A. LATAR BELAKANG
Bank sebagai suatu lembaga yg melindungi dana nasabah juga berkewajiban untuk
menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yg dapat merugikan
nasabah. Dan sebaliknya masyarakat yang sangat mempercayakan uangnya untuk
dikelola oleh bank harus dilindungi terhadap tindakan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh bank yang bisa merugikan nasabahnya.
Dengan adanya agunan kerahasian bank atas seluruh data-data warga pada
hubungannya menggunakan bank, maka warga wajib mempercayai bank tadi, lalu
selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa
bank. Kepercayaan nasabah lahir jika berdasarkan bank terdapat agunan bahwa
pengetahuan bank mengenai simpanan & keadaan keuangan nasabah tadi nir
disalahgunakan, menggunakan adanya ketentuan tadi ditegaskan bahwa bank wajib
selalu memegang teguh misteri bank.
B. RMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian tindak pidana rahasia bank?
2. Apa saja bentuk sifat dan rahasia bank?
3. Apa saja bentuk kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk
pelanggaran rahasia bank?
4. Apa saja Pengecualian Rahasia bank?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian dan tindak pidana rahasia bank.
2. Agar mengatahui sifat dan rahasia bank.
3. Agar mengetahui kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk
pelanggaran rahasia bank.
4. Agar mengetahui Pengecualian Rahasia bank.
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian rahasia bank
Dalam rangka menghindari penyalahgunaan keuangan nasabah maka dibuatlah
aturan khusus yang melarang bank untuk memberikan informasi kepada siapapun
yang berkaitan dengan keadaan keuangan nasabah, simpanan dan penyimpanannya
sebagaimana diatur dalam UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan kecuali
dalam hal-hal tertentu yang disebutkan secara tegas di dalam Undang-Undang
tersebut. Hal ini yang disebut dengan Rahasia Bank.
Namun, rahasia lain yang bukan rahasia tetapi juga rahasia antara bank dan
nasabah tidak termasuk dalam konsep rahasia bank dalam pengertian hukum
Deutsche Bank. Rahasia lain yang bukan rahasia bank. Misalnya, kerahasiaan data
terkait pengawasan bank oleh Bank Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 30 (3) dan 33 UU Perbankan.
Pengertian dari rahasia bank dapat ditemukan dalam ketentuan UU Perbankan,
yaitu sebagai berikut: Rahasia Bank adalah semua yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Bank mempunyai
kewajiban untuk merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya,
terkecuali dalam hal-hal tertentu.
Dari pengertian yang diberikan tersebut tentang ketentuan rahasia bank, dapat
ditarik unsur-unsur dari rahasia bank sbb :
a. Rahasia bank tersebut berhubungan dengan semua keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan kecuali ke dalam kategori pengecualian
berdasarkan prosedur dan UUD yang berlaku.
c. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah pihak terafiliasi.
Selain itu, menurut Munir Fuady, dia memaknai rahasia bank secara
berbeda. Menurutnya, rahasia bank adalah hubungan antara bank dengan
nasabahnya, yang sebenarnya bukan hubungan kontraktual biasa. Namun
dalam hubungan ini, bank juga berkewajiban untuk tidak mengungkapkan
rahasia nasabah kepada pihak ketiga kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ini disebut rahasia bank. Oleh karena itu,
istilah rahasia bank mengacu pada rahasia dalam hubungan antara bank.
3. kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk pelanggaran
rahasia bank.
Seperti yang tercantum pada Pasal 47 ayat (2) undang-undang No. 10 thn
1998 Tentang Perbankan, pihak-pihak yang berkewajiban dalam memegang teguh
ketentuan rahasia pada bank yaitu:
a. anggota dewan komisaris bank.
b. anggota direksi bank.
c. pegawai bank.
d. pihak-pihak terafiliasi lainnya.
Dalam pasal yang telah disebutkan diatas dapat diketahui, yang dimaksudkan
sebagai pegawai bank adalah semua pejabat &karyawan bank. Dapat disimpulkan
dari pasal ini, maka oknum-oknum yang bekerja sebagai pegawai bank, sekalipun
tidak berhak terhadap data yang dirahasiakan yang bersangkutan dengan nasabah
penyimpan serta simpanannyadan diharuskan untuk tetap menjaga
kerahasiannnya. Pasal ini juga berlaku untuk urusan logistic, juru ketik, satpam
cleaning servicedan sopir yang bekerja pada bank, akn terhitung sebagai oknum-
oknum yang terkena ketentuan rahasia bank yang akan terkena ketentuan rahasia
bank
Dalam fenomena yang sering terjadi seperti seorang nasabah bisa saja
berhenti menjadi nasabah suatu bank dan berpindah dibank lainnya, atau
menjadi nasabah pada beberapa bank pada waktu yang bersamaan. Berhadapan
dengan faktaseperti ini, apakah bank harus tetap merahasiakan walaupun
seorang nasabah tersebut sudah tidak lagi menjadi nasabah bank tersebut.
Persoalan ini ternyata belum diatur di dalam UU Perbankan. Maka dari itu,
dalam revisi UU Perbankan di masa depan seyogyanya perlu diatur di dalam
UU Perbankan bahwa bank masih terikat kewajiban untuk merahasiakan
keterangan mantan nasabahnya selama kurun waktu yang ditentukan, misalnya
enam tahun.
1) Sanksi pidana :
a) Barang siapa saja tanpa membawa perintah tertulis atau biar berdasarkan
Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Pasal 41, Pasal
41A, & Pasal 42, menggunakan sengaja memaksakan bank atau Pihak yg
Terafiliasi buat menaruh liputan sebagaimana dimaksud pada Pasal 40,
diancam menggunakan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (2) tahun &
paling usang 4 (empat) tahun dan hukuman sekurang-kurangnya
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) & paling poly
Rp200.000.000.000,00 (2 ratus miliar rupiah). Pasal 47 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan.
b) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi
lainnya yang dengan sengaja memberikan keteranganyang wajib
dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4(empat) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliarr rupiah). Pasal 47 ayat 2
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan.
c) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan
sengaja tidak memberi keterangan harus dipenuhi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). Pasal 47A
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-UndangNomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan.
2) Sanksi administratif
a) denda uang
b) teguran tertulis
c) penurunan tingkat kesehatan bank
d) larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring
e) pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu
maupun untuk bank secara keseluruhan
f) pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat =
Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan
Bank Indonesia
g) pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam
daftar orang tercela di bidang Perbankan.
3) Pengecualian Rahasia bank
a. Pasal 41 ayat (1) : Untuk kepentingan perpajakan pimpinan Bank Indonesia
atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah
tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan
bukti-bukti tertulis serta surat- surat mengenai keadaan keuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
b. Pasal 42 ayat (1) : Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana
pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa atau
hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
tersangka atau terdakwa pada bank.
c. Pasal 41A ayat (1) : Untuk penyelesaian piutang bank yang telah
diserahkan kepada badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan
piutang Negara, pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat
badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah
debitur
d. Pasl 43 : Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi
bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan
tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan
keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut
e. Pasal 44 ayat (1) : Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank,
direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada
bank lain
f. Pasal 44A ayat (1) : Atas permintaan, persetujuan ataukuasa dari nasabah
penyimpanyang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan
mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan
kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpantersebut
g. Pasal 44A ayat (2) : Dalam hal nasabah menyimpan telah meninggal dunia,
ahli waris yang sah dari penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh
keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut
E. KESIMPULAN
Dengan adanya jaminan kerahasian bank atas semua data-data masyarakat dalam
hubungannya dengan bank, maka masyarakat harus mempercayai bank tersebut,
kemudian selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya kepada bank atau
memanfaatkan jasa bank. Kepercayaan masyarakat lahir apabila dari bank ada jaminan
bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tersebut
tidak disalahgunakan, dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus
selalu memegang teguh rahasia bank.