Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Hukum Perbankan

Dosen : H. Asep Rozali, S.H.,M.H.

Nama:

Alief Ghifari Anandia ( 17.4301.046 )

KELAS : SORE

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG

2019
1. Asas Praktek Perbankan menurut Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.h dan UU
perbankan.
Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini
penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
undang-undang dasar 1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dlam Pasal 33
UUD 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluragaan.

Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip


kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian (prudential
principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah
( know how costumer principle )
1. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relation principle ) Prinsip kepercayaan
adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank.
Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan
kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya
dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat.
Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.
2). Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank
dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama
dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati.
Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam
keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi
ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia
perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat
(2) UU No 10 tahun 1998.
3) Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A
UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam
ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian.
Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk
kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah
diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan
Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara
pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam
rangka tukar menukar informasi antar bank.
4). Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk
mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi
nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip
mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/1
0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah
meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam
menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai
kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan
aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan
reputasi lembaga keuangan.

2. Bank Indonesia sebagai bagian dari Hukum Tata Negara


 Van Vollenhoven
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur semua masyarakat hukum
atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan masing-masing
masyarakat hukum itu menentukan wilayah lingkungan rakyatnya dan
menentukan badan-badan serta fungsinya yang berkuasa dalam masyarakat itu,
serta menentukan susunan dan wewenang dari badan tersebut.
a) Sumber Hukum Materiil yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup dan
falsafah negara Indonesia.
b) Sumber Hukum Formil yaitu UUD 1945 yang kemudian diikuti peraturan
dibawahnya seperti :
 Ketetapan MPR
 UU / Perpu
 Peraturan Pemerintah
 Kepres
 Peraturan lainnya (Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah)

Undang Undang Dasar 1945


Bank Sentral yang disebut eksplisit oleh Pasal 230, yaitu “Negara memiliki suatu
bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang. Seperti halnya dengan Komisi
Pemilihan Umum, UUD 1945 belum menentukan nama bank sentral yang
dimaksud. Memang benar, nama bank sentral sekarang adalah Bank Indonesia.
Tetapi, nama Bank Indonesia bukan nama yang ditentukan oleh UUD 1945,
melainkan oleh undang-undang berdasarkan kenyataan yang diwarisi dari sejarah
di masa lalu.

 Aspek-Aspek Hukum perdata


Perjanjian kredit tunduk pada ketentuan buku III KUHP.Pdt tentang
perikatan dan Undang-undang perbankan No.10 tahun 1998, dan juga klasula
klasula yang telah di tuangkan dalam perjanjian kredit dan telah di sepakati
bersama oleh kedua belah pihak sesuia dengan ketentuan pasal 1320
KUH.PdtAspek-aspek Hukum Perdata dalam penyaluran kredit bank meliputi
unsurunsur perjanjian pada umumnya disamping perjanjian khusus yang diatur
dalam pasal 1754 KUH Pdt, aspek bunga bank serta aspek jaminan kredit
perbankan.
tentang sah nya perjanjian berbunyi’Untuk sah nyapersetujuan di perlukan empat
syarat:
a) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c) Suatu hal tertentu
d) Suatu sebab yang halal

 Aspek Hukum Pidana


Asas kehati-hatian (Prudential Principle) adalah suatu asas yang menyatakan
bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang
dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa perbankan Indoneia dalam melaksanakan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan asas kehati-
hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank
selalu dalam keadaan sehat
Konvensi (Kebiasaan)
Doktrin (ilmu Pengetahuan)
Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam kegiatan perbankan.

 Asas Hukum Khusus Bidang Perkerditan

Kredit berasal dari kata “Credere” artinya percaya. Pasal 1 angka 11


UUPerbankan No. 10 Tahun 1998. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Seseorang dipercaya untuk memperoleh kredit berdasarkan
analisa “The five of credit atau 5 c yaitu: character (watak), capital (modal),
capacity (kemampuan), collateral (jaminan), condition of Economy (kondisi
ekonomi).
Kredit yg diberikan oleh bank mengandung risiko, shg hrs diperhatikan asas2
perkreditan yg sehat :
1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian
tertulis.
2. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada usaha yg sejak
semula kurang sehat.
3. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit utk pembelian saham.
4. Bank tdk diperkenankan memberikan kredit melampaui batas maksimum
pemberian kredit (Legal Lending Limit)

 Asas Hukum Khusus Bidang Kerahasiaan Bank


Undang-undang Perbankan yang diubah menjamin kerahasiaan bank guna
melindungi kepentingan nasabah penyimpan dana dan simpanannya. Dahulu
berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, yang dilindungi adalah segala sesuatu yang
menyangkut keterangan dan keadaan keuangan nasabah, baik nasabah penyimpan
maupun nasabah debitur. Jadi UU No. 7 tahun 1992 menganut kerahasiaan bank
yang luas, sebab yang dilindungi rahasia bank bukan saja keterangan dan keadaan
keuangan nasabah penyimpan dana dan simpanannya, melainkan juga keterangan
dan keadaan keuangan nasabah debitur atau pinjamannya. Ini berlainan dengan
UU No. 10 tahun 1998 yang membatasi atau mempersempit hal-hal yang wajib
dirahasiakan bank, yakni sebatas pada keterangan dan keadaan keuangan nasabah
penyimpan dana saja. Keterangn dan keadaan keuangan nasabah selain sebagai
nasabah penyimpan dana bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan
olen bank. Pasal 40 UU Perbankan yang diubah menetapkan bahwa bank waiib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali
dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A. Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44 dan Pasal 44A. Ketentuan rahasia bank dimaksud berlaku pula bagi
Pihak Terafiliasi. Apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan dan sekaligus
juga sebagai nasabah debitur, bank waiib tetap merahasiakan keterangan tentang
nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyirnpan dana.

Anda mungkin juga menyukai