Anda di halaman 1dari 5

Pembuktian

 Pengantar
Selama pemeriksaan berlangsung para pihak dimungkinkan untuk menyerahkan data atau
keterangan tertulis kepada Majelis Hakim. Data atau keterangan tertulis kepada Majelis
Hakim. Data atau keterangan tertulis yang diserahkan tersebut dalam praktik disebut
“Pra Bukti” (lihat Pasal 63 ayat (1) huruf a UU 5/1986). Dalam aturan (normatif) tidak
dikenal adanya “pra bukti”.
 Pasal 100 UU 5/1986; Pasal 38 UU 30/2014; Pasal 13 Perma 4/2015 jo. Pasal 11
Perma 5/2015; Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU 11/2008

 Prinsip dan Metode Pembuktian


1. Positieve Wetterlijk Bewiistheorie;
 Semata-mata hanya mengandalkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh
Undang-Undang (formele bewijstheorie).
2. Vrije Bewiistheorie Rasionee;
 Hakim bebas menilai dan mempertimbangkan alasan-alasan dibalik
keyakinan yang dianutnya dalam mengambil kesimpulan.
3. La Conviction Rasionee;
 Pembuktian didasarkan keyakinan hakim berdasarkan alasan yang logis
(dibatasi Undang-Undang).
4. Negative Wetterlijk Bewijstheorie;
 Bertitik tolak pada norma undang-undang yang mengatur secara limitatif
mengenai pembuktian tersebut
5. Menemukan kebenaran materill;
6. Hakim harus aktif dalam mengumpulkan fakta-fakta;
7. Menerapkan cara pembuktian yang bebas terbatas (vrij bewijsleer)
8. Dalam pembuktian hakim harus berbuat sebagaimana Pasal 107, yakni:
a. Menentukan apa yang harus dibuktikan (luas pembuktian)
b. Menentukan siapa yang harus membuktikan (beban pembuktian);
c. Mengumpulkan alat-alat bukti sesuai dengan Pasal 100
d. Menilai alat-alat bukti yang diajukan di sidang.

 Jenis Alat Bukti


1. Bukti Surat
2. Ahli
3. Keterangan Saksi
4. Pengakuan Para Pihak
5. Pengetahuan Hakim (Pasal 106)
- Urutan menentukan nilai dari alat bukti tersebut

 Bukti Surat
 Litis Domini Principle
Hakim menetapkan prioritas alat bukti
 3 jenis surat (Pasal 5 jo. Pasal 44 UU 11/08)
Akta otentik, akta di bawah tangan, dan surat-surat lain yang bukan akta.
 Elemental fact/ ultimate fact
Kedudukan bukti surat atau tulisan menjadi sangat sentral atau mendasar.
 Dasar Sengketa TUN = KTUN
KTUN merupakan penetapan tertulis.

Bukti surat terdiri dari akta otentik, akta dibawah tangan, dan surat lain:
a. Akta otentik
Adalah surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang menurut
peraturab perundang-undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud untuk
dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang
tercantum di dalamnya. (Pejabat umum itu adalah notaris, camat, hakim, dll sesuai
dengan wilayah hukum dan fungsi serta tugasnya masing”)
b. Akta di bawah tangan
Surat yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak khususnya pihak yang
bersangkutan dengan maksud dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya. Kekuatan akta dibawah tangan ini
tidaklah sesempurna seperti akta otentik sehingga memerlukan alat bukti yang lain/
alat bukti penunjuang.
c. Surat lain
Surat lain adalah surat-surat yang pembuatannya tidak dimaksud sebagai bukti.
Misalnya: berkaitan dengan surat pribadi

 Ahli
 Pendapat yang diberikan dibawah sumpah dihadapan persidangan tentang hal; hal
yang diketahuinya menurut pengalaman dan pengetahuiannya jadi Pasal 88 orang-
orang yang tidak boleh didengar sebagai saksi itu juga berlaku
 Pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal
yang ia ketahui menurut pengalman dan pengetahuannya.
 Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya
hakim ketua sidang dapat menunjuk seseorang atau beberapa orang ahli.
 Seorang ahlu dala persidangan harus memberikan keterangan baik dengan surat
maupun dengan lisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau janji menurut kebenaran
sepanjang pengetahuannya dengan sebaik-baiknya.
 Pengecualian Pasal 88 UU 5/1986, yang tidak bisa didengar sebagai saksi, maka
tidak bisa jadi ahli.
 Dalam perkara TUN berkenaan dengan Lingkungan Hidup didasarkan pada SK
KMA No. 036/LMA/SK/II/2013 tentang pemberlakuan pedoman penanganan
perkara Lingkungan Hidup.

 Keterangan Saksi
Keterangan saksi dapat dipakai apabila keterangan itu berkenaan dengan hal yang dialami
atau didengar sendiri oleh saksi.
 Quad constat curiae, opera testium non indiget
Apa yang sudah jelas bagi pengadilan tidka perlu didukung oleh saksi
 Frusta probatur quad probatum non relevat
Tidak ada guna membuktikan sesuatuy yang sudah terbukti dengan jelas
 Setiap orang wajib memberikan saksi (bila dibutuhkan), tapi tidak semua
orang bisa menjadi saksi (Pasal 88 UU 5/1986)
 Seseorang yang berhak menjadi saksi tapi berhak mengundurkan diri pula untuk
menjadi saksi (Pasal 89 UU 5/1986)
 Syarat Materill Saksi (witness testify only to matter that they have personally
seen, heard, or otherwise preseived)
Lihat dengar dan rasakan sendiri persangkaan/ perasaan istimewa karena akal
bukan kesaksian (vide Pasal 104 UU 5/1986 jo. Pasal 117 HIR)
 Unus testis nullus testis (een getuige geen getuige)
Dapat digunakan untuk mendukung satu peristiwa  perlu ditambah alat bukti
lain, bila tidak  begin van bewijs
 Testimonium de auditu
Dapat dipertimbangkan bila sulit dalam pembuktian dan terdapat kesesuaian
dengan alat bukti lain.
 Elektronisasi dan Digitalisasi
Audio Text Recording dan Video dalam kesaksian.

 Pengakuan Para Pihak


Pengakuan di depan persidangan dan pengakuan di luar persidangan
a. Pengakuan di depan persidangan
 Adalah pengakuan baik secara tertulis atau lisan yang diberikan olhe para pihak di
dalam persidangan. Pengakuan di dalam persidangan ini tidak dapat ditaraik
kembali kecuali terdapat kekhilafan.
b. Pengakuan di luar persidangan
 Adalah pengakuan baik secara tertulis maupun secara lisan di luar sidang
pengadilan. Nilai dari suatu pengakuan di luar persidangan hanya merupakan
suatu petunjuk.
Note:
 HAPTUN tidak mengatur secara spesifik bagaimana kedudukan pengakuan yang
diberikan di depan persidangan oleh pihak yang bersengketa sendiri atau wakilnya
yang diberi kuasa apakah memiliki kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat
(volleding en verplicht bewijs)
 Indirect Evidence
Bukti tak langsung seperti halnya pengetahuan umum
 Cross Examination
Untuk menguatkan kadar pembuktian
 Analogi Pasal 1972 BW
Bentuk dan cara melakukan pengakuan

 Pengetahuan Hakim
 Pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini
kebenarannya
 Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan beban pembuktian beserta
penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-
kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.

PR: Membaca Pasal 88, 89, 100, 104, 106 UU PTUN

Anda mungkin juga menyukai