Anda di halaman 1dari 3

Kedudukan Hukum Adat Dalam Pembentukan Hukum Agraria Nasional

 Sebelum UUPA berlaku hukum kolonial, hukum adat, hukum agama, berlaku BW Buku
II (dikeluarkannya UUPA maka ketentuan Buku II BW tidak lagi berlaku), Agrarische
Wet, Agrarisch Besluit yang menyebabkan pluralisme hukum yang mana setiap golongan
memiliki hukum sendiri. 

 Bagi penduduk Indonesia berlaku hukum adat sehingga ada pluralisme hukum.

 Sehingga diundangkan UUPA pada 24 September 1960 bertujuan untuk


1. mewujudkan unifikasi dalam hukum pertanahan;
2. ketentuan dibuat oleh pemerintah kolonial sehingga hanya menguntungkan pihak
kolonial. mengubah ketentuan kolonial karena ketentuan sebelumnya hanya
mengutamakan kepentingan kolonial;
3. untuk kepastian hukum dan perlindungan hukum yaitu pendaftaran tanah. Saat kolonial
berlaku ada yang dikenal dengan pendaftaran tanah namun tanah yang didaftarkan hanya
tanah yang tunduk pada hukum barat, sedangkan yang tunduk pada hukum adat tidak
dapat didaftarkan > hanya mendaftarkan agar jelas siapa yang membayar pajak tanah
(bukan bukti kepemilikan). UUPA mencantumkan pendaftaran tanah untuk kepastian dan
perlindungan hukum.

 Hukum adat memiliki kedudukan yang istimewa dalam hukum agraria karena tanah
merupakan hal yang penting dalam hukum adat > mereka lahir disitu, mencari hidup dan
kehidupan, dan kematian > religius magis antara orang dan tanah adatnya.

 Fungsi Hukum Adat yaitu hukum agraria dibentuk dari konsep dan asas dari lembaga”
hukum yang berasal dari hukum adat. Jika menggunakan hukum adat sebagai patokan
maka akan kesulitan karena setiap daerah memiliki daerah sendiri yang ketentuannya
juga berbeda > dijadikan satu sulit sehingga yang digunakan adalah asas-asas/konsep dari
lembaga hukum adat untuk mencapai kesatuan di Indonesia. 

 Hukum adat sebagai dasar pelengkap dikarenakan dalam UUPA tidak mengatur secara
lengkap sehingga hukum adat hadir sebagai pelengkap agar tidak ada kekosongan hukum

 Konsep hukum adat tentang tanah terdapat sifat komunalistik religius magis  yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA terdapat kepemilikan bersama seluruh rakyat
Indonesia yang dimiliki bangsa Indonesia yang merupakan karunia Tuhan YME > ada
hubungan tanah dengan karunia Tuhan YME.

 Dalam hak bersama ada hak individual yang mana hak individual tidak boleh melanggar
hak-hak bersama, semua tanah memiliki fungsi sosial yang tercantum dalam Pasal 6
UUPA. 
 Dalam hukum adat sifat komunalistik disebut dengan hak ulayat diatur dalam Pasal 3 dan
5 UUPA yaitu hak ulayat > hak bersama yang ada dalam suatu masyarakat hukum  adat
(faktor kepemilikan bersama dan pengelolaan). kewenangan untuk mengelola tanah
ulayat. Hak ulayat ada selama dianggap ada, tidak boleh memunculkan hak ulayat baru.

Asas religius yaitu  hubungan tanah dengan karunia Tuhan YME


Asas kebangsaan yaitu hak milik hanya dimiliki oleh WNI, sedangkan WNA tidak memiliki hak
tanah berupa hak milik.
Asas demokrasi yaitu tidak ada perbedaan, semua orang memiliki hak yang sama atas tanah baik
laki-laki atau perempuan tanpa melihat pada latar belakang yang dimiliki.
Asas kemasyarakatan, pemerataan, keadilan yaitu dalam Pasal 6 UUPA bahwa tanah ditujukan
untuk fungsi sosial >harus memperhatikan kepentingan orang lain.
Asas penggunaan dan pemeliharaan tanah secara berencana yaitu harus mencegah kerusakan,
dan digunakan untuk kesejahteraan dan ada kewajiban pemegang hak atas tanah untuk
memelihara dan menjaga kesuburan tanah. Direncanakan penggunaannya untuk apa. Pasal 2 ayat
2 pemerintah mewajibkan pemegang hak atas tanah untuk memelihara. Dalam Pasal 10 terdapat
kewajiban pemegang tanah untuk mengerjakan sendiri tanahnya. Oleh karena itu dalam UUPA
dilarang mempunyai tanah pertanian di luar kecamatan dimana yang bersangkutan tinggal.
Asas pemisahan tanah secara horizontal yaitu terpisah antara bangunan dengan tanaman yang
ada di atasnya, sehingga pemanfaatannya umumnya dilakukan dengan sewa. Kepemilikan tanah
dan bangunan bisa berbeda.

Hak membuka atas tanah dan memungut hasil hutan sebenarnya bukan hak atas tanah, tapi
karena didalam hukum adat terdapat 2 hak tersebut maka dikatakan termasuk hak atas tanah
karena mengambil dari hukum adat sehingga dimasukkan dalam ketentuan hak atas tanah dalam
UUPA. 

Tiga kelompok hak atas tanah yaitu tetap > hak milik, yang akan ditetapkan dengan undang-
undang, dan hak hak yang sifatnya sementara (Pasal 53 UUPA) diberi sifat sementara karena
akan dihapus nantinya oleh undang-undang. Hak yang paling kuat adalah hak milik karena tidak
memiliki jangka waktu. Hak pakai ada yang tidak berjangka waktu jika diberikan pada instansi
pemerintah/publik. Sedangkan, hak pakai individu/privat ada jangka waktu.

Sistematikanya didasarkan pada hukum adat yaitu hak ulayat, hak kepada adat dan hak
individual. Hukum nasional > hak bangsa, hak”  yang dimiliki individu.

Apabila dalam UUPA belum lengkap maka diperlukan norma-norma hukum adat yang sifatnya
adalah pelengkap. Pasal 56 dan Pasal 58 > jika selama belum ada aturannya maka berlaku hukum
adat dan peraturan tertulis maupun tidak tertulis sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketentuan dalam UUPA. 

Sistematika penguasaan tanah di indonesia ;


1. Hak bangsa
2. Hak menguasai negara
3. Hak Individual
Penguasaan tanah menurut hukum adat
1. hak ulayat
2. hak kepala adat
3. hak individu

Hukum adat sebagai dasar atau pelengkap harus ada syarat tertentu dalam Pasal 5 UUPA.
Hukum adat menjadi dasar bukanlah hukum adat yang murni melainkan sudah dibersihkan cela-
cela, diperbaiki dan ditambahkan kekurangan”nya, disaneer agar dapat diberlakukan secara
umum. Contoh hukum adat yang disaneer yaitu asas demokrasi> seluruh masyarakat baik
perempuan maupun laki-laki memiliki hak atas tanah tanpa adanya perbedaan, dulunya ada
aturan bahwa perempuan tidak dapat memperoleh hak atas tanah. Jika ada satu hukum
masyarakat adat yang mempunyai hak ulayat, nantinya akan dibuka individu perorangan,
menjadi hak perorangan dari hak ulayat. Ketentuannya adalah harus orang di dalam/ wilayah itu,
harus anggota masyarakat itu. Orang asing diluar persekutuan hukum tidak bisa, jika masuk
harus membayar dan izin.
Diluar hukum adat, juga digunakan sumber hukum asing dalam melengkapi hukum tanah
nasional.

Lembaga pendaftaran > Pasal 19 ada kewajiban mendaftarkan tanah yang mana merupakan
kewajiban dari pemerintah dan individu. Tanah harus didaftarkan supaya ada kepastian hukum >
terkait haknya (haknya apa), sertifikat hak akan tercantum haknya > hak milik, HGB, HGU

Kepastian objek> jelas tempatnya, ukurannya, berbatasan dengan apa > dicantumkan dalam
sertifikat

Kepastian subjek >siapa yang memiliki tanah tersebut

Lembaga hak tanggungan > muncul karena untuk masalah perekonomian. UU Hak tanggungan
disebutkan dengan jaminan, ada pemisahan horizontal namun di Indonesia tanah sertifikat tapi
bangunan bukan, jika dijaminkan maka tidak bisa.

HGU dan HGB diasah dari hukum asing/hukum kolonial, ada jangka waktunya namun bisa
diperpanjang. HGU dan HGB dikembangkan dalam PP No. 40 Tahun 1996 > untuk memberi
fasilitas kepada investor

Apa yang ada dalam hukum agraria nasional, hukum adat = hukum asing, hukum adat menjadi
dasar hukum agraria nasional. Pendaftaran tanah bisa dilakukan electronic saat ini.

Anda mungkin juga menyukai