Anda di halaman 1dari 6

FUNGSI UTAMA PERBANKAN & KETENTUANNYA

Pasal 3 UU Perbankan
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat.

Pasal 1 angka 2 UU Perbankan :


Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak

 Fungsi utama menjadi salah satu unsur definisi bank

 Penyaluran “utama” dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank


dalam bentuk “kredit”
 Bentuk penyaluran dana lainnya selain kredit, antara lain :

o melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain


di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan
o melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya
o bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun

FUNGSI UTAMA BANK DIIMPLEMENTASIKAN


SECARA TIDAK ADIL
DIDALAM UNDANG-UNDANG PERBANKAN
Pasal 1 angka 5 UU Perbankan :
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu

Pasal 1 angka 11 UU Perbankan


Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Dasar masyarakat menyimpan uang, yang utama adalah kepercayaan terhadap


bank, baru kemudian diwujudkan dalam bentuk perjanjian penyimpanan dana.
Selain itu tidak ditegaskan adanya kewajiban bank untuk mengembalikan dana
simpanan. Berbeda saat bank memberikan kredit, tidak didahului adanya
kepercayaan kepada nasabah. Selain itu, diatur secara tegas adanya kewajiban
masyarakat yang menerima kredit untuk mengembalikan/melunasi kredit yang
telah diterimanya

JENIS BANK

Pasal 3 dan 4 UU Perbankan


3. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

4. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

UU Perbankan memunculkan dual banking system, yaitu perbankan


konvensional dan perbankan syariah. Perbankan syariah diatur secara khusus
dalam UU Nor 21 Th 2008 Tentang Perbankan Syariah LN RI Th 2008 No. 94.
TLB N0. 4867.

Penggolongan yang baru, yaitu bank konvensional dan bank digital

Internet telah mengubah tampilan semua sisi kehidupan, tak terkecuali dunia
perbankan. Internet memudahkan berbagai urusan serta memberikan layanan
digital untuk berbagai keperluan dalam praktik bank

Pengertian Digital Banking

Menurut POJK No. 12 /POJK.03/2018 Tentang Penyelenggaraan Layanan


Perbankan Digital oleh Bank Umum, telah dirumuskan pengertian digital banking
yaitu sebagai layanan perbankan elektronik yang dikembangkan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani nasabah secara
lebih cepat, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta
dapat dilakukan secara mandiri sepenuhnya oleh nasabah, dengan memperhatikan
aspek pengamanan.

PRINSIP KEHATI-HATIAN
Kehati-hatian Sebagai Suatu Prinsip,

merupakan pikiran dasar yang sifatnya umum dan abstrak, yang menjadi

latar belakang peraturan yang konkrit, jadi bukan berupa peraturan hukum yang

konkrit, sehingga tidak dapat diterapkan secara langsung pada suatu peristiwa,

karena itu asas hukum harus dikonkritisasi. Dengan demikian, sekalipun

dirumuskan secara tegas di dalam Pasal 2 UU Perbankan, tetap saja prinsip kehati-

hatian tidak dapat secara langsung diterapkan pada peristiwa konktrit, melainkan

berfungsi sebagai pedoman dalam peraturan-peraturan bidang perbankan. Seluruh

peraturan bagi kegiatan bank, harus dan wajib bersandar pada prinsip kehati-

hatian.

Contoh Konkritisasi/Wujud Prinsip Kehati-hatian

Diawali saat akan didirikan sebuah bank, maka yang menjadi perhatian

adalah besarnya “modal”. Bank didirikan dengan modal awal yang besarnya

ditentukan jauh di atas yang ditentukan di dalam UU Perseroan Terbatas (semua

bank umum di Indonesia memiliki bentuk hukum PT). Di dalam UU PT ditentukan

bahwa untuk mendirikan PT, minimal modal dasar nya adalah 50 juta rupiah. Saat

didirikan, harus disediakan modal disetor yang besarnya minimal 25% dari modal

dasar, berarti 12.5juta rupiah. Untuk mendirikan bank umum, wajib menyediakan

modal disetor 3 triliun rupiah, berarti modal dasar bank umum minimal berjumlah

12 triliun rupiah. Suatu perbedaan yang luar biasa jika dibandingan angka 50 juta
rupiah dengan 12 triliun rupiah atau antara 12.5 juta rupiah dengan 3 triliun rupiah.

Untuk pendirian bank digital, minimal modal disetor adalah 10 triliun rupiah,

berarti modal dasar bank digital minimal adalah 40 triliun rupiah.

Selain modal, terkait kepengurusan bank, juga diatur berbeda dari

persyaratan di dalam UU PT. UU PT mengatur bahwa Direksi PT terdiri dari

seorang direktur atau lebih dari seorang direktur. Untuk bank, jumlah anggota

direksi tidak boleh kurang dari 3 direktur, dan setidaknya 50% nya harus sudah

memiliki pengalaman sebagai pejabat eksekutif bank. Juga diatur secara khusus

bahwa satu di antara anggota Direksi, berkedudukan sebagai Direktur Kepatuhan.

Ada lagi satu persyaratan yang tidak diatur di dalam UU PT, yaitu untuk menjadi

Direksi bank, harus terlebih dahulu lulus Fit & Proper Test yang akan dilakukan

oleh ororitas bidang perbankan

Demikian pula dalam menjalankan fungsi utamanya, bank diikat dengan

ketentuan-ketentuan yang mewajibkan bank harus bertindak hati-hati. Saat bank

menerima setoran dana dari masyarakat, maka dalam batas jumlah tertentu,

diwajibkan kepada masyarakat untuk menyebutkan “sumber” dana. Demikian juga

jika ada transaksi oleh nasabah yang dinilai mencurigakan, menjadi kewajiban

bank untuk melapor kepada PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan) dalam waktu paling lama 3 hari setelah transaksi.

Juga diberlakukan ketentuan yang mengandung prinsip kehati-hatian saat


bank akan menyalurkan dananya dalam bentuk pemberian kredit. Bank wajib

sebelumnya melakukan analisis kredit sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 UU

Perbankan. Adapun tujuan dilakukan analisis kredit tersebut agar bank memiliki

keyakinan akan kemampuan dan kemauan debitur mengembalikan pinjamannya.

Tidak cukup hanya itu, bank juga harus memperhatikan berlakunya ketentuan

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL)

sebagaimana diatur di dalam Pasal 11 UU Perbankan

Anda mungkin juga menyukai