4/Okt/2015
32
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
Ketentuan mengenai rahasia bank ini pembobolan bank, salah satu pelakunya berasal
menimbulkan kesan bagi masyarakat, bahwa dari oknum atau pegawai bank itu sendiri yang
bank sengaja untuk menyembunyikan keadaan membantu para pelaku untuk melakukan
keuangan yang tidak sehat dari nasabah tindak kejahatan tersebut, dan yang
debitur, baik orang perseorangan, atau mengkhawatirkan adalah semakin
perusahaan yang sedang menjadi sorotan berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat
masyarakat. Selama ini timbul kesan bahwa terhadap perbankan. Tentu saja hal semacam
dunia perbankan bersembunyi di balik ini akan sangat “membahayakan” terhadap
ketentuan rahasia bank untuk melindungi eksistensi dunia perbankan yang notabenenya
kepentingan nasabahnya yang belum tentu adalah Lembaga Kepercayaan dimana pada
benar. Tetapi, apabila bank sungguh-sungguh prinsipnya keinginan masyarakat untuk
melindungi kepentingan nasabahnya yang jujur menyimpan dananya pada bank semata-mata
dan bersih, maka hal itu merupakan suatu dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya
keharusan dan kepatutan.5 akan dapat diperoleh kembali pada waktunya
Ketentuan mengenai rahasia bank dan disertai dengan jaminan keamanan dari
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi segala bentuk. Berdasarkanuraian latar
nasabah penyimpan dan simpanannya maupun belakang tersebut timbul keinginan penulis
bagi kepentingan bank itu sendiri, sebab untuk membahasnyadalam suatu karya ilmiah
apabila nasabah penyimpan ini tidak berbentuk skripsi dengan judul:
memercayai bank di mana ia menyimpan ”PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH
simpanannya tentu ia tidak akan mau menjadi DALAM BENTUK RAHASIA BANK”.
nasabahnya. Oleh karena itu, sebagai suatu
lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun B. Perumusan Masalah
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, 1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum
sudah sepatutnya bank menerapkan ketentuan terhadap nasabah bank?
rahasia bank tersebut secara konsisten dan 2. Bagaimana sanksi terhadap pihak bank yang
bertanggung jawab sesuai peraturan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berlaku untuk rahasia bank ?
melindungi kepentingan nasabahnya.6
Dasar perlunya dan pemikiran ketentuan E. Metode Penulisan
rahasia bank diatur dalam Undang-Undang Metode yang digunakan dalam penulisan
Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah skripsi ini adalah tergolong ke dalam jenis
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. penelitian normatif secara hukum. Penelitian
Pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank hukum normatif (yuridis normatif) adalah
merupakan suatu tindak pidana dan pihak- metode penelitian hukum yang dilakukan
pihak yang tidak memegang teguh ketentuan dengan meneliti bahan pustaka atau data
rahasia bank tersebut dapat dikenakan sanksi sekunder.7Penelitian ini dilakukan untuk
pidana. Adapun pasal-pasal yang mengatur mengidentifikasi konsep dan asas-asas serta
mengenai ketentuan rahasia bank tersebut prinsip-prinsip perbankan yang digunakan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 untuk mengatur rahasia perbankan. Metode
sebagaimana telah diubah dengan Undang- berpikir yang digunakan adalah metode berpikir
Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu meliputi deduktif (cara berpikir yang menarik suatu
Pasal 40, Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil
42A, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 44A, Pasal 45, yang khusus). Jenis data yang digunakan dalam
Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 50, Pasal 50A, Pasal penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri
51, Pasal 52, dan Pasal 53. dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Namun pada kenyataannya yang terjadi di
dalam masyarakat saat ini seperti kasus-kasus
5
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
7
Jakarta, Kencana Prenada, 2005, hlm 131-132. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,
6
Ibid. Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1981, hlm 33.
33
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
34
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
35
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
timbulnya risiko kerugian dari kegiatan usaha penyelewengan dana tersebut berkembang ke
yang dilakukan oleh bank. arah missmanagement yang dilakukan oleh
Mengenai perlindungan secara langsung ini pengelola DPK (dana pihak ketiga) Bank
dapat dikemukakan dalam dua hal, yaitu:13 Century. Mencuatnya kasus Bank Century
1. Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana sering dikaitkan dengan dampak krisis global
2. Lembaga Asuransi Deposito yang menerpa lembaga keuangan dunia yang
berdampak sistemik pada perbankan indonesia.
B. Sanksi Terhadap Pihak Bank Yang Namun olah data badan penyidik keuangan
Melakukan Pelanggaran Terhadap (BPK) menemukan bahwa kasus Bank Century
Ketentuan Rahasia Bank sudah terendus sebelum krisis global terjadi.
Apabila ada perjanjian antara bank dengan Hal ini menimbulkan kecurigaan adanya
nasabah, maka rahasia bank bersifat pengalihan isi, sehingga para nasabah dan
kontraktual. Sehingga apabila bank investor menjadi maklum dengan kasus
memberikan keterangan tentang keadaan likuiditas akibat efek krisis global yang
keuangan nasabahnya, bank dapat digugat oleh berdampak pada Bank Century. Terjadi force
nasabahnya berdasarkan alasan wanprestasi majeur krisis dalam bentuk pembodohan opini
(cidera janji). Sebaliknya, meskipun tidak ada publik. Hal ini dikuatkan oleh hasil penyidikan
perjanjian antara bank dan nasabah, namun BPK yang menyebutkan bahwa Bank Century
bank tetap berkewajiban untuk sudah cacat dari lahir berdasar hal tersebut,
mempertahankan rahasia bank berdasarkan nampaknya Bank Century sejak dulu sampai
pada peraturan perundang-undangan atau diambil LPS selalu melanggar aturan, dimana
konsep lainnya, seperti konsep “perbuatan pelanggaran yang terjadi berupa tingkat
melawan hukum”. Artinya dalam hal bank minimum CAR (rasio kecukupan modal), batas
memberikan keterangan tentang nasabahnya maksimal pemberian kredit, dan FPJP (Fasilitas
yang merugikan nasabah, bank dapat dituntut Pinjaman Jangka Pendek).
oleh nasabahnya dengan alasan perbuatan Berdasarkan kasus-kasus diatas, Bank
melawan hukum. Untuk hal ini nasabah harus Century banyak melanggar peraturan
dapat membuktikan bahwa kerugian yang perundang undangan. Undang-undang yang
dialaminya sebagai akibat dari pembocoran dilanggar antara lain: Pasal 1 ayat 28 UU No. 10
rahasia bank tersebut.14 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun
Contoh kasus yang dapat kita lihat disini 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa
yaitu kasus Bank Century. Dapat dikatakan ”Rahasia bank adalah segala sesuatu yang
bahwa Bank Century merupakan tragedi berhubungan dengan keterangan mengenai
kebangkrutan terbesar dalam ranah perbankan nasabah penyimpan dan simpanannya”.
di Indonesia pada tahun 2009.15 Pemerintah Selanjutnya dalam Pasal 40 ayat 1 UU
terpaksa melakukan suntikan dana talangan Perbankan disebutkan bahwa “Bank wajib
atau bail out 6,7 triliun rupiah untuk merahasiakan keterangan mengenai nasabah
menyelamatkan likuiditas Bank Century. penyimpan dan simpanannya”. Jadi, data
Dimana keputusan penyelematan berasal dari nasabah penyimpan di Bank Century
permintaan Bank Indonesia karena dapat merupakan rahasia bank yang wajib dirasiakan.
berdampak sistemik dengan menyeret 23 bank Mengenai mengapa data nasabah
lainnya. penyimpan Bank Century yang merupakan
Kasus bermula dari dugaan penyelewengan rahasia bank dapat diekspos oleh media massa
dana nasabah oleh Antaboga Sekuritas sebagai maka kita harus melihat pada Pasal 4 ayat 3 UU
pemegang 7,52% saham Bank Century dalam No. 40 Tahun 1999 tentang Pers: “Untuk
permainan instrumen derivatif. Kasus menjamin kemerdekaan pers, pers nasional
mempunyai hal mencari, memperoleh, dan
13
Hermansyah, Op.Cit., hlm 154. menyebarluaskan gagasan dan informasi”.
14
Yunus Husein, Rahasia Bank dan Penegakan Media masa sebagai pers dapat mencari
Hukum,Pustaka Juanda Tiga Lima, Jakarta, 2010, hlm. 37. informasi dari berbagai sumber, baik dari
15
ekaagustianingsih.blogspot.com/2012/11/kejahatan-
pejabat, ataupun sumber sumber lainnya.
perbankan-studi-kasus-pada.html?m=1 diakses pada
tanggal 4 September 2015 pukul 19.00 WITA.
36
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
37
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, karena telah melanggar Pasal 40 Undang-
diancam dengan pidana penjara sekurang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
kurangnya dua tahun dan paling lama 7 tahun Perbankan. Atas pelanggarannya, pelaku
serta denda sekurang-kurangnya Rp diancam dengan tuntutan ganti rugi
4.000.000.000,- (empat miliar rupiah) dan berdasarkan dalih bahwa bank telah melakuakn
paling banyak Rp 15.000.000.000,- (lima belas Perbuatan Melawan Hukum berdasarkan Pasal
miliar rupiah). 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Sanksi Administratif Meskipun atas pelanggaran Pasal 40 pelaku
Selain sanksi pidana tersebut diatas, pihak telah dijatuhi hukuman pidana, namun hal
pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin tersebut tidak mengurangi hak bagi pihak
usaha bank yang bersangkutan dan Bank korban untuk menuntut ganti rugi perdata.
Indonesia juga dapat menetapkan atau Pembukaan rahasia bank seseorang selain
menambah sanksi administratif sebagaimana melanggar undang-undang juga melanggar hak
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2).17 nasabah yang dapat mendatangkan kerugian
Ketentuan Pasal 52 ayat (1) bahwa: kepada nasabah. Penerapannya dapat disetujui
Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sepanjang pelanggaran dilakukan terhadap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal kepentingan nasabah atau debitur yang
47A, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50A, Bank beritikad baik.
Indonesia dapat menetapkan sanksi
administratif kepada bank yang tidak PENUTUP
memenuhi kewajibannya sebagaimana A. Kesimpulan
ditentukan dalam undang-undang ini, atau 1. Undang-Undang Perbankan belum
pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin memberikan kepastian hukum mengenai
usaha bank yang bersangkutan. bentuk perlindungan rahasia bank yang
Adapun Pasal 52 ayat (2) menentukan dilakukan pihak bank dalam menjaga
bahwa: rahasia nasabahnya, karena dalam
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud Undang-Undang Perbankan hanya
dalam ayat (1), antara lain adalah: menjelaskan tentang definisi,
a. denda uang; pengeceualian pemberian informasi
b. teguran tertulis; rahasia nasabah, dan sanksi dalam
c. penurunan tingkat kesehatan bank; rahasia bank. Namun upaya yang
d. larangan untuk turut serta dalam kegiatan dilakukan oleh bank untuk menjaga
kliring; keamanan rahasia bank tersebut yaitu
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik melalui kelaziman operasional,
untuk kantor cabang tertentu maupun untuk pencatatan pada bank, dan hukum
bank secara keseluruhan; kerahasiaan.
f. pemberhentian pengurus bank dan 2. Akibat hukum bagi pihak bank yang
selanjutnya menunjuk dan mengangkat melakukan pelanggaran terhadap rahasia
pengganti sementara sampai Rapat Umum bank dapat dikenakan tiga sanksi yaitu,
Pemegang Saham atau Rapat Anggota sanksi pidana berupa ancaman pidana
Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dan denda secara kumulatif sesuai
dengan persetujuan Bank Indonesia; dengan Pasal 47 ayat (1) dan (2), sanksi
g. pencantuman anggota pengurus, pegawai administratif berupa mencabut izin usaha
bank, pemegang saham dalam daftar orang bank yang bersangkutan sebagaimana
tercela di bidang perbankan. dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) dan
ayat (2) serta sanksi perdata berupa ganti
3. Sanksi Perdata rugi sesuai dengan Pasal 1365 Kitab
Dari segi perdata pelaku dapat dituntut ganti Undang-Undang Hukum Perdata.
rugi atas alasan perbuatan melawan hukum
B. Saran
17 1. Peraturan mengenai perlindungan hukum
Lihat Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 10 Tahun
1998. bagi nasabah pada dasarnya sudah baik
38
Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
namun dalam prakteknya masih saja Yunus Husein, Rahasia Bank dan Penegakan
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang Hukum,Pustaka Juanda Tiga Lima, Jakarta,
merugikan nasabah sehingga 2010.
berkurangnya kepercayaan masyarakat Yusuf Sofie. Perlindungan Konsumen. Bandung:
pada lembaga simpanan tersebut. Untuk Citra Aditya Bakti. 2000.
itu diharapkan pihak bank agar lebih Zahirin Harahap.Hukum Acara Peradilan Tata
memperketat pengawasan dalam Usaha Negara. Jakarta: Raja Grafindo
menjaga kerahasiaan bank guna Persada. 2001.
meningkatkan kepercayaan masyarakat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
dalam melakukan transaksi perbankan. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap
2. Perlu adanya penambahan mengenai Kewajiban Pembayaran Bank Umum
sanksi di bidang keperdataan untuk Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999
melindungi nasabah dalam Undang- tentang Merger, Konsolidasi dan Akusisi
Undang Nomor 10 Tahun 1998 agar Surat Edaran Bank Indonesia
terciptanya kepastian hukum yang No.2/337/UPPB/PbB perihal Penafsiran
memberikan jaminan dan kepercayaan tentang Pengertian Rahasia Bank
bagi nasabah dalam menyimpan dananya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
di bank manapun. No.31/177/KEP/DIR tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Adrian Sutedi. Hukum Perbankan: Suatu Perbankan
Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang
dan Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika. 2007. Pokok-pokok Perbankan
Chainur Arrasjid. Hukum Pidana Perbankan. Undang-Undang Nomor 23 PrP Tahun 1960
Jakarta: Sinar Grafika. 2013. tentang Rahasia Bank
Charlie Rudyat. Kamus Hukum. Jakarta: Pustaka Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Mahardika. 2012. Perbankan
Dewi Fitri, Tinjauan Hukum Terhadap Prinsip http://kbbi.web.id/lindung
Rahasia Bank Dikaitkan dengan Sistem http://www.artikata.com/perlindungan-
Perbankan di Indonesia, Universitas hukum.html
Sumatera Utara, Medan, 2004. http://ekaagustianingsih.blogspot.com/2012/1
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman. Hukum 1/kejahatan-perbankan-studi-kasus-pada.html
Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.
H. Salim. Perkembangan Teori Dalam Ilmu
Hukum. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2012.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional
Indonesia. Jakarta: Kencana. 2005.
Muhammad Djumhana. Hukum Perbankan Di
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
1996.
Munir Fuady. Hukum Perbankan Modern
(Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998)
Buku Kesatu. Bandung: Citra Aditya Bakti.
1999.
Sentosa Sembiring. Hukum Perbankan.
Bandung: Mandar Maju. 2002.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
1981.
Try Widyono. Operasional Transaksi Produk
Perbankan di Indonesia. Bandung: Ghalia
Indonesia. 2006.
39