Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara.
Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari system
keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu
suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter dari
Negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik" masyarakat. Oleh karena itu
eksistensinya bukan saja hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri dan
pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global. Kepentingan masyarakat
untuk menjaga eksistensi suatu bank menjadi sangat penting, lebih-lebih bila diingat
bahwa ambruknya suatu bank akan mempunyai akibat rantai atau domino effect, yaitu
menular kepada bank-bank yang lain, yang pada gilirannya tidak mustahil dapat sangat
mengganggu fungsi sistem keuangan dan system pembayaran dari negara yang
bersangkutan.
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada
kepercayaan dari para nasabahnya yang mempercayakan dana simpanan mereka pada
bank. Oleh karena itu bank sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat,
yang telah maupun yang akan menyimpan dananya, terpelihara dengan baik dalam
tingkat yang tinggi. Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan system
pembayaran, yang masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem
tersebut, sedangkan kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur paling
pokok dari eksistensi suatu bank, maka terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada
perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian badan hukum ?
Apa saja bentuk badan hukum bank ?
Apa saja hal yang harus dipahami dalam hukum bank di indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian badan hukum
Untuk mengetahui bentuk hukum perbankan
Untuk mengetahui hal yang harus dipahami dalam hukum bank diindonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Badan Hukum


Badan hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai organisasi atau
perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik dan dalam hukum diperlakukan
sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek
hukum. Subyek hukum dalam ilmu hukum ada dua yakni, orang dan badan hukum.
Disebut sebagai subyek hukum oleh karena orang dan badan hukum menyandang hak
dan kewajiban hukum.
Sebagai subyek hukum, badan hukum juga memiliki kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum sebagaimana subyek hukum orang atau individu. Namun, oleh karena
bentuk badan hukum yang merupakan himpunan dari orang-orang, maka dalam
pelaksanaan perbuatan hukum tersebut, suatu badan hukum diwakili oleh pengurusnya.
Sebagai konsekuensinya, maka subyek hukum juga dapat dianggap bersalah
melakukan perbuatan melawan hukum. Dalam hukum perdata, perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh badan hukum menjadi tanggung jawab badan hukum
tersebut yang dalam pelaksanaannya juga diwakili oleh pengurusnya.

B. Bentuk Bentuk Hukum Bank


Undang-undang perbankan membedakan secara tegas bentuk hukum untuk bank
umum, bentuk hukum untuk bank umum. Bentuk hukum untuk bank perkreditan rakyat
dan bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang yang berkedudukan di luar
negeri.
Untuk bank umum dikenal tiga bentuk hukum sebagaimana ditentukan oleh pasal 21
ayat 1, yaitu Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah sedangkan bentuk
hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur dalam pasal 21 ayat 2
adalah Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas, bentuk lain yang ditetapkan
oleh peraturan pemerintah. Dan bentuk hukum dari antar perwakilan dan kantor cabang
yang berkedudukan di luar negeri adalah mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya,
sebagaimana ditentukan oleh pasal 21 ayat 3.
Dari apa yang diuraikan diatas, menunjukkan bahwa bentuk hukum untuk Bank
Perkreditan Rakyat lebih banyak daripada bentuk hukum untuk Bank Umum. Perbedaan
yang substansial adalah adanya peluang untuk mendirikan bank perkreditan rakyat dalam
bentuk lain sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 ayat 2. Dalam penjelasan pasal
21 ayat 2 huruf d dikatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan wadah
bagi penyelenggaraan lembaga perbankan yang lebih kecil dari Bank Perkreditan Rakyat,
seperti bank desa, lumbung desa, badan kredit desa dan lembaga-lembaga lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58.
Dalam pasal 58 Undang-Undang Perbankan ditentukan bahwa, Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga
Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan, Kredit
Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Pengkreditan Kecamatan, Badan Karya Produksi
Desa (BKPD) dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu

2
diberikan status sebagai Bank Pengkreditan Rakyat berdasarkan undang-undang dengan
memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Sumber Hukum perbankan
Undang-Undang Dasar 1945
UU No. 10 Tahun 1998 Tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
UU No. 23 Tahun 1999
UU No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan UU Kepailitan
Peraturan Pemerintah
Surat Keputusan presiden
Keputusan Menteri Keuangan
Surat Keputusan dan Surat Edaran Bank Indonesia
Peraturan lainya yang berhubungan erat dengan kegiatan perbankan, misalnya :
Peraturan Menteri Agraria mengenai Hipotik dan Credietverband, dan sebagainya.

Bentuk Hukum Bank dapat diketahui di pasal 21 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992. Meski begitu, ada perbedaan
mengenai bentuk hukum bank pada kedua Undang-Undang tersebut. Undang-undang
No.10 tahun 1998 pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa bentuk hukum suatu Bank
Umum dapat berupa :
1. Perseroan Terbatas
2. Koperasi; atau
3. Perusahaan Daerah
Sedangkan pada Undang-Undang No. 7 tahun 1992 menyebutkan bahwa Bentuk hukum
suatu Bank Umum dapat berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Perusahaan Daerah
3. Koperasi
4. Perseroan Terbatas

C. Hal Hal Yang Perlu Dipahami dari Hukum Perbankan di Indonesia


Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut jenisnya, bank terdiri dari (1) bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiataannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, (2) Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

3
Bank umum di Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Untuk tertibnya bank di Indonesia dalam melakukan kegiatan
usahanya haruslah mengacu kepada usaha-usaha yang telah diatur dalam undang-undang
perbankan baik bagi bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat, demikian pula
termasuk usaha yang dilarang.
Sedangkan mengenai bentuk hukum bank umum dan bank perkreditan rakyat diatur
pula dalam undang-undang perbankan, seperti bank umum (dapat berupa perseroan
terbatas, koperasi atau perusahaan daerah), bank perkreditan rakyat (dapat berupa
perusahaan daerah, koperasi, perseroan terbatas, atau bentuk lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah)

Pendirian,Bentuk Badan Hukum, dan Kerahasiaan Bank


1. PERSYARATAN PENDIRIAN BANK
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 dan SK Direktur BI Nomor 32/33/KEP/DIR Tanggal 12
Mei 1999, menetapkan ketentuan bagi pendirian bank umum dan BPR bahwa untuk pendirian
Bank Umum dan BPR meliputi persetujuan prinsip dan izin usaha.
a. Izin Prinsip
Izin prinsip adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian bank.
Untuk memperoleh persetujuan prinsip, calon pemilik mengajukan kepada BI yang memuat:
1) Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk AD/ART, dengan memuat:
a. Nama dan tempat kedudukan
b. Kegiatan usaha sebagai bank
c. Permodalan
d. Wewenang, tanggung jawab dan masa jabatan komisaris dan direksi
2) Daftar kepemilikan
a. Daftar calon pemegang saham berikut rincian besaran kepemilikan saham (PT)
b. Daftar calon anggota berikut simpanan pokok, wajib dan hibah (koperasi)
3) Rencana organisasi
4) Rencana kerja tahun pertama
b. Analisis terhadap peluang pasar dan potensi ekonomi
c. Rencana kegiatan usaha, penghimpunan dan penyaluran dana bank, serta langkah-
langkahnya
d. Rencana kebutuhan pengawai
e. Proyeksi arus kas selama 12 bulan, neraca dan perhitungan laba rugi
5) Bukti setoran modal minimal 30% dari modal disetor dalam bentuk bilyet giro BI
a. Modal disetor untuk Bank Umum sebesar 3 trilliun.
b. Modal disetor untuk BPRS
c. 2 M untuk wilayah Jabodetabek
d. 1 M untuk Ibu kota Propinsi
e. 500 Juta untuk kota dan kabupaten diluar keduanya.
6) Surat pernyataan dari calon pemilik, bahwa modal tsb;
a. Tidak berasal dan pinjamanan atau fasilitas pembiayaan.
b. Tidan berasal dan untuk pencucian uang

4
7) Persetujuaan selambat-lambatnya akan diberikan selama 60 hari setelah dokumen
permohonan diterima. BI wajib melakukan
a. Penelitian atas kelengkapan dan kebbenaran dokumen.
b. Wawancara terhadap calon pemilik, komisasris dan direksi
c. Ananlisis yang meliputi;
d. Tingkat persaingan yangsehat antar bank
e. Tingkat kejenuhan bank
f. Kondisi ekonomi/pemerataan
g. Pernyataan pemilik
8) Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama 360 hari
b. Izin Usaha
Izin usaha adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha bank, setelah
persiapan pendirian bank selesai dilakukan. Izin usaha di ajukan kepada Bank Indonesia
dengan melampirkan:
1) Akta pendirian badan hukum, termasuk AD/ART yang telah disahkan instansi berwenang
2) Data kepemilikan berupa daftar pemegang saham atau daftar anggota.
3) Daftar susunan komisaris dan direksi
4) Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja, termasuk personalia
5) Bukti pelunasan modal disetor minimum
6) Bukti kesiapan operasional
a. Daftar aktiva tetap dan inventaris
b. Bukti kepemilikan, penguasaan dan sewa kantor
c. Foto gedung dan tata letak ruangan
d. Contoh formulir atau warkat yang akan digunakan untuk operasional bank
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan
7) Surat pernyataan dari pemilik bank bahwa pelunasan modal disetor;
a. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan
b. Tidak berasal dan untk pencucian uang
8) Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan bagi anggota komisaris
9) Surat pernyataan tidak merangkap jabatan bagi anggota direksi
10) Surat pernyataan dari anggota komisaris dan direksi bahwa yang bersangkutan tidak
memiliki hubungan kekeluargaan
11) Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan baik secara sendiri
ataupun bersama sama tidak memiliki saham melebihi 25% dari jumlah modal disetor pada
suatu perusahaan lain.
12) Persetujuan atau penolakan izin usaha diberikan selambat-lambatnya 60 hari setelah
dokumen permohonan diterima secara lengkap
13) Bank yang telah mendapat izin usaha dari direksi BI wajib melaksanakan kegiatan usaha
selambat-lambatnya 60 hari terhitung sejak tanggal izin usaha dikeluarkan.
14) Laporan kegiatan usaha wajib disampaikan oleh direksi bank kepada BI selambat-
lambatnya 10 hari sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional
c. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi
1) Persyaratan Umum anggota dewan komisaris dan direksi
a. Tidak termasuk daftar hitam BI

5
b. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas
c. Memiliki integritas
Akhlak dan moral
Komitmen
Disiplin
Layak dan wajar
2) Bank yang sebagian sahamnya dimiliki asing boleh menempatkan WNA sebagai anggota
komisaris dan anggota direksi.
3) Jumlah anggota komisaris sekurang-kurangnya dua orang dan wajib memiliki pengetahuan
dan/atau pengalaman di bidang perbankan
4) Anggota dewan komisaris hanya dapat merangkap jabatan
a. Sebagai anggota komisaris sebanyak-banyaknya satu bank lain/BPR
b. Sebagai anggota dewan komisasris, direksi atau eksekutif sebanyak-banyaknya dua
perusahaan lain bukan bank/BPR
5) Mayoritas anggota komisasri dilarang memiliki hubungan keluarga
6) Direksi bank minimal berjumlah 3 orang dan memiliki pengalaman operasional bank
minimal selama 5 tahun sebagai pejabat eksekutif bank
7) Anggota direksi dilarang rangkap jabatan pada perusahaan lain
8) Anggota direksi dilarang memiliki hubungan kekeluargaan
9) Anggota direksi juga dilarang memiliki saham melebihi 25 % dari modal disetor pada
perusahaan lain.
10) Direksi bank dilarang memberikan tugas kepada pihak lain yang mengakibatkan
pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas
11) Calon anggota direksi dan komisaris harus mendapat persetujuan BI.
a. Permohonan diajukan ke BI
b. BI melakukan proses selama maksimal 15 hari meliputi;
Kelengkapan dan kebenaran dokumen
Wawancara terhadap calon
Laporan pengangkatan disampaikan kepada BI maksimal 10 hari setelah pengangkatan
disahkan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

1. Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank


Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP-38/MK/IV/I972,
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah semua lembaga (badan) yang
melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak
langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga,
kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi
perusahaan-perusahaan.

2. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank


a. Thirft.
Lembaga ini memberikan pelayanan dalam bentuk penyimpanan tabungan,
pinjaman, serta kredit. Secara umum aktifitasnya mirip lembaga perbankan.

6
Hanya saja lembaga ini, memiliki segmen khusus dalam pelayanannya. Seperti
memberikan pelayanan kredit real estate atau juga memberikan pinjaman
kepada konsumen.

b. Asuransi
Lembaga keuangan ini tidak memberikan pelayanan penyimpanan dan
peminjaman dan secara langsung kepada nasabah. Namun, perusahaan ini
memberikan pelayana berupa pengalihan resiko yang dialami oleh nasabah.
Sehingga apabila nasabah asuransi ini mengalami sebuah masalah atas resiko
peristiwa tersebut sudah diberikan perlindungan asuransi, maka perusahaan
asuransi akan memberikan ganti rugi kepada nasabah.

c. Sekuritas dan Bank Investasi


Merupakan sebuah lembaga keuangan yang akan memberikan garansi atau
pinjaman pada sekuritas atau surat berharga. Perusahaan ini juga terlibat
dalam aktivitas yang terkait dengan masalah jual beli surat berharga,
perantaraan surat berharga dan menciptakan sebuah pasar atau media yang
memungkinkan terjadinya transakasi surat berharga.

d. Pembiayaan atau Leasing


Jenis lembaga keuangan bukan bank ini merupakan lembaga yang paling
akrab dengan masyarakat. Hal ini terkait dengan peran lembaga ini yang
berfungsi untuk memberikan bantuan pendanaan bagi masyarakat yang ingin
membeli kendaraan bermotor secara kredit. Lembaga ini tidak memberikan
pelayanan dalam bentuk simpanan, dan hanya memberikan bantuan pelayanan
dalam wujud hutang atau kredit jangka pendek.

e. Reksa Dana
Lembaga ini memberikan penawaran kepada nasabah tentang rencana
simpanan kepada nasabah. Dalam program ini, nasabah akan
mengakumulasikan dana mereka dalam bentuk tabungan dan akan di ambil
pada masa pensiun mereka. Dana-dana yang tersimpan tersebut, akan di kelola
oleh lembaga tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang bisa dinikmati
oleh mereka.
3. Fungsi Lembaga Keuangan Bukan Bank
a. Mengakomodasi tenaga kerja
b. Meningkatkan standar hidup
c. Menyamakan pendapatan
d. Meningkatkan produksi
e. Mendorong pengembangan pasar modal dan pasar uang.

7
1. Pengertian Lembaga Keuangan Bank
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Bank


Jenis-jenis lembaga keuangan bank terdiri dari :
a. Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
b. Bank Perkreditan Rakyat (Konvensional dan Syariah).
Bank umum menurut Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaiman diperbaharui dengan UU nomor 10 Tahun 1998, adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

a. Bank Umum Konvensional


Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
Usaha utama bank umum adalah funding yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas,
kemudian diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk
pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit. Dalam penghimpunan dana, penabung
diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara dalam pemberian kredit,
penerima kredit (debitur) dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan:
Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
c. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:


a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
c. Kredit Konsumsi
Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:
a. Transfer (Kiriman Uang)
b. Inkaso (Collection)
c. Kliring (Clearing)
d. Save Deposit Box
e. Credit/Debit Card
f. Valas (Bank Notes)
g. Bank Garansi
h. Referensi Bank
i. Bank Draft

8
j. Letter of Credit
k. Travellers Cheque
l. Jual beli surat-surat berharga

b. Bank Umum Syariah


Bank Umum Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah adalah BPR yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Adapun pengertian prinsip
syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lain yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.
Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah:

a) Menerima simpanan dana dari masyarakat dalam bentuk :


a. Giro berdasarkan prinsip wadiah;
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah;
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; atau
d. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.

b) Menyalurkan dana dalam bentuk :


a. Piutang dengan prinsip jual beli meliputi, mudharabah, isthishna, ijarah, dan salam.
b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi, mudharabah, dan musyarakah.
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip qardh.
d. Membeli, menjual dan atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)
berdasarkan prinsip jual-beli atau hiwalah.
e. Membeli surat-surat berharga Pemerintah dan atau BI yang diterbitkan atas dasar
Prinsip Syariah;
f. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan
prinsip wakalah;
g. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga dengan prinsip wakalah;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadiah yad amanah.

3. Fungsi Lembaga Keuangan Bank


a. Penciptaan Uang
b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
c. Penghimpun Dana Simpanan Masyarakat
d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga
f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,
tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam
uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal
sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang
kuliah dan pembayaran lainnya.
Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan (Banking Law)
yakni merupakan seperangkat kaedah hukum dalam bentuk peraturan perundang
undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-
masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu
yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas
dan tanggung jawab, para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lain yang berkenaan
dengan dunia perbankan tersebut.
Sumber hukum dalam arti material baru diperhatikan jika dianggap perlu diketahui akan
asal usul hukum. Sumber hukum dalam arti formal adalah tempat ditemukannya
ketentuan hukum dan perundang-undangan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan
perundang-undangan perbankan yang dimaksud adalah hukum positif, yaitu ketentuan
perbankan yang sedang berlaku pada saat ini.

B. Saran
Dalam melaksanakan kemitraan antara bank dengan nasabahnya, untuk terciptanya
sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas
hukum (khusus) yaitu :
1.Asas Demokrasi Ekonomi.
2.Asas Kepercayaan.
3.Asas Kerahasiaan.
4.Asas Kehati-hatian (Prudential Principle).

DAFTAR PUSTAKA

http://catatandiankurniawan.blogspot.com/2014/05/badan-hukum-publik.html
http://arsipkangiwan.blogspot.com/2010/10/perizinan-bank-bentuk-bentuk-hukum-dan.html.
http://taufiqmusa.blogspot.com/2012/05/pengertian-hukum-perbankan.html
http://bankernote.com/hukum-perbankan/

10

Anda mungkin juga menyukai