0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan16 halaman
Sistem perbankan di Indonesia mencakup asas kehati-hatian dan demokrasi ekonomi, fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, serta tujuan mendukung pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat. Ada dua jenis bank yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat, dengan berbagai usaha dan persyaratan perizinan serta bentuk hukum dan kepemilikan yang diatur secara ketat."
Sistem perbankan di Indonesia mencakup asas kehati-hatian dan demokrasi ekonomi, fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, serta tujuan mendukung pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat. Ada dua jenis bank yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat, dengan berbagai usaha dan persyaratan perizinan serta bentuk hukum dan kepemilikan yang diatur secara ketat."
Sistem perbankan di Indonesia mencakup asas kehati-hatian dan demokrasi ekonomi, fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, serta tujuan mendukung pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat. Ada dua jenis bank yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat, dengan berbagai usaha dan persyaratan perizinan serta bentuk hukum dan kepemilikan yang diatur secara ketat."
yulianisrahman2807@gmail.com SISTEM PERBANKAN Pembahasan mengenai system perbankan di Indonesia ini mencakup permasalahan :
1. Asas, fungsi, dan tujuan perbankan;
2. Jenis jenis dan usaha bank;
3. Perizinan, pemilikan, dan bentuk-bentuk hukum bank;
4. Persyaratan dan prosedur pendirian bank.
Asas, fungsi, dan tujuan perbankan Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat kita ketahui dari ketentuan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa : “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian” Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 UU Perbankan di atas tidak ada penjelasannya secara resmi, tetapi kita dapat mengemukakan bahwa : “ Bank & orang orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat teliti dan professional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat.” Asas, fungsi, dan tujuan perbankan Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 13 UU Perbankan yang menyatakan bahwa : “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat “ Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds). Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang non ekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4 UU Perbankan yang berbunyi : “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak” Jenis-jenis dan usaha bank 1. Jenis-jenis bank Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis : yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum; Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan /atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat; Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan “mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka Panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan. USAHA-USAHA BANK Menurut ketentuan Pasal 6 UU No. 10 thn 1998 tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah sebagai berikut : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit; c. Menerbitkan surat pengakuan utang; d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya : 1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 3) Kertas perbendaharaan negara dan surat pemerintah; 4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 5) Obligasi ; 6) Surat dagangan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya. g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga; h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; k. Dihapus; l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. m.Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan UU dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PERIZINAN, BENTUK-BENTUK HUKUM BANK DAN KEPEMILIKAN 1. Perizinan Dalam UU Perbankan telah sedemikian rupa diatur mengenai perizinan untuk menjalankan kegiatan usaha bank sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1), (2), dan (3) yaitu : Pasal 16 ayat (1) : “Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan UU tersendiri” Sehubungan dengan itu dalam ayat ini ditegaskan bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 16 ayat (2) : “Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang- kurangnya tentang : a. Susunan organisasi dan kepengurusan; b. Permodalan; c. Kepemilikan; d. Keahlian di bidang perbankan; e. Kelayakan rencana kerja; Pasal 16 ayat (3) : “Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Bank Indonesia”. Sebagaimana halnya ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2), maka berhubungan dengan ketentuan Pasal 16 ayat (3) dapat dikemukakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain adalah : a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang perbankan dan konduite yang baik; b. Larangan adanya hubungan keluarga di antara pengurus bank; c. Modal disetor minimum untuk pendirian dan Bank Perkreditan Rakyat; d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan; e. Kelayakan rencana kerja; f. Batas waktu pemberian izin pendirian bank. PERIZINAN, BENTUK-BENTUK HUKUM BANK DAN KEPEMILIKAN 2. Bentuk-bentuk Hukum Bank Undang-undang perbankan membedakan secara tegas bentuk hukum untuk Bank Umum, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat, dan bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri. Bank Umum. Dikenal 3 bentuk hukum sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21 ayat (1) yaitu : 1. Perseroan Terbatas; 2. Koperasi; 3. Perusahaan Daerah; Bank Perkreditan Rakyat Bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur dalam Pasal 21 ayat (2) adalah : 1) Perusahaan Daerah; 2) Koperasi; 3) Perseroan Terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam Pasal 58 UU Perbankan ditentukan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Badan Karya Produksi Desa (BKPD) dan/atau Lembaga-Lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan UU dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 3. KEPEMILIKAN Pasal 22 ayat (1) UU Perbankan, bahwa Bank Umum hanya dapat didirikan oleh : • Warga Negara Indonesia; • Badan Hukum Indonesia; • Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan (joint venture);
Pasal 22 ayat (2) menentukan bahwa ketentuan mengenai persyaratan
pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pasal 23 UU Perbankan, bahwa Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh : • Warga Negara Indonesia; • Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia; • Pemerintah Daerah; Dari ketentuan diatas, jelaslah bahwa dalam pendirian Bank Perkreditan Rakyat tidak memberi peluang kepada warga negara asing dan badan hukum asing, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama secara kemitraan (joint venture) dengan warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia.