Anda di halaman 1dari 12

TEORI KERAHASIAAN BANK

Dosen pembimbing :
Sufitrayati, S.E., M.Si

Oleh :

Rahmat Munandar – 190603128

Muhammad Rizki – 190603104

Ihdina Putra – 190603101

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN AR – RANIRY PRODI


PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Yang mana kami dapat
menyelesaikan makalah pada mata kuliah system perbankan konvensional tentang “TEORI
KERAHASIAAN BANK”
Makalah ini digunakan mahasiswa semester 3 program study PERBANKAN SYARIAH
fakultas ekonomi dan bisnis islam universitas UIN ARRANIRY banda aceh, yang dimaksudkan
untuk mempermudah mahasiswa dalam pehamaman materi mata kuliah tersebut. Mudah
mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat yang besar pada para
mahasiswa/i.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Sufitrayati, S.E., M.Si selaku
dosen mata kuliah system perbankan konvensional, terima kasih kepada kelompok 6 ,serta pihak-
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf . Dan
terima kasih atas sumbang sarannya.

Banda Aceh, november 2020

KELOMPOK 6

~i~
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 Pengertian Kerahasiaan Bank..................................................................................2


2.2. Teori Dalam Kerahasiaan Bank................................................................................3
2.3 Pengecualian Rahasia Bank.....................................................................................4

BAB III PENUTUP...................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan................................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8

~ ii ~
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rahasia bank tersebut sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di babylonia yang tercantum
dalam code of hamurabi. Rahasia bank dalam perkembangannya diakui sebagai bagian dari
hak asasi manusia untuk melindungi rahasia pribadinya (right of privacy) terutama
berkaitan dengan rahasia miliknya dan keuangannya. Abad pertengahan ketentuan semacam
rahasia bank itu telah diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di kerajaan Jerman
dan kota-kota di Italia bagian utara. Berkembangnya perdagangan dan ambruknya
feodalisme dalam pertarungan yang semakin sengit untuk memperjuangkan hak-hak
individu, kepercayaan kepada kebijaksanaan bank untuk merahasiakan keterangan-
keterangan mengenai keuangan dan pribadi nasabah-nasabahnya yang menjadi suatu
kebutuhan yang tidak bisa ditawar bagi perlindungan hak milik pribadi dan bagi
kelangsungan praktek perdagangan. Menjelang pertengahan abad ke-19, boleh dikatakan
semua pemerintah di eropa barat telah mengesahkan asas kerahasiaan perbankan, dan
semenjak itu Undang-Undang serupa telah diberlakukan di setiap negara yang menghendaki
sistem perbankan. Tujuan 6 diadakannya Undang-Undang rahasia bank adalah untuk
menciptakan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.

Dasar hukum rahasia bank terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
diundangkan pada tanggal 10 November 1998, dalam Pasal 40 ayat (1) menyebutkan
bahwa,“ bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 44,
dan Pasal 44A”. mengenai jenis keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank, dalam
penjelasan juga disebutkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari kerahasiaan bank ?

1.2.2 Apa saja teori dalam kerahasiaan bank ?

1.2.3 Bagaimana pengecualian terhadap rahasia bank ?

1.3 Tujuan Penulisan

~1~
1.3.1 Mengetahui apa itu kerahasiaan bank

1.3.2 Kemudian dapat memahami apa saja teori dalam kerahasiaan bank itu dan
bagaimana pengecualinnya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerahasiaan Bank

Pengertian Rahasia Bank.  Kerahasiaan bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya sesuai dengan Pasal 1 angka
28 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu
yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya meliputi
segala keterangan tentang orang dan badan yang memperoleh pemberian layanan dan jasa dalam
lalu lintas uang, baik dalam maupun luar negeri, yang meliputi:

a). Jumlah kredit

b). Jumlah dan jenis rekening nasabah (Simpanan Giro, Deposito, Tabanas, Sertifikat, dan surat
berharga lainnya);

c). Pemindahan (transfer) uang

d). Pemberian garansi bank

e).  Pendiskontoan surat-surat berharga

f).  Pemberian kredit.

Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam bentuk
simpanan berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang bersangkutan.Simpanan adalah
dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu (Pasal 1 angka (5) UU No.10 Tahun 1998).

~2~
2.2 Teori Dalam Kerahasiaan Bank

Adapun teori Sifat Rahasia Bank diantaranya adalah

2.2.1 Teori Mutlak (Absolute Theory)

Berdasarkan teori Mutlak, Rahasia Bank sifatnya mutlak. Artinya, semua


keterangan mengenai nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan
tanpa pengecualian dan pembatasan. Kerahasiaan nasabah dan keuangannya tidak dapat
dibuka atau diungkap dengan alasan dan oleh siapapun. Apabila terjadi pelanggaran
terhadap kerahasiaan tersebut, Bank yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas
segala akibat yang ditimbulkannya.

Keberatan terhadap teori mutlak ini adalah terlalu individualis, artinya hanya
mementingkan hak individu (perseorangan. Teori Mutlak juga bertentangan dengan
kepentingan umum. Ini artinya kepentingan Negara atau masyarakat banyak
dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan Negara atau masyarakat
banyak.Sifat mutlak rahasia bank sangat sulit untuk diterobos dengan alasan apapun baik
oleh hukum maupun oleh undang-undang sekalipun. Teori mutlak banyak dianut oleh
bank- bank yang ada di Negara Swiss.

2.2.2 Teori Relatif (Relative Theory)

Berdasarkan teori relatif, Rahasia Bank sifatnya relative (terbatas). Artinya,


semua keterangan mengenai nasabahdan keuangannya yang tercatat di bank wajib
dirahasiakan. Rahasia keuangan nasabah dapat dibuka (diungkapkan) kepada pejabat
yang berwenang dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-undang, Keberatan
terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan perlindungan bagi
pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkau oleh aparat penegak
hukum karena tidak terkena penyidikan. Dengan demikian dananya tetap aman.

Teori relative sesuai dengan rasa keadilan (sense of justice), artinya kepentingan
Negara atau kepentingan masyarakat banyak tidak dikesampingkan. Teori relative dapat
melindungi kepentingan semua pihak, baik individu, masyarakat maupun Negara. Teori
relatif di anut oleh bank-bank yang ada di Negara Amerika Serikat, Belanda, Malaysia,
Singapura dan Indonesia. Di Indonesia teori relative ini diatur dalam Pasal 40 Undang-

~3~
Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.

2.3 Pengecualian Rahasia Bank

Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,


namum ada beberapa pengecualian dapat membuka dalam beberapa hal sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 40 Ayat (1) dan Pasal 41, Pasal
41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.

a). Untuk Kepentingan Perpajakan

Dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang


Perbankan ditentukan: “Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas
permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank
agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak”.

b). Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank

Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang Negara dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank
Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank
mengenai simpanan Nasabah Debitur.

c). Untuk Kepentingan Peradilan Pidana

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan bank Indonesia


dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan
dari Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.

d). Untuk Kepentingan Peradilan Perdata

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan bank Indonesia


dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan
dari Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.

~4~
e). Untuk Keperluan Tukar-Menukar Informasi Antar Bank

“Tukar-menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk memperlancar dan


mengamankan kegiatan usaha Bank antara lain guna mencegah kredit rangkap serta
mengetahui keadaan dan status dari bank yang lain. Dengan demikian, Bank dapat
menilai tingkat risiko yang dihadapi sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah
atau dengan Bank lain”

f). Pemberian Keterangan atas Persetujuan Nasabah,

Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat
secara tertulis, Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah
Penyimpan pada Bank yang bersangkutan kepada pihak yang tunjuk oleh Nasabah
Penyimpan tersebut.

Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan yang berhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan tersebut.

Sanksi Pelanggaran Kerahasian Bank

Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank, mereka
berhak untuk mengetahui ini keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat
kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku,
termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum
dalam undang-undang No 10 Tahun 1998.

Pembukaan rahasia bank yang tidak mengacu kepada ketentuan dari BI berdasarkan pasal
51 ayat 1 Undang-undang tentang perbankan, maka perbuatan tersebut dianggap sebagai
kejahatan, dan diancam dengan ketentuan pidana dan sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam pasal 47 dan pasal 47A jo. Pasal 52 yaitu sebagai berikut

a). Sanksi Pidana

Di dalam pembukaan rahasia bank untuk kepentingan peradilan dalam perkara


pidana, tanpa membawa perintah atau izin tertulis dari pimpinan bank indonesia, dengan
sengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan, diancam
dengan pidana penjara dan denda.

Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya
yang dengan sengaja membuka rahasia bank di mana tidak  melalui prosedur, diancam
dengan pidana penjara dan denda.

~5~
– Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan atau membuka rahasia bank di mana telah ditempuh prosedur,
diancam dengan pidana penjara dan denda.

b). Sanksi Administratif

Selain ketiga sanksi pidana tersebut, untuk setiap sanksi pidana, pihak pimpinan
Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan, Bank
indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai berikut:

– Denda Uang

– Teguran tertulis

– Penurunan tingkat kesehatan bank

– Larangan turut serta dalam kegiatan kliring

– Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk
bank secara keseluruhan

– Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti


sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota koperasi mengangkat
pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia

– Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang
tercela dibidang perbankan.

~6~
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menarik beberapa poin penting dalam pembahasan
makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 16 UU No. 7 Tahun 1992, yang dimaksud


denganrahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-
hal laindari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan.Selanjutnya ketentuan Pasal 1 angka 16 tersebut diubah menjadi Pasal 1
angka 28
UU No. 10 Tahun 1998, yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia ban
kadalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.
2. Tinjauan teori tentang rahasia bank menunjukkan ada dua pendapat. Pertama,
teorimutlak, yaitu bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui
oleh bank karena kegiatan usahanya dalam keadaan apa pun.  Kedua, teori nisbi, yaitu
bankdiperbolehkan membuka rahasia nasabahnya jika untuk suatu kepentingan
yangmendesak, misalnya kepentingan negara.
3. Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berkaitan dengan perbankan.Pertama, tindak pidana
yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa perintah atauizin dari Pimpinan Bank
Indonesia dengan sengaja memaksa bank.Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh
anggota Dewan Komisaris, Direksi, PegawaiBank, atau pihak terafiliasi lainnya, yang
dengan sengaja memberikan keterangan yangwajib dirahasiakan oleh bank.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya kita menggabil pelajaran dari apa yang terurai dari materi
di atas, dimana dengan adanya makalah ini kita dapat membuka wawasan tentang perbankan dan

~7~
system yang di milikinya dan diharapkan dapat memahami apa itu kerahasiaan bank, teori dalam
kerahasian bank, dan yang terakhir sangsi apa yang didapat bila kita membeberkannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT
Citra Aditya Bakti,  Bandung.
3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali
Pers, Jakarta.
4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi
Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat,
Jakarta.
7. Djamil, Fathurrakman,  2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
10. Rangkuman Ringkasan Kerahasiaan Bank. Pendirian suatu perusahaan dalam
bentuk apapun haruslah mendapat izin dari instansi yang terkait terlebih dahulu,
demikian pula izin untuk melakukan usaha perbankan.
11. Bagi perbankan sebelum melakukan kegiatannya harus memperoleh izin dari Bank
Indonesia. Artinya jika ingin mendirikan bank, maka harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
12. Izin pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat meliputi izin prinsip dan
izin usaha, sesuai yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1998.
13. Disamping izin yang telah diajukan, maka pemohon dapat memilih bentuk badan
hukum yang diinginkan dan telah ditentukan. Pemilihan bentuk badan hukum ini
tergantung dari jenis bank yang dipilihnya.
14. Untuk bank umum bentuk badan hukum antara lain; Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi atau Perseroan Daerah (PD), sedangkan untuk bank perkreditan Rakyat
bentuk badan hukumnya adalah Perusahaan Daerah (PD), Koperasi, Perseroan
Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
~8~
15. Kegiatan perbankan adalah mengelola uang masyarakat, maka bank wajib pula
menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat tersebut. Bank wajib menjamin
keamanan uang nasabah agar benar-benar aman. Untuk itu pihak bank dilarang
memberikan keterangan yang tercatat tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari
nasabah kepada pihak lain.
16. Dalam arti bank harus menjaga rahasia keadaan keuangan nasabah dan apabila
melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi baik sanksi pidana
maupun sanksi administratif.

~9~

Anda mungkin juga menyukai