Simpanan adalah dana yang dihimpun bank dan dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU No 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk laninnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain Bank harus merupakan
lembaga kepercayaan masyarakat dikarenakan mempunyai misi dan visi yang sangat
mulia yaitu sebagai lembaga yang diberi tugas untuk mengemban amanat pembangunan
bangsa demi tercapainya peningkatan taraf hidup rakyat. Atas dasar itu bank tidak boleh
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memperhatikan
kepentingan nasabah, baik nasabah penyimpan dana maupun pengguna dana.
Pada penjelasan Pasal 29 ayat (3) dan (4) Undang-undang perbankan disebutkan
bahwa hubungan antara bank dengan nasabah didasarkan sebagai suatu hubungan
kepercayaan (fiduciary relationship)
Pasal 23
(3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
bank.
Kewajiban fiducia dapat timbul karena adanya kontrak dan juga timbul karena adanya
suatu hubungan antara kedua belah pihak. Suatu bank memiliki hubungan dengan
nasabah sehingga apabila bank merugikan nasabahnya dengan melakukan unsafe and
unsound practice bank dapat digugat karena melanggar fiduciary duty yang diembannya.
Dari hubungan hukum yang terbentuk antara bank dan nasabah ada empat prinsip
yang mendasarinya sebagaimana dikemukakan oleh Nindyo Pramono antara lain:
Prinsip Know Your Customer (KYC) adalah prinsip yang diterapkan bank untuk
mencermati dan mengetahui identitas nasabah serta memantau kegiatan transaksi
nasabah, termasuk pelaporan jika terdapat transaksi yang diduga mencurigakan.
Tujuan penerapan KYC adalah untuk mengenal profil dan karakter transaksi nasabah
sehingga secara dini bank dapat mengidentifikasi transaksi yang diduga mencurigakan
tersebut, untuk meminimalisasi operational risk, legal risk, concentration risk, dan
reputational risk. Ketidakcukupan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dapat
memperbesar risiko yang dihadapi bank dan dapat mengakibatkan kerugian keuangan
yang signifikan bagi bank baik dari sisi aktiva maupun pasiva bank.
Rekomendasi dari Basel Committee on Banking Supervision dalam Core
Principles for Effective Banking Supervision bahwa penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah merupakan faktor yang penting dalam melindungi kesehatan bank, maka
bank perlu menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah secara lebih efektif . di samping
itu The Financial Action Task Force on Money Loundring mengemukakan bahwa
prinsip mengenal nasabah merupakan upaya untuk mencegah industri perbankan
digunakan sebagai sarana atau sasaran kejahatan, baik yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan.
Dengan demikian, suatu bank hanya mungkin hidup dan berkembang dengan baik
adalah bergantung kepada kemampuan bank mengerahkan dana masyarakat,
Kemampuan bank mengerahkan dana masyarakat sangat bergantung pada tingkat
kepercayaan masyarakat kepada bank tersebut. Makin tinggi tingkat kepercayaan
masyarakat kepada bank tersebut makin tumbuh dan berkembang bank tersebut.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini bahwa kepercayaan masyarakat itu menyangkut
beberapa hal, sebagai berikut:
a. Bahwa bank itu dikelola oleh manajemen yang profesional, yang mampu menjaga
tingkat kesehatan bank sebaik mungkin dari waktu ke waktu, sehingga oleh karena
itu bank setiap saat selalu dalam keadaan likuid dan solvent untuk mampu membayar
kembali dana masyarakat yang disimpan kepadanya apabila sewaktu-waktu ditagih.
b. Bahwa bank dikelola dan dilaksanakan oleh anggota-anggota direksi dan komisaris
serta pegawai-pegawai bank yang bukan saja berpengetahuan dan berketerampilan
yang cukup untuk mengelola bank tetapi juga memiliki integritas yang tinggi, yang
dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa dana simpanan
masyarakat tidak disalahgunakan.
c. Bahwa bank tersebut dapat menjaga kerahasiaan yang menyangkut keuangan
nasabah yang disimpan pada bank tersebut.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini tentang hubungan hukum antara bank dan
nasabah bahwa berdasarkan pada fungsi utama perbankan sebagai lembaga
intermediasi, yaitu berfungsi menghimpun dana masyayakat dan berfungsi menyalurkan
dana masyarakat, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan nasabah, yaitu:
Hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana dalam praktik perbankan
adalah konstruksi hubungan hukum atau perjanjian pinjam-meminjam, khususnya
perjanjian peminjaman uang dengan bunga sebagaimana pada Pasal 1754 Burgerlijk
Werboek (BW). Hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana tidak tepat jika
merupakan hubungan perjanjian penitipan sebagaimana pada Pasal 1694 BW atau
perjanjian pemberian kuasa pada Pasal 1792 BW. Hal ini dapat diuraikan, sebagai
berikut:
Akan tetapi, bila hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana ditinjau
dari definisi dari simpanan pada Undang-Undang Perbankan adalah berdasarkan
pada perjanjian penyimpanan dana. Perjanjian penyimpanan dana secara penamaan
tidak ada diatur dalam BW khususnya Buku III. Perjanjian tersebut dapat lahir karena
adanya kebebasan berkontrak sebagaimana terkandung dalam Pasal 1338 BW.
Hubungan antara Bank dan Nasabah Debitur Adapun hubungan antara bank dan
nasabah debitur yang tertuang dalam perjanjian kredit bank menurut Sutan Remy
Sjahdeini bukanlah Perjanjian pinjam-meminjam, sebagaimana diatur pada Pasal
1754 bw, ada tiga ciri yang membuktikan pendapat tersebut, yaitu:
Sebaliknya, Tan Kamelo lebih menyoroti dari jenis perjanjiannya bahwa dilihat dari
jenis perjanjian, perjanjian kredit bank merupakan perjanjian timbal balik, artinya jika
pihak bank dan nasabah debitur tidak memenuhi isi perjanjian salah satu pihak dapat
menuntut pihak lainnya sesuai dengan jenis prestasinya. Penyerahan uang dalam
perjanjian kredit bank merupakan perjanjian sepihak, artinya jika pihak bank tidak
merealisasikan pinjaman uang maka nasabah debitur tidak dapat menuntut bank
dengan alasan ingkar janji, demikian juga sebaliknya kalau nasabah debitur tidak mau
mengambil pinjaman uang setelah diberitahukan oleh bank, maka bank tidak dapat
menuntut nasabah debitur. Secara yuridis normatif, perjanjian kredit bank yang sudah
disepakati menimbulkan akibat hukum (rechtsgevolg) yang mengikat dan harus
dijalankan dengan iktikad baik. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1320
juncto Pasal 1338 BW. Dilihat dari aspek jenis perjanjian lainnya, perjanjian kredit
bank tergolong dalam jenis perjanjian tidak bernama (onbenoemde
overeenkomst,innominaat contracten). Hal ini didasarkan pada Pasal 1319 BW,
sedangkan perjanjian pinjam mengganti merupakan perjanjian bernama. Dilihat dari
bentuk perjanjian, BW hanya menentukan pedoman.
Di sisi lain, Tan Kamelo berpendapat bahwa yang kurang mendapat perhatian
selama ini adalah hubungan antara nasabah penyimpan dana dan nasabah debitur.
Hubungan tersebut tidak dapat dikualifikasikan sebagai hubungan hukum melainkan
hubungan moral. Sebagai hubungan moral, maka pertanggungjawabannya lebih
tinggi di mata hukum. Moral menjadi sumber dan sekaligus jembatan etis dalam
tonggak hukum perbankan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan fungsi perbankan
terdapat 2 (dua) hubungan hukum dan 1 (satu) hubungan moral. Berdasarkan
bangunan hukum dan moral tersebut, maka seorang nasabah debitur yang telah
memperoleh pinjaman kredit dari bank pada hakikatnya bukan saja bertanggung
jawab terhadap bank sebagai pembe ri kredit, tetapi juga memiliki tanggung jawab
moral terhadap nasabah penyimpan dana. Di sini terletak makna yang harus diinsafi
oleh para nasabah debitur sehingga penggunaan dana secara benar dan tepat dalam
bentuk-bentuk yang produktif memiliki peran dan memberikan andil dalam
pembangunan sektor ekonomi serta dapat meningkatkan taraf hidup rakyat.
Kegagalan pengelolaan dana pinjaman kredit secara langsung dapat merugikan bank
yang bersangkutan dan secara tidak langsung dapat pula merugikan kepentingan
nasabah penyimpan. Pada ilustrasi tersebut jelas bahwa segala aktivitas bank selalu
berinteraksi dengan sesuatu pihak, dan interaksi itu pasti dirangkum dalam suatu
hubungan hukum berupa kontrak.
RANGKUMAN
Terdapat 4 Prinsip yang mendasari hubungan hukum yang terbentuk antara bank
dan nasabah antara lain:
Bagaimana Prinsip KYC diterapkan dalam realita dunia perbankan yang saudara pahami
saat saudara bertransaksi di Bank?