tertentu penarikan dalam bentuk lain seperti
sarana perintah pembayaran lain dan pemindah bukuan dapat dilakukan.
b. Deposito.
Deposito menurut Pasal 1 butir 7 UU Perbankan adalah :
“simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”.
Jenis-jenis deposito :
1) Sertifikat Deposito.
Yakni deposito berjangka yang bukti penyimpanannya dapat
diperdagangkan;
2) Deposito On Call.
pelanggan dilayani, apakah masyarakat atau masyarakat di suatu lokasi (kecamatan). Jenis
perbankan juga diklasifikasikan berdasarkan cara menentukan harga jual dan harga beli.
Dilihat dari status bank, klasifikasi ini didasarkan pada kedudukan atau status bank
tersebut. Posisi atau status tersebut menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat dari segi jumlah produk, permodalan dan kualitas layanan. Oleh karena itu, untuk
memperoleh status tersebut diperlukan penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang
dimaksud adalah:
a. Bank Devisa
Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan
transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank
Indonesia.
b. Bank Non-Devisa
Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank
devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi
bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas negara.
Saat ini bank syariah banyak berkembang. Bank syariah muncul di Indonesia pada
awal 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Bank syariah adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah syariah yaitu bank yang dalam
operasionalnya mengikuti ketentuan syariah Islam, terutama yang menyangkut tata
cara masuk Islam. . Filosofi operasional dasar bank syariah yang menjiwai semua
hubungan transaksi adalah efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu
pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk mendapatkan manfaat sebesar
mungkin. Kewajaran mengacu pada hubungan yang tidak curang, ikhlas, dengan
kesepakatan yang matang tentang proporsi input dan output. Kebersamaan mengacu
pada prinsip gotong royong dan nasehat untuk meningkatkan produktivitas bersama.
Aktivitas bank syariah dalam hal penentuan harga produk sangat berbeda dengan
bank konvensional. Penetapan harga pada bank syariah didasarkan pada
kesepakatan antara bank dan nasabah penyimpan sesuai jenis simpanan dan jangka
waktunya, yang akan menentukan besarnya porsi bagi hasil yang akan diterima
penyimpan. Berikut adalah prinsip-prinsip yang berlaku untuk bank syariah.
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
3. Prinsip jual beli barang dengan untung (murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
5. Opsi pengalihan kepemilikan atas barang yang disewakan dari bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
Kesimpulan
Setelah berlakunya Undang-Undang Perbankan baru terdapat dua jenis bank yaitu Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang ketentuan mengenai badan hukum bank diatur
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Ketentuan bentuk badan
hukum bank adalah perseroan terbatas, koperasi, perusahaan daerah. Bentuk hukum kantor
perwakilan dan kantor cabang yang berkedudukan di luar negeri mengikuti bentuk hukum
kantor pusat, pengaturannya diatur dalam Pasal 21 ayat (3). Selanjutnya yang berbentuk badan
hukum BPR adalah perusahaan daerah, koperasi, perseroan terbatas, bentuk lain yang diatur
dengan peraturan pemerintah. Bentuk badan hukum BPR yang lebih luas dari Bank Umum
dimaksudkan untuk menyediakan wadah bagi penyelenggara lembaga perbankan yang lebih
kecil dari BPR, seperti Bank Desa, Lembaga Perkreditan Desa, dan lembaga lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal. 58 Hukum Perbankan.
D. DAFTAR PUSTAKA
Ismail. (2011). Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Praktik. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana