Anda di halaman 1dari 10

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastyastu,
Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

NAMA : Robby Johanes Robert Aipassa

NMH : 042432723

POKJA : KERINCI- - JAMBI

TUGAS 1
OPERASIONAL BANK
Tugas 1.

1. Dalam pendirian bank harus memenuhi berbagai persyaratan dari pemerintah.


Coba saudara jelaskan persyaratan- persyaratan yang dimaksud secara lengkap!

JAWAB :

Sesuai dengan ketentuan mengenai izin pendirian bank maka setiap


orang atau badan hukum yang berkinginan untuk mendirikan bank
wajiblah mengambil dasar hukum dan ketentuan yang ada dari Pasal 16
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 baik ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi
antara lain ayat 1:

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari


masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh
izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari
Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-undang tersendiri.

Dalam ketentuan pasal 16 ayat 1 di atas mengandung arti bahwa :

Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat oleh siapapun pada


dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi, mengingat dalam
kegiatan itu terkait kepentingan masyarakat yang dananya disimpan pada
pihak yang menghimpun dana tersebut. Sehubungan dengan itu dalam
ayat ini ditegaskan bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang telah
memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau sebagai Bank Perkreditan
Rakyat. Uraikan dengan ringkas prosedur penerimaan setoran tunai
dengan sistem kolektif dan system teller, serta prosedur penerimaan
setoran dengan pemindahbukuan!

Dalam Pasal 16 ayat 2 selanjutnya yang berbunyi: Untuk


memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan
sekurangkurangnya tentang :

1. Susunan Organisasi Dan Kepengurusan ;


2. Permodalan ;
3. Kepemilikan ;
4. Keahlian di bidang Perbankan ;
5. Kelayakan rencana kerja.

Dari ketentuan pasal 16 ayat 2 tersebut dapat dikemukakan


bahwa dalam hal memberikan izin usaha sebagai bank umum dan bank
perkreditan rakyat, bank Indonesia selain memerhatikan pemenuhan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, juga wajib
memerhatikan tingkat persaingan yang sehat antar bank, tingkat
kejenuhan jumlah bank dalam suatu wilayah tertentu, serta pemerataan
pembangunan ekonomi nasional.

Sedangkan dalam pasal 16 ayat 3 yang berbunyi: Persyaratan


dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Bank Indonesia Sebagaimana halnya ketentuan pasal 16
ayat 1 dan ayat 2, maka.

Berhubungan dengan ketentuan pasal 16 ayat 3 dapat


dikemukakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia memuat antara lain adalah:

1. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain


menyangkut keahlian di bidang perbankan dan
konduite yang lain
2. Larangan adanya hubungan keluarga diantara
pengurus bank.
3. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat.
4. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan.
5. Kelayakan rencana kerja.
6. Batas waktu pemberian izin pendirian bank.

Dari ketentuan hukum di atas dapat dilihat bahwa langkah


pertama yang harus dilakukan dalam pendirian bank adalah menentukan
jenis bank yang akan didirikan,

1. apakah Bank Umum atau


2. Bank Perkreditan Rakyat.

Dari kedua jenis bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai


syaratsyarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah bank.
Penjelasan kedua bank tersebut akan dijabarkan sebagaimana berikut
dibawah ini.

Pendirian Bank Umum disebut juga sebagai “bank dagang”,


“bank komersial”, “bank kredit”, bahkan di beberapa Negara disebut
sebagai “bank deposito”. Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah ini dalam kegiatannya
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.Sebagai Bank
konvensional, Bank Umum melakukan usaha perbankan dengan
memberikan kredit kepada nasabah baik perorangan maupun perusahaan.
Sedangkan Bank Umum yang menganut prinsip syariah menggunakan
aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank Umum ini
sendiri dapat berupa Bank Milik Negara, Swasta, maupun Koperasi, yang
dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan
kredit jangka pendek. Kredit jangka pendek ini dipilih karena dana utama
yang diterima juga berjangka waktu pendek, sehingga pemberian kredit
jangka pendek diharapkan tidak mengganggu kemampuan bank untuk
memenuhi jangka pendeknya. Suatu bank dikatakan sebagai Bank Umum
karena bank tersebut mendapatkan keuntungan dari selisih bunga yang
diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada
depositor (disebut spread).
Sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah ini dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi
disini, terlihat bahwa perbedaan antara bank umum dengan BPR terletak
dalam kegiatan pemberian jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
Perkreditan Rakyat memberikan jasa berupa menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.

Bank Umum dapat didirikan dan menjalankan usahanya


dengan izin Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Pemberian izin untuk
mendirikan Bank Umum dilakukan melalui 2 tahapan.

Pertama, tahap persetujuan untuk melakukan persiapan


pendirian bank yang bersangkutan.

Tahap kedua berupa pemberian izin usaha yakni izin yang


diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah persiapan selesai
dilakukan.

Selama belum mendapat izin usaha, pihak yang mendapat


persetujuan prinsip tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha
apapun di bidang perbankan.

Syarat Umum Penjelasan secara rinci untuk syarat pendirian


bank umum dijabarkan dalam SK Direksi BI No: 32/33/Kep/Dir, Tentang
Bank Umum tanggal 12 Mei 1999, dalam pasal 3 disebutkan :

a) Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha


dengan izin Direksi Bank Indonesia.

b) Bank hanya dapat didirikan oleh:

c) WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia; atau

d) WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia dengan WNA


dan/atau Badan Hukum Asing secara kemitraan.

2. Modal yang selanjutnya dalam pasal 4 disebutkan:

a) Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan sekurang-


kurangnya sebesar Rp 3.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah);
b) Modal disetor bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi
adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Perkoperasian;

c) Modal disetor yang berasal dari warga Negara asing dan/atau


badan hukum asing, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka (2) huruf b setinggi-tingginya sebesar 99 % (Sembilan
puluh sembilah persen) dari modal disetor bank.

3. Persetujuan Prinsip Sebagaimana dijabarkan dalam pasal 6 yaitu


permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a diajukan sekurang-
kurangnya oleh seorang calon pemilik kepada direksi Bank
Indonesia sesuai dengan format dalam Lampiran I dan wajib
dilampiri dengan:

1) Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan


anggaran dasar yang sekurangkurangnya memuat:

a) Nama dan tempat kedudukan;

b) Kegiatan usaha sebagai Bank;

c) Permodalan;

d) Kepemilikan;

e) Wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan dewan


Komisaris serta Direksi;

2) Data kepemilikan berupa:

a) Daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya


masingmasing kepemilikan saham bagi Bank yang
berbentuk hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah;

b) Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan


pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi Bank
yang berbentuk hukum Koperasi;
2. Uraikan pengertian masing- masing pos pada sisi aktiva neraca suatu bank!

JAWAB

1. Kas adalah pos yang terdiri dari uang kartal yang ada dalam kas yang
terdiri dari uang kertas, logam, dll.

2. Cek dan bilyet giro adalah pos aktiva yang berisi semua cek dan bilyet giro
dalam rupiah yang penariknya pihak ketiga bukan bank dan telah
dibukukan secara efektif pada rekening lawannya.

3. Bank Indonesia, pos ini meliputi semua simpanan dan tagihan bank dalam
Rupiah kepada Bank Indonesia seperti saldo giro, setoran jaminan kliring,
dll.

4. Antar bank aktiva, pos ini berisi semua jenis simpanan/tagihan bank
dalam rupiah kepada bank lainnya di Indonesia.

5. Wesel, promes/Aksep, dan tagihan – tagihan lainnya, pos ini meliputi


wesel – wesel (dagang) dan promes – promes dalam rupiah yang ditarik
/diterbitkan oleh Lembaga keuangan bukan bank atau perusahaan –
perusahaan.

6. Kertas perbendaharaan negara, pos ini adalah nilai buku kertas


pembendaharaan negara (KPN) dalam rupiah termasuk KPN yang digadaikan
atau dijadikan jaminan kliring antar bank , atau jaminan lainnya oleh bank.

7. Efek – efek, pos ini adalah nilai buku semua efek dalam rupiah, seperti
saham, obligasi, atau bukti lainnya.

8. Pinjaman dalam rupiah

a. Pinjaman yang diberikan, pos ini meliputi semua realisasi pemberian


pinjaman dalam rupiah bank kepada pihak ketiga bukan bank,
termasuk pinjaman kepada pegawai bank.

b. Cadangan piutang ragu – rag, pos ini adalah cadangan yang dibentuk
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari
tidak diterimanya kembali sebagian seluruh pinjaman yang diberikan
dalam rupiah.
9. Pinjaman dalam valuta asing.

a. Pinjaman yang diberikan, pos ini merupakan semua realisasi


pemberian pinjaman dalam valuta asing bank kepada pihak ketiga
bukan bank, termasuk pinjaman kepada pegawai bank. Sementara itu,
rekening pinjaman yang bersaldo kredit dilaporkan kedalam pos
pasiva.

b. Cadangan piutang ragu – ragu, pos ini adalah cadangan yang dibentuk
untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari
tidak diterimanya kembali sebagian seluruh pinjaman yang diberikan
dalam valiuta asing.

10. Aktiva dalam valuta asing lainnya, pos ini meliputi semua aktivitas
dalam valuta asing milik bank, termasuk pinjaman yang diberikan
kepada bank – bank lain di Indonesia.

11. Penyertaan, pos ini adalah penyertaan bank pelopor dalam rupiah pada
perusahaan lain dalam bentuk modal saham menurut harga
perolehannya, yang dirinci atas LKBB dan perusahaan lainnya.

12. Aktiva tetap dan Iventaris

a. Harga perolehan, pos ini berisi harga perolehan atau nilai revaluasi
masing – masing dari tanah, Gedung kantor, rumah, dan perabot
milik bank.

b. Akumulasi penyusutan, pos ini adalah jumlah penyusutan yang


telah dilakukan atas niali aktiva tetap dan inventaris sampai
dengan akhir bulan yang bersankutan.

13. Antar kantor aktiva, pos ini merupakan rekening antar kantor yang
bersaldo debet, yang dirinci atas dalam rupiah dan dalam valuta asing.

14. Rupa – rupa aktiva, pos ini adalah saldo rekening – rekening aktiva
lainnya yang tidak dimasukan atau digolongkan kedalam salah satu
pos aktiva diatas.
3. Uraian ringkas prosedur penerimaan setoran tunai dengan system
kolektif dan system teller, serta prosedur penerimaan setoran dengan
pemindah bukuan.

a. Prosedur penerimaan setoran dengan system kolektif

1. Debitur menyerahkan slip setoran yang dubuat dalam rangkap 3


kepada petugas bali (counter) di bank.

2. Petugas bali mencatatat slip setoran itu pada rekapitulasi awal


kas, memberi stempel blok, dan memarafnya pada blok tersebut,
sete;lah itu slip setoran diserahkan kembali kepada debitur untuk
menyetoran pada kasir.

3. Debitur menyeraahkan setoran beserta uang tunai yang distorkan


kepada kasir.

4. Kasir menerima uang seotran dan uang tunai, kemudian


menghitung dan mencocokan jumlah uang tersebut dengan slip
setoran disamping menyortir dan membuat slip rincian uang.
Selanjutnya, slip setoran di stempel pada bagian belakang dan
memarafnya, disamping menecatat setoran tersebut pada buku kas
harian dan menyimpan uang setoran itu. Kasir menyampaikan slip
setoran kepada kuasa kas.

5. Kuasa kas memperhatikan paraf petugas bali dan kasir sertaa


kemudian mencatatnya dalam buku kas control atau buku
pengawasan fiatur transaksi tunai dan menandatangani slip
setoran. Setelah itu, slip setoran tersebut diteruskan kepada
petugas prima nota.

6. Petugas prima nota menerima slip setoran yang telah ditanda


tangani oleh kuasa kas, kemudian mencatat transaksi itu pada
kartu rekening pinjaman debitur dan memaraf kartu tersebut.
Setalh itu, kartu rekening pinjaman dan slip setoran yang
bersangkutan diserahkan kembali kepada kuasa kas.

7. Kuasa kas menerima kartu rekening pinjaman debitur dan slip


setoran yang telah dicatat dan diparaf petugas prima nota,
kemudian memeriksa kebenaran pengisian kartu yang
bersangkutan dan memaraf pada saldonya. Kartu rekening
pinjaman debitur disreahkan kembali pada petugas prima nota dan
slip setoran dikembalikan kepada petugas bali.

8. Petugas bali mendistribusikan slip setoran yang diterimannya,


yaitu lembaran pertama kepada debitur, lembaran kedua untuk file
kasir, dan lembaran ketiga untuk unit akuntansi guna dibukukan.

b. Prosedur Penerimaan Setoran Dengan System Teller.

1. Debitur menyerahkan slip setoran yang dibuat dalam


rangkap 3 dan uang tunai yang akan disetorkan kepada teller.

2. Teler menghitung uang dan mencocokan jumlah fisik dengan


slip setorannya, disamping menyortir dan membuat slip
rincian uang. Kemudian slip setoran diberi setempel
“validating” dan uang yang disetrokan dan uang tersebut
disimpan dalam cash box teller. Setelah itu teller mencatat
penerimaan setoran tunai itu kedalam buku kas harian teller.

3. Slip setoran ditandatangani oleh teller sesuai dengan jumlah


batas wewenangnya,. Apabila jumlah slip setoran itu melebihi
jumlah batas wewenang teller, maka slip setoran tersebut
diserahkan kapda atasnnya sesuai jumlah batas wewenang
yang dimilikinya untuk pengesahan. Setelah ditandatangani,
maka slip setoran tersebut disampaikan kembali kepada teller.

4. Teller mendistribusikan slip setroan tersebut, yaitu lembaran


pertama kepada debitur atau penyetor, lembaran kedua untuk
file teller, dan lembaran ketiga kepada petugas prima nota.

5. Petugas prima nota mencatat transaksi itu dalam kartu


rekening pinjaman debitur yang bersangkutan dan
membubuhkan paraf. Kenudian menyerahkan slip setoran
beserta kartu rekening pinjaman debitur kapda kepala unit
kerjanya yang berwenang untuk diperiksa kebenaran pengisian
kartu dan memaraf pada saldonya.
6. Setelah itu, kartu rekening pinjaman debitur tersebut
dikembalikan kepada petugas prima nota dan slip setoran
diserahkan kepada unit akuntansi untuk dibukukan.

c. Prosedur Peneriman Setoran Dengan Pemindah Bukuan

1. Debitu B mengisi slip setoran dalam rangkap 3 dan


menyerahkan slip setoran kepada teller.

2. Teller meneliti keabsahan cek dengan memperhatikan


pemenuhan formal cek, melihat daftar pembatalan cek, dan
kesesuaian antara tanda tangan penarik dengan kartu
spicement yang bersangkutan.

3. Teller menghubungipetugas prima nota yang menangani


rekening giro nasabah A, untuk mengetahui apakah saldo yang
bersankutan masih cukup tersediauntuk pembayaran cek
tersebut.

4. Teller menandatangani slip setoran sesaui dengan batas


wewenangnya dan memberi stempel validating, kemudian
menyerahkan slip setoran lembaran pertama kepada debitur ,
serta meneruskaan slip setoran lembaran ketiga kepada
petugas prima nota.

5. Atas dasar warkat – warkat tersebut, petugas prima nota


mencatat mutase tersebut kedalam masing – masing rekening,
yaitu kredit untuk rekening pinjaman debitur B dan debet
untuk rekening giro nasabah A, dan membubuhkan parafnya
serta meneruskan kapda atasnnya yang berwenang untuk
diperiksa kebenarannya. Telah itu cek dan slip setoran
diteruskan kepada unit akuntansi untuk dibukukan.

Anda mungkin juga menyukai