Sebelum UUPA berlaku hukum kolonial, hukum adat, hukum agama, berlaku BW Buku
II (dikeluarkannya UUPA maka ketentuan Buku II BW tidak lagi berlaku), Agrarische
Wet, Agrarisch Besluit yang menyebabkan pluralisme hukum yang mana setiap golongan
memiliki hukum sendiri.
Bagi penduduk Indonesia berlaku hukum adat sehingga ada pluralisme hukum.
Hukum adat memiliki kedudukan yang istimewa dalam hukum agraria karena tanah
merupakan hal yang penting dalam hukum adat > mereka lahir disitu, mencari hidup dan
kehidupan, dan kematian > religius magis antara orang dan tanah adatnya.
Fungsi Hukum Adat yaitu hukum agraria dibentuk dari konsep dan asas dari lembaga”
hukum yang berasal dari hukum adat. Jika menggunakan hukum adat sebagai patokan
maka akan kesulitan karena setiap daerah memiliki daerah sendiri yang ketentuannya
juga berbeda > dijadikan satu sulit sehingga yang digunakan adalah asas-asas/konsep dari
lembaga hukum adat untuk mencapai kesatuan di Indonesia.
Hukum adat sebagai dasar pelengkap dikarenakan dalam UUPA tidak mengatur secara
lengkap sehingga hukum adat hadir sebagai pelengkap agar tidak ada kekosongan hukum
Konsep hukum adat tentang tanah terdapat sifat komunalistik religius magis yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA terdapat kepemilikan bersama seluruh rakyat
Indonesia yang dimiliki bangsa Indonesia yang merupakan karunia Tuhan YME > ada
hubungan tanah dengan karunia Tuhan YME.
Dalam hak bersama ada hak individual yang mana hak individual tidak boleh melanggar
hak-hak bersama, semua tanah memiliki fungsi sosial yang tercantum dalam Pasal 6
UUPA.
Dalam hukum adat sifat komunalistik disebut dengan hak ulayat diatur dalam Pasal 3 dan
5 UUPA yaitu hak ulayat > hak bersama yang ada dalam suatu masyarakat hukum adat
(faktor kepemilikan bersama dan pengelolaan). kewenangan untuk mengelola tanah
ulayat. Hak ulayat ada selama dianggap ada, tidak boleh memunculkan hak ulayat baru.
Hak membuka atas tanah dan memungut hasil hutan sebenarnya bukan hak atas tanah, tapi
karena didalam hukum adat terdapat 2 hak tersebut maka dikatakan termasuk hak atas tanah
karena mengambil dari hukum adat sehingga dimasukkan dalam ketentuan hak atas tanah dalam
UUPA.
Tiga kelompok hak atas tanah yaitu tetap > hak milik, yang akan ditetapkan dengan undang-
undang, dan hak hak yang sifatnya sementara (Pasal 53 UUPA) diberi sifat sementara karena
akan dihapus nantinya oleh undang-undang. Hak yang paling kuat adalah hak milik karena tidak
memiliki jangka waktu. Hak pakai ada yang tidak berjangka waktu jika diberikan pada instansi
pemerintah/publik. Sedangkan, hak pakai individu/privat ada jangka waktu.
Sistematikanya didasarkan pada hukum adat yaitu hak ulayat, hak kepada adat dan hak
individual. Hukum nasional > hak bangsa, hak” yang dimiliki individu.
Apabila dalam UUPA belum lengkap maka diperlukan norma-norma hukum adat yang sifatnya
adalah pelengkap. Pasal 56 dan Pasal 58 > jika selama belum ada aturannya maka berlaku hukum
adat dan peraturan tertulis maupun tidak tertulis sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketentuan dalam UUPA.
Hukum adat sebagai dasar atau pelengkap harus ada syarat tertentu dalam Pasal 5 UUPA.
Hukum adat menjadi dasar bukanlah hukum adat yang murni melainkan sudah dibersihkan cela-
cela, diperbaiki dan ditambahkan kekurangan”nya, disaneer agar dapat diberlakukan secara
umum. Contoh hukum adat yang disaneer yaitu asas demokrasi> seluruh masyarakat baik
perempuan maupun laki-laki memiliki hak atas tanah tanpa adanya perbedaan, dulunya ada
aturan bahwa perempuan tidak dapat memperoleh hak atas tanah. Jika ada satu hukum
masyarakat adat yang mempunyai hak ulayat, nantinya akan dibuka individu perorangan,
menjadi hak perorangan dari hak ulayat. Ketentuannya adalah harus orang di dalam/ wilayah itu,
harus anggota masyarakat itu. Orang asing diluar persekutuan hukum tidak bisa, jika masuk
harus membayar dan izin.
Diluar hukum adat, juga digunakan sumber hukum asing dalam melengkapi hukum tanah
nasional.
Lembaga pendaftaran > Pasal 19 ada kewajiban mendaftarkan tanah yang mana merupakan
kewajiban dari pemerintah dan individu. Tanah harus didaftarkan supaya ada kepastian hukum >
terkait haknya (haknya apa), sertifikat hak akan tercantum haknya > hak milik, HGB, HGU
Kepastian objek> jelas tempatnya, ukurannya, berbatasan dengan apa > dicantumkan dalam
sertifikat
Lembaga hak tanggungan > muncul karena untuk masalah perekonomian. UU Hak tanggungan
disebutkan dengan jaminan, ada pemisahan horizontal namun di Indonesia tanah sertifikat tapi
bangunan bukan, jika dijaminkan maka tidak bisa.
HGU dan HGB diasah dari hukum asing/hukum kolonial, ada jangka waktunya namun bisa
diperpanjang. HGU dan HGB dikembangkan dalam PP No. 40 Tahun 1996 > untuk memberi
fasilitas kepada investor
Apa yang ada dalam hukum agraria nasional, hukum adat = hukum asing, hukum adat menjadi
dasar hukum agraria nasional. Pendaftaran tanah bisa dilakukan electronic saat ini.