Abstract: Islamic Banking is part of the financial and payment system of a country and its
existence depends absolutely on the confidence of the customers who entrust their deposits in
the Islamic Banking, so the bank secrecy is necessary to maintain it. Bank secrecy as defined
under the Act is everything related to the financial and other matters of bank customers in the
ordinary course of banking world shall be kept confidential in this case Islamic banking. In this
paper there would discuss how was the actual secrecy Islamic bank in Indonesia in accordance
with the applicable law and how it was applied in the field. This was written to determine the
scope of bank secrecy in Islamic banking and exceptions set out in secrecy banks in Islamic
banking in Indonesia.
Keyword: Bank Secrecy, the Rule of Law, and the Indonesian Islamic Banking.
dalam keadaan biasa atau dalam dilan secara kasuistis. Masalahnya, bagai-
keadaan luar biasa. Teori ini menon- mana caranya mendapatkan pendapat penga-
jolkan kepentingan individu dan dilan, dan sampai sejauh mana pendapat
masyarakat yang sering terabaikan. pengadilan (fatwa) mempunyai kekuatan
2) Teori rahasia bank yang bersifat relatif hukum untuk dipatuhi oleh para hakim lain.
(Relative Theory). Menurut teori ini, Untuk menghindari perbedaan pandangan
bank diperbolehkan untuk membuka ini, tidak ada jalan lain kecuali harus diatur
rahasia atau memberikan keterangan dengan undang-undang dengan memuat
nasabah mengenai nasabahnya, jika rincian secara detail jenis-jenis, kriteria
untuk kepentingan yang mendesak, kepentingan umum dan hal-hal lainnya yang
misalnya untuk kepentingan negara atau merupakan bagian yang termasuk dalam
kepentingan hukum. kepentingan umum.16
Artinya bahwa adanya pengecualian
Cakupan Rahasia Bank dalam Kegiatan
dari rahasia nasabah itu untuk memung-
Usaha Perbankan Syariah di Indonesia
kinkan bank membuka informasi itu yang
berkaitan dengan suatu badan atau instansi Sebagai suatu badan usaha yang
diperbolehkan untuk meminta informasi atau dipercayai oleh banyak masyarakat untuk
keterangan data tentang keuangan nasabah menghimpun dan menyalurkan dananya,
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan sudah sewajarnya bank memberikan jaminan
peerundang-undangan yang berlaku. perlindungan kepada nasabahnya berkenan
Berbeda dengan hal tersebut, dalam dengan keadaan keuangan nasabah, yang
ketentuan rahasia bank menurut hukum lazimnya dinamakan dengan kerahasiaan
Inggris merupakan kewajiban perdata atau bank.17 Cakupan rahasia dalam kegiatan
kewajiban kontraktual, maka pengungkapan- usaha perbankan syariah diatur dalam
nya yang dilakukan oleh bank berdasarkan ketentuan dalam Pasal 41 Undang-Undang
persetujuan nasabah sebagai pihak dalam Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
perjanjian bukanlah tindakan ingkar janji Syariah yang menentukan sebagai berikut:
(default). Namun, dalam hal kewajiban Bank dan pihak terafiliasi wajib merahasia-
rahasia bank itu bukan merupakan kewa- kan keterangan mengenai nasabah penyim-
jiban perdata, tetapi kewajiban pidana, maka pan dan simpanannya serta nasabah inves-
terdapat unsur delik, yakni unsur tindak tor dan investasinya.
pidana rahasia bank.14 Dengan tanpa Sejalan dengan ketentuan dalam Pasal
permintaan tertulis atau persetujuan tertulis 41 UUPS, sebelumnya ketentuan dalam
dari nasabah sebagai pihak dari transaksi Pasal 1 (14) UUPS merumuskan pengertian
keuangan bank merupakan unsur dari tindak rahasia bank dalam kegiatan usaha per-
pidana yang bersangkutan. Dengan kata lain, bankan syariah, yaitu: Rahasia bank adalah
apabila memang ada permintaan atau per- segala sesuatu yang berhubungan dengan
setujuan tertulis dari nasabah agar bank keterangan mengenai nasabah penyimpan
mengungkapkan keadaan keuangannya, dan simpanannya serta nasabah dan
maka tidak dapat dianggap telah terjadi investor dan investasinya.
tindak pidana pengungkapan rahasia bank.15 Dengan demikian, berdasarkan pe-
Hal yang masih rancu adalah apakah ngertian rahasia bank sebagaimana ter-
kepentingan umum dapat dikecualikan dari cantum dalam ketentuan Pasal 1 Angka 14
ketentuan rahasia bank. Pengaturan masalah UUPS, kemudian dihubungkan dengan
ini juga belum tercakup dalam Undang- ketentuan dalam Pasal 41 UUPS, maka jelas
Undang Perbankan. Para pakar mengata- bahwa pengertian dan cakupan rahasia bank
kan, bahwa ada atau tidaknya kepentingan
umum tidak dapat ditentukan sendiri oleh
bank, tetapi harus ditentukan oleh penga- 16
Ibid., hlm. 15.
17
14 Rachmadi Usman, 2003, Aspek-Aspek
Adrian Sutedi, op. cit., hlm. 14
Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia
15
Ibid., hlm. 14-15. Pustaka Utama, Jakarta: hlm. 153.
6. Al Amwal, Vol I. No. 1 Maret 2016
dengan penjelasan Pasal 40 ayat (1) dalam nya. Lingkup rahasia bank yang meliputi
kata-kata “kerahasiaan itu diperlukan untuk kredit yang diterima oleh nasabah (aktiva
kepentingan bank sendiri yang memerlukan bank), dirasakan oleh masyarakat sebagai
kepercayaan masyarakat yang menyimpan pemasungan hak masyarakat untuk menge-
uangnya di bank”, maka dapat disimpulkan tahui kredit-kredit macet perbankan yang
bahwa lingkup rahasia bank itu mencakup sangat mempengaruhi kesehatan per-
simpanan nasabah. bankan.19
Namun bila menyimak kata-kata Sehubung dengan itu, rumusan dan
berikutnya dari penjelasan atas Pasal 40 ayat ruang lingkup kerahasiaan bank telah diubah
(1), yaitu “masyarakat hanya akan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
mempercayakan uangnya kepada bank atau 1998, yang dirumuskan terdapat dalam
memanfaatkan jasa bank apabila dari bank ketentuan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang
ada jaminan bahwa pengetahuan bank Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
tentang simpanan dan keadaan keuangan diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
nasabah tidak akan disalahgunakan, maka Tahun 1998, yaitu “Rahasia bank adalah
dapat disimpulkan bahwa lingkup rahasia segala sesuatu yang berhubungan dengan
bank bukan hanya menyangkut keadaan keterangan mengenai nasabah penyimpan
keuangan dari nasabah yang menyimpan dan simpanannya”.
dana pada bank saja, melainkan pula Demikian pula ketentuan dalam Pasal
nasabah lainnya yang menggunakan atau 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
memanfaatkan jasa perbankan selain jasa 1992 juga mengalami perubahan dengan
penyimpanan dana. rumusan yang baru sebagaimana termuat
Ini berarti berdasarkan Undang- dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang
Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang Nomor 10 Tahun 1998, sebagai berikut:
dilindungi oleh ketentuan kerahasiaan bank, Bank wajib merahasiakan keterangan
baik nasabah debitu maupun nasabah mengenai nasabah penyimpan dan
kreditor bank serta nasabah bank lainnya simpanannya, kecuali dalam hal sebagai-
yang juga menggunakan atau memanfaatkan mana dimaksud dalam Pasal 41, 41A, 42,
layanan jasa bank. Demikian pula yang 43, 44, dan 44A.
dirahasiakan tidak terbatas hanya menyang- Sementara itu, penjelasan atas Pasal
kut data dan informasi mengenai segala 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan 1992 sebagaimana telah diubah dengan
pada bank yang bersangkutan, melainkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
termasuk hal-hal lain dan orang atau badan antara lain menyatakan, bahwa: Apabila
yang diketahui oleh bank karena kegiatan nasabah bank adalah nasabah penyimpan
usahanya, yang wajib pula untuk dirahasia- yang sekaligus juga sebagai nasabah
kan.18 debitur, bank wajib tetap merahasiakan
Masyarakat merasa tidak puas atas keterangan tentang nasabah dalam kedu-
rumusan rahasia bank sebagaimana dirumus- dukannya sebagai nasabah penyimpan.
kan dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Keterangan mengenai nasabah selain
Nomor 7 Tahun 1992, di mana rumusan itu sebagai nasabah penyimpan, bukan meru-
terlalu jauh, karena sampai mencakup kredit pakan keterangan yang wajib dirahasiakan
bank yang diberikan kepada nasabah. bank.
Masyarakat berpendapat bahwa seyogyanya Dari ketentuan di atas, dapat diketahui
lingkup rahasia bank hanya meliputi dana kalau ruang lingkup rahasia dibatasi atau
simpanan nasabah saja (pasiva bank) dan dipersempit, yaitu:
keterangan yang menyangkut penyimpanan- a) Menyangkut keterangan mengenai nasa-
bah penyimpan dan simpanannya. Ini
berarti tidak termasuk keterangan men-
18
Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman,
2008, Buku Ajar Hukum Perbankan Nasional,
Fakultas Hukum Universitas Lambung
19
Mangkurat, Banjarmasin: hlm. 328-329. Sutan Remy Sjahdeini, op. cit., hlm. 34.
8. Al Amwal, Vol I. No. 1 Maret 2016
genai nasabah debitur dan pinja- berlakunya ketentuan rahasia bank dalam
mannya; kegiatan usaha pebankan syariah. Penge-
b) Pada dasarnya bank dan pihak terafiliasi cualian ketentuan rahasia bank dalam kegia-
berkewajiban memegang teguh keraha- tan usaha perbankan syariah dimaksud diatur
siaan keterangan tersebut, kecuali hal itu dalam ketentuan Pasal 42 sampai dengan
tidak dilarang oleh undang-undang; Pasal 48 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
c) Situasi tertentu dalam mana informasi 2008, yang menetapkan sebagai berikut.
mengenai nasabah penyimpan peserta
Pasal 42
dengan simpanannya dibolehkan, atau
dibenarkan saja dibeberkan oleh pihak (1) Untuk kepentingan penyidikan pidana
yang terkena larangan jika informasi perpajakan, pimpinan Bank Indonesia
tersebut tergolong pada informasi yang atas permintaan Menteri Keuangan
dikecualikan atau informasi nasabah berwenang mengeluarkan perintah
penyimpan dan simpanannya tidak tertulis kepada bank agar mem-
termasuk dalam kualifikasi kerahasiaan berikan keterangan dan memper-
bank.20 lihatkan bukti tertulis serta surat
Dengan demikian Undang-Undang mengenai keadaan keuangan Nasa-
Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah bah Penyimpan atau Nasabah Invetor
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tertentu kepada pejabat pajak.
Tahun 1998 telah membatasi atau mem- (2) Perintah tertulis sebagaimana
persempit ruang lingkup rahasia bank hanya dimaksud ayat (1) harus menyebutkan
berhubungan dengan nasabah penyimpan mana penjabat pajak, nama nasabah
dana (nasabah kreditor) dan simpanannya wajib pajak, dan kasus yang dikehen-
dan selebihnya yang berhubungan dengan daki keterangannya.
nasabah peminjam dana (nasabah debitur) Pasal 43
dan kredit tidak termasuk yang wajib
dirahasiakan oleh bank. Sebenarnya peru- (1) Untuk kepentingan peradilan dalam
bahan ketentuan rahasia bank ini sangat perkara pidana, pimpinan Bank
dilematis di dalam praktiknya. Kalau nama- Indonesia dapat memberikan izin
nama debitur boleh diumumkan oleh bank kepada polisi, jaksa, hakim, atau
hanya untuk diketahui masyarakat umum, penyidik lain yang diberi wewenang
karena tindakan mengumumkan tersebut berdasarkan undang-undang untuk
tidak dilarang oleh Undang-Undang Nomor memperoleh keterangan dari bank
10 Tahun 1998, hal tersebut akan dimanfaat- mengenai simpanan atau investasi
kan oleh kawan-kawan dagangnya untuk tersangka atau terdakwa pada Bank.
menjatuhkan usahanya, sehingga perusaha- (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
an besar akan berupaya keras untuk meng- (1) diberikan secara tertulis atas
usahakan kredit dari bank-bank di luar permintaan tertulis dari kepala Kepo-
negeri untuk menghindarkan diumumkannya lisian Negara Republik Indonesia,
nama perusahaan yang bersangkutan. Kalau Jaksa Agung, Ketua Mahkamah
hal ini sampai terjadi, akan merugikan Agung, atau pimpinan instansi yang
perbankan nasional.21 diberi wewenang untuk melakukan
penyidikan
Pengecualian Rahasia Bank dalam (3) Permintaan sebagaimana dimaksud
Perbankan Syariah pada ayat (2) harus menyebutkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun nama dan jabatan penyidik, jaksa,
2008 tentang Perbankan Syariah secara atau hakim, nama tersangka atau
limitatif menentukan pengecualian atas terdakwa, alasan diperlukannya kete-
rangan, dan hubungan perkara
pidana yang bersangkutan dengan
20 Djoni S. Gozali dan Rachmadi Usman,
op. cit., hlm. 330. keterangan yang diperlukan.
(2) Yang menyebutkan nama pejabat, (2) Memperoleh keterangan dari bank
nasabah wajib pajak; mengenai investasi tersangka atau
(3) Kasus yang dikehendaki keterangan- terdakwa.
nya. d. Persyaratan:
Pengecualian dalam ketentuan Pasal (1) Dibuat secara tertulis (dapat bentuk
42 UUPS didasarkan atas kepentingan, izin);
masalah perpajakan berkaitan dengan kepen- (2) Menyebutkan nama dan jabatan
tingan negara. penyidik, jaksa atau hakim;
(3) Nama tersangka atau terdakwa;
Untuk Kepentingan Peradilan dalam
(4) Alasan diperlukannya keterangan;
Perkara Pidana
(5) Hubungan perkara pidana yang
Pengecualian untuk kepentingan per- bersangkutan dengan keterangan
adilan dalam perkara pidana merupakan yang diperlukan.
pengecualian atas paksaan hukum, yang Berbeda dengan UUP, maka UUPS
diatur dalam ketentuan Pasal 43 UUPS. memperluas pengaturan mengenai penyidik,
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 43 yang tidak hanya terbatas pada jaksa atau
UUPS, bahwa untuk kepentingan peradilan polisi saja, melainkan penyidik lain dari
dalam perkara pidana atas permintaan instansi yang diberi wewenang untuk mela-
tertulis dari Kepala Kepolisian, Jaksa kukan penyidikan berdasarkan undang-
Agung, Ketua Mahkamah Agung Republik undang. Artinya penyidik lain yang di luar
Indonesia dan pimpinan Instansi yang diberi dari penyidik jaksa dan polisi dapat pula
wewenang untuk melakukan penyidikan, meminta keterangan dari bank syariah
kerahasiaan bank dapat dikecualikan. Polisi, mengenai simpanan atau investasi seseorang
jaksa, hakim atau penyidik lainnya dapat yang tersangkut peradilan dalam perkara
minta izin kepada Pimpinan Bank Indonesia pidana.
untuk memperoleh keterangan dari bank Demikian pula yang menjadi dasar
mengenai simpanan atau investasi tersangka disclosure kerahasiaan bank syariah sebagai-
atau terdakwa yang ada pada suatu bank mana diatur dalam ketentuan Pasal 43 UUPS
syariah. Izin dimaksud didapat melalui tata didasarkan pada kepentingan umum. Prinsip
cara sebagaimana diatur dalam ketentuan kerahasiaan bank yang bertujuan untuk
Pasal 43 ayat (2) dan ayat (3) UUPS, yaitu melindungi kepentingan individu seorang
sebagai berikut: nasabah, dikorbankan demi menyeimbang-
a. Atas permintaan tertulis dari: kannya dengan kepentingan masyarakat
(1) Kepala Polri dalam tahap penye- umum, yang dalam hal ini menyangkut
lidikan dan penyidikan; penyelesaian perkara tindak pidana. Asas
(2) Jaksa Agung dalam tahap penun- keseimbangannya mengutamakan perlin-
tutan; dungan kepentingan umum di atas kepen-
(3) Ketua Mahkamah Agung dalam tingan individu.1
tahap pemeriksaan di muka sidang
Untuk Kepentingan Pemeriksaan dalam
pengadilan;
Perkara Perdata antara Bank dengan
(4) Pimpinan instansi yang diberi
Nasabahnya
wewenang untuk melakukan penyi-
dikan, yaitu pimpinan departemen Pengecualian ketiga atas rahasia bank
atau lembaga pemerintah nondepar- dalam kegiatan usaha perbankan syariah
temen setingkat menteri dalam tahap berlaku adalah dalam hal kepentingan
penyelidikan dan penyidikan. perkara perdata antara bank dan nasabah
b. Pemberi izin: Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana yang ditentukan dalam keten-
c. Isinya:
(1) Memperoleh keterangan dari bank
1
mengenai simpanan tersangka atau M Yahya Harahap, 1997, Beberapa
terdakwa; Tinjauan tentang Permasalahan Hukum Buku
Kedua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung: hlm.
224.
12. Al Amwal, Vol I. No. 1 Maret 2016
tuan Pasal 45 UUPS. Dari ketentuan dalam c. Pemberian informasi ini tanpa izin dari
Pasal 45 UUPS dapat diketahui, bahwa pimpinan Bank Indonesia, artinya pihak
pengecualian atas rahasia bank dalam bank dapat dengan segera menginfor-
perbankan syariah sebatas pada perkara masikan keadaan keuangan nasabahnya
perdata yang terjadi antara bank syariah dan tanpa harus menunggu izin dari pim-
nasabahnya.
pinan Bank Indonesia.
Ketentuan dalam Pasal 45 UUPS
mem-perkenankan bank syariah yang Pendirian yang dianut Pasal 43 ini
bersang-kutan menginformasikan kepada sangat sempit sebab terbatas pada perkara
pengadilan tentang keadaan keuangan perdata yang terjadi antara bank dan
nasabah yang bersangkutan dan memberikan nasabahnya. Dengan batasan demikan, bank
keterangan lain yang relevan dengan perkara hanya diperbolehkan memberi informasi
yang diajukan kepada pengadilan, dengan keadaan keuangan nasabah dalam hal bank
per-syaratan: menggugat nasabah atas alasan wanprestasi.
a. Informasi dimaksudkan menyangkut Memang logis kalau bank mesti memberi
perkara perdata antara pihak bank dan informasi agar informasi itu landasan
nasabahnya; fundamentum petendi gugat.2 Sempitnya
b. Direksi bank yang bersangkutan dapat penerapan Pasal 43 dianggap sangat
menginformasikan kepada pengadilan merugikan kepentingan masyarakat luas,
tentang keadaan keuangan nasabah yang terutama bagi kepentingan dunia bisnis.
bersangkutan dan keterangan lain yang Pasal tersebut seolah-olah mengandung
relevan dengan perkara perdata antara diskriminasi karena hanya melindungi
bank dan nasabahnya; kepentingan perusahaan perbankan saja dan
c. Tidak perlu meminta izin dari Pimpinan tidak melindungi kepentingan perusahaan
Bank Indonesia, artinya sepanjang infor- jenis lain dalam arti luas. Kalau bank yang
masi dimaksud diperlukan, direksi bank bersengketa prinsip kerahasiaan banknya
yang bersangkutan dapat menginfor- boleh dilanggar dan di luar itu tidak. Itu jelas
masikan kepada pengadilan tentang tidak adil. Seolah-olah, undang-undang tidak
keadaan keuangan nasabah yang ber- peduli terhadap kesengsaraan yang dialami
sangkutan dan memberikan keterangan masyarakat luas. Padahal banyak perusahaan
lain yang relevan dengan perkara ter- dengan sengaja tidak membayar kewajiban
sebut. (utang) kepada mitra bisnisnya di sektor
Pengecualian seperti ini dijumpai pula distribusi, agen, atau kontraktor walaupun
dalam ketentuan Pasal 43 UUP, yang juga perushaan-perusahaan itu aktivanya lancar
membatasi pada sengketa atau perkara (current assets) diberbagai bank.3
perdata yang terjadi antara bank dengan Untuk Kepentingan Tukar-menukar
nasabahnya. Pasal ini memperkenankan Informasi Antarbank
bank konvensional menginformasikan ke-
Pengecualian berikutnya atas rahasia
pada pengadilan tentang keadaan keuangan
bank dalam kegiatan usaha perbankan
nasabah yang bersangkutan dan memberikan
syariah berlaku dalam hal kepentingan
keterangan lain yang relevan dengan perkara
tukar-menukar informasi antarbank sebagai-
yang diajukan kepada pengadilan, dengan
mana ditentukan dalam ketentuan Pasal 46
persyaratan:
a. Bila hal tersebut menyangkut perkara UUPS. Dalam Pasal 46 UUPS ditetapkan,
bahwa dalam rangka tukar-menukar infor-
perdata yang terjadi antara pihak bank
masi antarbank, direksi bank dapat mem-
dengan pihak nasabahnya; beritahukan keadaan keuangan nasabahnya
b. Direksi bank yang bersangkutan dapat kepada bank lain. Dengan merujuk kepeada
menginformasikan kepada pengadilan ketentuan dalam Pasal 46 UUPS, maka
tentang keadaan keuangan nasabah yang
dalam perkara perdata dengan dan
2
keterangan lain yang berkaitan dengan Ibid., hlm. 225.
perkara dengan banknya tersebut; 3
Ibid., hlm. 226.
Miftah Idris, Kerahasiaan Bank: Suatu Tinjauan dalam Aturan Hukum….13