Anda di halaman 1dari 3

HASIL DISKUSI KELOMPOK 3

HUKUM PERBANKAN
Nama : Nugroho Adiyanto
NIM : 2002056106
Apakah boleh bank dapat memberikan data nasabah/tabungan dan CCTV kepada pihak
kepolisian dalam proses memberikan keterangan? Jika diberikan, apa akibatnya atau jika tidak
diberikan, apa akibatnya? Terima kasih
Jawab : Untuk kepentingan proses peradilan pidana, dengan permintaan tertulis dari Kepala
Kepolisiaan Republik Indonesia, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung, maka Pimpinan
Bank Indonesia dapat memberikan izin tertulis kepada trio penegak hukum tersebut untuk
memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan tersangka/terdakwa dalam Bank
tersebut. Dalam hal ini kami berpendapat bahwa tindakan penegak hukum untuk meminta
keterangan nasabah penyimpan dari Bank tersebut adalah dapat dikualifisir sebagai upaya
paksa (dwang middelen), yang mau tidak mau wajib diberikan Bank tersebut, termasuk juga
untuk memberikan Closed Circuit Television (CCTV), yang merupakan informasi elektronik
yang hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Dan akibatnya jika Bank
tidak mau memberikan data Nasabah Penyimpan tersebut kepada penegak hukum. Pasal 47A
UU Perbankan telah mengatur sanksi pidana apabila Bank tidak mau memberikan data
nasabahnya kepada penegak hukum untuk kepentingan proses peradilan pidana.
Nama : Siti Nurkholisah
NIM : 2002056119
Mohon pemakalah untuk menjelaskan Teori teori tentang ruang lingkup rahasia bank dan
Indonesia menganut teori yang mana? Dan kapan rahasia bank bisa gugur ? terimakasih
Jawab : Indonesia menganut teori relatif. Sebab, pada teori ini semua keterangan mengenai
nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan dan pada teori ini
diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya untuk suatu kepentingan yang mendesak,
misalnya demi kepentingan negara atau kepentingan umum. Dengan demikian, teori relatif
melindungi semua pihak, baik individu, masyarakat maupun negara. Teori relatif dianut oleh
negara-negara pada umumnya, seperti Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Singapura, dan
Indonesia. Di Indonesia, rahasia bank diatur dalam pasal 40 Undang – Undang Nomor 7 Tahun
1992 jo. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Nama : Rifi Maria Laila Fitri Permono Putri
NIM : 2002056110
Bagaimana menjamin kerahasian bank terhadap e-money untuk masa ini?
Jawab : Dalam menjamin perlindungan hukum terhadap e – money sudah tertuang dalam
peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang penggantian kerugian finansial
namun belum diatur secara jelas dan terperinci. Secara umum nasabah juga mendapatkan
pengaturan berkaitan dengan perlindungan hak – hak konsumen yang telah diatur dalam UU
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagaimana diketahui nasabah
merupakan konsumen yang menggunakan jasa bank berupa e – money namun pihak yang
menggunakan jasa bank tapi dengan tidak membuka rekening dengan hanya memanfaatkan
jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan maka hubungan yang bersifat keperdataan yang
dikategorikan sebagai jual beli. Sehingga jika dalam hal terjadinya permasalahan atas
pemenuhan hak dan kewajiban pada e – money hanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
melalui pengadilan dan di luar pengadilan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
Jadi, penggunaan uang elektronik ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang uang
elektronik apabila terjadi kehilangan atau pencurian, bank sebagai penerbity uang elektronik
tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas kerugian yang diderita oleh pengguna uang
elektronik apabila uang elektronik tersebut hilang atau dicuri. Penggantian kerugian uang
elektronik hanya dapat dilakukan apabila hal tersebut merupakan kerusakan dari penerbit.
Nam : Latiefa Ni’ma Maula
NIM : 2002056097
Bagaimana tanggung jawab bank atas pelanggaran kerahasiaan data nasabah oleh pegawai
bank?
Jawab : Hubungan antara nasabah dengan bank selain bersifat kepercayaan juga bersifat
kerahasiaan karena pada dasarnya bank juga menjalankan prinsip kerahasiaan bank. Hal ini
sering disebut rahasia bank. Ketentuan ini suatu hal yang sangat penting bagi nasabah dan
simpanannya maupun bagi kepentingan dari bank itu sendiri. Kewajiban untuk merahasiakan
berlaku bagi pihak terafiliasi, yakni pihak yang mempunyai hubungan dengan kegiatan serta
pengelolaan usaha jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak bank sebagaimana diatur dalam
Pasal 40 ayat (2) UU Perbankan. Hubungan tersebut timbul melalui cara menggabungkan
dirinya pada bank karena pengurusan maupun hubungan kerja seperti karyawan dalam rangka
memberi pelayanan. Jadi, pegawai bank juga wajib untuk menjaga rahasia bank dan apabila
terjadi pegawai bank yang membocorkan data pribadi nasabah kepada pihak ketiga yang tidak
berkepentingan tanpa persetujuan tertulis dari pihak nasabah adalah pelanggaran terhadap
rahasia bank dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan yang berlawanan. Namun,
pelanggaran kerahasiaan data nasabah bank yang dilakukan oleh pegawai bank tidak saja dapat
dibebankan kepada pegawai bank secara pribadi. Pihak bank pun ikut bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran kerahasiaan data nasabah yang tergolong sebagai pelanggaran terhadap
ketentuan rahasia bank sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata.
Nama : Nafa Orica Putri
NIM : 2002056037
Izin bertanya, apakah karyawan bank yang sudah tidak bekerja lagi di suatu bank masih
memiliki kewajiban untuk memegang teguh kerahasiaan bank?terima kasih
Jawab : Iya karena berdasarkan amanat dari Pasal 2 Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa
“perlindungan konsumen menerapkan prinsip : kerahasiaan dan keamanan data/ informasi
Konsumen” sudah sepatutnya bahwa kewajiban menjaga rahasia bank dipegang teguh oleh
para pihak yang memiliki kepentingan. Dalam peraturan perundang-undangan terkait rahasia
bank yang berlaku saat ini terdapat kekurangan karena belum mengatur salah subjek yang
penting dan mengetahui dari data pribadi nasabah yaitu mantan pegawai bank. Temuan kasus
mengenai pelanggaran rahasia bank melalui jual beli data nasabah yang dilakukan oleh mantan
pegawai bank, menjadi salah satu alasan mengapa mantan pegawai bank memiliki kewajiban
mentaati rahasia bank dan harusnya diatur dalam perundang-undangan terkait. Perlunya
pengaturan kewajiban rahasia bank bagi mantan pegawai bank adalah tujuan Kepastian
Hukum. Keberadaan kepastian hukum dinilai sebagai suatu kekuatan yang pasti bagi subjek
hukum yang bersangkutan. Dapat dipahami tanpa adanya kepastian hukum akan menimbulkan
ketidakpastian yang nantinya berujung pada ketidaktegasan sistem hukum. Perihal yang
dirahasiakan mengenai rahasia bank yakni segala hal mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya. Hal mengenai nasabah penyimpan dapat dipersempit pengertiannya berdasarkan
yang ada dalam ketentuan umum Surat Edaran OJK Nomor 14/SEOJK.07/2014 antara lain
nama, alamat, umur dan tanggal lahir, nomor telefon, nama ibu kandung, dan lain - lain.
Nama : Reishinta Wahyu Octaviani
NIM : 2002056109
Salah satu pengecualian dari rahasia bank adalah dalam rangka tukar menukar informasi antar
bank.
Pertanyaan saya, apa alasan bank perlu melakukan tukar menukar informasi nasabah dengan
bank lainnya?
Jawab : Menurut penjelasan Pasal 44 ayat (1) UU 7/1992, tukar menukar informasi antar bank
dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna
mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari suatu bank yang lain.
Dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan suatu
transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain dan melihat ketentuan beberapa pengecualian
yang sudah dijelaskan jika pemberian informasi nasabah tersebut bukan untuk tujuan yang
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Peraturan Bank Indonesia, maka tidak
seharusnya hal itu dilakukan oleh bank.
Nama : Risa Widya Ningrum
NIM : 2002056111
Bank itu kan wajib menjaga rahasia tentang keadaan keuangan nasabah,lalu kapan rahasia bank
itu bisa gugur dan bagaimana mengantisipasi agar rahasia bank tdk gugur? Terima kasih.
Jawab : Rahasia bank akan gugur apabila : untuk kepentingan perpajakan, untuk kepentingan
penyelesaian piutang bank, untuk kepentingan peradilan pidana dan perdata, untuk kepentingan
tukar menukar informasi antar bank, pemberian keterangan atas permintaan, persetujuan, atau
kuasa dari nasabah penyimpan atau ahli waris. Dan untuk mengantisipasi rahasia bank agar
tidak gugur maka pihak bank atau pihak terafiliasi tidak dapat memberikan keterangan kepada
siapapun kecuali jika ada pengecualian rahasia bank sebagaimana dijelaskan pada Pasal 40 ayat
(1) Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan bahwa ketetnuan rahasia bank
penerapannnya dikecualikan dalam hal sebagaiamana di maksud Pasal 41, 41 A, 42, 43, Pasal
44 dan Pasal 44A Undang-Undang Perbankan.

Anda mungkin juga menyukai