Anda di halaman 1dari 11

Rahasia Bank

Anggota Kelompok 3
Muhammad Wildan 211000005
Hilman Sattriady effend 211000073
Muhammad Kevin Arya J 211000076
Urfan Syafa 211000089
pendahuluan
Kerahasiaan bank merupakanjiwa dari sistemperbankan yang
didasarkanpada kelaziman dalam praktik perbankan, perjanjian
kontrak antara bank dengan nasabah, serta peraturan
tertulisyang ditetapkan olehnegara, sehingga sampaisaat ini,
rahasiabank tetap diterapkan olehperbankan dalam
menjalankanusahanya. berdasarkan teori rahasia bank yang
bersifat mutlakmaka bank mempunyaikewajiban untuk
menyimpanrahasia atau keterangan keteranganmengenai
nasabahnya yangdiketahui bank karenakegiatan usahanya
dalam keadaanapapun juga, dalamkeadaan biasa ataudalam
keadaan luar biasa. Kemudian, berkembanglah teori rahasia
bank yang bersifat relatif atau nisbi di mana menurut teori ini
bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi
keterangan mengenainasabahnya, apabila untukkepentingan
yang mendesak,misalnya untuk kepentingan negara atau
kepentingan hukum.
pendahuluan
Pasal 1 angka 28 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, rahasia bankadalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Dari definisi tersebut, jelas
bahwa yang diatur adalah rahasia bank terkait nasabah
penyimpan. Data nasabah (jika nasabah tersebut adalah
nasabah penyimpan) yang berupa nama atau nomor
handphone (HP), termasuk keterangan mengenai nasabah
penyimpan di bank yang wajib dirahasiakan. Ini sesuai Pasal 40
ayat (1) UU Perbankan yang mengatakan bahwa bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannyar.
pembahasan
Kasus Akidi Tio adalah sebuah isu yang menarik perhatian publik karena berkaitan dengan sumbangan
bantuan uang senilai Rp 2 triliun yang ditawarkan oleh keluarga pengusaha asal Aceh Timur untuk
penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan. Namun, ternyata sumbangan tersebut tidak sesuai dengan niat
dan prosedur yang diharapkan oleh pihak penerima. Berikut ini adalah beberapa fakta terbaru tentang kasus
ini:
1.Anak bungsu almarhum Akidi Tio, Heryanty Tio, yang menyatakan niat menyumbangkan uang Rp 2 triliun
kepada warga terdampak Covid-19 di Sumsel, sempat ditangani oleh Polda Metro Jaya karena dugaan
penipuan dan penggelapan uang sebesar Rp 7,9 miliar.
2.Heryanty Tio juga pernah dilaporkan ke Polda Sumsel karena diduga melakukan prank donasi Rp 2 triliun
kepada Gubernur Sumsel Herman Deru sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya dalam menangani
pandemi1.
3.Polda Sumsel kemudian mengubah sikap dan menyatakan bahwa Heryanty Tio tidak ditetapkan sebagai
tersangka dan tidak dijerat dengan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 terkait penyebaran berita bohong.
Alasan yang dikemukakan adalah karena ada teknis yang diselesaikan dalam penyerahan dana melalui bilyet
giro2.
Namun, kabar ini kemudian dibantah oleh Kabid Humas Polda Sumsel Supriadi, yang mengatakan bahwa
Heryanty Tio masih akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut dan belum bisa diketahui apakah akan
dinyatakan tersangka atau tidak.
Kasus ini juga menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti Badan Intelektual Indonesia (BI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang meminta agar pihak-pihak terkait menjaga transparansi dan
akuntabilitas dalam proses penyaluran bantuan
kronologis
Dalam kasus ini Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Polda Sumsel) menemukan uang
yang akan didonasikan almarhum Akidi Tio kurang dari Rp2 triliun saat hendak
melakukan pencairan bilyet giro (bukti pemberian uang) yang mereka terima di kantor
induk Bank Mandiri di daerah ini. Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Kombes Pol
Supriadi, di Palembang, mengatakan pihaknya sudah menerima bilyet giro (bukti
pemberian uang) Bank Mandiri dari Heriyanti, anak perempuan almarhum Akidi Tio yang
bertuliskan nominal senilai Rp2 triliun.
Ia menjelaskan, bilyet giro tersebut diterima dengan cara dibuka rekening Bank Mandiri
atas nama Kepala Bidang Keuangan (Kabidkeu) Polda Sumsel. "Rekening bilyet giro
tersebut diberikan oleh Heriyanti, anak almarhum Akidi Tio disalurkan kepada Polisi
Daerah Sumatera Selatan atas nama Kabidkeu dalam bilyet giro itu,
Namun, saat petugas hendak melakukan pencairan dana tersebut pada Selasa pagi,
didapati uang dalam bilyet giro itu kurang dari Rp2 triliun. "Bilyet giro yang diberikan
saudara Heriyanti itu tidak cukup menurut pihak Bank Mandiri induk Sumatera Selatan.
Karena itu, supaya bisa melakukan pemeriksaan lebih mendalam, pihaknya mengirimkan
surat kepada otoritas bank, karena bank tidak dapat memberitahu informasi pemilik
rekening lantaran dilindungi Undang-Undang Perbankan.
dasar hukum
Pasal 1 angka 28 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.
Dari definisi tersebut, jelas bahwa yang diatur adalah rahasia bank
terkait nasabah penyimpan. Data nasabah (jika nasabah tersebut
adalah nasabah penyimpan) yang berupa nama atau nomor
handphone (HP), termasuk keterangan mengenai nasabah
penyimpan di bank yang wajib dirahasiakan. Ini sesuai Pasal 40 ayat
(1) UU Perbankan yang mengatakan bahwa bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.
ketentuan mengenai kerahasiaan data nasabah bank

Bank tidak dapat memberitahu informasi pemilik rekening lantaran dilindungi UU Perbankan.
Namun terdapat pengecualian.
Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. berikut ada beberapa
pengecualian bagi bank untuk memberikan rahasia bank itu, yaitu
1. untuk kepentingan perpajakan. Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri
Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan
dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak (Pasal 41 ayat (1) UU Perbankan).
2. untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada
pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur (Pasal 41A ayat (1) UU
Perbankan).
ketentuan mengenai kerahasiaan data nasabah bank
1. untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana. Pimpinan Bank Indonesia dapat
memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank
mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank (Pasal 42 ayat (1) UU Perbankan).
2. dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya. Direksi bank yang
bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan
nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan
perkara tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 43 UU Perbankan.
3. dalam rangka tukar menukar informasi antar bank. Direksi bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain dalam rangka tukar
menukar informasi antar bank. Hal ini sesuai Pasal 44 ayat (1) UU Perbankan.
4. atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara
tertulis Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan
tersebut atas permintaan, persetujuan, atau kuasa (secara tertulis) dari nasabah
penyimpan. Ini sesuai Pasal 44A ayat (1) UU Perbankan.
5. dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia Ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan tersebut. Hal ini diatur Pasal 44A ayat (2) UU Perbankan.
kesimpulan
Penerapan rahasia bank sebagai bentuk perlindungan hukum kepada nasabah terdiri dari
perlindunganhukum preventif danrepresif. Perlindungan hukumpreventif yang secara tidak
langsung diberikan yaitu dalam bentuk penjelasan atau informasi lisan dari pihak bank mengenai
penggunaan data pribadi nasabah melalui klausula yang tercantum dalam formulir data
nasabah. Sedangkan perlindungan hukum represif dilakukan dengan menjatuhkan sanksi ganti
kerugian yang merupakan bentuk perlindungan reprensif secara perdata, sementara itu adanya
sanksi pidana penjara paling sedikit 2 tahun dan paling lama 4 tahun sertadenda paling sedikit
Rp.4 miliar danpaling banyak Rp. 8miliar merupakan bentuk perlindungan reprensif secara
pidana.Perlu dicermati, informasi yang diberikan bank yang satu kepada bank lainnya adalah
untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, agar bank dapat menilai tingkat
risiko yang dihadapi sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau bank lain.
Sehingga menurut hemat kami, melihat ketentuan pengecualian di atas, jika pemberian informasi
nasabah tersebut (nama dan nomor HP) bukan untuk tujuan yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan Peraturan Bank Indonesia, maka tidak seharusnya hal itu dilakukan
oleh bank.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai