Anda di halaman 1dari 10

TINDAK PIDANA RAHASIA BANK

Latifa Hanum (191420000348) Reza Emilia Putri (191420000371) Aminanto


(191420000416) Muhammad Jaelani (191420000384) Winda Emilianis (191420000382)
Istiqomah (191420000357) Nurul Azizatunnisa’ (191420000339)

A. LATAR BELAKANG

Bank sebagai suatu lembaga yg melindungi dana nasabah juga berkewajiban untuk
menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yg dapat merugikan
nasabah. Dan sebaliknya masyarakat yang sangat mempercayakan uangnya untuk
dikelola oleh bank harus dilindungi terhadap tindakan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh bank yang bisa merugikan nasabahnya.

Dengan adanya agunan kerahasian bank atas seluruh data-data warga pada
hubungannya menggunakan bank, maka warga wajib mempercayai bank tadi, lalu
selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa
bank. Kepercayaan nasabah lahir jika berdasarkan bank terdapat agunan bahwa
pengetahuan bank mengenai simpanan & keadaan keuangan nasabah tadi nir
disalahgunakan, menggunakan adanya ketentuan tadi ditegaskan bahwa bank wajib
selalu memegang teguh misteri bank.

B. RMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian tindak pidana rahasia bank?
2. Apa saja bentuk sifat dan rahasia bank?
3. Apa saja bentuk kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk
pelanggaran rahasia bank?
4. Apa saja Pengecualian Rahasia bank?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian dan tindak pidana rahasia bank.
2. Agar mengatahui sifat dan rahasia bank.
3. Agar mengetahui kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk
pelanggaran rahasia bank.
4. Agar mengetahui Pengecualian Rahasia bank.
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian rahasia bank
Dalam rangka menghindari penyalahgunaan keuangan nasabah maka dibuatlah
aturan khusus yang melarang bank untuk memberikan informasi kepada siapapun
yang berkaitan dengan keadaan keuangan nasabah, simpanan dan penyimpanannya
sebagaimana diatur dalam UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan kecuali
dalam hal-hal tertentu yang disebutkan secara tegas di dalam Undang-Undang
tersebut. Hal ini yang disebut dengan Rahasia Bank.
Namun, rahasia lain yang bukan rahasia tetapi juga rahasia antara bank dan
nasabah tidak termasuk dalam konsep rahasia bank dalam pengertian hukum
Deutsche Bank. Rahasia lain yang bukan rahasia bank. Misalnya, kerahasiaan data
terkait pengawasan bank oleh Bank Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 30 (3) dan 33 UU Perbankan.
Pengertian dari rahasia bank dapat ditemukan dalam ketentuan UU Perbankan,
yaitu sebagai berikut: Rahasia Bank adalah semua yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Bank mempunyai
kewajiban untuk merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya,
terkecuali dalam hal-hal tertentu.
Dari pengertian yang diberikan tersebut tentang ketentuan rahasia bank, dapat
ditarik unsur-unsur dari rahasia bank sbb :
a. Rahasia bank tersebut berhubungan dengan semua keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan kecuali ke dalam kategori pengecualian
berdasarkan prosedur dan UUD yang berlaku.
c. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah pihak terafiliasi.

Namun demikian, ketentuan rahasia bank Indonesia diatur dalam Undang-


Undang Perbankan (selanjutnya disebut UUP). Adanya undang-undang ini
harus mencegah penyalahgunaan dana nasabah. Dalam konteks peraturan ini,
pelanggaran rahasia bank juga merupakan tindak pidana dan orang yang tidak
mengikuti rahasia bank dapat dituntut. Bagi bank syariah, ketentuan rahasia
bank secara tegas diatur dalam ketentuan Pasal 41-49 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Bank Umum Syariah. Namun, dari Pasal 42 sampai
Pasal 48.

Menurut Muhammad Jumana, rahasia bank adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan keuangan dan operasional lainnya dari nasabah bank dan
tidak boleh dibuka untuk umum menurut norma industri perbankan. Dalam hal
ini, bank biasanya perlu merahasiakan semua data dan informasi keuangan,
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan individu dan kelompok yang diketahui
bank sebagai akibat dari kegiatan usahanya.

Selain itu, menurut Munir Fuady, dia memaknai rahasia bank secara
berbeda. Menurutnya, rahasia bank adalah hubungan antara bank dengan
nasabahnya, yang sebenarnya bukan hubungan kontraktual biasa. Namun
dalam hubungan ini, bank juga berkewajiban untuk tidak mengungkapkan
rahasia nasabah kepada pihak ketiga kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ini disebut rahasia bank. Oleh karena itu,
istilah rahasia bank mengacu pada rahasia dalam hubungan antara bank.

2. Sifat dan Rahasia Bank


Ada dua teori tentang sifat rahasia bank, yang pertama rahasia bank itu mutlak
(teori absolut), yang lain relatif (teori relativitas). Masing-masing teori ini berdiri
dengan alasan atau argumen mereka. Ada dua teori tentang kekuatan penerapan
Prinsip Rahasia Bank, yaitu:
a. Teori Mutlak Menurut teori ini, kerahasiaan bank adalah mutlak. Semua
informasi yang tercatat dengan bank tentang nasabah dan keuangan mereka
harus dijaga kerahasiaannya tanpa pengecualian dan batasan. Kerahasiaan
mengenai klien dan keuangannya tidak boleh diungkapkan (disclosed) dengan
alasan apapun dan kepada siapapun. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan kerahasiaan, bank yang bersangkutan menanggung segala
konsekuensinya. Keberatan terhadap teori absolut adalah terlalu individualistis,
artinya hanya berfokus pada hak-hak individu.
b. Teori Relatif Mengenai teori ini, bank bersifat relatif (terbatas). Semua
informasi yang tercatat di bank tentang nasabah dan keuangannya harus dijaga
kerahasiaannya. Namun, rahasia bank mengenai keuangan klien dapat
diungkapkan (disclosed) kepada pejabat yang berwenang, seperti pejabat
pajak, penyidik kejahatan ekonomi, jika ada pembenaran yang dapat
dibuktikan secara hukum. Keberatan dari teori relativitas adalah bahwa rahasia
bank masih dapat digunakan untuk melindungi pemilik uang haram yang
kebetulan tidak dapat diakses oleh penegak hukum (low law enforcement)
karena tidak terpapar penyidik. Oleh karena itu, dana tersebut aman, tetapi
secara teoritis lebih sesuai dengan rasa keadilan, yaitu tidak akan disisihkan
begitu saja untuk kepentingan negara atau masyarakat. Rahasia keuangan klien
dapat diungkapkan (disclosed) jika ada alasan untuk mengikuti prosedur
hukum. Oleh karena itu, teori relativitas melindungi kepentingan semua pihak,
termasuk kepentingan individu, masyarakat, dan bangsa. Teori ini banyak
dianut oleh Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Singapura, Indonesia dan
negara-negara lain. Rahasia bank berdasarkan teori-teori terkait yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

3. kewajiban pada siapa saja rahasia bank dan sanksi untuk pelanggaran
rahasia bank.
Seperti yang tercantum pada Pasal 47 ayat (2) undang-undang No. 10 thn
1998 Tentang Perbankan, pihak-pihak yang berkewajiban dalam memegang teguh
ketentuan rahasia pada bank yaitu:
a. anggota dewan komisaris bank.
b. anggota direksi bank.
c. pegawai bank.
d. pihak-pihak terafiliasi lainnya.

Dalam pasal yang telah disebutkan diatas dapat diketahui, yang dimaksudkan
sebagai pegawai bank adalah semua pejabat &karyawan bank. Dapat disimpulkan
dari pasal ini, maka oknum-oknum yang bekerja sebagai pegawai bank, sekalipun
tidak berhak terhadap data yang dirahasiakan yang bersangkutan dengan nasabah
penyimpan serta simpanannyadan diharuskan untuk tetap menjaga
kerahasiannnya. Pasal ini juga berlaku untuk urusan logistic, juru ketik, satpam
cleaning servicedan sopir yang bekerja pada bank, akn terhitung sebagai oknum-
oknum yang terkena ketentuan rahasia bank yang akan terkena ketentuan rahasia
bank

1) Kewajiban Merahasiakan bagi Mantan Pegawai Bank


Ada kalanya pegawai bank akan menjadi mantan pegawi bank
tersebutmereka bisa saja di phk,atau kontrak kerja habis dan memliki alasn
tertentu untuk keluar dari bank tersebut.Maka mereka para pegawai yang
keluar dari bank akan menjadi “ mantan pegawai “ bank tersebut.Maka apakah
mereka wajib tetap merahasiakan apa data-data nasabah yang mereka ketahui
saat masih bekerjadi bank tersebut. Undang- undang Perbankan yang ada di
Indonesia saat ini belum mengatur tentang kewajiban merahasiakan bagi
mantan pegawai bank. Oleh karena itu, ketentuan kerahasiaan bank untuk
mantan pegawai bank seharusnya segera untuk di buat, makaseyogyanya
dalam revisi Undang- undang Perbankan di masa depan hal ini perlu
dilakukan. UUPerbankan harus mengatur bahwasannya kerahasiaan bank juga
wajib dipegangteguh oleh mantan pegawai bank untuksuatu jangka waktu
tertentu, misalnya untuk jangka waktu 15 tahun sejak pegawai tersebut tidak
lagi bekerja pada bank bersangkutan.

2) Kewajiban Merahasiakan bagi Bank Terhadap MantanNasabahnya

Dalam fenomena yang sering terjadi seperti seorang nasabah bisa saja
berhenti menjadi nasabah suatu bank dan berpindah dibank lainnya, atau
menjadi nasabah pada beberapa bank pada waktu yang bersamaan. Berhadapan
dengan faktaseperti ini, apakah bank harus tetap merahasiakan walaupun
seorang nasabah tersebut sudah tidak lagi menjadi nasabah bank tersebut.
Persoalan ini ternyata belum diatur di dalam UU Perbankan. Maka dari itu,
dalam revisi UU Perbankan di masa depan seyogyanya perlu diatur di dalam
UU Perbankan bahwa bank masih terikat kewajiban untuk merahasiakan
keterangan mantan nasabahnya selama kurun waktu yang ditentukan, misalnya
enam tahun.

3) Kewajiban Merahasiakan bagi Bank yang Telah Dicabut izin Usahanya


Seperti yang tertulis pada Pasal 37 ayat 2 Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank Indonesia berwenang mencabut izin
usaha suatu bank. Jika dalam hal izinnya suatu usaha bank telah dicabut oleh
Bank Indonesia, apakah nantinya pegawai bank tersebut masih terikat dengan
ketentuan rahasia bank. Dalam hal ini berhubungan dengan persepsi
yuridis,yakni apakah suatu bank yang telah dicabut izin usahanya oleh Bank
Indonesia, secara yuridis masih masuk dalam kategorikan sebagai bank / tidak.
Jika ank tersebut masih masuk dalam kategori yuridis, maka ketentuan rahasia
bank masih berlaku unyuk bank tersebut, jika secara yuridis tidak
dikategorikan sebagai bank, sebaliknya maka ketentuan rahasia bank tidak
berlaku terhadap hal ini.Permasalahan hukum yang hampir sama terjadi juga
pada bank dalam likuidasi. Likuidasi suatu bank dapat terjadi jika ada dua hal
ini:

a. Perusahaan yang masa berlakunya telah habis (sebagaimana yang diatur


dalam anggaran dasar perusahaan tersebut).
b. Diputus pailit oleh pengadilan.Untuk bank yang diputus pailit, walupun
izin usahanya tidak dicabut olehBank Indonesia, dalam hal ini ketentuan
bank masih berlaku. Jika suatu bank dibubarkan oleh Para Pemegang
Sahamnya melalui sebuah Rapat Umum Pemegang Sahamatau disebut
dengan RUPS, maka kententuan rahasia bank masih berlaku selama proses
likuidasinya belum usai. Demi hukum yang lebih baik, UU Perbankan
harus secara tegas mengatur tentang permasalahan ini.

Sangat lah penting dan di perlukan bahwasannya Kerahasiaan informasi


yang terlahir dalam kegiatan perbankan itu sendiri untuk kepentingan bank
maupun untuk kepentingan nasabah itu sendiri. Nasabah hanya akan memberi
amanah uang nya pada lembaga perbankan ataupun memanfaatkan jasa
perbankan lainnya apabila dari lembaga tersebut ada jaminan bahwa nantinya
pengetahuan tentang simpanan, dan keadaan keuangan yang dialami nasabah
tidak akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang bertugas di dalam kegiatan
perbankant itusendiri, ataupun oleh pihak lain yang tidak berkepentingan &
tidak berhak.
Sanksi untuk pelanggaran rahasia bank, diantaranya:

1) Sanksi pidana :
a) Barang siapa saja tanpa membawa perintah tertulis atau biar berdasarkan
Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Pasal 41, Pasal
41A, & Pasal 42, menggunakan sengaja memaksakan bank atau Pihak yg
Terafiliasi buat menaruh liputan sebagaimana dimaksud pada Pasal 40,
diancam menggunakan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (2) tahun &
paling usang 4 (empat) tahun dan hukuman sekurang-kurangnya
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) & paling poly
Rp200.000.000.000,00 (2 ratus miliar rupiah). Pasal 47 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan.
b) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi
lainnya yang dengan sengaja memberikan keteranganyang wajib
dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4(empat) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliarr rupiah). Pasal 47 ayat 2
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan.
c) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan
sengaja tidak memberi keterangan harus dipenuhi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). Pasal 47A
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-UndangNomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan.
2) Sanksi administratif

Dengan Tidak mengurangi ketentuan pidana, Bank Indonesia dapat


menetapkan sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan atau
Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan.

Sanksi administratif tersebut berupa (Pasal 52 ayat 2 Undang-undang


Nomor 10 Tahun 1998. Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan) :

a) denda uang
b) teguran tertulis
c) penurunan tingkat kesehatan bank
d) larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring
e) pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu
maupun untuk bank secara keseluruhan
f) pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat =
Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan
Bank Indonesia
g) pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam
daftar orang tercela di bidang Perbankan.
3) Pengecualian Rahasia bank
a. Pasal 41 ayat (1) : Untuk kepentingan perpajakan pimpinan Bank Indonesia
atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah
tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan
bukti-bukti tertulis serta surat- surat mengenai keadaan keuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
b. Pasal 42 ayat (1) : Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana
pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa atau
hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
tersangka atau terdakwa pada bank.
c. Pasal 41A ayat (1) : Untuk penyelesaian piutang bank yang telah
diserahkan kepada badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan
piutang Negara, pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat
badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah
debitur
d. Pasl 43 : Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi
bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan
tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan
keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut
e. Pasal 44 ayat (1) : Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank,
direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada
bank lain
f. Pasal 44A ayat (1) : Atas permintaan, persetujuan ataukuasa dari nasabah
penyimpanyang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan
mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan
kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpantersebut
g. Pasal 44A ayat (2) : Dalam hal nasabah menyimpan telah meninggal dunia,
ahli waris yang sah dari penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh
keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut
E. KESIMPULAN

Dengan adanya jaminan kerahasian bank atas semua data-data masyarakat dalam
hubungannya dengan bank, maka masyarakat harus mempercayai bank tersebut,
kemudian selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya kepada bank atau
memanfaatkan jasa bank. Kepercayaan masyarakat lahir apabila dari bank ada jaminan
bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tersebut
tidak disalahgunakan, dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus
selalu memegang teguh rahasia bank.

Sangat lah penting dan di perlukan bahwasannya Kerahasiaan informasi yang


terlahir dalam kegiatan perbankan itu sendiri untuk kepentingan bank maupun untuk
kepentingan nasabah itu sendiri. Nasabah hanya akan memberi amanah uang nya pada
lembaga perbankan ataupun memanfaatkan jasa perbankan lainnya apabila dari
lembaga tersebut ada jaminan bahwa nantinya pengetahuan tentang simpanan, dan
keadaan keuangan yang dialami nasabah tidak akan disalahgunakan oleh pihak-pihak
yang bertugas di dalam kegiatan perbankant itusendiri, ataupun oleh pihak lain yang
tidak berkepentingan & tidak berhak.

Anda mungkin juga menyukai