Dosen pembimbing :
Sufitrayati, S.E., M.Si
Oleh :
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Yang mana kami dapat
menyelesaikan makalah pada mata kuliah system perbankan konvensional tentang “TEORI
KERAHASIAAN BANK”
Makalah ini digunakan mahasiswa semester 3 program study PERBANKAN SYARIAH
fakultas ekonomi dan bisnis islam universitas UIN ARRANIRY banda aceh, yang dimaksudkan
untuk mempermudah mahasiswa dalam pehamaman materi mata kuliah tersebut. Mudah
mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat yang besar pada para
mahasiswa/i.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Sufitrayati, S.E., M.Si selaku
dosen mata kuliah system perbankan konvensional, terima kasih kepada kelompok 6 ,serta pihak-
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf . Dan
terima kasih atas sumbang sarannya.
KELOMPOK 6
~i~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan................................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8
~ ii ~
BAB I
PENDAHULUAN
Rahasia bank tersebut sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di babylonia yang tercantum
dalam code of hamurabi. Rahasia bank dalam perkembangannya diakui sebagai bagian dari
hak asasi manusia untuk melindungi rahasia pribadinya (right of privacy) terutama
berkaitan dengan rahasia miliknya dan keuangannya. Abad pertengahan ketentuan semacam
rahasia bank itu telah diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di kerajaan Jerman
dan kota-kota di Italia bagian utara. Berkembangnya perdagangan dan ambruknya
feodalisme dalam pertarungan yang semakin sengit untuk memperjuangkan hak-hak
individu, kepercayaan kepada kebijaksanaan bank untuk merahasiakan keterangan-
keterangan mengenai keuangan dan pribadi nasabah-nasabahnya yang menjadi suatu
kebutuhan yang tidak bisa ditawar bagi perlindungan hak milik pribadi dan bagi
kelangsungan praktek perdagangan. Menjelang pertengahan abad ke-19, boleh dikatakan
semua pemerintah di eropa barat telah mengesahkan asas kerahasiaan perbankan, dan
semenjak itu Undang-Undang serupa telah diberlakukan di setiap negara yang menghendaki
sistem perbankan. Tujuan 6 diadakannya Undang-Undang rahasia bank adalah untuk
menciptakan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.
Dasar hukum rahasia bank terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
diundangkan pada tanggal 10 November 1998, dalam Pasal 40 ayat (1) menyebutkan
bahwa,“ bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 44,
dan Pasal 44A”. mengenai jenis keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank, dalam
penjelasan juga disebutkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan.
~1~
1.3.1 Mengetahui apa itu kerahasiaan bank
1.3.2 Kemudian dapat memahami apa saja teori dalam kerahasiaan bank itu dan
bagaimana pengecualinnya
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Rahasia Bank. Kerahasiaan bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya sesuai dengan Pasal 1 angka
28 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu
yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya meliputi
segala keterangan tentang orang dan badan yang memperoleh pemberian layanan dan jasa dalam
lalu lintas uang, baik dalam maupun luar negeri, yang meliputi:
b). Jumlah dan jenis rekening nasabah (Simpanan Giro, Deposito, Tabanas, Sertifikat, dan surat
berharga lainnya);
Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam bentuk
simpanan berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang bersangkutan.Simpanan adalah
dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu (Pasal 1 angka (5) UU No.10 Tahun 1998).
~2~
2.2 Teori Dalam Kerahasiaan Bank
Keberatan terhadap teori mutlak ini adalah terlalu individualis, artinya hanya
mementingkan hak individu (perseorangan. Teori Mutlak juga bertentangan dengan
kepentingan umum. Ini artinya kepentingan Negara atau masyarakat banyak
dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan Negara atau masyarakat
banyak.Sifat mutlak rahasia bank sangat sulit untuk diterobos dengan alasan apapun baik
oleh hukum maupun oleh undang-undang sekalipun. Teori mutlak banyak dianut oleh
bank- bank yang ada di Negara Swiss.
Teori relative sesuai dengan rasa keadilan (sense of justice), artinya kepentingan
Negara atau kepentingan masyarakat banyak tidak dikesampingkan. Teori relative dapat
melindungi kepentingan semua pihak, baik individu, masyarakat maupun Negara. Teori
relatif di anut oleh bank-bank yang ada di Negara Amerika Serikat, Belanda, Malaysia,
Singapura dan Indonesia. Di Indonesia teori relative ini diatur dalam Pasal 40 Undang-
~3~
Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.
Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang Negara dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank
Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank
mengenai simpanan Nasabah Debitur.
~4~
e). Untuk Keperluan Tukar-Menukar Informasi Antar Bank
Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat
secara tertulis, Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah
Penyimpan pada Bank yang bersangkutan kepada pihak yang tunjuk oleh Nasabah
Penyimpan tersebut.
Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan yang berhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan tersebut.
Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank, mereka
berhak untuk mengetahui ini keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat
kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku,
termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum
dalam undang-undang No 10 Tahun 1998.
Pembukaan rahasia bank yang tidak mengacu kepada ketentuan dari BI berdasarkan pasal
51 ayat 1 Undang-undang tentang perbankan, maka perbuatan tersebut dianggap sebagai
kejahatan, dan diancam dengan ketentuan pidana dan sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam pasal 47 dan pasal 47A jo. Pasal 52 yaitu sebagai berikut
Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya
yang dengan sengaja membuka rahasia bank di mana tidak melalui prosedur, diancam
dengan pidana penjara dan denda.
~5~
– Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan atau membuka rahasia bank di mana telah ditempuh prosedur,
diancam dengan pidana penjara dan denda.
Selain ketiga sanksi pidana tersebut, untuk setiap sanksi pidana, pihak pimpinan
Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan, Bank
indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai berikut:
– Denda Uang
– Teguran tertulis
– Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk
bank secara keseluruhan
– Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang
tercela dibidang perbankan.
~6~
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menarik beberapa poin penting dalam pembahasan
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya kita menggabil pelajaran dari apa yang terurai dari materi
di atas, dimana dengan adanya makalah ini kita dapat membuka wawasan tentang perbankan dan
~7~
system yang di milikinya dan diharapkan dapat memahami apa itu kerahasiaan bank, teori dalam
kerahasian bank, dan yang terakhir sangsi apa yang didapat bila kita membeberkannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasmir, 2012, “Dasar Dasar Perbankan”, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
2. Djumhana, Muhamad, 2006, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Cetakan Kelima, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
3. Kasmir, 2015, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi 2014, Rajawali
Pers, Jakarta.
4. Mangani, Silvanita, Ktut, 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
5. Mishkin, S., Frederic, 2008’ “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Uang”, Edisi
Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
6. Joesoef, Jose Rizal, 2008, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat,
Jakarta.
7. Djamil, Fathurrakman, 2012, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah”, Cetakan Pertama, Sinae Grafika, Jakarta.
8. Fuady, Munir, 2004, “Hukum Perbankan Modern”, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
9. Machmud, A. Rukmana, H., 2010, “Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
10. Rangkuman Ringkasan Kerahasiaan Bank. Pendirian suatu perusahaan dalam
bentuk apapun haruslah mendapat izin dari instansi yang terkait terlebih dahulu,
demikian pula izin untuk melakukan usaha perbankan.
11. Bagi perbankan sebelum melakukan kegiatannya harus memperoleh izin dari Bank
Indonesia. Artinya jika ingin mendirikan bank, maka harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
12. Izin pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat meliputi izin prinsip dan
izin usaha, sesuai yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1998.
13. Disamping izin yang telah diajukan, maka pemohon dapat memilih bentuk badan
hukum yang diinginkan dan telah ditentukan. Pemilihan bentuk badan hukum ini
tergantung dari jenis bank yang dipilihnya.
14. Untuk bank umum bentuk badan hukum antara lain; Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi atau Perseroan Daerah (PD), sedangkan untuk bank perkreditan Rakyat
bentuk badan hukumnya adalah Perusahaan Daerah (PD), Koperasi, Perseroan
Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
~8~
15. Kegiatan perbankan adalah mengelola uang masyarakat, maka bank wajib pula
menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat tersebut. Bank wajib menjamin
keamanan uang nasabah agar benar-benar aman. Untuk itu pihak bank dilarang
memberikan keterangan yang tercatat tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari
nasabah kepada pihak lain.
16. Dalam arti bank harus menjaga rahasia keadaan keuangan nasabah dan apabila
melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi baik sanksi pidana
maupun sanksi administratif.
~9~