Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM PERBANKAN & LEMBAGA KEUANGAN

RAHASIA BANK

Dosen Pengampu : YTH, Bapak Dr. Taqiyuddin Kadir, SH., MH.

Disusun Oleh :

Nama : AHMAD LUTFI ALIP

NIM : 2021010461040

Kelas : 04 MKn.

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

UNIVERSITAS JAYABAYA JAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Bank adalah bagian dari system keuangan dan system pembayaran suatu Negara. Bank juga
merupakan lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan pada
nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-jasa lain yang dilakukan mereka melalui
bank.

Rahasia bank akan dapat lebih dipegang teguh oleh bank apabila ditetapkan bukan sekedar
hanya sebagian kewajiban kontraktual diantara bank dan nasabah, tetapi ditetapkan sebagai
kewajiban public. Hal itulah yang telah melandasi ditetapkannya ketentuan RAHASIA
BANK dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian
dirubah dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Ada juga sejarah munculnya konsep rahasia bank yaitu sebagai berikut :

Yaitu bertujuan untuk melindungi nasabah yang bersangkutan. Timbulnya pemikiran untuk
merahasian keadaan keuangan nasabah bank sehingga melahirkan ketentuan hokum
mengenai kewajiban rahasia bank adalah semula bertujuan untuk melindungi kepentingan
nasabah secara individual.

Namun rahasia bank dapat dikesampingkan bila terjadi perkembangan sehubungan dengan
keadaan politik dalam negeri, keadaan social, terutama menyangkut timbulnya kejahatan-
kejahatan dibidang money laundering.

Dalam Pasal 1 angka 16 UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UUP 1992) dinyatakan
bahwa rahasia bank adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal
ini dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan”.
Pengertian “kelaziman dunia perbankan” dijelaskan dalam penjelasan Pasal 40 yaitu “seluruh
data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal
lain dari orang dan badan yan diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya”
Dasar Hukum ketentuan rahasia bank di Indonesia, mula-mula adalah Undang-undang no.7
tahun 1992 tentang Perbankan, tetapi kemudian diubah dengan Undang-undang no.10/1998.
Sesuai pasal 1 ayat 28 Undang-undang no.10/1998, berbunyi sebagai berikut:
Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan Simpanannya.
Yang di rahasiakan bank sebagai berikut :
a) Jumlah kekayaan nasabah
b) Biodata nasabah
c) Pinjaman nasabah

Pada dasarnya bank menjalankan prinsip kepercayaan yang diberikan oleh penyimpan dana
untuk menjaga kerahasian rekening nasabahnya.

Di Indonesia pengaturan rahasia bank untuk pertama kali dilakukan pada tahun 1960 dengan
keluarnya peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor. 23 tahun 1960 tentang rahasia
bank. Pengaturan rahasia bank selanjutnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang
dapat dikelompokan menjadi 2 bagian :
1. Pengertian rahasia bank yang hanya meliputi keterngan mengenai nasabah penyimpan dana dan
simpanannya saja. Pengertian ini sangat terbatas dan berlaku sejak 10 November 1998 dengan
dikeluarkannya undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang undang-undang perbankan.
2. Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan keuangan dan lain-
lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan jasa bank. Pengertian ini sangat luas
meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan nasabah dan diterapkan dalam ketentuan yang
berlaku dari tahun 1960 sampai tanggal 10 November 1998 dengan lahirnya undang-undang
nomor 10 tahun 1998.

Pengertian rahasia bank dalam undang-undang Nomor 7 1992 yang dimuat Pasal 1 ayat 16
mengatakan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.
Pengertian ini kemudian diubah dengan pengertian baru oleh undang-undang Nomor 10 tahun
1998 yang mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
ketentuan mengenai nasabah menyimpan dan penyimpan.
BAB II
PERMASALAHAN

Pelanggaran Rahasia Bank yang diatur dalam masing-masing Negara dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama menentukan pelanggaran rahasia bank sebagai
pelanggaran perdata (civil violation). Hal yang demikian misalnya dapat dilihat dari ketentuan
Rahasia Bank menurut Hukum Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Belanda, Belgia dan
lain-lain. Sedangkan kelompok kedua menentukan pelanggaran rahasia bank sebagai
pelanggaran pidana (criminal violation) yaitu seperti di Negara Swiss, Austria, Korea, Perancis,
Luxembourg, Indonesia sendiri dan beberapa Negara lainnya.
Dengan adanya pemberlakuan ketentuan rahasia bank, ada berbagai masalah yang timbul dan
menimbulkan banyak perbedaan antara ketentuan rahasia bank dari satu Negara dan Negara
lainnya.
Masalah yang pertama adalah menyangkut ruang lingkup kerahasiaannya, yaitu :
1. Apakah yang diwajibkan untuk dirahasiakan itu seyogianya hanya terbatas dari sisi aktiva
(asset) bank atau seyogianya termasuk pula sisi passiva (liabilities) dari bank itu?
2. Apakah identitas nasabah juga termasuk lingkup yang harus dirahasiakan?

Masalah kedua adalah menyangkut jangka waktu bagi bank untuk merahasiakan
dalam hal nasabah tersebut tidak lagi menjadi nasabah. Dengan kata lain, apakah
kewajiban rahasia bank itu masih berlaku terus sekalipun yang bersangkutan tidak lagi
menjadi nasabah bank (telah menjadi mantan nasabah)?

Masalah ketiga, ialah mengenai siapa-siapa saja yang dibebani dengan kewajiban
merahasiakan itu. Apakah yang terikat oleh kewajiban rahasia bank hanya pengurus dan
pegawai bank saja? Apakah kewajiban untuk merahasiakan itu berlaku pula bagi pihak
yang terafiliasi dengan bank selain pegawai dan pengurus bank, seperti pemegang saham
bank tersebut, auditor yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan bank, konsultan
bank bagi pihak yang akan melakukan akuisisi bank tersebut, pihak yang akan
melakukan merger (penggabungan) atau konsolidasi (peleburan) dengan bank tersebut?
Masalah keempat, adalah yang menyangkut jangka waktu kewajiban
merahasiakan itu bagi pengurus dan pegawai bank. Pertanyaannya adalah apakah rahasia
bank masih tetap berlaku setelah seorang pengurus atau pegawai bank tidak lagi bekerja
pada bank yang bersangkutan? Kalau tetap berlaku, sampai berapa lama sejak pengurus
atau pegawai itu tidak lagi bekerja pada bank tersebut, kewajiban merahasiakan itu harus
dipikulnya? Apakah kewajiban itu dipikul terus seumur hidup?

Masalah kelima, mengenai sikap apa yang seharusnya diambil bila terdapat
benturan antara kepentingan nasabah secara individual dan kepentingan masyarakat luas
(kepentingan umum) berkaitan dengan berlakunya rahasia bank itu. Dengan kata lain,
bila terdapat benturan antara kewajiban untuk memegang teguh rahasia bank demi
melindungi kepentingan nasabah yang bersangkutan dan kewajiban untuk
mengungkapkan rahasia bank demi melindungi kepentingan umum, bagaimana hal itu
seyogianya diatur oleh hukum? Benturan kepentingan ini dapat terjadi misalnya
sehubungan dengan penghitungan dan penagihan pajak oleh pejabat pajak,
pemberantasan tindak pidana, antara lain tindak pidana korupsi, pemberantasan money
laundering, penyimpanan dana oleh warga negara lain dengan siapa negara lokasi bank
tersebut berperang dengan negara dari warga negara penyimpan dana tersebut (dana
simpanan warga dari negara musuh) dan negara dimana bank berlokasi memutuskan
untuk menyita semua dana simpanan dari warga negara musuh.

Masalah keenam, dalam hal terjadi keadaan dimana demi melindungi kepentingan bank, justru
kepentingan bank itu hanya mungkin terlindungi apabila bank 7 mengungkapkan keterangan
mengenai keadaan keuangan nasabah pada bank yang bersangkutan dan identitas nasabahnya.
Hal itu terjadi antara lain apabila timbul perkara gugat menggugat antara bank dan nasabah.
Tidaklah mungkin bagi bank untuk dapat membela diri dalam perkara itu apabila bank tidak
diperkenankan untuk mengungkapkan keadaan keuangan nasabah yang berperkara dengan bank
itu yang ada di bank tersebut.

Masalah ketujuh, adalah apabila dalam hal-hal tertentu rahasia bank itu boleh
diungkapkan sebagai pengecualian, maka masalahnya adalah: Apakah pengecualian itu
diberikan demi hukum atau harus terlebih dahulu memperoleh izin dari otoritas yang
berwenang. Maksudnya adalah, apabila pengecualian itu terjadi demi hukum, maka
pengecualain tersebut langsung diberikan oleh undang-undang. Tetapi apabila
pengeculian itu hanya dapat diberikan setelah terlebih dahulu diperoleh izin dari otoritas
yang berwenang memberikan izin tersebut, maka tanpa adanya izin tersebut bank tidak
mungkin mengungkapkan informasi yang harus dirahasiakan itu.

Masalah kedelapan ialah yang menyangkut siapa otoritas yang berwenang


memberikan izin pengecualian tersebut? Apakah otoritas yang berwenang memberikan
izin pengecualian itu adalah Menteri Keuangan, Pimpinan Bank Sentral, ataukah
Pengadilan, atau Kepala Negara?

Masalah yang kesembilan adalah yang menyangkut persetujuan nasabah.


Berkaitan dengan itu, ternyata berbeda-beda juga antara ketentuan negara yang satu
dengan negara yang lain mengenai apakah persetujuan nasabah dapat menghapuskan
kewajiban bank untuk memegang teguh rahasia bank itu.
BAB III
PEMBAHASAN

Dilihat dari Bab I mengenai latar belakang rahasia bank, disini akan diperjelaskan pembahasan
tentang konsep rahasia bank.
Segala sesuatu yang dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya
Pengecualian atas kewajiban rahasia bank Undang-undang no.10/1998 memberikan
pengecualian dalam 7 (tujuh) hal. Pengecualian tersebut tidak bersifat limitatif, artinya di luar 7
(tujuh) hal yang telah dikecualikan itu tidak terdapat pengecualian yang lain. Pengecualian itu
adalah:
a) Untuk kepentingan perpajakan dapat diberikan pengecualian kepada pejabat pajak berdasarkan
perintah Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan (pasal 41)
b) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, dapat diberikan pengecualian kepada Pejabat
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/PUPN atas izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 41A)
c) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana dapat diberikan pengecualian kepada
polisi, jaksa atau hakim atas izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 42)
d) Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya dapat diberikan pengecualian tanpa
harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 43)
e) Dalam rangka tukar menukar informasi di antara bank kepada bank lain dapat diberikan
pengecualian tanpaharus memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia (pasal 44)
f) Atas persetujuan, permintaan atau kuasa dari nasabah penyimpan secara tertulis dapat
diberikan pengecualian tanpa harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 44A ayat
1)
g) Atas permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan dana yang telah meninggal
dunia (pasal 44A ayat 2)

SIFAT RAHASIA BANK


a) Bersifat mutlak,
bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan
usahanya dalam keadaan apapun, biasa atau keadaan luar biasa. Terlalu mementingkan individu,
sehingga kepentingan Negara dan masyarakat terabaikan (Swiss).
b) Bersifat nisbiataurelatif,
bank diperbolehkan membuk arah asia nasabahnya, bila untuk suatu kepentingan mendesak,
misalnya kepentingan negara.

Penjelasan :
Teori yang bersifat mutlak menghendaki bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah
karena kegiatan usahanya dalam keadaan apapun baik dalam keadaan biasa maupun luar biasa,
sedangkan teori yang bersifat nisbi memperolehkan bank membuka rahasia nasabahnya untuk
kepentingan yang mendesak seperti kepentingan negara (Djumhana, 1993,111).

Negara Swiss menganut teori mutlak (absolut) dimana kepentingan individu nasabah dalam
segala hal dilindungi sedemikian rupa tanpa melihat kepentingan kepentingan lain, seperti
kepentingan negara. Kasus pemburuan harta kekayaan Soeharto di bank-bank Swiss
sebagaimana diberitakan di media massa, juga terkait dengan rahasia bank.

UU No.10 tahun 1998 jelas menganut teori nisbi (sholehuddin,1997,74) yang membenarkan
tindakan bank untuk membuka rahasia dalam beberapa kepentingan sebagaimana yang telah
dibahas terdahulu.

Dilihat dari segi hakekat rahasia bank Taufik EL Rahim menulis bahwa adanya kewajiban bank
untuk menyimpan rahasia dari nasabah didasarkan kepada 4 hal:
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak mencampuri dalam masalah yang bersifat pribadi
(personal privacy)
2. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan nasabahnya wajib dan dengan itikat
baik wajib untuk melindungi kepentingan nasabahnya.
3. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat
dengan demikian pengetahuan bank mengenai keuangan nasabah tidak disalahkan dan wajib
dijaga oleh bank.
4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan (Taufik EL Rahim, 1998:61)
Jika dikaitkan antara rahasia bank yang diatur dalam UUP, tidak terlepas dari dasar permahaman
dari hakekat rahasia bank itu sendir. Oleh karena itu perlindungan hukum yang diatur dalam
UUP tersebut merupakan suatu kepatutan, yang pengecualian hanya dapat dilakukan dalam hal-
hal yang sangat diperlukan.

Rahasia bank bukan suatu faktor yang berdiri sendiri di mana orang termotivasi untuk
melakukan kejahatan, masih ada faktor lain yang mendahuluinya.

Dilihat dari sudut teori kriminologi, rahasia bank ini telah meniadakan kontrol sosial, terhadap
terjadinya perbuatan-perbuatan yang menyimpan.

Reiss, membedakan dua macam kontrol yaitu personal control dan social control (Romli
Atmasasmita, 1992;32). Personal Control adalah kemampuan seorang untuk menahan diri untuk
tidak mencapai kebutuhannya dengan melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat,
sedangkan socialcontrol atau eksternal kontrol adalah kemampuan kelompok sosial atau
lembaga-lembaga dalam masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan menjadi
efektif.

Pertanyaan yang timbul sekarang adalah apakah dengan terjadinya berbagai kejahatan dalam
kaitannya dengan rahasia bank tersebut, rahasia bank itu sendiri yang ditiadakan? Hemat penulis
rahasia bank itu penting, dan pencegahan kejahatan juga penting, namun meniadakan rahasia
bank akan merugikan nasabah bank misalnya dalam bisnis. Jika keadaan keuangan dan hal lain
dari nasabah terbuka untuk umum, maka kemukinan besar perusahaan –perusahaan yang sedang
dijalankan oleh nasabah akan kehilangan kepercayaan dari pihak-pihak yang terkait dengan
usaha yang sedang dijalankan, karena keadaa keuangan nasabah yang dianggap tidak bonafit,
sehingga relasinya akan memutuskan hubungan dagang karena takut rugi. Padahal jika keadaan
keuangan nasabah yang sedang dalam keadaan tidak baik itu tidak diketahui oleh relasinya,
nasabah masih mungkin untuk memperbaiki keadaan keuangannya.

Dilain pihak kemungkinan terjadinya kejahatan lain seperti seperti penculikan dengan meminta
tebusan atau pemerasan, jika keadaan keuangan setiap nasabah tidak dirahasiakan.
Pencegahan kejahatan yang berhubungan dengan rahasia bank ini mungkin dapat diikuti
ketentuan yang berlaku di Amerika Serikat untuk mencegah praktek money laundering dengan
menanyakan asal uang yang disimpan, jika simpanan begitu banyak. Jika diketahui ada bani
yang menyimpan yang yang diperoleh secara legal, bank tersebut akan di kenai sanksi (Bohari,
1999;50) Di Indonesia ketentuan yang demikian ini belum ada.

Sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 ayat (22) Undang-undang no.10/1998, yang dimaksud
pihak terafiliasi adalah:

anggota dewan komisaris, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau karyawan bank,
anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat atau karyawan bank, khusus bagi
bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain: akuntan publik, penilai,
konsultan hukum, dan konsultan lainnya pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia, turut
serta mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah :
1. Setiap Bank wajib memegang teguh prinsip rahasia bank. Adapun salah satu bentuk
upaya yang dapat dilakukan Bank di dalam menjaga keamanan rahasia bank adalah
apabila ada orang yang menanyakan identitas dari nasabah atau aktivitasnya dibank
selain dari pihak ketiga yang berwenang yaitu Kejaksaan, Kepolisan, dan Pengadilan.
Maka Bank tidak memberikan informasi apapun. Bank akan merahasiakannya dengan
melakukan upaya menjaga keamanan rahasia bank berarti secara tidak langsung juga
menjaga keamanan keuangan nasabah karena rahasia bank mencakup perlindungan
terhadap nasabah dan simpanannya.
2. Masalah tindak pidana perbankan merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan bila
kita bahas tentang hukum perbankan. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang perbankan, pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank dikategorikan
sebagai “tindak pidana kejahatan”. Oleh karena itu pelanggar ketentuan Rahasia Bank,
apabila dibandingkan dengan hanya sekedar pelanggaran, perlu diberi sanksi hokum
pidana yang lebih berat lagi. Sanksi Pidana tersebut bukan hanya sebagai pelengkap suatu
peraturan dalam bidang perbankan melainkan diperlukan guna ditaatinya peraturan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Francis Neate & Roger McCormick Bank Confidentiality; London; International Bar
Association/Butterworths, 1990, Dennis Campbell (General Ed);
2. Dennis Campbell (General Ed) International Bank Secrecy, London; Sweet & Maxwell,
1992
3. Prof.Dr. Bambang Poernomo, SH dan Aruan Sakidyo, SH, MH, Hukum Pidana; Dasar
Aturan Umum Hukum Pidana Kodofikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

Anda mungkin juga menyukai