Anda di halaman 1dari 16

HUKUM

PERBANKAN
FAKULTAS HUKUM
UNISKA

Dosen :

YULIANIS SAFRINADIYA RAHMAN, S.H., M.H

yulianisrahman2807@gmail.com
SISTEM
PERBANKAN
Pembahasan mengenai system perbankan di Indonesia ini mencakup
permasalahan :

1. Asas, fungsi, dan tujuan perbankan;

2. Jenis jenis dan usaha bank;

3. Perizinan, pemilikan, dan bentuk-bentuk hukum bank;

4. Persyaratan dan prosedur pendirian bank.


Asas, fungsi, dan tujuan perbankan
Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat kita ketahui dari
ketentuan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan
bahwa :
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”
Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana
disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 UU Perbankan di atas tidak ada
penjelasannya secara resmi, tetapi kita dapat mengemukakan bahwa :
“ Bank & orang orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan
tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat teliti dan
professional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat.”
Asas, fungsi, dan tujuan perbankan
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 13 UU Perbankan yang
menyatakan bahwa :
“Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat “
Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana
(lacks of funds).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi
ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang non ekonomis seperti masalah
menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik stabilitas sosial.
Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4 UU Perbankan yang
berbunyi :
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”
Jenis-jenis dan usaha bank
1. Jenis-jenis bank
Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 ayat (1)
UU Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis : yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat.
 Bank Umum;
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan /atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
 Bank Perkreditan Rakyat;
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud
dengan “mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara
lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka Panjang, kegiatan untuk
mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemah/pengusaha
kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan
perumahan.
USAHA-USAHA
BANK
Menurut ketentuan Pasal 6 UU No. 10 thn 1998 tentang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat
dilakukan oleh Bank Umum adalah sebagai berikut :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan utang;
d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah
nasabahnya :
1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih
lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3) Kertas perbendaharaan negara dan surat pemerintah;
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
5) Obligasi ;
6) Surat dagangan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau
antarpihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang
tidak tercatat di bursa efek;
k. Dihapus;
l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
m.Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan UU dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PERIZINAN, BENTUK-BENTUK
HUKUM BANK DAN KEPEMILIKAN
1. Perizinan
Dalam UU Perbankan telah sedemikian rupa diatur mengenai perizinan untuk
menjalankan kegiatan usaha bank sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1),
(2), dan (3) yaitu :
Pasal 16 ayat (1) :
“Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha
sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank
Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dimaksud diatur dengan UU tersendiri”
Sehubungan dengan itu dalam ayat ini ditegaskan bahwa kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak
yang telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau sebagai Bank
Perkreditan Rakyat.
Pasal 16 ayat (2) :
“Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-
kurangnya tentang :
a. Susunan organisasi dan kepengurusan;
b. Permodalan;
c. Kepemilikan;
d. Keahlian di bidang perbankan;
e. Kelayakan rencana kerja;
Pasal 16 ayat (3) :
“Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Sebagaimana halnya ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2), maka
berhubungan dengan ketentuan Pasal 16 ayat (3) dapat dikemukakan
bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
memuat antara lain adalah :
a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut
keahlian di bidang perbankan dan konduite yang baik;
b. Larangan adanya hubungan keluarga di antara pengurus bank;
c. Modal disetor minimum untuk pendirian dan Bank Perkreditan Rakyat;
d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan;
e. Kelayakan rencana kerja;
f. Batas waktu pemberian izin pendirian bank.
PERIZINAN, BENTUK-BENTUK
HUKUM BANK DAN KEPEMILIKAN
2. Bentuk-bentuk Hukum Bank
Undang-undang perbankan membedakan secara tegas bentuk hukum untuk
Bank Umum, bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat, dan bentuk hukum
dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di luar
negeri.
Bank Umum.
Dikenal 3 bentuk hukum sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21 ayat (1) yaitu :
1. Perseroan Terbatas;
2. Koperasi;
3. Perusahaan Daerah;
Bank Perkreditan Rakyat
Bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur dalam Pasal 21 ayat (2)
adalah :
1) Perusahaan Daerah;
2) Koperasi;
3) Perseroan Terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Dalam Pasal 58 UU Perbankan ditentukan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank
Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD),
Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Badan Karya Produksi Desa (BKPD)
dan/atau Lembaga-Lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status
sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan UU dengan memenuhi persyaratan tata
cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
3. KEPEMILIKAN
Pasal 22 ayat (1) UU Perbankan, bahwa Bank Umum hanya dapat
didirikan oleh :
• Warga Negara Indonesia;
• Badan Hukum Indonesia;
• Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan
(joint venture);

Pasal 22 ayat (2) menentukan bahwa ketentuan mengenai persyaratan


pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pasal 23 UU Perbankan, bahwa Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat
didirikan dan dimiliki oleh :
• Warga Negara Indonesia;
• Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia;
• Pemerintah Daerah;
Dari ketentuan diatas, jelaslah bahwa dalam pendirian Bank Perkreditan
Rakyat tidak memberi peluang kepada warga negara asing dan badan
hukum asing, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama secara kemitraan
(joint venture) dengan warga negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai