Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT

PENGGUNAAN APLIKASI BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY (PADA KARYA


WAN SWASTA DI YOGYAKARTA).

Nama : Aditya Ashrido Rachmatullah


NIM : 15312486

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, pengguna smartphone di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup fantastis
yaitu 268,2 juta pengguna, dan 150 juta diantaranya adalah pengguna internet yang mana 56
persen dari pengguna smartphone adalah pengguna internet (Kompas, 2019). Perkembangan
Teknologi Informasi telah menyebabkan perubahan dari berbagai aspek kehidupan, baik di
bidang sosial, ekonomi, pendidikan, maupun budaya. Kebutuhan dalam penggunaan
Teknologi Informasi tidak lepas juga dari penggunaan fasilitas internet, sehingga hal ini
membuat semua kebutuhan dalam melakukan transaksi bisnis semakin mudah, terutama
dalam dunia keuangan. Selain itu, perkembangan Teknologi Informasi disertai dengan
peningkatan jumlah pengguna dapat memberikan dampak bagi penyedia jasa keuangan dan
e-commerce.
Saat ini, hampir semua penyedia jasa keuangan dan e-commerce memberikan layanan
dengan menggunakan media elektronik atau yang biasa kita sebut dengan financial technolog
y. Era globalisasi membuat kita mengenal berbagai macam technology yang mengharuskan
kita untuk beradaptasi agar dapat mengikuti arus perkembangan dunia yang salah satunya
adalah financial technology. Dalam sebuah makalah Forum ekonomi dunia (World Economic
Forum) yang baru, para pemimpin bisnis dari seluruh dunia mendesak masyarakat agar dapat
proaktif dalam pengaturan standar di FinTech, atau teknologi keuangan (WEF, 2016).
Teknologi dan keuangan memiliki hubungan yang berkaitan. Menurut Mawarni (2017),
saat ini telah hadir teknologi yang mengarah pada inovasi keuangan dengan sentuhan
teknologi modern di bidang jasa yang bernama Financial Technology (FinTech). FinTech
mengalami perkembangan yang pesat dan mengubah sektor bisnis di perbankan harus
mempunyai solusi agar lebih berinovasi. Menurut Arner, Barberis, dan Buckley (2016), saat
ini FinTech berhubungan dengan perusahaan yang menggunakan teknologi inovatif modern
untuk membentuk penyediaan jasa keuangan. FinTech dipandang sebagai pasar baru yang
mengintegrasikan keuangan dan teknologi dan menggantikan struktur keuangan tradisional
dengan proses berbasis teknologi baru (Hochstein, 2015). FinTech mempunyai potensi untuk
menguntungkan berbagai pihak yang berada di dalam industri keuangan. Saat ini di Indonesia
telah banyak muncul perusahaan startup yang memakai jasa layanan FinTech dan berbasis
teknologi digital seperti seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, Grab, dan Uber.

1
Dari berbagai macam jenis FinTech yang sudah diketahui, banyak faktor – faktor yang
mendorong pengguna untuk cenderung lebih meminati salah satu dari berbagai macam
layanan tersebut. Dari fenomena tentang perkembangan ekonomi digital pada saat ini yang
sedang maju dan berkembang sangat menarik ini membuat saya untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Aplikasi
Berbasis Financial Technology.”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dihasilkan pada penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi digital
berbasis financial technology?
2. Apakah persepsi kemudahan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi digital
berbasis financial technology?
3. Apakah persepsi keamanan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi digital
berbasis financial technology?
4. Apakah persepsi privasi berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi digital
berbasis financial technology?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kegunaan terhadap minat penggunaan aplikasi
digital berbasis financial technology.
2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan terhadap minat penggunaan
aplikasi digital berbasis financial technology.
3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi keamanan terhadap minat penggunaan aplikasi
digital berbasis financial technology.
4. Untuk mengetahui pengaruh persepsi privasi terhadap minat penggunaan aplikasi
digital berbasis financial technology.

2
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang Teknologi
Keuangan (FinTech) dan dapat melatih dalam menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam pembelajaran selama perkuliahan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan sumber literatur bagi
peneliti selanjutnya.
3. Bagi Para Penyedia Layanan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana evaluasi bagi para penyedia
layanan agar dapat mengembangkan aplikasi yang telah disediakan.
4. Bagi Para Pengguna Layanan.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan, serta bahan
pertimbangan bagi para pengguna layanan agar dapat lebih bijak dalm
menggunakan aplikasi berbasis fintech.

3
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi


Sebelum menyajikan perpektif strategis, penting adanya suatu pemahaman yang jelas
tentang perbedaan istilah Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI). Menurut
Laudon dan Laudon (2015, p46) Sistem Informasi (SI) merupakan komponen yang saling
bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis masalah dan
visualisasi dalam sebuah organisasi. Berbeda halnya dengan Teknologi Informasi yang mana
menurut Laudon dan Laudon (2015) mendefinisikan Teknologi Informasi adalah salah satu
alat yang digunakan oleh para manajer untuk mengatasi perubahan yang terjadi. Dalam hal
ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan informasi yang telah diolah dan dibuat
sebelumnya dalam penyimpanan komputer.

2.1.1 Adopsi Teknologi Informasi


Teknologi informasi dimanfaatkan oleh dunia perbankan, e-commerce serta startup
dengan menghadirkan sistem secara online. Dengan bantuan teknologi komputer dan
teknologi internet yang memungkinkan nasabah (user) untuk melakukan transaksi kapan saja
dan dimana saja. Melalui mesin ATM, e-banking dan mobile apps nasabah (user) bebas
memilih metode pembayaran atau transaksi yang mereka inginkan (Dewi, 2014).
Teknologi informasi dimanfaatkan oleh dunia perbankan, e-commerce serta startup
dengan menghadirkan sistem secara online. Dengan bantuan teknologi komputer dan
teknologi internet yang memungkinkan nasabah (user) untuk melakukan transaksi kapan saja
dan dimana saja. Melalui mesin ATM, e-banking dan mobile apps nasabah (user) bebas
memilih metode pembayaran atau transaksi yang mereka inginkan (Dewi, 2014).

2.2 Teori – Teori Tentang Penerimaan Teknologi

2.2.1 Theory of Reasonable Acion (TRA)

Teori tindakan wajar (TRA) (Fishbein dan Ajzen, 1975) adalah salah satu teori yang
paling populer digunakan dan adalah tentang satu faktor yang menentukan niat perilaku orang
itu terhadap perilaku itu seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 Fishbien dan Ajzen (1975)
didefinisikan "sikap" sebagai evaluasi individu dari suatu objek dan didefinisikan

4
"keyakinan" sebagai link antara objek dan beberapa atribut, dan didefinisikan "perilaku"
sebagai hasil atau niat. Sikap yang afektif dan didasarkan pada seperangkat keyakinan
tentang objek perilaku (misalnya: kartu kredit nyaman). Faktor kedua adalah norma subjektif
seseorang dari apa yang mereka anggap sikap masyarakat langsung mereka terhadap perilaku
tertentu (misalnya: teman saya menggunakan kartu kredit dan itu status untuk memiliki satu).

Gambar 2.1 Model Theory of Reasonable Action (Fishbein and Ajzen, 1975)

2.2.2 Theory of Planned Behavior

Ajzen (1991) mengembangkan teori perilaku terencana (TPB) yaitu tentang satu
faktor yang perilaku orang tersebut terhadap perilaku tersebut sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 2.2 Dua faktor pertama adalah sama dengan teori tindakan wajar (Fishbein
dan Ajzen, 1975). faktor ketiga yang dikenal sebagai perilaku kontrol yang dirasakan adalah
kontrol yang pengguna merasa bahwa dapat membatasi perilaku mereka.

5
Gambar 2.2 Model Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)

2.2.3 Technology Acceptance Model ( TAM )


Teori dekomposisi perilaku terencana (diurai TPB) diperkenalkan oleh Taylor dan
Todd (1995). TPB yang telah terurai terdiri dari tiga faktor utama yang mempengaruhi niat
perilaku dan adopsi perilaku aktual yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang
dirasakan. Shih dan Fang (2004) meneliti adopsi Internet Banking dengan cara TPB serta
mendekomposisi TPB.

Telah ada banyak penelitian tentang teori tindakan beralasan (Ajzen & Fishbein,
1980; Sheppard, Hartwick, dan Warshaw, 1988) teori perilaku direncanakan (Ajzen, 1991)
dan diurai teori perilaku yang direncanakan, (Taylor dan Todd, 1995) tetapi sebagian besar
digunakan untuk produk sudah di pasar dan termasuk pandangan masyarakat (subjektif
norma).

Model penerimaan teknologi (TAM) diperkenalkan oleh Fred Davis pada 1986 untuk
usulan doktornya seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 Sebuah adaptasi dari teori tindakan
yang wajar, TAM secara khusus dirancang untuk pengguna pemodelan penerimaan sistem
informasi atau teknologi.

6
Gambar 2.3 Model Original dari Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, 1986).

Davis (1989), menggunakan TAM untuk menjelaskan perilaku penggunaan komputer


seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 Tujuan dari Davis adalah untuk menjelaskan
determinan umum penerimaan komputer yang mengarah ke menjelaskan perilaku pengguna
di berbagai macam teknologi komputasi pengguna akhir dan populasi pengguna. Model TAM
dasar termasuk dan menguji dua keyakinan tertentu: persepsi kegunaan (PU) dan persepsi
kemudahan penggunaan (PEU). Kegunaan yang dirasakan didefinisikan sebagai
kemungkinan subjektif pengguna potensial bahwa penggunaan sistem tertentu (misalnya:
platform tunggal E-Payment System) akan meningkatkan/tindakannya dan dirasakan
kemudahan penggunaan mengacu pada sejauh mana pengguna potensial mengharapkan
sistem target untuk menjadi usaha (Davis, 1989). Kepercayaan orang terhadap suatu sistem
dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang dirujuk sebagai variabel eksternal dari TAM.

Gambar 2.4 Modifikasi Pertama dari TAM (Davis, Bogozzi and Warshaw, 1989).

7
Versi final dari model penerimaan teknologi dibentuk oleh Venkatesh dan Davis
(1996) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5 setelah temuan utama dari kedua persepsi
kegunaan (PU) dan kemudahan penggunaan (PEU) yang ditemukan memiliki pengaruh
langsung pada niat perilaku, sehingga menghilangkan kebutuhan untuk membangun sikap.

Gambar 2.5 Versi Final dari Technology Acceptance Model (TAM) (Venkatesh and Davis, 1996).

2.2.3.1 Technology Acceptance Model 2 (TAM2)

Venkatesh dan Davis (2000) mengusulkan TAM2 seperti ditunjukkan pada gambar
2.6 Studi ini memberikan penjelasan lebih rinci untuk alasan pengguna menemukan sistem
yang diberikan berguna pada tiga (3) poin dalam waktu: Pre-implementasi, satu bulan pasca-
implementasi dan tiga bulan postimplementation. TAM2 berteori bahwa penilaian mental
pengguna dari pertandingan antara tujuan penting di tempat kerja dan konsekuensi dari
melakukan tugas pekerjaan menggunakan sistem berfungsi sebagai dasar untuk membentuk
persepsi mengenai kegunaan sistem (Venkatesh dan Davis, 2000). Hasilnya menunjukkan
bahwa TAM 2 berkinerja baik di lingkungan sukarela dan wajib.

8
Gambar 2.6 Model Technology Acceptance Model 2 (Venkatesh and Davis, 2000)

2.3 Financial Technology (FinTech)

Menurut Bank Indonesia (2016), Financial technology (FinTech) merupakan


fenomena perpaduan antara teknologi dengan fitur keuangan yang mengubah model bisnis
dan melemahnya barrier to entry. FinTech adalah sebuah gabungan produk non-bank yang
digabungkan dan digerakkan oleh teknologi, sehingga membuat lingkungan baru yang lebih
kompetitif untuk mempermudah jasa keuangan (Dapp, 2014). Teknologi finansial adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang jasa finansial, di mana istilah
tersebut berasal dari kata “financial” dan “technology” (FinTech) yang mengacu pada
inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern (Sukma, 2016).

2.4 Kekhawatiran terkait Keamanan data FinTech

Keamanan data adalah kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data. Hal ini juga
dikenal sebagai Triad CIA (ISO/IEC 27002, 2013). Triad CIA selalu menjadi standar bisnis
dan industri dalam hal keamanan data; Namun, itu tidak cocok untuk mengatasi dinamika
perkembangan inovasi teknologi keuangan yang pesat. Menurut Whitman dan Mattord
(2009), keamanan data adalah asuransi data dan aset krusial, misalnya peralatan yang

9
digunakan untuk pengumpulan data, Penyimpanan data dan proses transmisi. Oleh karena itu,
Whitman dan Mattord (2009) mencakup ketepatan, legitimasi, kegunaan dan kepemilikan
dalam tindakan keamanan data. Dari perspektif kritis, ini berbagai definisi dari keamanan
data memerlukan analisis. Pertama dan terpenting, perlindungan data tidak boleh
diklasifikasikan sebagai item atau produk teknologi, melainkan sebagai suatu proses (Mitnick
& Simon, 2002, hal 4). Seperti yang ditunjukkan oleh Introna dan kayu (2004), keamanan
data sebelumnya dianggap sebagai teknis; Namun, karena pemanfaatan besar-besaran baik
komputer dan jaringan saat ini, keamanan data harus selalu melampaui perspektif teknis. Safa
et al. (2015) mengusulkan kesadaran keamanan informasi untuk pemahaman yang lebih baik,
keakraban, dan kemampuan untuk mengelola dan mengatasi krisis. Kami juga menyertakan
faktor manusia (Werlinger et al., 2009) dalam definisi keamanan data, karena pimpinan
organisasi FinTech dan karyawan memainkan peran utama dalam mengamankan data yang
akan mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap Layanan FinTech.

2.5 Kepercayaan pada FinTech

Menurut Lewis dan Weigert (1985), kepercayaan adalah kompleks, fenomena


Multidimensional yang memainkan peran utama dalam hubungan bisnis. Ada banyak elemen
yang mempengaruhi kepercayaan dalam adopsi inovasi FinTech, misalnya, kerahasiaan data,
ketersediaan, integritas, koneksi nirkabel konstan (Zhang & Lee, 2003), kegunaan aplikasi
mobile, keamanan transaksi, informasi budaya pengaruh dan kepercayaan organisasi
(Whitman & Mattord, 2009; Siau et al., 2003). Menurut Joubert dan Belle (2013),
kepercayaan sangat penting dalam keadaan berisiko, dan aplikasi mobile datang dengan
banyak kerentanan yang mengekspos pengguna untuk berbagai risiko. Selanjutnya,
komponen penting dari kepercayaan adalah kepercayaan berbasis lembaga, yang merupakan
keyakinan individu bahwa platform yang mereka tradingkan adalah aman, seperti yang
dilaporkan oleh Vance et al. (2008). Selain itu, elemen keamanan informasi seperti
kerahasiaan, integritas, ketersediaan, otentikasi, akuntabilitas, jaminan, privasi dan otorisasi
pada dasarnya dapat mempengaruhi keyakinan dan niat kepercayaan (Vance et al., 2008;
Whitman & Mattord, 2009; Siau et al., 2003). Yang penting, Vance et al. menambahkan
bahwa kepercayaan berbasis lembaga mempengaruhi kepercayaan platform online. Menurut
Vance et al. (2008), unsur yang menentukan kualitas sistem berlaku untuk konsep
kepercayaan, karena aspek teknis dari artefak teknologi informasi. Selain itu, Wang et al.

10
(2003) menjelaskan dukungan yang solid untuk hubungan antara kepercayaan dan kegunaan.
Secara khusus, kegunaan meningkatkan keterlibatan perdagangan Mobile dan dampak
kepercayaan dalam inovasi TI.

2.6 FinTech di Indonesia


Sampai dengan 1 Februari 2019, total jumlah penyelenggara FinTech terdaftar dan
berizin yang terdata di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebanyak 99 perusahaan (OJK,
2019). Dan beberapa diantaranya sudah digunakan lebih dari 50 juta orang, seperti Shopee
sebanyak 50 juta lebih, Go-Jek sebanyak 50 juta lebih, Ovo sebanyak 5 juta lebih, Bareksa
sebanyak 100 ribu lebih, dan lain sebagainya (GooglePlay, 2019) .

Adapun jenis-jenis financial tehnology berdasarkan jenis inovasi , yaitu:

1. Payment, clearing  dan  settlement. Jenis fintech ini yang mana memberikan laanan
sistem pembayaran yang diselenggarakan industri perbankan mauun Bank
Indonesia seperti Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem
Kliring Nasional B (SKNBI), dan BI Scripless Secutities Settlement System (BI-
SSSS). Contohnya Spperti Doku, Kartuku, Finnet, dan Xendit.
2. E-aggregator merupakan fnancial technology yang menggumpulkan dan
mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan
keputusan. Startup ini memberikan perbandingan produk mulai dari harga, fitur
hingga manfaat. Contohnya, Cekaja, Cermati, KreditGogo dan Tunaiku.
3. Manajemen resiko dan investasi merupakan Fintech ini memberikan layanan
seperti robo advisor (perangkat lunak yang memberikan layanan perencanaan
keuangan dan platform e-trading dan e-insurance. Contohnya, Bareksa, Cekpremi
dan Rajapremi. 
4. Peer to peer lending (P2P) merupakan fintech ini mempertemukan antara pemberi
pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman dalam satu platform. Nantinya
para investor akan mendapatkan bunga dari dana yang dipinjamkan. Contohnya,
Modalku, Investree, Amartha dan KoinWorks (CNBC. 2018).

2.7 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang sebelumnya pernah dilakukan, diantaranya:

11
1. Harrison Stewart, Jan Jürjens (2017), melakukan penelitian di Jerman pada bulan Juni
2018 dengan sampel 700 orang pengguna electronic banking. Penelitian ini secara
empiris mempertimbangkan faktor yang memengaruhi ekspektasi pengguna dan
organisasi dalam mengadopsi FinTech, seperti kepercayaan pelanggan, keamanan
data, nilai tambah, antarmuka desain pengguna, dan promosi FinTech. Hasil
mengkonfirmasi bahwa kepercayaan pelanggan, keamanan data dan antarmuka desain
pengguna mempengaruhi adopsi FinTech.
2. Aulia Wulandari (2018) melakukan penelitian dengan metode kuantitatif berbasis
kuesioner yang disebar sebanyak 220 secara online kepada mahasiswa yang
menggunakan apikasi berbasis FinTech pada layanan Go-Pay melalui Google Form.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenyamanan, kualitas informasi berpengaruh
signifikan terhadap kegunaan maupun kemudahan. Namun, keamanan, privasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kegunaan maupun kemudahan. Kepercayaan,
kualitas koneksi internet hanya berpengaruh signifikan terhadap kemudahan.
Kegunaan, dan kemudahan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan layanan Go-
Pay. Kemudahan juga berpengaruh signifikan terhadap kegunaan. Pada variabel
penggunaan layanan Go-Pay berpengaruh signifikan terhadap net benefit.
3. Muhammad (2018) melakukan penelitian dengan metode kuantitatif berbasis
kuesioner kepada mahasiswa dan para pengguna aplikasi berbasis FinTech pada
layanan Go-Jek sebanyak 180 buah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel persepsi kegunaan, persepsi kemanan, dan persepsi kemudahan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel minat para pengguna layanan Go-Jek,
namun berbeda dengan variabel privasi yang tidak memiliki pengaruh yag signifikan
terhadap minat para pengguna layanan Go-Jek.

2.8 Hipotesis Penelitian


2.8.1 Pengaruh Persepsi Kegunaan Terhadap Minat Penggunaan FinTech
Persepsi kegunaan berhubungan dengan tingkat kepercayaan individu terhadap
teknologi tertentu akan mendatangkan manfaaat atau tidak. Semakin besar keterkaitan untuk
menggunakan maka semakin besar pula intensitas menggunakan sistem informasi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2018) menunjukkan bahawa persepsi
kegunaan memiliki npengaruh yang signifikan terhadap penggunaan layanan Go-Pay.

12
Muhammad (2018) meneliti bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan aplikasi digital bebasis financial technology pada layanan Go-Pay. Wati (2015)
berpendapat semakin banyak manfaat dari layanan pada internet banking tidak berpengaruh
pada semakin tingginya minat nasabah dalam menggunakannya. Berdasarkan uraiaan diatas,
maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Persepsi Kegunaan berpengaruh positif terhadap minat pengguna FinTech.

2.8.2 Pengaruh Persepsi Kemudahan Terhadap Minat Pengguna FinTech


Persepsi kemudahan adalah kepercayaan individu (pengguna) yang meyakini bahwa
menggunkan aplikasi atau sistem informasi tersebut dapat membantu mempermudah dalam
melakukan perkerjaan. Ketika individu mendapatkan manfaat dari penggunaan fasilitas dari
sistem informasi yang digunakan maka manfaat tersebut dapat mempengaruhi minat perilaku
individu dalam menggunakan sistem tersebut.
Wulandari (2018) melakukan penelitian terhadap persepsi kemudahan yang mana
hasilnya persepsi kemudahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegunaan pada
layanan Go-Pay. Andyka (2012) meneliti tentang pengaruh persepsi kemudahan dan persepsi
kemanfaatan terhadap penggunaan youtube. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi
kemudahan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan youtube.
(Wati, 2015) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemudahan dari internet banking
diharapkan bank memberikan informasi secara langsung tentang penggunaan internet
banking sehingga nasabah atau pengguna dapat mengetahui dan saat menggunakan layanan
tersebut merasa mudah menggunakannya. Berdasarkan uraiaan diatas, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2: Persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat pengguna FinTech.

2.7.3 Pengaruh Keamanan terhadap Minat Pengguna FinTech.


Keamanan berarti pengguna merasa aman dengan menggunakan sistem layanan
FinTech. Layanan tersebut mampu menjaga kerahasiaan dokumen atau data pengguna.
Besarnya kepercayaan pengguna aplikasi Finttech dapat mempengaruhi minat dalam
penggunaan sistem layanan tersebut.
Kurnia (2013) meneliti pengaruh analisis pengaruh privasi, keamanan, pengalaman,
dan kualitas informasi terhadap kepercayaan pelanggan online shop dalam pengambilan
keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keamanan berpengaruh positif

13
terhadap kepercayaan dalam pembelian online. Hal ini berati semakin tinggi tingkat
keamanan yang dijamin oleh perusahaan atau vendor maka semakin kuat kepecercayaan
pelanggan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2018) menunjukkan bahwa
keamanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan layanan Go-Pay. Wati
(2015) menyimpulkan bahwa semakin keamanan pada layanan internet banking berpengaruh
pada minat nasabah atau pengguna dalam menggunkan internet banking. Berdasarkan uraiaan
diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3 : Persepsi keamanan berpengaruh positif terhadap minat pengguna FinTech.

2.7.4 Pengaruh Privasi terhadap Minat Pengguna FinTech


Privasi adalah kesediaan konsumen untuk memberikan informasi melalui Internet
sebelum seseorang memutuskan membeli suatu barang (Ackerman 2002). Setiap orang
memiliki perlindungan yang sangat serius terhadap privasi dari masing masing individu. Ini
lebih dikuatkan dengan temuan Berliani (2010), bahwa banyak konsumen tidak cukup
mempercayai situs yang ada, untuk memberikan informasi pribadi kepada mereka, dalam
rangka melakukan transaksi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2018) menunjukkan bahwa privasi
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan layanan Go-Pay. Fock dan
Koh (2006) mengemukakan privasi adalah hak-hak individu dan organisasi untuk
menentukan bagi mereka sendiri kapan, bagaimana, dan untuk apa lingkup informasi tentang
mereka disampaikan kepada pihak lain. Dalam penelitian Chiu (2009), faktor penentu niat
membeli kembali pelanggan dalam belanja online. Informasi Online. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa privasi berpengaruh positif terhadap pelanggan pada vendor online.
Muhammad (2018) juga menyimpulkan bahwa privasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap minat para pennguna aplikasi Go-Jek.
Sedangkan pada penelitian (Roca, Garcia, dan Vega 2009), pentingnya kepercayaan,
keamanan dan privasi yang dirasakan dalam sistem perdagangan online. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa privasi berpengaruh negatif pada sistem perdagangan online. Hasil
tersebut terjadi umumnya memahami konsep keamanan yang lebih baik daripada privasi
karena keamanan adalah konsep yang lebih konkret, dan mereka juga menunjukkan bahwa
fitur keamanan lebih penting daripada pernyataan privasi.

14
Dengan kata lain, semakin seseorang merasa informasi yang diberikan dijaga dengan
baik oleh sebuah alamat web, maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan seseorang
terhadap sebuah alamat web tersebut. Berdasarkan uraiaan diatas, maka diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H4: Privasi berpengaruh positif terhadap minat pengguna FinTech.

15
2.8 Model Penelitian
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan, maka penulis membuat model yang
ditunjukkan seperti gambar 2.8 yang digunakan sebagai kerangka penelitian.

Variabel Independen
Persepsi Kemudahan

Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen

Persepsi Keamanan Persepsi Kegunaan Minat Pengguna

Variabel Independen
Privasi

Gambar 2.8 Kerangka Penelitian

16
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


3.1.1 Populasi
Populasi adalah proses untuk memilih individu, objek, atau peristiwa secara
keseluruhan (Sekaran, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna aktif
aplikasi berbasis FinTech. Penulis memilih pengguna aplikasi berbasis FinTech secara
umum sebagai subjek penelitian. Dalam menentukan jumlah sampel menggunakan
Rumus Slovin. Berikut rumus slovin yang digunakan (Sekaran, 2017)

3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau perwakilan dari populasi (Sekaran, 2017). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah pengguna aplikasi yang memiliki basis
FinTech. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus
slovin. Rumus Slovin adalah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel
minimalapabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketaui secara pasti (Sekaran, 2017)
Rumus Solvin
n= N
1 + N (e)2
Keterangan:
n: Ukuran Sampel
N: Jumlah Sampel
e: Persentase kesalahan yang ditolerir (5%)
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karyawan atau tenaga pendidikan Universitas Islam Indonesia.
2. Karyawan atau tenaga pendidikan Universitas Islam Indonesia yang menggunakan
aplikasi berbasis financial technology.
3. Karyawan atau tenaga pendidikan Universitas Islam Indonesia tahun ajaran periode
2018-2019.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara
menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah set pertanyaan yang sudah disiapkan dan

17
ditulis sebelumnya oleh peneliti, untuk dimintakan jawabannya dari responden.
Pengumpulan data sekunder sangat sering cukup membantu dalam tahap awal proses
penelitian, tetapi dalam beberapa kasus informasi yang terbaik diperoleh dengan metode
lain seperti mewawancarai orang, pengamatan, atau dengan pemberian kuesioner kepada
individu (Sekaran, 2017). Kuisioner akan diajukan kepada responden yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diteliti dimana yang ditunjukkan bagi responden
pengguna aplikasi FinTech dan memiliki aplikasi berbasis FinTech. Penulis akan
menyebarkan kuesioner kepada reponden sebanyak-banyaknya. Pada saat pengisian
kuesioner responden tidak perlu mencantumkan indentitas guna menjadi kerahasiaan
reponden. Penyebaran data dilakukan secara manual untuk menghimpun data faktual
dalam rangka pengujian hipotesis agar diperoleh data sekunder, teknik yang dilakukan
adalah dengan membagikan kuesioner, yaitu suatu lembaran isian yang di dalamnya
berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Data-data yang
diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan.

3.3 Metode Analisa


Metode yang digunakan untuk menguji adalah analisis regresi berganda dengan
program Smart PLS. Alasan penggunaan alat analisis regresi berganda karena penelitian
ini memiliki lebih dari satu variabel independen. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

3.3.1 Analisis Deskriptif


Data-data yang telah dikumpulkan, selanjutnya diolah dan dideskripsikan. Setelah
diolah dan dideskripsikan, maka dapat menggambarkan hasil data yang telah
dikumpulkan melalui jawaban responden terhadap masing-masing variabel.

3.3.2 Deskriptif Statistik


Deskriptif penelitian adalah baik kuantitatif atau kualitatif di alam. Ini mungkin
melibatkan pengumpulan data kuantitatif seperti peringkat kepuasan, angka produksi,
angka penjualan, atau data demografis, tetapi mungkin juga memerlukan pengumpulan
informasi kualitatif. Misalnya, data kualitatif dapat dikumpulkan untuk menjelaskan
bagaimana konsumen melalui proses pengambilan keputusan atau untuk memeriksa
bagaimana para manajer menyelesaikan konflik dalam organisasi. (Sekaran, 2017)

18
3.3.3 Uji Kualitas Data
3.3.3.1 Uji Validitas
Sekaran (2017), menyatakan beberapa jenis tes validitas digunakan untuk
menguji kebaikan dari tindakan. Validitas konten memastikan bahwa ukurannya
mencakup seperangkat item yang memadai dan representatif yang menyentuh konsep.
Validitas criterionrelated ditetapkan ketika ukuran membedakan individu pada kriteria
diharapkan untuk Memprediksi. Membangun validitas bersaksi tentang seberapa baik
hasil yang Diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan teori di mana tes dirancang.
Dua uji stabilitas adalah uji-retest keandalan dan bentuk paralel kehandalan. Konsistensi
internal dari ukuran adalah indikasi dari keseragaman item dalam ukuran yang keran
konstruksi.

3.3.3.2 Uji Reliabilitas


Sekaran (2017), menyebutkan Reliabilitas mengacu pada konsistensi pengamatan,
biasanya apakah dua (atau lebih) pengamat, atau pengamat yang sama pada kesempatan
yang terpisah, mengamati peristiwa yang sama untuk mencapai hasil yang sama.

3.3.4 Pengujian Hipotesis


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda,
yaitu dengan melihat pengaruh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan dan keamanan
terhadap minat perilaku penggunaan aplikasi FinTech. Alat uji hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi berganda. Model persamaan regresi linear berganda
adalah sebagai berikut :

Y= α + β1Х1 + β2Х2 + β3Х3 + β4Х4 + ε


Keterangan :
Y : Minat Perilaku Penggunaan Aplikasi
X1 : Persepsi Kegunaan
X2 : Persepsi Kemudahan
X3 : Keamanan
X4 : Privasi
β : Koefisien Regresi
ε : Error

19
3.3.4.1 Uji t-Test
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
pengujian dilakukan menggunakan uji t-test. Menurut Sekaran (2017) sampel independen
t‐Test dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua
kelompok dalam variabel of interest. Pengambilan keputusan ini dilakukan berdasarkan
perbandingan nilai signifikansi yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 5% (α = 0,05). Jika
signifikansi t-hitung lebih besar dari α maka H 0 diterima, artinya variabel tersebut tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika signifikansinya lebih kecil dari
α maka H0 ditolak yang artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.

3.3.4.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Sekaran (2017), mengutarakan Koefisien determinasi, R2 menyediakan informasi
tentang kebaikan fit dari model regresi: itu adalah ukuran Statistik bagaimana wel garis
regresi mendekati titik data nyata. R2 adalah persentase varians dalam variabel dependen
yang dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Nilai R2 yang kecil dapat
diartikan bahwa kemampuan menjelaskan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variabel terikat sangat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel terikat.
Kelemahan penggunaan koefisien determinasi R2 adalah bias terhadap variabel
terikat yang ada dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang baik.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tanpa melihat
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.3.5 Hipotesis Operasional


Di dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha). Peneliti akan menguji hipotesis nol (H 0) untuk membuktikan apakah H0
ditolak atau gagal ditolak. Hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
H1: Persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi FinTech.
H01 : 𝛽1 ≤ 0; : Persepsi kegunaan tidak berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan aplikasi.

20
Ha1 : 𝛽1 > 0; : Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan ap
likasi.

H2: Persepsi kemudahan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi FinTec


h
H02 : 𝛽2 ≤ 0; : Persepsi kemudahan tidak berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan aplikasi.
Ha2 : 𝛽2 > 0; : Persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan
aplikasi.

H3: Keamanan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi FinTech.


H03 : 𝛽3 ≤ 0; : Keamanan tidak berpengaruh positif terhadap minat penggunaan apli
kasi.
Ha3 : 𝛽3 > 0; : Keamanan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi.

H4: Privasi berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi FinTech.


H04 : 𝛽4 ≤ 0; : Privasi tidak berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikas
i.
Ha4 : 𝛽4 ¿ 0; : Privasi berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, M. S., dan Davis, D. T. (2003). Privacy and security issues in e-commerce. The
New Economy Handbook. (Online). Diakses 19 Juli 2018. http://
www.eecs.umich.edu/.../EC-privacy.ackerman.pdf.

Andyka, Rakhmad S., Endang Siti Astuti, dan Heru Susilo. (2012). Pengaruh Persepsi
Kemudahan dan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Penggunaan Youtube dengan
Pendekatan TAM. Malang: Universitas Brawijaya.

Arner, Douglas W., Barberis, Janos., dan Buckley, Ross P. (2016). FinTech, RegTech and the
Reconceptualization of Financial Regulation. Diakses 21 September 2018.
http://ssrn.com/abstract=2847806.
Bank Indonesia. (2016). Materi Temu Ilmiah 2016. Diakses 24 Agustus 2017.
www.ibs.ac.id/img/doc/MDH%20%20FinTech%20IBS%20June%202017.pdf.

Berliani, O. (2010). Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, dan Pengalaman terhadap


Pembelian di Internet. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Chiu, Chao-Min., Chen-Chi Chang, Hsiang-Lan Cheng dan Yu-Hui Fang. (2009).
Determinants of customer repurchase intention in online shopping. Online
Information Review, 33 (4): 761-784.

CNBC Indonesia (2018). Empat Jenis Fintech di Indonesia. Diakses 10 Januari 2018.
www.cnbcindonesia.com/fintech/20180110145800-37-1126/ini-dia-empat-jenis
fintech-di-indonesia

Dapp, Thomas F. (2014). FinTech – The digital revolution in the financial sector. Deutsche
Bank Research. (Online). www.dbresearch.com.

Davis, Fred. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance
of Information Technology. Information Technolog MIS Quarterly, 13 (3), hal. 319–
339.

Dewi, Sekar Andina. (2014). Analisis Pengaruh Kepercayaan, Kualitas Layanan, Kemudahan
Penggunaan, dan Manfaat terhadap Minat Bertransaksi Ulang Nasabah dalam
Menggunakan Online Banking di Yogyakarta. Skripsi Universitas Islam Indonesia.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to
theory and research. Reading, Mass; Don Mills, Ontario: Addison-Wesley Pub. Co.

Fock, S. T. dan Koh H. C. (2006). Conceptualization of Trust and Commitment:


Understanding the Relationships Between Trust and Commitment and the Willingness
to Try Internet Banking Services. International Journal of Business and Information 1
(2).

Hochstein, See Marc Hochstein. (2015). FinTech (the Word, That Is) Evolves, AM.BANKER.
Diakses 21 September 2018. http://www.americanbanker.com/bankthink/FinTech-the-
word-that-is-evolves-1077098-1.html.

22
ISO/IEC 27002:2013 “Information technology - Security techniques - Code of practice for
information security controls”, 2nd ed., available at:
http://www.iso27001security.com/html/27002.html (Accessed 9 March 2016).
Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon – Essentials of MIS (11th Ed.)
Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon – Essentials of MIS (11th Ed.)

Kompas. (2019). “Pengguna Smart Phone Tembus 1 Milyar”. Diambil pada 22 Februari 2019,
dari Kompas.com: https://tekno.kompas.com

Kurnia, Dio Alief Esa. (2013). Analisis Pengaruh Privasi, Keamanan, Pengalaman, Dan
Kualitas Informasi Terhadap Kepercayaan Pelanggan Online Shop Dalam
Pengambilan Keputusan Pembelian (Study Pada Pelanggan Online Shop Di
Yogyakarta). Yogyakarta: Univeritas Islam Indonesia.

Laudon, K, C., Jane, P, L. (2015). “Essentials of MIS (11th Ed.)”.


Lewis, J. & Weigert, A. (1985), “Trust as a social reality”. Social Forces, 63, 967-985.

Mawarni, Sri Iska. (2017). Analisis Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Transaksi Digital
Pada Financial Technology (Studi Kasus Terhadap Layanan Go-Pay di Kota
Bandung). Bandung: Universitas Telkom.

Mitnick, K. & Simon, W. L. (2002), “The art of deception: Controlling the human element of
security”, New York, NY: John Wiley & Sons.

Muhammad, Romi Arief. (2018). Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Minat Penggunaan
Aplikasi Digital Berbasis Financial Technology pada Layanan Go-Pay. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.

Roca, Juan Carlos., Garcia, Juan Jose. dan Juan Jose de la Vega. (2009). The importance of
perceived trust , security and privacy in online trading systems The importance of
perceived trust , security and privacy in online trading systems. Information
Management and Computer Security, 17 (2): 96-113.
Safa, N. S., Sookhak, M., Von Solms, R., Furnell, S., Ghani, N. A., & Herawan T. (2015),
“Information security conscious care behaviour formation in organizations”.
Computers & Security, 53, 65-78. http://dx.doi.org/10.1016/j.cose.2015.05.012.

Sekaran, Uma., & Roger, Bougie. (2017). Research Method fo Business: A Skill Building
Approach Seventh Edition.

Sheppard, B. H., Hartwick, J., Warshaw. P. R., (1998) The Theory of Reasoned Action: A
Meta-Analysis of Past Research with Recommendations for Modifications and Future
Research. The Journal of Consumer Research, 15, (3) 325-343

Shih, Y.Y. & Fang, K. (2004). The use of a Decomposed Theory of Planned Behavior to
study Internet banking in Taiwan. Internet Research, 14 (3), 213-223.

Stewart,H., Jan Jürjens. (2017) "Data security and consumer trust in FinTech Innovation in
Germany". Information & Computer Security.

23
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukma, D. (2016). FinTechfest, mempopulerkan teknologi finansial di Indonesia. Arena LTE.


Diakses 18 Juli 2018. http://arenalte.com.

Taylor, S. and Todd, P. A. (1995). Understanding Information Technology Usage: A Test of


Competing Models. Information Systems Research, 6, 144-176.

Venkatesh, V., & Davis, F. D. (2000). A Theoretical Extension of the Technology Acceptance
Model: Four Longitudinal Field Studies. Management Science, 46 (2), 186-204.

Venkatesh, V., and Morris, M. G. (2000). Why Don’t Men Ever Stop to Ask For Directions?
Gender, Social Influence, and Their Role in Technology Acceptance and Usage
Behavior. MIS Quarterly (24:1), 115-139.

Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis, F.D., & Davis, G.B. (2003). User Acceptance of
Information Technology: Toward a Unified View. MIS Quarterly, 27, 425-478.

Venkatesh,V. (2000). Determinants of perceived ease of use: integrating control, intrinsic


motivation, and emotion into the technology acceptance model. Information Systems
Research, 11(4), 342-365.
Wang, Y. S., Wang, Y. M., Lin, H. H., & Tang, T. I. (2003), “Determinants of user
acceptance of internet banking: An empirical study”. International Journal of Service
Industry Management, 14, 501-519.

Wati, F. I. (2015). “Pengaruh Manfaat, Kemudahan dan Keamanan Terhadap Minat Nasabah
Menggunakan Internet Banking pada Bank BRI Di Surabaya”. Surabaya: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Werlinger, R., Hawkey, K., Beznosov, K. (2009), “An integrated view of human,
organizational, and technological challenges of IT security management”,
Information Management & Computer Security, 17, 4-19, available at:
http://www.emeraldinsight.com/ 10.1108/09685220910944722 (Accessed 13 August
2016).

Whitman, M., & Mattord, H. (2009), “Principles of information security (3rd ed.)”. Boston,
MA: Course Technology.

Zhang, Suodi., Gao, Ping., dan Ge, Zhiyuan. (2013). Factors impacting end-users’ usage of
ERP in China. Kybernetes, 42 (7), hal.1029-1043.

24

Anda mungkin juga menyukai