PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam makalah Rahasia Bank di atas
penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa Pengertian Dari Bank ?
b. Apa Teori Dari Rahasia Bank ?
c. Bagaimana Sejarah Dan Konsep Rahasia Bank ?
d. Bagaimana Rumusan Pengertian Dan Rumusan Tindak Pidana
Rahasia Bank?
e. Apa Lingkup Rahasia Bank ?
f. Apa Peran Pengadilan Menembus Rahasia Bank ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Teori Rahasia Bank
4
berat yaitu tidak membuka rahasia yang berarti menyimpan rahasia untuk
kepentingan terbatas atau membuka rahasia demi kepentingan negara :
1. Perpajakan (Pasal 41 ayat (1).
2. Penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
(Pasal 41A ayat (1).
3. Peradilan dalam perkara pidana (Pasal 42 ayat (1).
4. Perkara perdata antara bank dan nasabahnya (Pasal 43).
5. Tukar menukar informasi antar bank (Pasal 44 ayat (1).
6. Permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang
dibuat secara tertulis (Pasal 44A ayat (1).
7. Permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang telah
meninggal dunia (Pasal 44A ayat 2).
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang khususnya
Pasal 72 ayat (2) yang pada intinya menyatakan untuk kepentingan
pemeriksaan dalam perkara tindak pidana pencucian uang, penyidik,
penuntut umum atau hakim dinisbikan atau dikesampingkan ketentuan
peraturan perundang - undangan yang mengatur rahasia bank dan transaksi
keuangan lainnya. Oleh karenanya, upaya untuk mencegah dijadikannya
bank sebagai sarana pencucian uang sangat dimungkinkan untuk membuka
rahasia bank. Selain itu, pihak bank harus menerapkan prinsip mengenal
nasabah dengan melakukan Customer Due Diligence (CDD) kepada setiap
nasabahnya. Customer Due Diligence adalah kegiatan berupa identifikasi,
verifikasi dan pemantau kesesuaian transaksi dengan profil nasabah. Oleh
karena itu sedini mungkin pihak bank bisa mencegah tindak pidana
pencucian uang yang menggunakan sarana perbankan.
5
2.3 Sejarah Dan Konsep Rahasia Bank
Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk melindungi
nasabah bank yang bersangkutan. Hal ini nyata terlihat ketika Courtof
Appeal Inggris yang secara bulat memutuskan pendiriannya dalam
kasus Tournier, National Provincialand Union Bank of England tahun
1924, putusan pengadilan yang kemudian menjadi leadingcase law yang
menyangkut ketentuan rahasia bank di Inggris dan kemudian dipacu oleh
pengadilan negara lain yang menganut Common law sistem. Bahkan 60
tahun sebelum putusan Tournier tersebut, yaitu dalam perkara Foster. The
Bank of London tahun 1862, juri telah berpendapat bahwa terdapat
kewajiban bagi bank untuk tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan
nasabah bank yang bersangkutan kepada pihak lain. Namun pada waktu
itu pendirian tersebut belum memperoleh afirmasi atau pengakuan dari
putusan pengadilan berikutnya.
Timbulnya pemikiran untuk perlunya merahasiakan keadaan
keuangan nasabah bank sehingga melahirkan ketentuan hukum mengenai
kewajiban rahasia bank, adalah semula bertujuan untuk melindungi
kepentingan nasabah secara individual. Ketentuan rahasia bank di Swiss,
yaitu suatu negara yang dikenal mempunyai ketentuan rahasia bank yang
dahulunya paling ketat di dunia, adalah juga semula bertujuan untuk
melindungi kepentingan nasabah bank secara individual. Pada waktu itu
ketentuan rahasia bank bersifat mutlak yang artinya tidak dapat
dikecualikan karena alasan apapun juga. Ketentuan rahasia bank di Swiss
lahir sehubungan dengan kedudukan Swiss sebagai negara yang netral
secara tradisional. Alasan pertama, dalam abad ke17, ribuan
kaum Huguenots dari Perancis melarikan diri ke Swiss oleh karena mereka
dikejar dan dilakukan penyiksaan terhadap mereka sehubungan dengan
agama yang mereka anut. Diantara mereka itu kemudian ada yang
menjadi bankir, dan menginginkan agar supaya kerahasiaan dari nasabah
mereka untuk urusan keuangan di negara asalnya dirahasiakan. Alasan
kedua adalah sehubungan dengan dikejarnya orang-orang Yahudi di waktu
rezim Nazi berkuasa di Jerman di tahun 1930-an dan 1940-an.
6
Namun perkembangan sehubungan dengan keadaan politik dalam
negeri, keadaan sosial, terutama yang menyangkut timbulnya kejahatan di
bidang money laundering, dan kebutuhan akan adanya stabilitas ekonomi,
terutama stabilitas moneter, telah menimbulkan kebutuhan akan perlunya
pelonggaran terhadap kewajiban rahasia bank yang mutlak itu. Artinya,
apabila kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum harus
didahulukan daripada kepentingan nasabah secara pribadi, maka
kewajiban bank untuk melindungi kepentingan nasabah secara individual
itu (dalam arti tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah)
harus dapat dikesampingkan.
Contoh konkrit mengenai hal ini adalah berkaitan dengan kepentingan
negara untuk menghitung memungut :
1. Pajak nasabah yang bersangkutan.
2. Penindakan korupsi.
3. Pemberantasan Money Laundering.
Merupakan hal yang kontradiktif bahwa dalam hal-hal tertentu,
justru demi kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum,
dikehendaki agar kewajiban rahasia bank diperketat. Kepentingan negara
yang dimaksud adalah pengerahan dana perbankan untuk keperluan
pembangunan. Kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum itu
dilandasi oleh alasan bahwa dijunjung tingginya dan dipegang teguhnya
kewajiban rahasia bank merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
bank dalam upaya bank itu mengerahkan tabungan masyarakat. Selain itu
terganggunya stabilitas moneter adalah antara lain dapat diakibatkan oleh
runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan karena terlalu
longgarnya rahasia bank. Dalam kaitan itu, undang-undang yang mengatur
mengenai rahasia bank harus tidak memungkinkan kewajiban rahasia bank
secara mudah dapat dikesampingkan dengan dalih karena kepentingan
umum menghendaki demikian. Dari uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa kewajiban rahasia bank yang harus dipegang teguh
oleh bank adalah :
1. Kepentingan nasabah sendiri.
7
2. Kepentingan keamanan bagi bank yang bersangkutan.
3. Kepentingan masyarakat umum demi kenyamanan.
8
Rumusan delik rahasia bank tersebut di atas telah diubah dengan rumusan
yang baru, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dari Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998. Rumusan yang baru itu lengkapnya berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 40
Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai identitas nasabah
penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44A.
Kedua rumusan delik rahasia bank itu sangat berbeda. Perbedaannya
Tindak pidana rahasia bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
Pasal 51 ialah kejahatan. Sanksi tindak pidana rahasia bank ditentukan
dalam Pasal 47 ayat (2), yaitu pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda sekurang-kurangnya Rp.
4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) dan paling banyak sejumlah Rp.
8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah).
9
pengetahuan Bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak
akan disalahgunakan", dapat disimpulkan bahwa bukan hanya keadaan
keuangan dari nasabah yang menyimpan dana pada bank saja (Pasiva
Bank), tetapi juga nasabah lain yang menggunakan jasa Bank selain jasa
penyimpanan dana. Dengan demikian rahasia bank juga berlaku bagi
nasabah debitur atau kreditur Bank (Aktiva Bank) maupun nasabah yang
menggunakan jasa bank lain, seperti misalnya transaksi elektronik
keuangan, deposito, surat berharga Bank, dan lain-lain.
Berkaitan dengan lingkup yang wajib dirahasiakan berkenaan
dengan berlakunya ketentuan rahasia Bank itu adalah indentititas nasabah
Bank harus pula dirahasiakan oleh Bank. Dari rumusan Pasal 40 Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998, secara eksplisit disebutkan bahwa lingkup
rahasia bank adalah menyangkut bukan saja simpanan nasabah tetapi juga
(identitas) nasabah penyimpan yang memiliki simpanan dana tersebut.
Bahkan dalam rumusan Pasal 40 itu, “ Nasabah Penyimpan ” disebut lebih
dahulu dari pada “ Simpanannya ”.
Dibeberapa negara memang lingkup dari rahasia bank tidak
ditentukan hanya terbatas pada keadaan keuangan nasabah saja, tetapi
meliputi pula identitas nasabah yang bersangkutan.
Lingkup rahasia bank sebaiknya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menyangkut sisi liabilities (pasiva) Bank.
Sisi asset (aktiva) Bank tidak perlu dirahasiakan.
2. Sehubungan dengan itu, maka rumusan rahasia bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) Undang- Undang No. 7 Tahun 1992
telah diubah dengan rumusan yang baru sebagaimana dirumuskan oleh
Pasal 40 ayat (1) yang baru dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
1998.
3. Identitas nasabah.
10
2.6 Peran Pengadilan Menembus Rahasia Bank
Pertanyaan yang utama adalah dapatkah Pengadilan Negeri
menembus ketentuan rahasia bank sebagaimana yang tercantum dalam UU
No. 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket dan UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU
No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.Pasal 22 ayat (1) UU No. 6 Tahun
1954 menyatakan mereka yang karena kedudukannya, karena
pekerjaannya ataupun karena jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,
dapat membebaskan diri dari memberikan penyaksian, akan tetapi semata-
mata hanya mengenai hal-hal yang dipercayakan kepadanya sebagai
rahasia dalam kedudukan, pekerjaan atau jabatan tersebut. Selanjutnya UU
No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 menyebut secara limitatif
orang yang boleh mengetahui keadaan keuangan nasabah. Mereka itu
adalah pejabat pajak (Pasal 41), pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/PUPN (Pasal 41A). Begitu juga untuk kepentingan peradilan
dalam perkara pidana Polisi, Jaksa, Hakim dapat memperoleh keterangan
dari Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank (Pasal
42). Pasal 42A menyatakan, bahwa Bank wajib memberikan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42.
Pengadilan melalui putusan atau penetapan dalam suatu perkara
dapat merubah Undang-Undang. Bahkan Pasal 16 UU No. 4 Tahun 2004
tentang kekuasaan kehakiman menyatakan, bahwa Pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan pemohon dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep rahasia Bank bermula timbul dari tujuan untuk melindungi
nasabah Bank yang bersangkutan. Timbulnya pemikiran untuk perlunya
merahasiakan keadaan keuangan nasabah Bank sehingga melahirkan
ketentuan hukum mengenai kewajiban rahasia Bank, adalah semula
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah secara individual. Dari
berbagai penjelasan diatas mengenai rahasia Bank dapat kita tarik
kesimpulan bahwa penjelasan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 yang mengemukakan kerahasiaan itu diperlukan untuk
kepentingan Bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang
menyimpan uangnya di Bank dapat diartikan juga bahwa lingkup rahasia
Bank memang menyangkut identitas nasabah dan simpanannya. Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998, secara eksplisit disebutkan bahwa lingkup
rahasia bank adalah menyangkut bukan saja simpanan nasabah tetapi juga
(identitas) yang memiliki simpanan itu. Bahkan dalam rumusan Pasal 40
itu, nasabah penyimpan disebut lebih dahulu dari pada simpanannya.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan. Akan tetapi makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan baik itu kesalahan dalam penulisan maupun kesalahan
dalam pembahasan karena kurangnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan
besar harapan penulis Ibu Dosen Ni Made Rianita, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja
dapat memberikan bimbingan lebih lanjut demi kesempurnaan makalah
ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Poernomo, Bambang, dan Aruan. 1990. Hukum Pidana Dasar dan Aturan
13